Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh

ASTUTI

20.04.25

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKUKKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Kasus (Masalah Utama)


Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan
diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau
kecil sendiri.
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif
dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat.
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias,
makan, dan BAB atau BAK (toileting).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting.

2. Proses Terjadinya Masalah


a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri
adalah, Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu
melindungi dan memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan inisiatif
dan keterampilan. Lalu faktor predisposisi selanjutnya adalah Faktor Biologis,
beberapa penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri. Faktor selanjutnya adalah kemampuan realitas
yang menurun. Klien dengan gangguan jiwa mempunyai kemampuan realitas
yang kurang, sehingga menyebabkan ketidak pedulian dirinya terhadap
lingkungan termasuk perawatan diri. Selanjutnya adalah faktor Sosial, kurang
dukungan serta latihan kemampuan dari lingkungannya, menyebabkan klien
merasa
b. Faktor Presipitasi.
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurangnya atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual,
cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri. Sedangkan menurut Depkes tahun
2000 faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah body Image,
praktik social, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan
kondisi fisik.
Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak perduli dengan dirinya. Pada anak anak selalu
dimanja dalam kebersihan diri maka,kemungkinan akan terjadi perubahan
pola personal hygiene.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun, sikat
gigi, shampoo dan alat mandi lainnya yang membutuhkan uang untuk
menyediakannya.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita
DM yang harus menjaga kebersihan kakinya. Pada factor Budaya, terdapat
budaya di sebagian masyarakat tertentu jika individu sakit tidak boleh
dimandikan. Ada pula kebiasaan seseorang yang enggan menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri, missal sabun, shampoo, dll.
Sedangkan, untuk factor kondisi fisik, pada keadaan tertentu / sakit
kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukan nya.
c. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nanda (2012),jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

d. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut :
a. Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan
badan,memperoleh atau mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau
aliran air mandi,mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian ,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau
menukar pakaian.Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian,mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan
makanan,mempersiapkan makanan,melengkapi makanan,mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat,serta mencerna cukup
makanan dengan aman
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi
pakaian untuk toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat,dan menyiram toilet atau kamar kecil.

e. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri Kadang perawatan tidak melakukan perawatan
seimbang diri tidak seimbang diri

Gambar 1. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri


Keterangan :
a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

f. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000), yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah : Klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

b. Mekanisme Koping Mal Adaptif


Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategori nya adalah : Tidak mau merawat diri.

3. Penjabaran Masalah
a. Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi dalam


Perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri

Gambar 2: Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri


(Sumber : Keliat, 2006)

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji :


Masalah yang ditemukan adalah : Defisit Perawatan Diri (SP 1 Kebersihan
Diri, SP 1 Makan, SP 1 Toileting (BAB / BAK), SP 1 Berhias)
Contoh data yang biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri :
Kebersihan Diri adalah :
a) Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
b) Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan
gigi bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.
c) Mekanisme Koping :
Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri, intelektualisasi.
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon
masalah (causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a) Effect
b) Core Problem
c) Causa
d) Defisit Perawatan Diri.

4. Diagnosa keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan merawat kebersihan diri
b. Menurunnya motivasi dalam merawat diri
c. Harga diri rendah
d. Resiko isolasi sosial

5. Rencana keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI

No. Dx. Perencanaan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
I Defisit TUM : 1.1 Setelah 1.1 Bina hubungan
Perawatan Klien dapat dinteraksi klien saling percaya
Diri : melakukan menunjukkan dengan :
Merawat perawatan tanda – tanda 1. Beri salam setiap
Kebersihan diri secara percaya pada berinteraksi
Diri mandiri perawat : 2. Perkenalkan
 Wajah cerah, nama, nama
TUK 1 : tersenyum panggilan
Klien dapat  Mau perawat, dan
membina berkenalan tujuan perawat
hubungan  Ada kontak berinteraksi.
saling mata 3. Tanyakan dan
percaya  Bersedia panggil nama

menceritakan kesukaan klien

perasaan 4. Tunjukkan sikap

 Bersedia empati, jujur dan

mengungkapk menepati janji

an masalahnya setiap kali


berinteraksi.
5. Tanyakan
perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
6. Buat kontrak
interaksi yang
jelas
7. Dengarkan
dengan empati
8. Penuhi kebutuhan
dasar klien
TUK 2 : 2.1 Dalam…x 2.1 diskusikan dengan
Klien interaksi klien klien :
mengetahui menyebutkan : 1. Penyebab klien
pentingnya  Penyebab tidak merawat
perawatan tidak merawat diri
diri diri 2. Manfaat menjaga
 Manfaat perawatan diri
menjaga untuk keadaan
perawatan diri fisik, mental dan
 Tanda-tanda sosial
bersih dan rapi 3. Tanda-tanda

 Gangguan perawatan diri

yang dialami yang baik

jika perawatan 4. Penyakit atau

diri tidak gangguan

diperhatikan kesehatan yang


bisa dialami oleh
klien bila
perawatan diri
tidak adekuat

TUK 3 : 3.1 Dalam …x 3.1 Diskusikan


Klien interaksi klien frekuensi menjaga
mengetahui menyebutkan perawatan diri selama
cara-cara frekuensi menjaga ini
melakukan perawatan diri : 1. Mandi
perawatan  Frekuensi 2. Gosok gigi
diri mandi 3. Keramas
 Frekuensi 4. Berpakain
gosok gigi 5. Berhias
 Frekuensi 6. Gunting kuku
keramas
 Frekuensi 3.2 Diskusikan cara
ganti pakaian praktek perawatan diri

 Frekuensi yang baik dan benar

berhias 1. Mandi

 Frekuensi 1. Gosok gigi

gunting kuku 2. Keramas

3.2 Dalam …x 3. Berpakain


interaksi klien 4. Berhias
menjelaskan cara 5. Gunting kuku
menjaga
perawatan diri : 3.3 Berikan pujian

 Cara mandi untuk setiap respon


kliken yang positif
 Cara gosok
gigi
 Cara keramas
 Cara
berpakaian
 Cara berhias
 Cara gunting
kuku

TUK 4 : 4. 4.1 Dalam …x 4.1 Bantu klien saat


Klien dapat interaksi klien perawatan diri :
melaksanaka mempraktekan 1. Mandi
n perawatan perawatan diri 2. Gosok gigi
diri dengan dengan dibantu 3. Keramas
bantuan oleh perawat : 4. Berpakain
perawat  Mandi 5. Berhias
 Gosok gigi 6. Gunting kuku

 Keramas
 Berpakain 4.2 Beri pujian
setelah klien
 Berhias
selesai
 Gunting
melaksanakan
kuku
perawatan diri

TUK 5 : 5.1 Dalam …x 5.1 Pantau klien


Klien dapat interaksi klien dalam melaksanakan
melaksanaka melaksanakan perawatan diri :
n perawatan praktek perawatan 1. Mandi
secara diri secara mandiri 2. Gosok gigi
mandiri : 3. Keramas
 Mandi 2x 4. Berpakain
sehari 5. Berhias
 Gosok gigi 6. Gunting kuku
sehabis
makan 5.2 Beri pujian
 Keramas 2x saat klien
seminggu melaksanakan
 Ganti perawatan diri
pakaian 1x secara mandiri
sehari
 Berhias
sehabis
mandi
 Gunting
kuku setelah
mulai
panjang

TUK 6 : 6.1 Dalam …x 6.1 Diskusikan dengan


Klien interaksi keluarga keluarga :
mendapatkan menjelaskan cara-  Penyebab klien
dukungan cara membantu tidak
keluarga klien dalam melaksanakan
untuk memenuhi perawatan diri
meningkatka kebutuhan  Tindakan yang
n perawatan perawatan dirinya telah dilakukan
diri 6.2 Dalam …x klien selama di
interaksi keluarga Rumah Sakit
menyiapakan dalam menjaga
sarana perawatan perawatan diri dan
diri klien : sabun kemajuan yang
mandi, pasta gigi, telah dialami oleh
sikat gigi, sampo, klien
handuk, pakaian  Dukungan yang
bersih, sandal dan bisa diberika oleh
alat berhias keluarga untuk
6.3 Keluarga meningkatkan
mempraktekan kemempuan klien
perawatan diri dalam perawatan
kepada klien diri
6.2 Diskusikan denagn
keluarga tentang :
 Sarana yang
diperlukan untuk
menjaga
perawatan diri
klien
 Anjurkan kepada
keluarga
menyiapkan
sarana tersebut
6.3 Diskusikan dengan
keluarga hal-hal yang
perlu dilakukan
keluarga dalam
perawatan diri :
 Anjurkan keluarga
untuk
mempraktekan
perawatan diri
(mandi, gosok
gigi, keramas,
ganti baju, berhias
dan gunting kuku)
 Ingatkan klien
waktu mandi,
gosok gigi,
keramas, ganti
baju, berhias dan
gunting kuku
 Bantu jika klien
mengalami
hambatan dalam
perawatan diri
 Berikan pujian
atas keberhasilan
klien
DAFTAR PUSTAKA

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course).Yogyakarta: EGC.
Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Momedia.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai