DISUSUN OLEH :
ASTUTI
2004025
Pengertian
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada
tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
Cara penularan HIV:
Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi.
Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah
tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang
telah terinfeksi.
Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan atau
persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal:
Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang dikandungnya.
Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu
terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu
dapat menular pada bayi.
Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan atau juga
melalui ASI
Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
Kelompok resiko tinggi:
Lelaki homoseksual atau biseks.
Orang yang ketagian obat intravena
Partner seks dari penderita AIDS
Penerima darah atau produk darah (transfusi).
Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
Periode Prenatal
Timbulnya HIV pada wanita hamil diperkirakan meningkat (Minkoff, 1987). Sejarah
kesehatan, uji fisik dan tes laboratorium harus merefleksikan pengharapan ini jika wanita dan
bayinya menerima perawatan yang tepat. Para wanita yang termasuk dalam kategori beresiko
tinggi terhadap infeksi HIV mencakup:
Wanita dan atau pasangannya yang berasal dari wilayah geografis dimana HIV
merupakan sesuatu yang umum.
Wanita dan atau pasangannya yang menggunakan obat-obatan yang disuntikkan
melalui pembuluh darah.
Wanita yang menderita STD tetap dan kambuhan.
Wanita yang menerima tranfusi darah dari pengidap HIV.
Wanita yang yakin bahwa dirinya mungkin terjangkit HIV.
Periode Intrapartum
Perawatan wanita yang sakit saat melahirkan tidak diubah secara substansial untuk infeksi
tanpa gejala dengan HIV (Minkoff,1987). Cara kelahiran didasarkan hanya pada pertimbangan
obstetric karena virus melalui plasenta pada awal kehamilan. Fokus utama pencegahn
penyebaran HIV nosocomial dan perlindungan terhadap pelaku perawatan. Resiko penularan
HIV dianggap rendah selama kelahiran vaginal.. EPM (Elektrinic Fetal Monitoring) eksternal
dilakukan jika EPM diperlukan. Terdapat kemungkinan inokulasi virus ke dalam neonatus jika
dilakukan pengambilan sempel darah pada bayi dilakukan atau jika elektroda jangat kepala bayi
diterapkan. Disamping itu, seseorang yang melakukan prosedur ini berada pada resiko tertular
virus HIV.
Periode Postpartum.
Hanya sedikit yang diketahui tentang tindakan klinis selama periode postpartum yang dapat
dilakukan pada wanita yang terinfeksi HIV. Walaupun periode postpartum pertengahan tercatat
signifikan (update, 1987), tindak lanjut yang lebih lama telah mengungkap frekwensi penyakit
kilinis yang tinggi pada ibu-ibu yang anaknya menderita penyakit (Skott, 1985; Minkoff et al,
1987). Tindakan pencegahan universal dilakukan terhadap ibu dan bayi, seperti yang dilakukan
terhadap semua pasien. Wanita dan bayinya diarahkan pada dokter yang berpengalamn dalam
pengobatan AIDS dan keadaan-keadaan yang menyertainya. Pengaruh infeksi pada bayi dan
neonatal mungkin tidak jelas. Karena virus yang melalui plasenta, darah di tali pusat akan
menunjukkan antibody HIV baik apabila bayi terinfeksi ataupun tidak. Selama itu antibody yang
melalui palang plasenta mungkin tidak terdapat pada bayi yang tidak terinfeksi sampai usia 15
bulan. Ketika infeksi HIV menjadi aktif banyak infeksi lain yang biasa menyertai pada orang
dewasa terjadi pada bayi. Komplikasi yang menyertai infeksi HIV pada bayi mencakup
Enchephalopati, Microchephalli, Defisit Kognitif, system saraf pusat (CNS/central nervous
system) Lhympoma, Cerebro Vaskuler Accident, gagal pernapasan dan Lhympaclenophaty.
Gejala HIV AIDS Pemeriksaan diagnostic
Gejala mayor
Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
BB menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
Western blot
Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1
P24 antigen test
bulan Kultur HIV
Penurunan kesadaran dan adanya gangguan Tes untuk deteksi gangguan system imun.
neurologis Hematokrit.
Demensia / HIV Ensefalopati LED
Gejala minor CD4 limfosit
Batuk menetap lebih dari 1 bulan Rasio CD4/CD limfosit
Dermatitis generalist Serum mikroglobulin B2
Adanya herpes zoster yang berulang Hemoglobulin
Kandidiasis orofaringeal Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
Herpes simplex kronik progresif Western blot
Limfadenopati generalist P24 antigen test
Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita Kultur HIV
Retinitis Cytomegalovirus Tes untuk deteksi gangguan system imun.
Hematokrit.
LED
CD4 limfosit
Rasio CD4/CD limfosit
Serum mikroglobulin B2
Hemoglobulin
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Biodata Klien
Riwayat Penyakit
2. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)
Aktifitas / Istirahat
Sirkulasi
Integritas dan ego
Eliminasi
Makanan/cairan
Heygene
Neurosensori
Nyeri
Pernafasan
Seksualitas
Interaksi sosial
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
Resiko tinggi penularan infeksi pada bayi berhubungan dengan adanya
kontak darah dengan bayi sekunder terhadap proses melahirkan.
Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan output cairan
berlebih sekunder terhadap diare
Tujuan dan Kriteria hasil Intervens
No Diagnosa
SLKI SIKI
1 Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan pencegahan Inveksi
b/d imunosupresi selama 2x8 jamdi harapkan kontrol Observasi
resiko dilakukan dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
Kriteria hasil : sistemik
1. Kemampuan mencari informasi Terapeutik
tentang factor resiko menurun 2. Batasi jumlah pengunjung
menjadi cukup meningkat 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
2. Kemampuan menghindari factor dengan pasien dan lingkungan pasien
resiko dari menrun menjadi cukup 4. Pertahan teknik aseptic pada pasien beresiko
membaik tinggi
3. Kemampuan mengenali perubahan Edukasi
status kesehatan dari menurun 5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menjadi cukup membaik 6. Ajarkan mencuci tangan dengan benar
4. Pemantauan perubahan status 7. Ajarkan etika batuk
kesehatan dari menurun menjadi 8. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
cukup membaik 9. Anjurkan menigkatkan asupan cairan
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian imunisasi,jika perlu
Resiko Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Diare
ketidakseimbangan keperawatan selama 2x8 jam di Observasi
Elektrolit b/d Diare harapkan keseimbangan cairan 1. Identifikasi penyebab diare(mis,roses
dilakukan dengan infeksi)
Kriteria hasil : 2. Monitor
1. Asupan cairan dari menurun warna,volume,frekuensi,dankosistensi
menjadi cukup meningkat tinja
2. Kelembaban membrane 3. Monitor tanda dan gejala
mukosa dari menurun hiypovolemia(mis,mukosa mulut
menjadi cukup meningkat kering,BB menurun)
3. Asupan makanan dari 4. Monitor jumlah pengeluaran diare
menurun menjadi cukup Terapeutik
meningkat 5. Berikan asupan cairan oral
6. Pasang jalur intravena
Edukasi
7. Anjurkan porsi makan kecildan sering
secara bertahap