Anda di halaman 1dari 14

 

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN


MASALAH PENYAKIT INFEKSI HIV/AIDS
 
 

 
DISUSUN OLEH :
ASTUTI
2004025
Pengertian

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang


menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu
sindroma  penyakit yang muncul secara kompleks  dalam waktu relatif lama karena
penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang
diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii keganasan,
obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya
( Rampengan & Laurentz ,1997 : 171).
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999 : 09).
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh (dr. JH. Syahlan, SKM. dkk, 1997 : 17).
Etiologi

Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada
tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV.

 Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
 Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
 Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
 Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
 Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
 AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
Cara penularan HIV:
 Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi.
Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
 Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah
tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
 Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang
telah terinfeksi.
 Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan atau
persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal:
 Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang dikandungnya.
 Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu
terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu
dapat menular pada bayi.
 Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan atau juga
melalui ASI
 Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
 Kelompok resiko tinggi:
 Lelaki homoseksual atau biseks.
 Orang yang ketagian obat intravena
 Partner seks dari penderita AIDS
 Penerima darah atau produk darah (transfusi).
 Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

Macam infeksi HIV 


Atas dasar interaksi HIV dengan respon imun pejamu, infeksi HIV dibagi
menjadi tiga Tahap :
 Tahap dini, fase akut, ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam

jaringan limfoid, terjadi penurunan sementara dari CD4+ sel T diikuti


serokonversi dan pengaturan replikasi virus dengan dihasilkannya
CD8+ sel T antivirus. Secara klinis merupakan penyakit akut yang
sembuh sendiri dengan nyeri tenggorok, mialgia non-spesifik, dan
meningitis aseptik. Keseimbangan klinis dan jumlah CD4+ sel T
menjadi normal terjadi dalam waktu 6-12 minggu.
 Tahap menengah, fase kronik, berupa keadaan laten secara klinis dengan
replikasi. virus yang rendah khususnya di jaringan limfoid dan hitungan
CD4+ secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami pembesaran
kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini dapat mencapai
beberapa tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam, kemerahan kulit,
kelelahan, dan viremia. Tahap kronik dapat berakhir antara 7-10 tahun.

 Tahap akhir, fase krisis, ditandai dengan menurunnya pertahanan tubuh


penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4+, penurunan berat
badan, diare, infeksi oportunistik, dan keganasan sekunder. Tahap ini
umumnya dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari CDC di Amerika Serikat
menganggap semua orang dengan infeksi HIV dan jumlah sel T CD4+
kurang dari 200 sel/µl sebagai AIDS, meskipun gambaran klinis belum
terlihat. ( Robbins, dkk, 1998 : 143 )
Patofisiologi
 
 HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan dirinya pada protein
CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang
disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan
suatu enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA
manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut mulai
menghasilkan virus–virus HI.
 Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus yang baru. Virus–
virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah, dan berhasil
menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya
merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi
dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut dari orang
ke orang.
 Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–sel yang
terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut mendorong virus untuk
menghasilkan kembali dirinya.
 Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–1200 sel/ml kubik
darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya terhitung dibawah 200, dia
menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik.
 Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika sistem kekebalan tertekan.
Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat infeksi–infeksi tersebut tidak biasanya
mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal.
Periode Penularan HIV pada Ibu hamil

 Periode Prenatal
Timbulnya HIV pada wanita hamil diperkirakan meningkat (Minkoff, 1987). Sejarah
kesehatan, uji fisik dan tes laboratorium harus merefleksikan pengharapan ini jika wanita dan
bayinya menerima perawatan yang tepat. Para wanita yang termasuk dalam kategori beresiko
tinggi terhadap infeksi HIV mencakup:
 Wanita dan atau pasangannya yang berasal dari wilayah geografis dimana HIV
merupakan sesuatu yang umum.
 Wanita dan atau pasangannya yang menggunakan obat-obatan yang disuntikkan
melalui pembuluh darah.
 Wanita yang menderita STD tetap dan kambuhan.
 Wanita yang menerima tranfusi darah dari pengidap HIV.
 Wanita yang yakin bahwa dirinya mungkin terjangkit HIV.
Periode Intrapartum
Perawatan wanita yang sakit saat melahirkan tidak diubah secara substansial untuk infeksi
tanpa gejala dengan HIV (Minkoff,1987). Cara kelahiran didasarkan hanya pada pertimbangan
obstetric karena virus melalui plasenta pada awal kehamilan. Fokus utama pencegahn
penyebaran HIV nosocomial  dan perlindungan terhadap pelaku perawatan. Resiko penularan
HIV dianggap rendah selama kelahiran vaginal.. EPM (Elektrinic Fetal Monitoring) eksternal
dilakukan jika EPM diperlukan. Terdapat kemungkinan inokulasi virus ke dalam neonatus jika
dilakukan pengambilan sempel darah pada bayi dilakukan atau jika elektroda jangat kepala bayi
diterapkan. Disamping itu, seseorang yang melakukan prosedur ini berada pada resiko tertular
virus HIV.
Periode Postpartum.
Hanya sedikit yang diketahui tentang tindakan klinis selama periode postpartum yang dapat
dilakukan pada wanita yang terinfeksi HIV. Walaupun periode postpartum pertengahan tercatat
signifikan (update, 1987), tindak lanjut yang lebih lama telah mengungkap frekwensi penyakit
kilinis yang tinggi pada ibu-ibu yang anaknya menderita penyakit (Skott, 1985; Minkoff et al,
1987). Tindakan pencegahan universal dilakukan terhadap ibu dan bayi, seperti yang dilakukan
terhadap semua pasien. Wanita dan bayinya diarahkan pada dokter yang berpengalamn dalam
pengobatan AIDS dan keadaan-keadaan yang menyertainya. Pengaruh infeksi pada bayi dan
neonatal mungkin tidak jelas. Karena virus yang melalui plasenta, darah di tali pusat akan
menunjukkan antibody HIV baik apabila bayi terinfeksi ataupun tidak. Selama itu antibody yang
melalui palang plasenta mungkin tidak terdapat pada bayi yang tidak terinfeksi sampai usia 15
bulan. Ketika infeksi HIV menjadi aktif banyak infeksi lain yang biasa menyertai pada orang
dewasa terjadi pada bayi. Komplikasi yang menyertai infeksi HIV pada bayi mencakup
Enchephalopati, Microchephalli, Defisit Kognitif, system saraf pusat (CNS/central nervous
system) Lhympoma, Cerebro Vaskuler Accident, gagal pernapasan dan Lhympaclenophaty.
 
Gejala HIV AIDS Pemeriksaan diagnostic

 Gejala mayor
 Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
 BB menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
 Western blot
 Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1
 P24 antigen test
bulan  Kultur HIV
 Penurunan kesadaran dan adanya gangguan  Tes untuk deteksi gangguan system imun.
neurologis  Hematokrit.
 Demensia / HIV Ensefalopati  LED
 Gejala minor  CD4 limfosit
 Batuk menetap lebih dari 1 bulan  Rasio CD4/CD limfosit
 Dermatitis generalist  Serum mikroglobulin B2
 Adanya herpes zoster yang berulang  Hemoglobulin
 Kandidiasis orofaringeal  Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
 Herpes simplex kronik progresif  Western blot
 Limfadenopati generalist  P24 antigen test
 Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita  Kultur HIV
 Retinitis Cytomegalovirus  Tes untuk deteksi gangguan system imun.
 Hematokrit.
 LED
 CD4 limfosit
 Rasio CD4/CD limfosit
 Serum mikroglobulin B2
 Hemoglobulin
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
 Biodata Klien
 Riwayat Penyakit
2. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)
 Aktifitas / Istirahat
 Sirkulasi
 Integritas dan ego
 Eliminasi
 Makanan/cairan
 Heygene
 Neurosensori
 Nyeri
 Pernafasan
 Seksualitas
 Interaksi sosial
Diagnosa Keperawatan
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
 Resiko tinggi penularan infeksi pada bayi berhubungan dengan adanya
kontak darah dengan bayi sekunder terhadap proses melahirkan.
 Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan output cairan
berlebih sekunder terhadap diare
Tujuan dan Kriteria hasil Intervens
No Diagnosa
SLKI SIKI
1 Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan pencegahan Inveksi
b/d imunosupresi selama 2x8 jamdi harapkan kontrol Observasi
resiko dilakukan dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
Kriteria hasil : sistemik
1. Kemampuan mencari informasi Terapeutik
tentang factor resiko menurun 2. Batasi jumlah pengunjung
menjadi cukup meningkat 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
2. Kemampuan menghindari factor dengan pasien dan lingkungan pasien
resiko dari menrun menjadi cukup 4. Pertahan teknik aseptic pada pasien beresiko
membaik tinggi
3. Kemampuan mengenali perubahan Edukasi
status kesehatan dari menurun 5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menjadi cukup membaik 6. Ajarkan mencuci tangan dengan benar
4. Pemantauan perubahan status 7. Ajarkan etika batuk
kesehatan dari menurun menjadi 8. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
cukup membaik 9. Anjurkan menigkatkan asupan cairan
  Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian imunisasi,jika perlu
Resiko Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Diare
ketidakseimbangan keperawatan selama 2x8 jam di Observasi
Elektrolit b/d Diare harapkan keseimbangan cairan 1. Identifikasi penyebab diare(mis,roses
dilakukan dengan infeksi)
Kriteria hasil : 2. Monitor
1. Asupan cairan dari menurun warna,volume,frekuensi,dankosistensi
menjadi cukup meningkat tinja
2. Kelembaban membrane 3. Monitor tanda dan gejala
mukosa dari menurun hiypovolemia(mis,mukosa mulut
menjadi cukup meningkat kering,BB menurun)
3. Asupan makanan dari 4. Monitor jumlah pengeluaran diare
menurun menjadi cukup Terapeutik
meningkat 5. Berikan asupan cairan oral
6. Pasang jalur intravena
Edukasi
7. Anjurkan porsi makan kecildan sering
secara bertahap

Anda mungkin juga menyukai