Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


DOSEN: YUDHI WIDYO PURNOMO, SE., SH.

Disusun Oleh :

Wagiyo Susastro Hadinoto

NIM. 201217141

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perekonomian di

Indonesia serta banyaknya keinginan serba cepat dan efisien maka muncul

para pelaku usaha untuk berlomba–lomba membuka usaha, dengan

bermunculnya pelaku usaha, maka perlu adanya sistem perlindungan

untuk melindungi konsumen, perlindungan hukum bagi konsumen dengan

melindungi hak-hak konsumen kemudian dibuatlah Undang Undang No 8

tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang selanjutnya disebut

UUPK. Perlindungan bagi konsumen merupakan jaminan yang didapatkan

oleh para konsumen dari sebuah produk yang telah diproduksi oleh para

pelaku usaha didasarkan pada posisi tawar konsumen yang lemah. 1

Konsumen mempunyai hak untuk melihat dan mengetahui informasi yang

benar, jelas dan jujur mengenai kondisi barang yang akan di belinya.

Menurut Nurmadjito untuk mengupayakan agar barang dan/ atau jasa yang

beredar di masyarakat merupakan produk yang layak edar, antara lain asal-

usul, kualitas sesuai dengan informasi penguaha baik melalui label, etiket,

iklan, dan lain sebagianya.2

Banyaknya pelaku usaha yang bersaing untuk membuat produk

pangan yang berbentuk minuman dengan di kemasan dari botol plastik

1
Nasution, AZ, hukum perlindungan konsumen suatu pengantar, (Jakarta; diedit
media 2006), hlm. 34.
2
Nurmadjito, Kesimpulan Perangkat Perundang-undangan tentang Perlindungan
Konsumen di Indonesia, dalam Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Penyunting,
Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm. 18.

2
yang di dalam kemasan tersebut, harus tercantum berbagai hal yang harus

sesusai dengan ketentuan yang ada, maka dari itu pelaku usaha harus

mencantumkan label kemasan yang sesuai dengan peraturan yang ada.

Menurut Troelstrup, konsumen pada saat ini membutuhkan banyak

informasi yang lebih relevan dibandingkan dengan saat sekitar 50 tahun

lalu.3

Dalam rangka menghindari timbulnya kerugian pada konsumen

terhadap pencantuman label produk botol minuman kemasan plastik, maka

adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang ketentuan

pencantuman label botol minuman kemasan plastik diantaranya:

1. Undang - Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen termuat dalam Pasal 8 Ayat (1) Huruf

(g), (h), (i) dan (j) tentang larangan-larangan bagi pelaku usaha, yang

berbunyi:

“Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan


barang dan/atau jasa yang:
g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka
waktu penggunaan/pmanfaatan yang paling baik atas
barang tersebut;
h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,
sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan
dalam label
i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan
barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi
bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal
pembuatan, akibat sampingan, nama, alamat pelaku
usaha dan keterangan lain untuk penggunaan yang
menurut ketentuan harus dipasang atau dibuat.

3
Shidarta, Hukum perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo, Jalan
Palmerah Selatan 12 Jakarta 2002, hlm. 20

3
j. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk
penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 69 tahun 1999 tentang

label dan iklan pangan, Pasal 3 dan pasal 10 ayat (1) yang menyebutkan

bahwa Label pada botol minuman kemasan plastik harus tertera :

a. nama produk;

b. daftar bahan yang digunakan;

c. berat bersih atau isi bersih;

d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan ke

dalam wilayah Indonesia dan

e. tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa;

Pasal 10

(1). Setiap orang yang memproduksi atau memasukan pangan yang


dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan
menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam,
bertanggung jawab atas kebenaran pernyatan tersebut dan wajib
mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label.

3. Undang-Undang tentang Pangan Pasal 30 ayat 2 menyebutkan label

memuat sekurang kurangnya mengenai :

a. nama produk;

b. daftar bahan yang digunakan;

c. berat bersih atau isi bersih;

d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan

pangan ke dalam wilayah Indonesia;

e. keterangan tentang halal; dan

4
f. tanggal, bulan dan tahun kedaluarsa.

4. Menurut Keputusan Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan (POM)


Nomor: 02240/ B/SK/VII/91 tentang Pedoman Persyaratan Mutu serta
Label dan Periklanan Makanan, disebutkan, informasi yang harus
dicantumkan pada label adalah:
a. Nama Makanan/nama produk;
b. Komposisi atau daftar ingerdien
c. Isi neto;
d. Nama dan alamat pabrik/importer;
e. Nomor pendaftaran
f. Kode produksi
g. Tanggal kadaluawarsa;
h. Petunjuk atau cara penyimpanan;
i. Petunjuk atau cara penggunaan;
j. Nilai gizi, dan
k. Tulisan atau pernyataan khusus.
5. Undang-undang Kesehatan Pasal 21 ayat (2) menyebutkan sebagai
berikut:
“ Setiap makanan dan minuman yang di kemas wajib diberi tanda
atau label yang berisi :
a. Bahan yang di pakai;
b. Komposisi setisp bahan;
c. Tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa;
d. Ketentuan lainnya.

Kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada

konsumen dengan meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta

membuka akses informasi tentang barang atau jasa bagi konsumen dan

menumbuhkan sikap pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab.4

4
Adrian sutedi, Tanggung jawab Produk dalam perlindungan Konsumen,
(Bogor; Ghalia 2008) hlm. 9

5
Berdasarkan UUPK konsumen,mempunyai sejumlah hak yang termuat

dalam Pasal 4 yaitu bahwa konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan

dan keselamatan dalam mengkonsumsi suatu barang dan/atau jasa dan

pelaku usaha bertanggung jawab memenuhi kewajibannya untuk

memberikan infromasi yang benar, jelas dan jujur megenai kondisi barang

dan/atau jasa tersebut5. Kemudian dalam Undang - Undang No 7 Tahun

1996 tentang pangan selanjutnya disebut UUPK yang mengatur mengenai

makanan dan minuman, pengadaan serta, persediaan dan pengadaan

pangan.6

Label pangan penting di ketahui sebagai informasi yang

sesungguhnya, terutama mengenai substansi dan standart pemakaian yang

dilabelkan. Label ini merupakan media komunikasi antara pelaku usaha

dengan konsumennya. Komunikasi harus di lakukam untuk

menyampaikan informasi yang benar, jelas dan jujur. Hal ini berarti bahwa

tidak boleh ada informasi yang menjadi hak konsumen di tutup-tutupi.7

Namun pada praktiknya, standart pelabelan produk pangan seringkali

dilanggar oleh pelaku usaha. Akibatnya, banyak konsumen yang menderita

kerugian hingga korban yang menghilangkan nyawa konsumen yang

memproduksi produk pangan tersebut. Kendatipun para konsumen ada

yang memprotesnya secara terang-terangan, tetapi lebih banyak yang

berdiam diri dan tetap menjadi silent victim.

5
Undang – Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.
6
NHT. Siahaan,Hukum Konsumen;perlindungan konsumen dan tanggung jawab
produk hlm.139
7
Warta Konsumen No. 01 Th XXVII Januari 2000, hlm.31.

6
Maka dari itu sebagai pelaku usaha seharusnya menyertakan

semua informasi yang lengkap benar pada label kemasan botol minuman

tersebut, agar konsumen mendapatkan suatu inormasi yang jelas dari

barang yang akan di belinya.

Berdasarkan latar belakang yang penulis sampaikan di atas,

menarik minat penulis untuk mengetahui lebih dalam mengenai

pentingnya label pada suatu produk pangan dalam bentuk minuman

kemasan botol plastik pada konsumen atau masyarakat.

B. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan perumusan

masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :

Bagaimana profil label produk pangan minuman kemasan botol plastik

yang beredar di Supermarket Assalaam, Superindo dan Luwes?

C. Pembahasan

Label adalah tulisan, gambar, atau kombinasi kedua-duanya yang

disertakan pada wajah atau kemasan suatu produk dengan cara

dimasukkan ke dalam, ditampelkan atau dicetak dan merupakan bagian

dari kemasan tersebut untuk memberikan informasi menyeluruh dari isi

wadah/kemasan produk tersebut. Menurut Tjiptono label merupakan

bagian dari suatu poduk yang menyampaikan informasi mengenai produk

dan penjual. Sedangkan menurut Kotler menyatakan bahwa tampilan

sederhana ada produk atau gambar yang dirancang dengn rumit yang

7
merupakan satu kesatuan dengan kemasan.8 Label juga merupakan

identitas dari suatu produk. Tanpa label kita tidak dapat membedakan

antara produk satu dengan produk yang lain, bagian yang sangat penting

dari suatu produk agar pengguna memperoleh produk sesuai yang

diharapkan. Disebutkan juga dalam Pasal 1 angka 3 dari PP No. 69 Tahun

1999 menentukan yang dimaksud dengan “Label pangan adalah setiap

keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi

keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke

dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan, yang

selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut  Label”. Menurut

Nurmadjito untuk mengupayakan agar barang dan/ atau jasa yang beredar

di masyarakat merupakan produk yang layak edar, antara lain asal-usul,

kualitas sesuai dengan informasi penguaha baik melalui label, etiket, iklan,

dan lain sebagianya.9 Dalam hubungannya dengan masalah label,

khususnya label produk pangan minuman kemasan botol plastik maka

masyarakat perlu memperoleh informasi yang benar, jelas, dan lengkap,

baik mengenai :

a. nama produk
b. komposisi
c. berat bersih
d. nama dan alamat pelaku usaha
e. kadaluarsa
f. keterangan tentang halal
8
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Prenhallindo, 2000, Edisi 2,
hlm.477
Nurmadjito, Kesimpulan Perangkat Perundang-undangan tentang Perlindungan
9

Konsumen di Indonesia, dalam Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Penyunting,
Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm. 18.

8
g. petunjuk pemakaian / aturan pakai
h. tanggal/kode produksi
i. nomor pendaftaran
j. informasi bahan tertentu (bila ada)
k. kandungan alkohol (bila ada)
l. tanggal produksi

Maupun hal -hal lain yang diperlukannya mengenai label minuman

yang beredar di pasar. Masalah pelabelan produk botol minuman kemasan

plastik juga memerlukan perlindungan hukum agar konsumen tidak

dirugikan terhadap pelabelan yang tidak sesuai peraturan.

Teori perlindungan hukum yang dikemukakan oleh Philipus M.

Hadjon, menyebutkan bahwa perlindungan hukum terbagi atas dua, yaitu

perlindungan hukum represif dan perlindungan hukum preventif.10

Perlindungan hukum represif yaitu perlindungan hukum yang dilakukan

dengan cara menerapkan sanksi terhadap pelaku agar dapat memulihkan

hukum kepada keadaan sebenarnya. Perlindungan jenis ini biasanya

dilakukan di Pengadilan. Perlindungan hukum preventif yaitu

perlindungan hukum yang bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu

sengketa. Perlindungan hukum jenis ini misalnya sebelum Pemerintah

menetapkan suatu aturan/keputusan, rakyat dapat mengajukan keberatan,

atau dimintai pendapatnya mengenai rencana keputusan tersebut.

A. Ketentuan Pencantuman Label dalam Produk minuman kemasan botol

plastik

Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia,


10

Surabaya: PT. Bina Ilmu, hlm. 3

9
Dalam ketentuan pencantuman label pada produk minuman kemasan

botol plastik diatur dalam berbagai peraturan, di antaranya:

a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999

tentang Label dan Iklan Pangan

d. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK. 03.1.23.06.10.5166 Tentang Pencantuman

Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol, dan Batas

Kedaluwarsa Pada Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional,

Suplemen Makanan, Dan Pangan.

e. Peraturan Perindustria Republik Indonesia Nomor: 24/M-

IND/PER/2/2010 tentang Pencantuman Logo Tara dan Kode Daur

Ulang pada Kemasan Pangan pada Plastik.

10
TABEL I

KETENTUAN LABEL BOTOL MINUMAN KEMASAN

NO PERATURAN I PERATURAN II PERTURAN III PERATURAN IV PERATURAN V KESIMPULAN

1 A A A - - A

2 B B B - - B

3 C C C - - C

4 D D D - - D

5 E E E E - E

6 - F - - - F

7 - G - - - G

8 - H - - - H

9 - I I - - I

10 - - - J - J

11 - - - K - K

12 - - - - L L

Keterangan :
PERATURAN I : Pasal 111 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
PERATURAN II : Pasal 8 ayat (1) huruf (g), (i) dan (j) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan aKonsumen.
PERATURAN III : Pasal 3 ayat (2), pasal 10 ayat (1), pasal 30, pasal 31 Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan.
PERATURAN IV : Pasal 3 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.
03.1.23.06.10.5166 Tentang Pencantuman Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa
Pada Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan, Dan Pangan.
PERATURAN V : Pasal 2 ayat (1) Peraturan Perindustria Republik Indonesia Nomor: 24/M-IND/PER/2/2010 tentang Pencantuman Logo
Tara dan Kode Daur Ulang pada Kemasan Pangan pada Plastik.

A : nama produk G : aturan pakai/petunjuk pemakaian


B : komposisi H : tanggal/kode produksi
C : berat bersih I : nomor pendaftaran
D : nama dan alamat pelaku usaha J : informasi bahan tertentu
E : kadaluarsa K : kandungan alkohol (bila ada)
F : Keterangan tentang Halal L : logo dan kode daur ulang
Kesimpulan :
Dalam produk Botol minuman kemasan ketentuan isi label mencakup huruf A sampai L.
Dari ketentuan yang mengatur tentang label botol minuman kemasan

plastik yang telah disebutkan, dapat disimpulkan berbagai ketentuan label

yang termuat pada produk botol minuman kemasan plastik. Dari berbagai

ketentuan label yang telah disimpulkan, dalam pencantumanya dari setiap

ketentuan diatur oleh peraturan.

Di dalam Lampiran 3 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Nomor HK 03.1.5.12.11.09955 Tahun 2011 Tentang Pendaftaran

Pangan Olahan, Nama Dagang adalah tanda berupa gambar, nama, kata,

huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur

tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan

peredaran pangan.

Nama dagang pada label tidak boleh antara lain:

1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;

2) Tidak memiliki daya pembeda;

3) Telah menjadi milik umum;

4) Merupakan keterangan atau berkaitan dengan pangan yang

didaftarkan;

5) Menggunakan nama jenis atau nama umum/lazim yang mungkin

terkait pangan yang bersangkutan; atau

6) Menggunakan kata sifat yang secara langsung ataupun tidak

langsung dapat mempengaruhi penafsiran terhadap pangan seperti

13
14

alami, murni, suci dan kata lain yang semakna.

Nama dagang yang digunakan bukan merupakan nama dagang yang

telah mempunyai sertifikat merek untuk pangan olahan sejenis atas nama

orang atau badan usaha lain. Nama dagang yang telah memiliki sertifikat

merek dapat digunakan dengan mencantumkan tanda ® atau ™ sepanjang

tidak terkait dengan aspek keamanan dan gizi.

Pengaturan komposisi diatur dalam Lampiran 3 Peraturan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK 03.1.5.12.11.09955 Tahun

2011 Tentang Pendaftaran Pangan Olahan, yaitu:

a. Pencantuman daftar bahan yang digunakan atau komposisi pada


label wajib menggunakan nama lazim yang lengkap dan tidak
berupa singkatan.

b. Keterangan tentang komposisi atau daftar bahan yang digunakan


dalam kegiatan atau proses produksi pangan dicantumkan pada
label secara lengkap dan berurutan mulai dari jumlah terbanyak.

c. Pencantuman daftar bahan yang digunakan didahului dengan


tulisan “komposisi”, “daftar bahan”, “bahan yang digunakan” atau
“bahan-bahan”.

d. Pencantuman secara berurutan sebagaimana dimaksud pada huruf b


dikecualikan untuk bahan tambahan pangan ikutan (carry over),
vitamin, mineral dan zat penambah gizi lainnya.

Bahan tambahan pangan (BTP) ikutan (carry over) dicantumkan

setelah bahan yang mengandung BTP tersebut.

Berat bersih atau isi bersih adalah pernyataan pada label yang

memberikan keterangan mengenai kuantitas atau jumlah pangan olahan

yang terdapat di dalam kemasan atau wadah. Bobot tuntas atau berat tuntas
15

adalah ukuran berat untuk pangan padat yang menggunakan medium cair

dihitung dengan cara pengurangan berat bersih dengan berat medium cair.

Keterangan tentang berat bersih atau isi bersih dan bobot tuntas harus

ditempatkan pada bagian utama label.

a. Persyaratan pencantuman berat bersih atau isi bersih yaitu:

Pangan padat dinyatakan dengan berat bersih. Pangan semi padat

atau kental dinyatakan dengan berat bersih atau isi bersih. Pangan

cair dinyatakan dengan isi bersih.

b. Penulisan satuan berat bersih atau isi bersih pada label harus dalam

satuan metrik. Berikut adalah contoh penulisan satuan berat bersih

atau isi bersih: Padat: miligram (mg), gram (g), kilogram (kg). Cair:

mililiter (ml atau mL), liter (l atau L). Semi padat: miligram (mg),

gram (g), kilogram (kg), mililiter (ml atau mL) atau liter (l atau L)

c. Penulisan untuk menerangkan bentuk butiran atau bijian adalah

seperti contoh berikut:

”Berat bersih: 1 gram (Isi 5 butir @ 200 mg)”

”Berat bersih: 1 gram (5 butir @ 200 mg)”

Keterangan tentang Nama dan Alamat, pencantuman keterangan

tentang nama dan alamat pihak yang memproduksi pangan pada label botol

minuman kemasan yang diproduksi di wilayah Indonesia:

1) Keterangan yang harus dicantumkan meliputi nama dan alamat

produsen.
16

2) Alamat perusahaan paling sedikit mencantumkan nama kota, kode

pos dan Indonesia, kecuali jika nama dan alamat perusahaan tersebut

tidak terdaftar pada direktori kota atau buku telepon tempat

perusahaan tersebut berdomisili, maka harus mencantumkan alamat

perusahaan secara jelas dan lengkap.

3) Jika pangan yang diproduksi merupakan pangan olahan lisensi atau

pangan olahan yang dikemas kembali, maka harus dicantumkan

informasi yang menghubungkan antara pihak yang memproduksi

dengan pihak pemberi lisensi dan atau pihak yang melakukan

pengemasan kembali.

Jika pangan yang diproduksi merupakan pangan olahan yang

diproduksi berdasarkan kontrak, maka harus dicantumkan informasi yang

menghubungkan antara nama perusahaan yang mengajukan pendaftaran

dengan produsennya, seperti “diproduksi oleh .... untuk .....“.

D. Penutup

1. Berdasarkan penelitian profil label minuman kemasan botol plastik di

Supermarket Assalam, Superindo dan Luwes, dapat disimpulkan:

a. Ketentuan label minuman kemasan botol plastik yang wajib

dicantuman berdasarkan peraturan perundang-undangan meliputi:

nama produk, komposisi, berat bersih, nama dan alamat pelaku

usaha, kadaluarsa, Keteranagan tentang Halal, aturan / petunjuk

pemakaian, tanggal/kode produksi, nomor pendaftaran, informasi


17

bahan tertentu (bila ada), kandungan alkohol (bila ada), logo dan

kode daur ulang.

b. Dari 59 label minuman kemasan botol plastik yang diteliti semua

(100%) telah mencantumkan ketentuan tentang nama produk,

komposisi, tanggal kadaluarsa, nomor pendaftaran, Pencantuman

ketentuan tersebut telah mendasarkan pada Pasal 111 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal

8 ayat (1) huruf (i) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah RI

Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Pasal 3

ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor HK. 03.1.23.06.10.5166 Tentang

Pencantuman Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol,

dan Batas Kedaluwarsa Pada Penandaan/Label Obat, Obat

Tradisional, Suplemen Makanan, Dan Pangan. Pasal 2 ayat (1)

Peraturan Perindustria Republik Indonesia Nomor: 24/M-

IND/PER/2/2010 tentang Pencantuman Logo Tara dan Kode Daur

Ulang pada Kemasan Pangan pada Plastik. Didalam peraturan

tersebut terdapat kewajiban terhadap label minuman kemasan botol

plastik untuk mencantumkan nama produk, komposisi, berat bersih,

nama dan alamat pelaku usaha, kadaluarsa, Keteranagan tentang

Halal, aturan / petunjuk pemakaian, tanggal/kode produksi, nomor

pendaftaran, nomor kode produksi, logo dank ode daur ulang.


18

c. Dari 59 label minuman kemasan botol plastik yang diteliti terdapat

57 produk (97%) yang mencantumkan ketentuan berat bersih,

sedangkan 2 produk minuman botol kemasan plastik (3%) tidak

mencantumkan ketentuan berat bersih. Pencantuman ketentuan

tersebut tidak mendasarkan pada peraturan Pasal 111 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal

8 ayat (1) huruf (i) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah RI

Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Dari

peraturan tersebut mewajibkan mencantumkan ketentuan berat

bersih pada label minuman kemasan botol plastik. Dari 59 label

minuman kemasan botol plastik yang diteliti terdapat 58 produk

(98,3%) yang mencantumkan ketentuan nama dan alamat prlaku

usaha, sedangkan 1 produk minuman botol kemasan plastik (1,7%)

tidak sesuai pencantumannya dengan ketentuan nama dan alamat

pelaku usaha yang benar. Pencantuman ketentuan tersebut tidak

mendasarkan pada Pasal 111 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 8 ayat (1) huruf (I) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

dan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 Tahun

1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Dari peraturan tersebut

mewajibkan mencantumkan ketentuan nama dan alamat pelaku

usaha dengan benar dan sesuai pada peraturan yang ada.


19

d. Dari 59 label minuman kemasan botol pastik yang diteliti terdapat

51 produk (86,4%) yang mencantumkan ketentuan keterangan

halal, sedangkan 8 produk minuman kemasan botol plastik (2,6%)

tidak mencantumkan ketentuan keteranagan halal. Dari

pencantuman ketentuan tersebut tidak mendasarkan pada peraturan

Pasal 8 ayat (1) huruf (I) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 10 ayat (1) Peraturan

Pemerintah RI Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan

Pangan,. Karena peraturan tersebut mewajibkan pencantuman

ketentuan keterangan halal pada produk minuman kemasan botol

plastik.

e. Dari 59 label minuman kemasan botol plastik yang diteliti terdapat

53 produk (90%) yang mencantumkan ketentuan aturan

pakai/petunjuk pemakian, sedangkan 6 produk minuman kemasan

botol plastik (10%) pencantuman aturan pakai/petunjuk pemakian

tidak sesuai dengan peraturan. Dari pencantuman ketentuan

tersebut tidak mendasarkan pada peraturan Pasal 8 ayat (1) huruf

(I) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Karena peraturan tersebut mewajibkan pencantuman

ketentuan aturan pakai/petunjuk pemakian.

f. Dari 59 label minuman kemasan botol plastik yang diteliti terdapat

3 produk (5%) yang mencantumkan ketentuan tanggal/kode

produksi, sedangkan 56 produk minuman kemasan botol plastik


20

(95%) pencantuman aturan tanggal/kode produksi tidak sesuai

dengan peraturan. Dari pencantuman ketentuan tersebut tidak

mendasarkan pada peraturan Pasal 8 ayat (1) huruf (I) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

dan Pasal 31 Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 Tahun 1999

tentang Label dan Iklan Pangan, Karena peraturan tersebut

mewajibkan pencantuman ketentuan aturan tanggal/kode produksi.

g. Dari 59 label minuman kemasan yang diteliti terdapat 55 produk

(93%) yang mencantumkan ketentuan logo dan kode daur ulang,

sedangkan 4 produk minuman kemasan botol plastik (7%) tidak

mencantumkan ketentuan komposisi. Dari pencantuman ketentuan

tersebut tidak mendasarkan pada Pasal 2 ayat (1) Peraturan

Perindustria Republik Indonesia Nomor: 24/M-IND/PER/2/2010

tentang Pencantuman Logo Tara dan Kode Daur Ulang pada

Kemasan Pangan pada Plastik Karena peraturan tersebut

mewajibkan pencantuman ketentuan logo dan kode daur ulang.

h. Ketentuan informasi bahan tertentu dan ketentuan kandungan

alkohol tidak terdapat atau tidak ada pencantuman ketentuan

tersebut dalam pencantuman label produk minumn kemasan botol

plastik yang diteliti. Ketentuan pencantuman ketentuan informasi

bahan tertentu dan kandungan alkhohol tidak mendasarkan pada

peraturan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 03.1.23.06.10.5166


21

Tentang Pencantuman Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan

Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa Pada Penandaan/Label Obat, Obat

Tradisional, Suplemen Makanan, Dan Pangan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Halim Barkatullah, 2010, hak-hak konsumen (bandung: nusa media,) cet. 1
Adrian sutedi, 2008, Tanggung jawab Produk dalam perlindungan Konsumen,
(bogor; Ghalia)
Nasution, AZ, 2006, hukum perlindungan konsumen suatu pengantar, (jakarta;
diadit media)
Nurmadjito, 2000, Kesimpulan Perangkat Perundang-undangan tentang
Perlindungan Konsumen di Indonesia, dalam Husni Syawali dan Neni sri
Imaniyati, Penyunting, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju,
Bandung,.
NHT. Siahaan,Hukum Konsumen;perlindungan konsumen dan tanggung jawab
produk.
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia,
Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Soekanto Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press,.
Soekanto Soerjono dan Sri Pamuji, 1986, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:
CV Rajawali.
Shidarta, 2002, Hukum perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo, Jalan
Palmerah Selatan 12 Jakarta.

Warta Konsumen, 2000, No. 01 Th XXVII Januari.

Undang-undang

Undang – Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang


Perlindungan Konsumen

Website

http//m.google.com/ /Pengertian Label Produk Pangan Pengaturan Pelabelan Bagi


Konsumen Dalam Mendapatkan Perlindungan dan Informasi_landasan
teori

Anda mungkin juga menyukai