Anda di halaman 1dari 11

Nama : Rania Prastiwi

NIM : 195040200113022
Kelas : KA-PSDKU
Nama Asisten : Nita Ernawati

TUGAS PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH


“Perbanyakan Vegetatif”
Perbedaan Perbanyakan Vegetatif dan Generatif
Perbedaan perbanyakan vegetative dan generative dapat ditinjau dari bahan yang akan
digunakan untuk melakukan perbanyakan, secara generative yang digunakan untuk bahan
perbanyakan adalah biji sedangkan cara vegetative berasal dari non-biji (batang, daun akar
dsb). perbanyakan vegetative memiliki sifat anakan yang cenderung sama dengan induknya
apabila dibandingkan dengan cara generative (kadang-kadang sifatnya menyimpang dari
indukya). Dalam proses perbayakan secara generative terdapat proses penyerbukan dan
fertilisasi sebagai upaya menciptakan keturunan baru. Sedangkan secara vegetative tidak
terdapat peristiwa pembuahan maupaun. Perbanyakan secara vegetative biasanya dilkukan
pada tanaman yang “seedless” atau tanaman yang tidak menghasilkan biji atau tanaman yang
sedikit menghasilkan biji seperti pisang, jeruk, nanas dsb. sedangkan perbanyakan generative
sesuai pengertiannya, bahwa perbanyakan dilakukan pada tanaman berbiji (cabai, mentimun,
terong dsb)
Perbanyakan Vegetatif Alami
 Definisi
Perbanyakan vegetative alami adalah perbanyakan secara tak kawin yang dapat dilakukan
melalui beberapa cara diantaranya menggunakan biji apomiksis, spora dan bagian khusus
tanaman (umbi, corn, stolon, rhizoma , offset dan fleshyroot) (Wiraatmaja, 2017)
Vegetative propagation is multiplication that is carried out without any fusing event between
male and female gametes and uses vegetative parts such as stems, roots, leaves, or special
storage organs located on the ground, for example bulbs, stolons, tubers, corms, tuberous
roots, crowns. (Mergersa, 2017)
Perbanyakan vegetative adalah perbanyakan yang dilakukan tanpa adanya peristiwa
peleburan antara gamet jantan dan gamet betina serta menggunakan bagian vegetative seperti
batang, akar, daun, maupun organ penyimpanan khusus yang terletak diatas maupun dibawah
tanah misal bulbs, stolon, umbi, corms, tuberous root, crown (Mergersa, 2017)
 Macam Perbanyakan Vegetatif Alami
1. Bulb (Umbi Lapis)
Bulb merupakan batang pendek, tebal, yang memiliki lembaran-lembaran daging dan
bersisik. Dijelaskan pula bahwa umbi jenis ini adalah modifikasi dari pucuk tanaman yang
mengalami perubahan karena termampatkan, yang berakibat memendek dan memipihnya
batang sehingga memiliki bentuk seperti cawan yang dikelilingi dengan sisik (scales).

Gambar 1. Umbi Lapis

Umbi baru akan terbentuk di sebelah umbi yang ditanam diawal. Untuk meningkatkan
populasi umbi serta mendorong keberhasilan pertumbuhan yang tinggi, maka pisahkan
rumpun umbi ini setiap 3 hingga 5 tahun. Lalu gali rumpun tersebut setelah terjadinya layu
pada daun. Angkat umbi dengan hati-hati dan segera tanam kembali agar akarnya dapat mulai
tumbuh. Umbi kecil dan baru mungkin tidak berbunga selama 2 atau 3 tahun, tetapi umbi
besar akan mekar di tahun pertama. Contoh: bawang, tulip, narcissus.
2. Corms
Corms sering disebut sebagai umbi palsu, adalah batang yang memiliki mata dan ruas-ruas
yang letaknya berada dibawah tanah. Umbi jenis ini tidak memiliki lembaran-lembaran daun
yang berdaging seperti bulb, melainkan hanya terdapat beberapa daun rudimenter. Apabila
telah masaktunas-tunas corm akan keluar dan berkembang menjadi tunas-tunas pembangun.
Corm baru akan tumbuh menimpa (diatas) corm tua dan diantara corm ini terkadang ditemui
corm kecil (cormel).

Gambar 2. Corms atau umbi palsu


Setelah daun layu, gali umbi dan biarkan mengering dibawah cahaya secara tidak langsung
(dikeringanginkan) selama 2 atau 3 minggu. Setelah itu, keluarkan umbi, lalu pisahkan umbi
baru dari umbi lama secara hati-hati. Semprot atau beri semua umbi baru dengan perlakuan
fungisida dan simpan di tempat dingin sampai waktu tanam. Contoh: crocus, gladiol.
3. Geragih (stolon)
Geragih merupakan batang yang menjalar diatas permukaan tanah dan ketika batang
tersebut terkubur oleh tanah maka akan bertumbuh menjadi tanaman baru. Selain itu, tunas
pada buku-buku batang dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Ujung geragih akan
membelok keatas apabila bersentuhan dengan tanah. Akar serabut muncul pada bagian bawah
geragih, tumbuhan baru yang terbentuk tidak bergantung pada induknya meskipun tetap
terhubung dengan induknya. Contoh tanaman geragih di atas permukaan tanah yaitu pegagan
(Centella asiatica), arbei, dan semanggi. Terdapat geragih yang menjalar dibawah permukaan
tanah dan disebut dengan stolon. Di sepanjang stolon dapat tumbuh tunas liar (adventisia),
dan setiap tunas tersebut dapat menjadi anakan tanaman. Contoh tumbuhan bergeragih di
bawah permukaan tanah adalah rumput teki (Cyperus rotundus) dan rumput pantai (Spinifex
sp) serta strawberry.

Gambar3. Perbayakan Geragih (stolon) Pada Stoberi dan Pegagan


Faktor Yang Mempengaruhi Vegetatif Alami
1. Faktor Suhu Lingkungan
Perbedaan tinggi rendah suhu merupakan salah satu faktor yang menentukan tumbuh
kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang optimum bagi
tumbuhan adalah antara 22°C-37°C. Apabila suhu berada diluar kondisi batas normal
tersebut, maka akan menyebabkan pertumbuhan yang lambat atau terhenti
2. Faktor Kelembaban udara
Kadar air yang terdapat pada udara mampu mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan
tumbuhan. Kondisi lembab menguntungkan bagi tumbuhan karena pada keadaan tersebut
tumbuhan memperoleh air lebih mudah serta adanya penurunan penguapan yang akan
berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat
3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman agar mampu menjalankan proses fisiologisnya
yakni fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). tanaman dapat terlihat pucat dan warna
tanaman berubah menjadi kekuning-kuningan (etiolasi), apabila suatu tanaman kekurangan
cahaya matahari. Pada kecambah, justru cahay matahari dapat menghambat proses
pertumbuhan
4. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan memainkan peranan penting dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan seperti hormon auksin untuk pemanjangan sel, hormon giberelin untuk
pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk memacu pembelahan sel dan
hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang
Perbanyakan Vegetatif Buatan
 Definisi
Perbanyakan secara vegetatif merupakan suatu perbanyakan yang mencakup berbagai teknik:
stek batang kayu lunak (berdaun), stek batang kayu keras (tanpa daun), stek daun, stek akar,
perbanyakan jaringan meristematis atau regeneratif lainnya, pelapisan, tinja, okulasi
(budding), dan perbanyakan dengan pembagian. (Cameroon, 2017)
Vegetative propagation, involves picking up vegetative parts of a plant (stems, roots, and/or
leaves) and making them to regenerate into a new plant or, in some cases, several plants.
The major types of asexual propagation are cuttings, layering, division, separation, grafting,
budding, and micropropagation (Moore & Badley, 2018)
Perbanyakan vegetatif, melibatkan pengambilan bagian vegetatif tanaman (batang, akar, dan /
atau daun) dan membuatnya beregenerasi menjadi tanaman baru atau, dalam beberapa kasus,
beberapa tanaman. Jenis utama perbanyakan aseksual adalah stek, layering, division,
pemisahan, pencangkokan, tunas, dan mikropropagasi.
 Macam Perbanyakan Vegetatif Buatan
1. Stek (Cuttings)
Stek merupakan suatu cara pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian tubuh
tanaman (akar, daun, batang). S. Perbanyakan secara stek meliputi stek batang, stek bertunas
daun, stek daun, stek akar, stek mata, stek umbi (meliputi umbi lapis, umbi palsu, umbi
batang, umbi akar dan akar batang)ifat totipotensi dimiliki oleh setiap bagian tubuh tanaman,
di mana satu sel mampu berdeferensiasi menjadi sel lain. bahan stek dapat diambil dari
meristem primer dan meristem sekunder.
Keunggulan teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak
walaupun bahan tanaman yang tersedia sangat sedikit atau terbatas. Kelemahan stek ialah
memiliki perakaran yang relatif dangkal, jadi kemungkinanan apabila ditanam akan gampang
tumbang tertiup angin kencang.
2. Grafting
Grafting adalah salah satu metode perbanyakan vegetative dengan cara menyambungkan
batang bawah dan batang atas yang berasal dari tanaman yang berbeda sedemikian itu
sehingga tercapai suatu integrase. Kombinasi tersebut akan terus tumbuh dan berkmebang
membentuk tanaman baru. Secara garis besar grafting dibedakan menjadi tiga kelompok
yakni:
a) Bud-grafting atau budding, yang biasa disebut dengan istilah okulasi. Okulasi adalah
teknik penyambungan dengan menggunakan mata sambung yang hanya mengandung
sebagian kecil kulit batang (kadang- kadang juga mengandung kayu) yang memiliki satu
mata tunas (bud)
b) Scion grafting, lebih dikenal sebagai grafting saja, yakni tindakan sambung pucuk atau
enten
c) Grafting by approach atau inarching, adalah metode menyambung dua tanaman sehingga
batang bagian atas dan batang bagian bawah masih dapat terhubung dengan masing-masing
akarnya
Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan secara grafting adalah a) membuat sifat-
sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan vegetatif lainnya seperti stek, cangkok
dsb menjadi lebih tahan. B) mendapatkan tanaman yang kuat karena batang bawahnya
memiliki sifat kebal terhadap keadaan tanah yang merugikan, suhu yang rendah, atau
gangguan lain yang terdapat di dalam tanah. C) mempercepat tanaman untuk berbuat
(tanaman buah-buahan) dan mempersingkat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika
tanaman hutan). Selain itu terdapat kekurangan dari perbanyakn ini adalah Bagi tanaman
yang hidup di hutan, apabila pohon sudah bertumbuh besar akan terdapat kemungkinan
pohon gampang patah jika tertiup angin kencang, b) tingkat keberhasilannya rendah apabila
tidak terdapat kecocokan antara batang atas (scion) dan batang bawah (rootstock)
3. Layering (perundukan)
Merupakan perbanyakan dengan kondisi akar adventif yang dipacu untuk terbentuk pada
batang sementara batang itu masih menempel pada tanaman induknya. Setelah muncul akar
pada batang lalu dirundukkan, dan selanjutnya dipisahkan untuk menjadi tanaman baru yang
tumbuh pada akarnya sendiri. Terdapat beberapa jenis perundukan yang biasa dilakukan,
yakni :
a) Tip layering
Pada tip layering, pertumbuhan akar terjadi di ujung pucuk yang disayat dan
dibengkokkan ke tanah. Ujung pucuk diuruk dengan tanah, sembari dipantau kelembabanya,
dibiarkan beberapa minggu sampai muncul akar pada ujung pucuk yang dibenamkan tersebut.
Setelah keluar akar, ujung pucuk dapat dipotong untuk ditanam menjadi tanaman mandiri

b) Compound layering
Perundukan berganda memiliki prinsip sama seperti perundukan tunggal, namun terdapat
lebih dari satu titik tumbuh yang dibengkokkan kedalam tanah pada perundukan berganda.
Untuk perundukan berganda pada masing-masing bagian yang dibenamkan ke tanah harus
memiliki titik tumbuh di atasnya, sehingga mampu membentuk tunas baru apabila sudah
keluar akar dan siap dipisahkan dari induknya. Metode yang digunakan tidak jauh berbeda
dengan perundukan tunggal. Metode ini digunakan untuk memperbanyak tanaman yang
mempunyai pucuk panjang dan batang fleksibel seperti anggur
c) Mound (stool) layering atau Peundukan Horizontal
Perundukan horizontal atau larikan adalah jenis perundukan yang dilakukan dengan
menjatuhkan/ merebahlan serta membenamkan cabang dengan posisi horizontal pada larikan
tanah atau lubang yang dibuat memanjang (trench : parit kecil), rundukan cabang didasar
lubang. Cabang yang berada didalam tanah disayat untuk memicu pertumbuhan akar dari
dasar pucuk teretiolasi. Dasar pucuk baru akan digunakan akar untuk berkembang. Dari
beberapa ruas cabang yang dibenamkan akan muncul tunas baru. Contoh tanaman yang
menggunakan metode ini adalah apel.

Faktor Yang Mempengaruhi Perbanyakan Vegetatif Buatan


Faktor yang berpengaruh pada perbanyakan vegetatif buatan yakni faktor genetik
meliputi kandungan cadangan makanan, ketersediaan air, umur tanaman (pohon induk),
hormon endogen, dan jenis tanaman. Faktor lingkungan meliputi media perakaran,
kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan teknik serta ketrampilan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Cameron, R. W. F. (2017). Nursery Stock and Houseplant Production. Encyclopedia of
Applied Plant Sciences, 228–235. doi:10.1016/b978-0-12-394807-6.00002-2 
Duaja, M., D., & Elis, K. 2020. Pembiakan Secara Vegetatif. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jambi. Jambi
Hanafi, N., & Nurul, H. 2020. Uji Perkembangbiakan Vegetatif Sintik (Cinnamomun sintoc
Blume.) Dengan Perlakuan Hormon Dan Media Tumbuh. Agritech. 22(1): 12-19
Megersa, H., G. 2017. Propagation Methods of Selected Horticultural Crops by Specialized
Organs: Review. J. Hortic. 4(2): 1-4
Moore, K., A., & Lucky, K., B. 2018. North Carolina Extension Gardener Handbook. UNC
Press
Sorensen, D., C., Plant Propagation. University of Maine Cooperative Extension.
https://extension.umaine.edu/gardening/manual/propagation/plant-propagation/ diakses
pada 28 April 2021
Wiraatmaja, I., W. 2017. PEMBIAKAN VEGETATIF SECARA ALAMIAH DAN
BUATAN. Fakultas Pertanian UNUD
Resume Jurnal
“Pengaruh Posisi Mata Tempel Pada Keberhasilan Okulasi Beberapa Varietas Jeruk
Keprok (Citrus reticulate)”
Mochammad Insan Musthofa1*), Agus Sugiyatno2), Tatik Wardiyati1) dan Mochammad
Roviq1
Jeruk merupakan tanaman tahunan yang berasal dari Asia Tenggara dan memiliki
begitu banyak manfaat. Selain itu, nilai ekonomis yang tinggi serta kecocokan dengan iklim
di Indonesia menjadikan tanaman ini banyak dibudidayakan. Menurut data BPS, produksi
jeruk di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 1.785.264 ton/tahun, dan tahun 2015 mengalami
penurunan dengan nilai hanya sebesar 40.925 ton/tahun. Hal tersebut dapat dipicu oleh
beberapa hal termasuk serangan hama penyakit, menipisnya ketersediaan lahan budidaya
akibat alih fungsi lahan. Perbanyakan tanaman jeruk dapat dilakukan melalui beberapa teknik
diantaranya stek, cangkok, grafting dan okulasi. Namun dari sekian teknik, okulasi menajdi
teknik perbanyakan jeruk yang paling umum dilakukan di Indonesia. Okulasi memiliki
pengertian menggabungkan sifat unggul yang terdapat pada batang atas dengan sifat unggul
yang terdapat pada batang bawah. Secara teknisnya, okulasi dilakukan dengan menempelkan
mata tunas yang diambil dengan sedikit kulitnya dari cabang entres pohon induk, kemudian
mata tunas ditempelkan ke batang bawah yang telah disayat kulitnya. Keuntungan dari
perbanyakan okulasi adalah tanaman berproduksi lebih cepat dan hasil produksi dapat sesuai
dengan keinginan tergantung batang atas yang digunakan. Kendala yang sering terjadi dalam
pelaksanaan okulasi adalah terjadinya dormansi atau tidak tumbuhnya hasil okulasi pada
beberapa tanaman
Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan posisi pengambilan mata tempel
yang tepat dengan tingkat keberhasilan paling tinggi dan paling cepat pertumbuhannya.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 sampai Desember 2017 di
Kebun Percobaan Tlekung Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropika
(Balitjestro) dengan suhu udara 23ºC ketinggian tempat 950 mdp. Bahan penelitian kali ini
menggunakan varietas batang atas terdiri dari jeruk Keprok Batu 55, jeruk Keprok SoE, jeruk
Keprok Tejakula, dan jeruk Keprok Terigas. Varietas untuk batang bawah adalah Japansche
citroen. Posisi mata tempel yang diambil dari bagian atas, tengah, dan bawah pada ranting
tanaman induk. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau atau cutter, gunting
pangkas, plastik, tali rafia, tissue, dan kertas label. Penelitian ini merupakan percobaan
faktorial yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Perlakuan disusun secara faktorial
yang terdiri dari dua faktor, yaitu faktor posisi mata tempel dan faktor varietas jeruk keprok.
Variabel pengamatan dalam penelitian yaitu presentase keberhasilan okulasi, kecepatan
pecahnya mata tunas, panjang tunas, jumlah daun per tunas, diameter batang tunas, diameter
batang bawah. Pengamatan dilakukan pada 30 HSO (hari setelah okulasi) dengan interval 7
hari.
Hasil pengamatan persentase keberhasilan okulasi tertinggi diperoleh dari perlakuan
posisi asal mata tempel P1 (bagian atas ) menghasilkan persentase keberhasilan berkisar
anatara 85-100%. Sedangkan perlakuan varietas jeruk tertimggi berada pada varietas keprok
Soe persentase keberhasilan berkisar antara 90-100%. Selanjutnya hasil pengamatan terhadap
kecepatan pecah mata tunas tertinggi didapat oleh perlakuan P2(Bagain tengah) yakni pada
hari 37-41HSO dan varietas tercepat berada pada jerul keprok Batu 55 yakni anatra 38-41
HSO Jumlah daun yang dihasilkan baik dari posisi pengambilan mata tempel maupun mata
tempel tidak menunjukkan perlakuan nyata pada hari ke 37 HSO hingga hari ke 100 HSO.
Namun pada hari ke 72 sampai dengan hari ke 86 ada pengaruh nyata pada perlakuan
varietas. Hasil pada jumlah daun juga sama persis dengan panjang tunas. Tunas yang terlihat
pada terlihat tidak ada interaksi antara perlakuan posisi pengambilan mata tempel dengan
perlakuan varietas, namun berpengaruh nyata pada pengamatan hari 79 setelah okulasi hingga
pengamatan pada hari 86. Hasil pengamatan diameter batang bawah perlakuan posisi
pengambilan mata tempel pada 37 HSO hingga 100 HSO menunjukkan tidak ada interaksi
antara perlakuan. Pada perlakuan posisi mata tempel dan varietas juga tidah ada pengaruh
nyata.
Keberhasilan penempelan pada okulasi memerlukan kompabilitas antara batang
bawah serta kemampuan mata tempel itu sendiri untuk pecah dan tumbuh. Pada okulasi
terdapat proses pertautan antara batang atas dengan batang bawah yang meliputi pembelahan
sel yang diikuti dengan pembentukan kalus, diferensiasi kambium kulit mata tempel, jaringan
kulit mata tempel dan jaringan kulit batang bawah, kemudian diikuti proses lignifikasi kalus.
Adanaya perbedaan diameter batas tunas dipengaruhi juga oleh diameter batang bawah.
Semakin besar diameter batang bawah, semakin baik pula pertum-buhannya dikarenakan
diameter batang bawah yang besar mampu menyediakan dan mentransfer hara dan mineral
untuk pertumbuhannya. Perbedaan pecah mata tunas disebabkan karena proses fisiologis
setiap tanaman tidaklah sama, kecepatan pecah mata tunas juga dipengaruhi kemampuan
tanaman yang berbeda untuk membentuk pertautan okulasi yang berhubungan dengan jumlah
dan kecepatan pembentukan kalus. Faktor yang juga dapat mempengaruhi perbedaan
pertumbuhan adalah keseimbangan hormonal. Pertumbuhan batang bawah akan
mempengaruhi pertumbuhan batang atas, karena selain berfungsi sebagai sistem perakaran,
juga berfungsi sebagai penopang untuk batang atas.

Kesimpulan yang diperoleh adalah tidak terdapat interaksi antara perlakuan posisi
pengambilan mata tempel dengan perlakuan varietas. Keberhasilan okulasi tidak dipengaruhi
oleh letak mata tempel pada semua varietas. Batang beawah berpengaruh terhadap
pertumbuhan batang atas. Berdasarkan hasil penelitian untuk perbanyakan okulasi pada
varietas jeruk keprok Batu 55, varietas jeruk keprok SoE, varietas jeruk keprok Tejakula, dan
varietas jeruk keprok Terigas dapat menggunakan semua bagian posisi mata tempel.

Refernsi :
Musthofa, M., I., et al. 2019. Pengaruh Posisi Mata Tempel Pada Keberhasilan Okulasi
Beberapa Varietas Jeruk Keprok (Citrus reticulate). Jurnal Produksi Tanaman. 7(5): 867-873

Anda mungkin juga menyukai