Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rania Prastiwi

NIM : 195040200113022
Kelas : KA-PSDKU
PAPER PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“Uji Mutu Fisik dan Kadar Air Benih’
1. Uji Mutu Fisik
Uji mutu fisik merupakan bagian dari uji mutu benih yang bertujuan untuk memahami
serta mengetahui suatu mutu dan kualitas dari suatu jenis atau sekumpulan benih. (Sutopo,
2002). Menurut Schimdt (2002) dalam Arif, et al. (2018) mengatakan bahwa uji mutu fisik benih
meliputi pengujian terhadap berat benih, pengujian kemurnian benih serta uji kadar air benih.
Dalam uji mutu fisik, parameternya dapat meliputi warna, ukuran, bobot jenis, kebersihan dan
kerusakan fisik.
2. Uji Kemurnian Benih
Uji kemurnian benih merupakan kegiatan memilih dan memilah benih contoh (benih yang
digunakan selama praktek/ kerja) yang kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kategori yakni
benih murni, benih lain dan kotoran benih. Nilai selisih antara berat contoh dengan berat
keseluruhan benih setelah dipilah-pilah tidak boleh lebih dari 5% (Suita & Bustomi, 2014).
Tujuan dari uji kemurnian adalah untuk memastikan bahwa benih tidak akan mengalami
penurunan kualitas atau nilai karena adanya benih yang tidak diharapkan seperti benih tanaman
lain atau benih inert serta menentukan proporsi atau komposisi benih yang diuji dalam bentuk
persen. Berdasar pernyataan tersebut dapat diduga bahwa factor yang akan mempengaruhi uji
kemurnian benih adalah kehadiran dari benih tanaman lain, kotoran benih dan benih murni.
3. Uji 1000 butir
Uji 1000 bobot butir benih merupakan uji untuk mengetahui tingkat mutu benih, apabila hasil
uji 1000 bobot menunjukkan hasil tinggi maka dapat diindikasikan bahwa benih yang diuji
memiliki mutu yang tinggi. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Wiguna dan Sumpena (2012)
secara fisik mutu benih ditandai dengan bentuk benih yang padat atau berisi dan bobot 1000 butir
yang tinggi. Bobot 1000 butir yang tinggi pada suatu benih mencirikan benih tersebut memiliki
kemampuan berkecambah yang lebih baik karena terdapat cadangan makanan yang lebih banyak.
Prosedur uji 1000 butir benih dalam ISTA (International Seed Testing Association) adalah (1)
Mengambil 1000 benih secara sembarang pada setiap perlakuan dengan menggunakan tangan,
selanjutnya menimbang benih yang telah diambil pada masing-masing ulangan untuk
mengetahui bobot benih , terdapat delapan kali ulangan. (2) Langkah berikutnya, menghitung
koefisien variasi. Apabila nilai koefisien variasi < 4,0 maka data dapat dikatakan valid, sehingga
bobot 1000 butir dapat dihitung dengan rumus rata-rata berat benih x 10. (Maulidah & Ashari,
2017). Menurut Darwaman et al. (2014) mengatakan bahwa perbedaan bobot benih disebabkan
oleh kandungan endosperma. Kandungan endosperm adalah indikator internal dari biji yang
mempengaruhi kesuksesan perkecambahan biji, karena hal ini berkaitan dengan ada tidaknya
sumber energi kimiawi potensial untuk biji dan.kapabilitas biji dalam proses imbibisi
4. Uji Kadar Air
Pengujian kadar air benih penting dilakukan karena kadar air akan berdampak pada mutu
benih. Metode pengujian kadar air dilakukan melalui metode oven dan alat yang disebiut
moisture meter. Suhu yang digunakan pada metode oven dibagi menjadi suhu konstan rendah
yakni sebesar 101-105 °C dengan rentang waktu 17 + 1 jam dan suhu konstan tinggi yaitu 130-
133 °C dengan waktu +1-4 jam. Metode cepat dapat ditempuh dengan menggunakan moisture
meter, saat pengujian kadar air benih perlu dilakukan kalibrasi atau penyetaraan dengan metode
oven , hal tersebut digunakan sebagai metode acuan dalam pengujian kadar air benih.
(Herdimastuti, 2020). Darmawan et al. (2014) menjelaskan bahwa pengukuran kadar air
dilakukan sesaat sebelum dilakukannya pengujian benih, hal tersebut dimaksudkan agar
memperolaeh hasil yang tinggi. Setelah melewati tahap prosesing benih, selanjutnya benih akan
dikeringkan hingga mencapai kadar air optimum. Terdapat pula factor yang mempengaruhi kadar
air benih, pertama adalah penyimpanan, saat melakukan penyimpanan benih hendaknya selalu
diperhatikan kadar air karena kadar air yang yinggi akan mempengaruhi proses respirasi yang
tinggi pula sehingga akan mengakibatkan cadangan makanan dalam benih terkuras habis. Kedua
yakni kemasakan buah, kadar air akan menurun selaras dengan makin masaknya buah ketiga
adalah pengeringan, dalam penelitian Maulidah & Ashari (2017) pengeringan memberikan
pengaruh nyata terhadap kadar air benih.
5. a. Diketahui berat murni (BM) = 430 gr, berat benih lain (BTL) = 50 gr, berat kotoran
benih (KB) = 20 gr, maka ;
BM 430
% Benih Murni = x 100 % = x 100 % = 86%
BM +BTL+ KB 430+50+20
BTL 50
% Benih Tanaman Lain = x 100 % = x 100 % = 10%
BM +BTL+ KB 430+50+20
KB 20
% Kotoran benih = X 100 %= x 100 % = 4 %
BM +BTL + KB 430+50+20
CK −(BM + BTL+ KB) 500−(430+50+20)
Faktor kehilangan = x 100 %= x 100 % =
CK 500
0%
b. Diketahui jenis ulangan 1, 2, 3, 4 brturut turut memiliki nilai 10 gr, 15 gr, 20 gr, 40 gr; Z
= Berat 1000 gr, U = Ulangan maka, metode yang harus digunakan yakni Metoda B atau
menghitung dalam ulangan.
Z = (U1+ U2+ U3 + U4) x 2,5 = (10 + 15 + 20 + 40) x 2,5 = 212,5
c. Diketahui bobot basah benih tersebut = 20 gr , bobot kering = 15 gr maka berapa
persentase, wadah =10 gr; maka kadar air benih
X = 10 gr
Y = 10 gr + 20 gr = 30 gr
Z = 10 gr + 15 gr = 25 gr
y−z 30−25
KA = x 100 % = x 100 % = 25 %
y−x 30−10
REFERENSI

Arif Asrianti, Husna, Alvin, T. F. D. 2018. Penanganan dan Pengujian Mutu Fisik Benih Kalapi
(Kalappia celebica Kosterm). Ecogreen, 5(1), 53–62.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/green/article/view/4161

Darmawan A.C., Respatijarti, dan Lita. S. 2014. Pengaruh tingkat kemasakan benih terhadap
pertumbuhan dan produksi cabai rawit ( Capsicum frutescent L .) varietas comexio. Jurnal
Produksi Tanaman, 2(4), 339–346.

Herdimastuti, N., H. 2020. Mengenal kadar Air Benih. Balai Besar Pengembangan Pengujian
Tanaman Pangan dan Hortikultura

Maulidah, N. I., & Ashari., S. 2017. Pengaruh Tingkat Kematangan Dan Lama Pengeringan
Terhadap Mutu Benih Gambas Hibrida (Luffa acutangula ). Jurnal Produksi Tanaman,
5(3), 417–423. https://media.neliti.com/media/publications/

Ritung, S. 2013. Perkembangan dan Strategi Percepatan Pemetaan Sumberdaya Tanah di


Indonesia. Perkembangan Dan Strategi Percepatan Pemetaan Sumberdaya Tanah Di
Indonesia, 7(1), 1–14. https://doi.org/10.2018/jsdl.v7i1.6421

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Suita, E., & Bustomi, S. (2014). Teknik Peningkatan Daya Dan Kecepatan Berkecambah Benih
Pilang. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 11(1), 45–52.
https://doi.org/10.20886/jpht.2014.11.1.45-52

Wiguna, G., & Sumpena, U. 2012. Daya Hasil dan Kualitas Benih Enam Kultivar Tomat. Jurnal
Pembangunan Pedesaan, 12(2), 80–85.

Anda mungkin juga menyukai