Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS PARU

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit akibat infeksi kuman
Mycobakterium tuberculosis sehingga dapat mengenai hampir semua organ
tubuh, dengan lokasi terbanyak di lapang paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer.
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang parenkim
paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama
meningen, tulang nodus limfe.
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycrobakterium Tuberculosis yang merupakan kuman aerobic dan tahan
asam, organism pathogen maupun saprofit.

B. ETIOLOGI
1. Penyebab dari tuberculosis adalah mycobakterium tuberculosa, sejenis
kuman berbentuk batang aerobik yang tahan asam, tumbuh dengan lambat
dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. Ukuran; panjang 1-4 Um
dan tebal 0,3-0,6/Um. Sebagian besar kuman terdiri asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman tahan lama terhadap asam dan
gangguan kimia fisika.
2. Penyebab lain adalah mikobacterium bovis dan mikobacterim ovium.
Namun kajadiannya jarang. Kuman ini dapat hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan yang dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam
es).
3. Faktor predisposisi seseorang terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis:
Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi HIV).
 Pengguna obat-obatan IV dan alkoholik
 Keadaan stress,situasi yang penuh stress (injuri atau penyakit, kurang
nutrisi, stress emosional dan kelelahan yang kronik)
 Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat
(tunawisma,lembaga pemasyarakatan dll)
 Imigran dari Negara insiden TB yang tinggi (Asia tenggara,Afrika,
Amerika latin, Karibia.)
 Individu yang tinggal didaerah perumahan substandar kumuh
 Petugas kesehatan.
 Tidak mematuhi aturan pengobatan.

C. MANIFESTASI KLINIS
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita yang timbul tidak
jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik
Gambaran klinik TB paru menjadi dua golongan, gejala respiratorik dan
gejala sistematik :
1. Gejala Respiratorik meliputi :
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk Darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena
pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung
dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan
lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama
makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin
pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam berupa minggu-bulan,
akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas
walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
3. Gejala klinis hemoptoe :
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan
cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Batuk darah
1) Darah dibatukan dengan rasa panas ditenggorkan
2) Darah berbuih bercampur udara
3) Darah segar berwarna merah muda
4) Darah bersifat alkalis
5) Anemia kadang-kadang terjadi
6) Benzidin test negative
b. Muntah darah
1) Darah dimuntahkan dengan rasa mual
2) Darah bercampur sisa makanan
3) Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
4) Darah bersifat asam
5) Anemia sering terjadi
6) Benzidin test positif
c. Epistaksis
1) Darah menetes dari hidung
2) Batuk pelan kadang keluar
3) Darah berwarna merah segar
4) Darah bersifat alkalis
5) Anemia jarang terjadi

D. PATOFISIOLOGI
Kuman tuberculosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi
udara atau airborne melalui saluran pernapasan, pencernaan, dan luka terbuka
pada kulit yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana
dimana terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga
dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian tubuh lainnya
(ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya. (lobus atas).
Sistem imum tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit (neurofil dan magrofaq) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik-
tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi
jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,
menyebabkan bronkhopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu
setelah pemajanan.
Massa jaringan baru, yng disebut granulomas, yang merupakan
gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati, dikelilingi oleh makrofaq
yang membentuk dinding protektif granulomasdiubah menjadi massa jaringan
fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut fuberkel ghan. Bahan
(bakteri dan makrofaq) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju.
Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri
menjadi dorman, tanpa perkembangan penakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau respon yang in adekuat dari respon
sistem imun. Peynakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan
aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah,
melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronchi. Bakteri kemudian menjadi
tersebar ke udara, mengakibatkan penebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel
yang memecah menyembah, membentuk jaringan parut. Paru ang terinfeksi
menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadina bronchopneumonia
lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya.
Kemunduran atau perubahan sistem respirasi pada lanjut usia
menambah dan memperburuk keadaan penyakit TB paru. Perubahan tersebut
yang , mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi: peningkatan
diameter anteriopesterior dada, kolaps osteoporotik vertebra ang
mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura konveks tulang belakang),
dekalsifikasi tulang iga dan klasifikasi kartilago kosta serta penurunan
mobilitas kosta, penurunan efisiensi otot pernapasan, peningkatan rigiditas
kapasitas vital. Kapasitas pertukaran gas dan difusi berkurang.
Penurunan efisiensi batuk, berkurangnya aktivitas siliaris dan
peningkatan ruang rugi pernapasan membuat individu lansia lebih rentan
terhadap infeksi respirasi termasuk pneumonia dan tuberculosis paru.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan seorang individu
mengidap atau terinfeksi TB paru adalah dengan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan darah : PCR, Mycodot, PAP, dsb.
2. Pemeriksaan sputum : diagnosis pasti BTA (+)
3. Pemeriksaan uji Tuberkulin (mantoux tes) : terutama pada anak-anak
untuk membantu menegakkan diagnosis TB paru dewasa è kurang berarti.
4. Pemeriksaan spesimen : Ditemukannya kuman mycobacterium TBC dari
dahak, cairan pleura, bilasan bronkus, kurasan bronkoalveolar, bilasan
lambung, liquor cerebrospinal, urin, feses dan jaringan biopsi penderita
dengan memastikan diagnosis tuberculosis paru.
Cara Pengambilan & Pengiriman spesimen :
 Dahak, 3 kali setiap pagi
 Pengiriman dalam pot (cair), pada gelas objek (difiksasi) atau dahak
dengan kertas saring
 Tulis identitas penderita sesuai formulir permintaan
Foto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan
radiology standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top
foto, oblik, Tomogram dan lain-lain.
Karakterisik radiology yang menunjang diagnostic antara lain :
1. Gambaran lesi TB aktif
 Bayangan berawan/nodular
 Kaviti, lebih dari satu dikelilingi bayangan opak berawan/nodular
 Bercak milier
2. Gambaran Lesi TB Inaktif Efusi
 Fibrotik
 Kalsifikasi
 Penebalan pleura
3. Luluh Paru (Destroyed Lung)
a. Kerusakan jaringan paru yang berat
b. Sulit untuk menilai aktiviti penyakit
c. Perlu pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses
penyakit.
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis
TB paru antara lain :
 Pemeriksaan darah & serologi
 Pemeriksaan cairan pleura
 Pemeriksaan PCR,, RFLP & LPM
 Histopatologi jaringan
 Uji tuberculin
 Pemeriksaan darah :
- LED
- Limfosit
 Pemeriksaan serologi :
- ELISA
- Mycodot
- Uji PAP
 Pemeriksaan cairan pleura :
- uji Rivalta positif
- kesan cairan eksudat
- limfosit diminan
- glukosa rendah/normal
 Uji tuberkulin
Deteksi infeksi TB di daerah prevalensi rendah. Mempunyai arti
bila terjadi konversi atau hasil kepositifan besar sekali / bulae
 Histopatologi jaringan
Bahan didapat melalui biopsi (paru, pleura, kelenjar dan organ
lain).

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT
serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama
dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan
etambutol, sedang jenis obat tambahan adalah kanamisin, kuinolon, makrolide
dan amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Cara kerja, dan potensi dan dosis OAT utama dapat di lihat pada tabel
berikut :
Rekomendasi dosis (mg/kg
Obat Anti TB BB)
Aksi Potensi
Esensial Per minggu
Per Hari
3x 2x
Isoniazid (H) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifampisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirasinamid (P) Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin(S Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol (E) bakteriostatik Rendah 15 30 45

Untuk keperluan pengobatan perla di buat batasan kasus terlebih dahulu


berdasarkan lokasi tuberculosa, berat ringannya penyakit, hasail pemeriksaan
bakteriologik, apusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di camping
itu perla pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai
Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan
oleh WHO yang terdiri dari lima componen yaitu :
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik lansung
sedang pemeriksaan penujang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan
kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
lansung oleh pengawas menelan obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan
pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan panduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
Paduan obat tuberculosis paru
Untuk program nasional pemberantasan TB paru, WHO menganjurkan
penduan obat sesuai dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan urutan
kebutuhan penghobatan dalam program. Untuk itu penderita dibagi dalam 4
kategori sebagai berikut :
1. kategori I : kasus baru dengan dahak positif dan penderita dengan
keadaan yang berat seperti meningitis, TB milier,
pericarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilaeral,
spondialitis dengan gangguan neurologis, penderita
dengan dahak negatif tetapi kelainan parunya luas, TB
usus, TB saluran kemih dan sebagainya.
2. kategori II : kasus kambuh atau gagal dengan dahak tetap positif.
3. kategori III : kasus dengan dahak negatif tetapi kelainan parunay tidak
luas dan kasus TB diluir paru selain yang disebut dalam
kategori I.
4. kategori IV : Tuberkulosisi kronik.

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan (sekarang, sebelum, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat kesehatan spiritual, riwayat kesehatan psikologis.
4. Pemeriksaan fisik
Data dasar pengkajian meliputi :
a. Aktivitas / istrahat.
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja,
kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil
dan atau berkeringat, mimpi beruk
Tanda : Takikardia, takipnea / dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri
dan sesak (tahap lanjut),
b. Integritas ego
Gejala : Adanya faktor stress lama, masalah keuangan, rumah,
perasaan tak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : Menyangkal (denial) khususnya selama tahap dini
Ansietas, ketakutan, mudah tersinggung (sensitif)
c. Pernapasan
Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif, napas pendek
Tanda : pengembangan pernapasan tak simetris ( effusi pleural )
Bunyi napas menurun / tak ada secara bilateral atau unilateral
( effusi pleural / pneumotorak ). Bunyi napas tubuler & atau
bisikan pectoral diatas lesi luas. Krekels tercatat diatas aspek
paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels
postrussic)
Karakteristik sputum : Hijau / purulen, mukoid kuning, atau
bercak darah
Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d. Pola Nutrisi
Gejala : anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Tanda : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak
subkutan.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah,
f. Interaksi sosial
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

g. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB
Ketidak mampuan umum / status kesehatan buruk
Gagal untuk membaik / kambuhnya TB
Tidak berpartisipasi dalam terapi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi / sputum
yang kental
2. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
membrane alveolar kapiler atau secret kental / tebal.
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan penurunan pertahanan /
penekanan proses infeksi, pertahanan primer tidak adekuat (penurunan
kerja silia, secret statis)
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan,
anoreksia, dipsnea.
5. Gangguan pemenuhan istrahat tidur berhubungan dengan batuk dan
berkeringat malam
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
7. Resti ketidak patuhan terhadap regimen pengobatan (kurang pengetahuan)
berhubungan dengan keterbatasan kognitif
C. Perencanaan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi/ sputum
yang kental.
Tujuan : Menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas
Kriteria :
 Sekret berkurang
 Klien tidak sesak
 Bunyi napas normal
 Klien tidak sianosis
Intervensi
Intervensi :
a. Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan dan kedalaman
dan penggunaan otot aksesori.
Rasional : Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.
Ronki, mengi menunjukkan akumulasi
secret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas
yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori
pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan.
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/ batuk efektif; catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional : Pengeluaran sulit bila secret sangat tebal (misalnya efek
infeksi dan atau tidak adekuat hidrasi). Sputum berdarah
kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan
(kavitasi) paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan
evaluasi/ intervensi lanjut.
c. Berikan pasien posisi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan
latihan nafas dalam.
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
penurunan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal
membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan
secret ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
d. Bersihkan secret dari mulut dan trakea, pengisapan sesuai keperluan.
Rasional : Mencegah obstruksi/aspirasi penghisapan dan diperlukan
bila pasien tak mampu mengeluarkan secret.
e. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra
indikasi.
Rasinal : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan
secret, membuatnya mudah dikeluarkan.
2. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
membrane alveolar kapiler atau secret kental / tebal.
Tujuan : Penurunan dipsnea
Kriteria : GDA dalam rentang normal, klien tidak sianosis,
frekuensi pernapasan normal
Intervensi :
a. Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi, napas,
peningkatan upaya pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan
kelemahan.
Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dan bagian
kecil bronkopneumonia sampai implamasi difusi luas,
nekrosis, effuse pleural, dan fibrosis luas. Efek pernapasan
dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress
pernapasan.
b. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan
perubahan pada warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku.
Rasional : Akumulasi sekret/pengaruh jalan napas dapat mengganggu
oksigenasi organ vital dan jaringan.
c. Tunjukan/ dorong bernapas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Rasional : Membuat tahan melawan udara luar, untuk mencegah
kolaps/penyempitan jalan napas, sehingga membantu
menyebarkan udara melalui paru dan menurunkan napas
pendek.
d. Tingkatkan tirah baring/ batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan
diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/ kebutuhan selama periode
penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan penurunan pertahanan /
penekanan proses infeksi, pertahanan primer tidak adekuat (penurunan
kerja silia, secret statis).
Tujuan : Melakukan perubahan pola hidup dan meningkatkan lingkungan
yang aman untuk mencegah penyebaran infeksi
Kriteria :
- Memenuhi aturan terapi dan perawatan
- Membuang sputum ditempat yang telah disediakan
Intervensi :
a. Kaji patologi penyakit (aktif/fase tak aktif : diseminasi infeksi melalui
bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah/sistem
limpatik) dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama
batuk bersin, meludah, bicara tertawa, menyanyi.
Rasional : Membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi
program pengobatan untuk mencegah pengaktifan
berulang/komplikasi. Pemahaman bagaimana penyakit
disebarkan dan kesadaran kemungkinan transmisi membantu
pasien/orang terdekat untuk mengambil langkah untuk
mencegah infeksi ke orang lain.
b. Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh anggota rumah,
sahabat karib/teman.
Rasional : Orang-orang yang terpajan ini program terapi obat untuk
mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.
c. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan
menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik
mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk mengulangi demonstrasi.
Rasional : Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran
infeksi.
d. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi
pernapasan.
Rasional : Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan
membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit
menular.

e. Awasi suhu sesuai indikasi


Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.
f. Identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang
tuberkulosis.
Rasional : Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk
mangubah pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden
eksaserbasi.
g. Tekanan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
Rasional : Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal,
tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas sedang, risiko
penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
h. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap
sputum untuk lamanya terapi.
Rasional : Alat dalam pengawasan efek dan keefektifan obat dan
respons pasien terhadap terapi.
i. Dorong memilih/mencerna makanan seimbang. Berikan makan sering
kecil makanan kecil pada jumlah makanan besar yang tepat.
Rasional : Adanya anoreksia dan/atau malnutrisi sebelumnya
merendahkan tahanan proses infeksi dan mengganggu
penyembuhan. Makan kecil dapat meningkatkan pemasukan
semua.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan,
anoreksia, dipsnea.
Tujuan : Menunjukan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
Nafsu makan kembali normal, porsi makan dihabiskan, berat
badan dipertahnkan, dengan nilai laboratorium normal & bebas
tandamal nutrisi
Intervensi :
a. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat
badan dan derajat kekurangan berat badan,integritas mukosa oral,
kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat
mual/muntah atau diare.
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan
pilihan intervensi yang tepat.
b. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
Rasional : Membantu dalam mengedintifikasi kebutuhan, kekuatan
khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat
memperbaiki masukan diet.
c. Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodic.
Rasional : Bergua dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan
cairan.
d. Selidiki anoreksia, mual, dan muntah, dan catat kemungkinan hubungan
dengan obat. Awasi frekuensi, volume, konsistensi feses.
Rasional : Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area
pemecahan masalah untuk meningkatkan
pemasukan/penggunaan nutrient.
e. Dorong dan berikan periode istirahat sering.
Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan
metabolic meningkat saat demam.
f. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat.
Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak
perlu/kebutuhan energy dari makan makanan banyak dan
menurunkan iritasi gaster.
5. Gangguan pemenuhan istrahat tidur berhubungan dengan batuk dan
berkeringat malam.
Tujuan : Perbaikan dalam pola tidur / istrahat.
Kriteria :
 Klien bisa tidur lelap
 Klien merasa sejahtera dan segar / rilex
 Tidur sekitar 6 jam / 8 jam setiap malam
Intervensi :
a. Lakukan kajian ulang masalah gangguan tidur pasien, karakteristik, dan
penyebab kurang tidur
Raional : Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana
perawatan yang tepat.
b. Lakukan persiapan untuk tidur malam seperti pada jam 9 malam atau
sesuai dengan pola tidur pasien.
Rasional : Pola yang tetap membamtu menstimulasi tudur REM
c. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur dan massase pada daerah
belakang tubuh, lap keringat yang berlebihan, berikan segelas susu
hangat.
Rasional : Meningkatkan efek relaksasi. Susu mempunyai kualitas
soportif, meningkatkan sintesis serofonin yang merupakan
neurotransmitter yang membantu pasein tertidur dan tidur
lebih lama
d. Jadwalkan pemberian terapi dan pengobatan sebelum waktu
tidur. Hindari gangguan bila mungkin.
Rasional : Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar,
apalagi lansia mempunyai tingkat keterjagaan lebih tinggi
dan ia mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangu
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Berkurangnya ansietas ketingkat yang bisa diatasi
Kriteria:
 Lansia tampak rilex & tenang
 Mekanisme koping yang konstruktif
 Menerima situasi yang ada/proses penyakitnya
Intervensi :
a. Pahami rasa takut/ansietas. Validasi obser vasi dengan pasien lansia
misalnya. “Apakah anda takut”
Rasional : Perasaan adalah nyata & membantu pasien untuk terbuka
sehingga dapat mendiskusikan & menghadapinya
b. Kaji tingkat/realitas bahasa bagi pasien & tingkat ansietas
(misalnya rendah, sedang, parah) dengan mengamati tingkah laku
seperti tangan yang mencekram, mata ang membesar respons yang
mengagetkan, alis yang berkerut, merapat pada keluarga/staf ataupun
sampai kepada penyerangan verbal/fisik.
Rasional : Respons individu dapat bervariasi tergantung pada pola
cultural yang dipelajari. Persepsi yang menyimpang dari
situasi mungkin dapat memperbesar perasaan.
c. Kaji keparahan dari rasa sakit jiwa muncul.Menunda pengumpulan
informasi jika sakit menjadi parah.
Rasional : Sakit yang parahdan ansietas akan menyisakan sedikit
energi untuk berfikir & aktifitas lainya.
d. Evaluasi mekanisme koping/pertahanan yang digunakan untuk
berhadapan dengan perasaan ataupun ancaman yang sesungguhnya.
Rasional : Mungkin dapat menghadapi situasi dengan baik pada waktu
itu, misalnya penolakan & regresi mungkin dapat
membantu mekanisme koping untuk suatu waktu tertent.
Meskipun demikian, penggunaan mekanisme ini akan
mengalihkan energi yang diperlukan oleh pasien untuk
kesembuhan & masalah-masalah ang harus dihadapi.
e. Anjurkan untuk melakukan pendekatan spritual.
Rasional : Pendekatan spiritual dapat membantu penerimaan pasien
terhadap kondisi yang dialami sehingga mengurasi rasa
cemas.
7. Resti ketidak patuhan terhadap regimen pengobatan (kurang pengetahuan)
berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis &
kebutuhan pengobatan.
Kriteria:
 Menjawab secara verbal pertnyaan yang diberikan tentang
penyakitnya
 Kooperatif dalam terapi & perawatan
 Bebas dari kebingungan
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat akut, kelemahan,
tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien tetap dapat
belajar.
Rasional : Belajar Tergantung Pada Emosi Dan Kesiapan Fisik Dan
Ditingkatkan Pada Tahapan Individu.
b. Berikan intruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk
rujukan contoh jadwal obat
Rasional : Informasi Tertulis Menurunkan Hambatan Pasien Untuk
Mengingat Sejumlah Besar Informasi. Pengulangan
Menguatkan Belajar.
c. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan
alasan pengobatan lama. |Kaji potensial interaksi dengan obat /
substansi lain.
Rasional : Meningkatkan Kerjasama Dalam Program Pengobatan Dan
Menjegah Penghentian Obat Sesuai Perbaikan Kondisi
Pasien
d. Jelaskan tentang efek samping obat : mulut kering, konstipasi, gangguan
penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah
Rasional : Mencegah Keraguan Terhadap Pengobatan Sehingga
Mampu Menjalani Terapi
e. Anjurkan pasien untuk tidak minum alcohol jika sedang dalam terapi
INH
Rasional : Kebiasaan Minum Alkohol Berkaitan Dengan Terjadinya
Hepatitis
f. Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memulai dan kemudian tiap
bulan selama minum etambutal
Rasional : Efek Samping Utama Menurunkan Penglihatan, Tanda
Awalnya Menurunnya Kemampuan Untuk Melihat Warna
Hijau.
g. Dorong pasien dan keluarganya untuk mengungkapkan kecemasan dan
jangan menyangkal
Rasional :Menurunkan Kecemasan, Penyangkalan Dapat
Memperburuk Mekanisme Koping
h. Anjurkan untuk berhenti merokok
Rasional : Merokok Tidak Menstimlasi Kambuhnya Tuberkulosis
Tetapi Mengakibatkan Gangguan Pernapsan / Bronkhitis
i. Review tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi.
Rasional : Pengetahuan Yang Cukup Dapat Mengurangi Risiko
Penularan / Kambuh Kembali. Komplikasi Tuberkulosis :
Formasi Abses, Empisema, Pneumotorak, Fibrosis, Efusi
Pleura, Empiema, Bronkiektatis, Henoptisis, Ulserasi
Gastro Intestinal, Bronkopleural, Tuberkulosis laring, dan
penularan kuman.
PORMAT PENGKAJIAN
Data diambil tanggal : 07 Maret 2011
Ruang rawat : Perawatan IV lantai 3
Tanggal Masuk RS : 28/02/2011
Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru

Biodata
Nama : Tn ” T ”
Umur : 34 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Bantaeng, 31 Desember 1976
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis/ Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status : Kawin
Alamat : Samataring Jeneponto

Keluhan Utama
Pasien mengatakan batuk, berkeringat pada malam hari, sesak nafas, dan
susah tidur
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien menderita penyakit Tuberkulosis paru sejak 1 bulan yang lalu dan
pernah dirawat RSUD Bantaeng tapi tidak sembuh, dan akhirnya tanggal 28 april
20011 dibawa ke rumah sakit Islam Faisal dengan keluhan batuk lama ± 1 bulan
yang lalu berlendir dan keluar darah, sesak nafas,demam , nyeri dada, dan
kadang-kadang berkeringat pada malam hari.

Riwayat Penyakit Sekarang


1. Pasien menderita penyakit Tuberkulosis paru sejak 1 bulan yang lalu dan
pernah dirawat RSUD Bantaeng tapi tidak sembuh
2. Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3. Pernah berobat tetapi tidak teratur
4. Daya tahan tubuh yang menurun
5. Pasien tidak mendapatkan vaksinasi yang lengkap

Riwayat Spikososial
1. Pola komunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
2. Orang yang paling dekat dengan pasien
Istri dan anak-anaknya
3. Rekreasi
Hoby : Menonton
4. Dampak masuk rumah sakit
Pasien tidak dapat beraktivitas seperti biasa
5. Hubungan dengan orang lain / interaksi social
Pasien dapat berinteraksi dengan baik terhadap keluarga, perawat, dan dokter,
walaupun pasien kadang-kadang tidak mematuhi nasihat dokter dan perawat .
6. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan
Istri
Riwayat Spiritual
Pasien beragama islam, sumber kekuatan atau harapan saat sakit ALLAH SWT.
Selama sakit pasien tidak melaksanakan ibadah (sholat), Pasien hanya berdoa.

Pola Aktivitas Sehari-hari


1. Makan (nutrisi)
 Sebelum MRS : Nasi putih, lauk pauk (tempe , ikan )
 Selama MRS : Bubur, telur.
2. Frekuensi
 Sebelum MRS : 3 kali sehari
 Selama MRS : 3 kali sehari (Pasien hanya menghabiskan
½ dari porsi yang disediakan
3. Pantangan
 Sebelum MRS : Tidak ada
 Selama MRS : Makanan yang manis-manis

4. Yang disukai
 Sebelum MRS : Nasi goreng
 Selama MRS : -

5. Alergi
 Sebelum MRS : Tidak ada
 Selama MRS : Tidak ada

Pola Istirahat / Tidur


 Waktu tidur
 Sebelum MRS : Tidur siang 2 jam sehari, malam 7-8 jam
 Selama MRS : Tidur siang 1-2 jam sehari, malam 2-3 jam
 Waktu bangun
 Sebelum MRS : Siang bangun jam 16.30, malam bangun jam 5.30
 Selama MRS : Siangt tidak menentu, malam susah tidur
 Masalah tidur
 Sebelum MRS : Tidur / istirahat yang cukup
 Selama MRS : Pasien merasa tidak nyaman karena sering batuk
 Hal-hal yang mempermudah tidur
1. Sebelum MRS : Menonton
2. Selama MRS : Posisi semifowler.

Pola Eliminasi
1. BAK
 Warna : Kuning
 Bau : Khas
 Konsistensi : Cair
 Frekuensi : 3 kali sehari
 Kesulitan BAK : Tidak ada
 Upaya mengatasi : Tidak ada
2. BAB
 Warna : Kuning
 Bau : Khas
 Konsistensi : Padat
 Frekuensi : 1 kali sehari
 Kesulitan BAB : Tidak ada
 Upaya mengatasi : Tidak ada

Pola Aktifitas
Pasien istirahat total, kadang juga duduk ditempat tidur dengan
menyandarkan punggung pada bantal yang ditinggikan

Kebersihan / personal hygiene


 Mandi : 1 kali/hari dengan dibantu keluarga / perawat
 Keramas : 1 kali/hari dengan dibantu keluarga / perawat
 Gosok gigi : 2 kali/hari
 Ganti baju : 1 kali/hari

Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 110/80 mmhg
 Nadi : 104 kali/menit
 Respirasi Rate : 38 kali/menit
 Suhu : 37,8 º C
2. Tinggi badan : 168 cm
Berat badan : 55 kg
3. Head to toe
 Kepala
 Bentuk kepala simetris
 Kulit kepala tidak ada luka
 Rambut : Penyebaran rambut rata, tidak rontok, warna hitam dan
tidak berbau
 Mata simetris, kanan kiri isokor, pupil miosis terhadap refleks cahaya,
hidung (tidak ada secret), telinga simetris, tidak ada otorea
 Leher
 Posisi trakea simetris
 Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
 Tidak ada pembesaran vena jugularis
 Pemeriksaan Toraks (dada):
Infeksi : Klien nampak sesak nafas, batuk darah (hemoptosis) disertai
sputum berwarna kuning berbusa, Frekuensi pernapasan 38 kali/menit,
irama cepat.
 Pemeriksaan paru : Perkusi pada paru memberikan suara pekak,
auskultasi Suara nafas pokok bronkhial dan disertai bunyi ikutan ronkhi
basah yang nyaring, menggambarkan adanya infiltrasi pada jaringan
paru.
 Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi : Bentuk abdomen normal, rata, tidak ada kelainan, tidak ada
benjolan/massa, pada abdomen.
 Auskultasi : Peristaltik usus normal (16 kali/menit)
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada pada perut, tidak ada benjolan,
tidak ada massa, tidak ada pembesaran hepar.
 Perkusi : Resonan (normal).
 Ekstremitas/musculoskeletal
 Kesimetrisan otot : Simetris kiri dan kanan
 Tidak oedema pada kaki kiri dan kanan
 Kekuatan otot kuat
 Integumen
 Warna : Sawo Matang
 Turgor : Kurang baik
 Kelembaban : Lembab
 Kebersihan : Bersih.
 Pemeriksaan neurologi
 Tingkat kesadaran komposmentis
 Tidak ada tanda-tanda meningael sign (rangsangan otak )
 Syaraf otak : tidak ada kelainan
 Fungsi motorik : dapat mengikuti perintah dan bergerak
 Fungsi sensorik : perabaan, sentuhan, penciuman, rasa baik/berespon
dengan baik
 Penatalaksanaan / terapi
 Injeksi Adona 1 ampul / 8 jam/IV
 Transamin 1 ampul / 12 jam/IV
Terapi Obat Oral
 Codein 3x1
 Rifampisin 1x1
 INH 1x1
 PZA 1x2
 Ethambutol 1x2
 B6 2x1
 PCT
 Ambroxol
 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan sputum : diagnosis pasti BTA (+)
 Laboratorium :
- WBC 10.2X10³ - RBC 3.76X10
- HGB 12.39 - MCV 92.0
- HCT 34.6 - MCH 32.7
- Lekosit 10.200 - MCHC 35.5
- Eritrosit 3.760.000 - PLT 18X10³
- Trombosit 181.000
- LED 76 Jam I - LYM 23.5
100 Jam II
- HDL Cholesterol 7
- LDL 79 - GDS 346
- SGOT 57 -SGPT 59
- GDP 440 - GDPP 2 Jam 325
- Waktu Pendarahan 2 menit 48 detik
- Waktu bekan 9 menit

Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi / sputum
yang kental
2. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
membrane alveolar kapiler atau secret kental / tebal.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan,
anoreksia, dipsnea.
4. Gangguan pemenuhan istrahat tidur berhubungan dengan batuk dan
berkeringat malam
Data Etiolog Masalah
1. 08 Maret 2011
DS : Radang airway Bersihan jalan napas tidak
Klien mengatakan sesak efektif
napas, batuk berlendir Reaksi immunolgy
DO :
RR= 38x/mnt Produksi mukus meningkat
Pernapasan retraksi pada
area substernal, Obstruksi saluran napas
supraklavikula dan
suprasternal Usaha tubuh mengeluarkan
benda asing
Hasil auskultasi : Rales
pada paru kanan, ronkhi
Batuk
difus pada kedua lapang
paru
Gangguan bersihan jalan
Nampak klien batuk dan napas
berlendir
Terpasang O2 ltr

2. 08 Maret 2011 Micobacterium TB Gangguan pertukaran gas


DS :
Klien mengatakan Invasi bronkus paru
lemah dan cepat lelah
DO : Pembuluh darah dlm jumlah
kecil lisis
Takikardia
Takipnea
Hemoptu

HB menurun

Difusi O2 & CO2 terganggu

Gangguan pertukaran gas

Hipertermi, napas cepat &


3. 08 Maret 2011 dangkal Perubahan nutrisi
DS : kurang dari kebutuhan
Klien mengatakan malas
BMR meningkat tubuh
makan
Klien merasakan mual
Penggunaan energi
muntah dan rasa tidak
berlebihan
enak diperut
DO : Absorsi cairan meningkat
Porsi makan tidak
dihabiskan Gangguan Nutrisi tubuh
BB saat ini 50 kg, yang
sebelumnya 55 kg
Klien nampak tidak ada
selera / nafsu makan
Klien nampak lemah

Hipertermi dan batuk


4. 08 Maret 2011 Gangguan pemenuhan
berlebihan
DS : istrahat dan tidur
Klien mengatakan susah Evaporasi via kulit & jln
napas
tidur dan sering
berkeringat pada malam
Keringat yg berlebihan pada
hari malam hari
Keluarga klien
Gangguan Istrahat
mengatakan klien batuk
yang berlebihan pada
malam hari
DO :
Badan klien terasa
hangat
Klien nampak lelah dan
lemah
TD :100/80mmHg
N : 80x/i
RR : 24x/i
S : 38.8ºC

Anda mungkin juga menyukai