Anda di halaman 1dari 3

kesehatan mental ke arah positif

Sehat (healt) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan


secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental maupun
sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah (Dewi, 2012).
Menurut Kartono, pribadi yang normal atau bermental sehat adalah pribadi
yang menampilkan tingkah laku yang adekuat dan bisa diterima masyarakat
pada umumnya, sikap hidupnya sesuai personal dan intersosial yang
memuaskan (Dewi, 2012). Sedangkan menurut Karl Menninger, individu
yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk
menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang
perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia (Dewi, 2012).
Menurut Dewi (2012) saat ini, individu yang sehat mental dapat didefinisikan
dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya gangguan mental dan secara
positif yaitu ketika hadirnya karakteristik individu sehat mental. Adapun
karakteristik individu menurut Lowenthal (dalam Dewi, 2012), sehat mental
mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif seperti : kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) yang positif, karakter yang kuat serta
sifat-sifat baik atau kebajikan (virtue).

Dari segi kesehatan mental, ada beberapa sikap yang penting yang
dimiliki individu dan kelompok masyarakat dalam memajukan sehat mental
yaitu (1) sikap menghargai diri kita sendiri, (2) sikap menerima dan
menghargai kelemahan diri kita dan juga kelemahan orang lain, (3) sikap
memehami bahwa semua tingkah laku yang terjadi pasti ada penyebabnya,
(4) sikap aktualisasi diri (Semiun, 2010).

Hal lain yang juga penting adalah melihat kenyataan bahwa hidup
harus dilihat dengan jelas dan kita menerimanya sebisa mungkin, berusaha
untuk menolak dan menentang kenyataan hanya akan menimbulkan
gangguan mental. Seseorang yang menyukai dirinya sendiri dan menerima
dirinya apa adanya biasanya adalah orang bermental sehat. Sebaliknya,
seseorang yang tidak menyukai dirinya sendiri dan tidak bisa menerima
dirinya sendiri beresiko mengalami ganguan mental seperti
ketidakmampuan menyesuaikan diri di lingkungannya. Semiun (2010)
mengatakan bahwa percaya diri yang kurang akan memunculkan gangguan-
gangguan emosional, kecemasan dan tidak bisa menyesuaikan diri, demikian
juga sebaliknya percaya diri yang tinggi akan mencegah munculnya
ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri. Oleh karena itu penting bagi
individu untuk bisa mengetahui siapa dirinya, memehami siapa dirinyanya
dan menerima semua keterbatasannya sehingga ia dapat mengoptimalkan
semua yang ada dalam dirinya sebaik mungkin.

Menurut Semiun (2010), ilmu kesehatan mental bertujuan untuk


membantu dan bukan untuk menghancurkan ego orang lain. Ilmu kesehatan
mental mengutamakan sikap menerima dan memuji bukan sikap
menyalahkan dan menghukum, menghormati martabat pribadi individu,
melakukan pendekatan positif dan bukan negatif. Tingkah laku manusia
adalah dinamik. Setiap orang dalam hidupnya selalu didorong oleh
keinginan-keinginan yang harus dipuaskan. Ia tidak pernah beristirahat,
kehidupannya selalu berjuang untuk memperoleh makanan, kepuasan seks,
kehangatan, afeksi, keamanan ekonomis dan emosional, prestasi,
penghargaan. Ia menyadari kebutuhan atau tujuan hidupnya. Ia harus
bekerja ke arah tujuan-tujuan tertentu, dan prestasi yang diperolehnya akan
menyebabkan dirinya merasa adekuat.

Penting kita ketahui bahwa keluarga, sekolah dan masyarakat yang


menjadi faktor utama bagi individu untuk tumbuh dan berkembang. Faktor-
faktor tersebut menjadi pendorong individu akan beresiko terkena gangguan
mental atau sehat mental. Jika faktor-faktor tersebut dapat membantuh
tumbuh kembang suatu individu bisa di pastikan bahwa individu tidak akan
beresiko terkena gangguan mental. Orang tua yang tahu akan memahami
anaknya, mengetahui apa yang menjadi kemampuan anaknya dan menerima
serta membantu pula anaknya dalam menerima keterbatasannya akan
mampu mengurangi resiko gangguan kesehatan pada anaknya. Dalam
lingkungan sekolah, guru bukan hanya mengajari apa yang tidak diketahui
muridnya tapi membantu muridnya mengenali potensinya dan turut ikut
membantu murid dalam mengembangkan potensi tersebut. Pemerintah
harus menyadari bahwa sebenarnya yang dibutuhkan masyarakat bukanlah
sehat fisik saja tapi juga yang paling utama adalah sehat mental.

Tahu “siapa saya?” adalah salah satu cara yang sulit tapi sangat efektif
dalam membantu sehat mental kita. Mengenali diri, mengetahui potensi yang
kita miliki serta mengetahui dan menerima keterbatasan atau kelemahan
yang dimiliki adalah cara-cara agar kita bisa sehat mental. Setiap individu itu
berbeda tidak ada individu yang sama bahkan anak kembar sekalipun tetap
memiliki perbedaan, oleh karena itu jangan takut dan malu akan perbedaan
yang kita miliki, jangan jadikan perbedaan itu sebagai kelemahan tapi jadikan
itu sebaliknya jadikan perbedaan itu sebagai alat untuk mengembangkan diri
menjadi lebih baik dan dengan ini akan mengurangi resiko gangguan mental
dan menjadi sehat mental.

Daftar Pustaka

Dewi, K. S. (2012). Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP.

Semiun, Y. (2010). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai