Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI MANAJEMEN

TRANSFER PRICING PADA PT. PLN (Persero)

Disusun oleh:
Nama : Krestianto Aji Saputro
NPM : 144060006176
Nomor Urut : 21
Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen
Periode Semester : Semester VII
Tahun Akademik : 2014/2015

Kelas VII-C Program DIV Akuntansi Reguler


Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
2015

1
Abstrak
Dorongan untuk mengoptimalkan manfaat dari keterbatasan sumber daya membuat manajemen berupaya untuk
mencapai kapasitas produksi yang seefisien mungkin. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
mengoptimalkan kemampuan setiap lini bisnis dari hulu ke hilir. Bagi pemerintah sebagai entitas penyedia
barang dan jasa publik, tentu hal ini sudah seharusnya menjadi perhatian. Sinergi antar institusi dibutuhkan
untuk mewujudkan kemakmuran rakyat serta manajemen pemerintahan yang sehat. Dalam kegiatannya,
pemerintah selalu dihadapkan pada pilihan harga yang timbul didalam mekanisme pasar ditengah keterbatasan
penyedia barang dan jasa publik. Oleh karena itu studi untuk memutuskan pemenuhan kebutuhan dengan
rentang pengorbanan sumber daya ekonomi tertentu diperlukan, salah satunya dengan mekanisme harga
trasnfer. Pemerintah dapat memilih untuk memanfaatkan setiap lini produksi yang dimilikinya atau memutuskan
untuk memenuhi kebutuhannya dengan membeli barang dan/atau jasa yang disediakan oleh produsen lain.
Makalah ini akan membahas bagaimana sebuah analisis sederhana digunakan dalam menentukan harga
transfer pada salah satu institusi Pemerintah yaitu PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN (Persero)) dalam
upayanya memenuhi penyediaan energi listrik oleh pemerintah kepada masyarakat.
Kata Kunci: Pemerintah, harga transfer.

Abstract
The urge to optimize the benefits of limited resources make management intends to achieve production capacity
as efficiently as possible . One of the efforts is to optimize the ability of each business line from upstream to
downstream . Since the government as an entity provider of public goods and services , of course it should be a
concern . The synergy between the institutions needed to realize the prosperity of the people and good
governance . In its activities, the government is always faced with the option price arising in the midst of the
limitations of the market mechanism providers of public goods and services. Studies to determine compliance
with the requirements ranges certain sacrifice of economic resources required, one of them with a transfer pricing
mechanism . The government may choose to utilize any of its production line or decide to meet their needs by
purchasing goods and / or services provided by other manufacturers . This paper will discuss how a simple
analysis is used in determining transfer prices in one of the government institutions , namely PT . Perusahaan
Listrik Negara ( PT .PLN ) in its efforts to meet the provision of public electricity by the government to
communities.
Keywords: government, transfer pricing.

Pendahuluan
Energi listrik memiliki peran yang sangat vital dan strategis, energi listrik dibutuhkan dalam
rangka memenuhi hajat orang banyak dan menunjang pembangunan nasional. Energi listrik
harus terjamin ketersediannya, mampu dijangkau oleh semua tingkatan ekonomi, dan aman
bagi lingkungan maupun penggunanya. Pemerintah menyadari pentingnya peran energi
listrik ini sehingga membentuk salah satu BUMN yang bertugas di bidang ketenaga listrikan
nasional yaitu PT. PLN (Persero) Berdasar data laporan tahunan PT.PLN tahun 2013,
pemerintah baru mampu memenuhi 80,38% dari total keseluruhan cakupan rumah tangga
berlistrik (electrification ratio). Hal ini terus diusahakan oleh pemerintah agar electrification
ratio tersebut dapat dipenuhi hingga 100%, akan tetapi tantangan yang dihadapi pemerintah
sangat tinggi yaitu keterbatasan kapasitas pembangkitan, rendahnya minat swasta
berinvestasi dalam bidang ketenaga listrikan, Biaya Pokok Penyediaan yang tinggi. Oleh
karena itu pemerintah harus menerapakan manajemen yang baik sehingga pengelolaan
energi yang sifatnya vital dan strategis ini memberikan hasil yang optimal.
Manajemen pasti memiliki sistem pengendalian sebagai sarana mengumpulkan dan
menggunakan informasi untuk membantu dan mengkoordinasikan perencanaan dan
pengendalian keputusan seluruh organisasi dan untuk membimbing perilaku manajer dan
karyawan lainnya termasuk dalam sebuah organisasi seperti pemerintah. Setiap
pemerintahan merancang sistem pengendalian manajemen mereka dengan konsep yang
berbeda-beda tergantung dengan karakteristik negara dan kebijakan yang diambil. Tidak
ada aturan yang baku untuk mengatur sistem pengendalian yang tepat untuk setiap
pemerintahan, semuanya tergantung pada manajemen dengan memperhatikan kaidah-
kaidah manajemen yang sehat.
Sistem pengendalian manajemen terdiri dari sistem kontrol formal dan informal. Sistem
pengendalian manajemen formal perusahaan meliputi aturan eksplisit, prosedur, ukuran
kinerja, dan rencana insentif yang memandu perilaku manajer dan karyawan lainnya. Sistem
2
kontrol formal terdiri dari beberapa sistem, seperti sistem akuntansi manajemen, yang
menyediakan informasi mengenai biaya, pendapatan, sistem sumber daya manusia, yang
memberikan informasi tentang perekrutan, pelatihan, absensi, dan kecelakaan; dan sistem
kualitas, yang memberikan informasi pada hasil, produk cacat, dan pengiriman akhir kepada
pelanggan.
Agar efektif, sistem pengendalian manajemen harus berkaitan erat dengan strategi dan
tujuan organisasi. Beberapa langkah yang mungkin diambil manajemen adalah:
(1) menyediakan produk dan layanan yang inovatif untuk meningkatkan pangsa pasar,
(2) mengurangi biaya dan menargetkan pelanggan yang sensitif pada harga.
Berbagai tingkat manajemen akan membutuhkan berbagai jenis informasi untuk
menentukan langkah yang diambil. Sistem pengendalian manajemen yang efektif juga harus
memotivasi manajer dan karyawan lainnya. Salah satu informasi penting terkait dengan
biaya adalah harga transfer. Manajemen dapat menggunakan informasi ini untuk memenuhi
kebutuhan suatu produk disetiap segmen bisnis melalui sinergi antar segmen,
pembangunan lini usaha dari hulu ke hilir.
Dalam bidang ketenagalistrikan yang dilaksanakan oleh PT.PLN (Persero), informasi
mengenai biaya merupakan informasi vital. PT.PLN (Persero) tidak hanya sekedar
mengelola energi listrik agar tersedia, tetapi juga menjamin bagaimana energi listrik yang
tersedia mampu dijangkau oleh masyarakat dan memberi manfaat. PT.PLN (Persero)dapat
memilih variasi harga produk yang dibutuhkan antara yang ditawarkan segmen bisnisnya
atau pasar untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat. Sebagai salah satu jenis barang
publik, masayarakat memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap harga energi listrik. Oleh
karena itu pemerintah perlu mengetahui berapa harga transfer yang tepat sehingga tidak
saja menjamin kelangsungan usaha lini usaha pemerintah tetapi juga menghasilkan harga
energi listrik yang murah.

Kajian Teoristik
Harga transfer sering disebut intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional
pricing, atau internal pricing. Pengertian harga transfer bisa dibagi menjadi dua, yaitu
pengertian yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat peyoratif.
 Pengertian Netral
Dengan asumsi bahwa transfer pricing merupakan murni strategi dan taktik bisnis
tanpa motif pengurangan beban pajak. Menurut Dr. Gunandi, M.Sc., Ak., harga
transfer adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan
barang, jasa, atau pengalihan teknologi antarperusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa.
Harga transfer adalah harga yang dibebankan oleh suatu bagian (subunit,
departemen, divisi) dalam suatu organisasi untuk suatu produk atau jasa yang
dipasok kepada bagian lain dalam organisasi yang sama (Charles T. Horngren &
George Poster, 1990).
 Pengertian Peyoratif
Dengan asumsi bahwa transfer pricing sebagai upaya untuk menghemat beban
pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya
rendah. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitrro, S.H., transfer pricing adalah suatu
perbuatan pemberian harga faktur (invoice) pada barang-barang (juga jasa-jasa)
yang diserahkan antar bagian/ cabang suatu perusahaan multinasional.

Harga transfer berhubungan dengan transaksi antardivisi dalam satu unit hukum (entitas)
dalam satu kesatuan ekonomi. Tujuan yang ingin dicapai dalam harga transfer antara lain
sebagai berikut:
1. Memaksimalkan penghasilan global
3
2. Mengamankan posisi kompetitif anak/ cabang perusahaan dan penetrasi pasar
3. Evaluasi kinerja anak/ cabang perusahaan mancanegara
4. Menghindarkan pengendalian devisa
5. Mengatrol kreditabel asosiasi
6. Mengurang resiko moneter
7. Mengatur cash flow anak/ cabang yang memadai
8. Membina hubungan baik dengan administrasi setempat
9. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk
10. Mengurangi resiko pengambilalihan oleh pemerintah
Harga transfer didasarkan pada selisih biaya yang terjadi antara harga barang dan/atau
jasa yang disediakan oleh segmen lain dengan harga pasar. Pengaruh atas harga transfer
akan menimbulkan pertanyaan bagaimana metode pendekatan penentuan harga. Manfaat
dari harga transfer ini adalah bagaimana manajemen mampu memenuhi permintaan bahan
baku dalam proses produksi selanjutnya dengan memperhatikan tingkat optimal dari harga
yang ditawarkan segmen bisnisnya dengan harga pasar.
Dalam kaitannya dengan pemerintah, dibentuk segmen bisnis dalam Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Setiap segmen menghasilkan produk yang berbeda-beda dan besar
kemungkinan dibutuhkan oleh segmen lainnya. Akhir-akhir ini sinergi BUMN menjadi
prioritas dalam pengembangan bisnis antar segmen pemerintah. BUMN didorong untuk
bekerja sama saling memenuhi kebutuhan akan produk dan/atau jasa, terintegrasi dalam
pemanfaatan produk untuk menghasilkan sebuah produk akhir, atau membuat lini usaha
patungan.
PT. PLN (Persero) merupakan BUMN produsen energi listrik di Indonesia, memiliki
beberapa anak perusahaan sebagai penyuplai bahan baku, jasa perbaikan, atau usaha
pembangkitan yang menghasilkan listrik. Salah satu entitas anak terbesar milik PT.PLN
yang bergerak dalam usah pembangkitan adalah PT. Indonesia Power. Skema bisnis yang
dijalankan dalam penyediaan tenaga listrik adalah PT. PLN (Persero) membeli tenaga listrik
yang dibangkitkan oleh PT. Indonesia Power kemudian tenaga listrik tersebut disalurkan
kepada masyarakat. Listrik yang disalurkan tersebut ditentukan harganya dalam kebijakan
tarif dasar listrik (TDL) oleh pemerintah.
Pemerintah dalam hal ini PT. PLN (Persero) tentu perlu mengetahui harga yang wajar
dibayar dalam penyediaan tenaga listrik. Skema harga transfer memungkinkan PT. PLN
(Persero)memperkirakan rentang biaya yang mungkin dibayar untuk penyediaan tenaga
listrik tersebut baik dengan cara memperoleh dari entitas anak sebagai lini bisnisnya
maupun dari pasar yang tersedia. dalam kebijakan penyediaan tenaga listrik ini manajemen
juga akan mempertimbangkan bagaimana efek harga transfer dalam bisnis, seberapa besar
manajemen dipengaruhi oleh harga dan kualitas serta bagaimana melakukan negosiasi
harga produk yang akan dibeli.
Menurut Angga Sri Aditya et al dalam artikelnya berjudul Management Control System,
Transfer Pricing, And Multinational Considerations (2014,2), manajemen perusahaan
mempertimbangkan untuk menggunakan harga transfer karena:
1. untuk memusatkan perhatian manajer pada kinerja segmen mereka sendiri,
2. untuk merencanakan dan mengkoordinasikan tindakan segmen yang berbeda,
3. untuk memaksimalkan pendapatan perusahaan secara keseluruhan.
Meskipun transfer pricing dapat meningkatkan produktifitas sebuah unit manajemen,
pemanfaatan informasi transfer pricing sangat terbuka untuk diperdebatkan. Manajer
segmen yang berbeda sering memiliki preferensi yang berbeda juga tentang bagaimana
seharusnya harga transfer ditetapkan. Sebagai contoh, beberapa manajer lebih memilih
harga didasarkan pada harga pasar sementara manajer lainnya lebih mendasarkan harga
pada unsur biaya saja. Kontroversi pemanfaatan informasi transfer pricing juga muncul di
Indonesia terkait dengan usaha manajemen untuk mengurangi beban pajak penghasilan
mereka dengan pengenaan harga transfer yang tinggi untuk unit yang diperdagangkan.

4
Meskipun tidak semua manajemen menghadapi masalah penghindaran pajak, masalah
transfer pricing merupakan hal yang umum dibanyak manajemen. Transfer pricing
merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen yang lebih besar dan dengan
pemanfaatan informasi ini maka manajemen memiliki kesempatan untuk mengembangkan
hubungan antara strategi, struktur organisasi, sistem pengendalian manajemen, dan
informasi akuntansi. Informasi tranfer pricing akan menjadi pembicaraan aktual ketika
sebuah organisasi dengan struktur manajemen terdesentralisasi, dimana terdapat beberapa
level manajemen yang diberi kekuasaan untuk mengambil keputusan dalam pencapaian
tujuan organisasi tersebut. Makalah ini akan melihat harga produk yang ditransfer antar
segmen bisnis PT. PLN (Persero), bagaimana informasi akuntansi akan mempengaruhi
keputusan manajemen segmen dengan melihat informasi seperti anggaran, biaya, harga,
ketersediaan produk dalam pasar, dan kebijakan mandatori.
Harga transfer akan menjadi topik yang sering ditemui dalam entitas yang melakukan
transaksi hubungan istimewa. Hubungan istimewa antara induk perusahaan dengan anak
perusahaannya atau cabang-cabangnya atau perwakilannya yang berada di dalam negeri
maupun di luar negeri. Hal ini akan berkaitan erat pada transaksi yang bertujuan untuk
melakukan penghindaran pajak. Di Indonesia hubungan istimewa diatur dalam Pasal 18 ayat
(3), (3a), dan (4) UU PPh, yang menyatakan sebagai berikut:

(3) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan
dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa
dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak
dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan
harga antara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-
plus, atau metode lainnya.
(3a) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan
bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga
transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4), yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi
pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu tersebut
berakhir.
(4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)sampai dengan ayat (3d),
Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib
Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua
Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang
disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada
di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Seperti dalam semua sistem pengendalian manajemen, harga transfer akan membantu
perusahaan mencapai tujuan sesuai dengan struktur organisasinya. Empat kriteria untuk
mengevaluasi transfer pricing adalah:
1. Transfer Pricing harus mendukung keselarasan upaya dengan tujuan.
2. Mendorong manajer untuk mengerahkan usaha terbaik. Segmen yang menyediakan
produk harus termotivasi untuk menekan biaya mereka; segmen pembeli produk
harus termotivasi untuk memperoleh dan menggunakan input secara efisien.
3. Harga transfer harus membantu manajemen puncak mengevaluasi kinerja segmen
individu.
Transfer Pricing harus mempertahankan otonomi dalam pengambilan keputusan.
Artinya, seorang manajer segmen berupaya memaksimalkan operasi pendapatan

5
segmen memiliki kebebasan untuk bertransaksi dengan segmen lain dari organisasi
atau untuk bertransaksi dengan pihak eksternal.

Ada tiga kategori metode pendekatan untuk menentukan harga transfer sebagai berikut:
1. Harga transfer berbasis Pasar.
Manajemen puncak dapat memilih untuk menggunakan harga produk publik serupa
yang terdaftar ataupun yang ditawarkan. Manajemen dapat memilih harga eksternal
yang segmen bebankan untuk harga internal sebagai biaya untuk pelanggan.
Menjual produk atau jasa dengan harga pasar pada umumnya mengarah pada
keputusan optimal jika tiga kondisi terpenuhi:
a. Pasar untuk produk setengah jadi (intermediate) kompetitif sempurna,
b. Saling ketergantungan antar segmen yang minimal, dan
c. Tidak ada biaya tambahan atau manfaat bagi perusahaan secara keseluruhan dari
membeli atau menjual di pasar eksternal daripada bertransaksi internal.

2. Harga transfer berbasis Biaya.


Manajemen dapat memilih harga transfer berdasarkan biaya produksi produk yang
bersangkutan. Biaya yang digunakan dalam transfer berbasis biaya dapat berupa
biaya aktual atau biaya yang dianggarkan. Kadang-kadang, harga transfer berbasis
biaya termasuk markup atau margin keuntungan yang merupakan laba atas investasi
segmen.
Harga transfer yang berbasis biaya sangat membantu ketika harga pasar tidak
tersedia, tidak pantas, atau terlalu mahal untuk didapatkan, seperti ketika pasar tidak
kompetitif sempurna, ketika produk dispesialisasikan, atau ketika produk internal
berbeda dari produk yang tersedia secara eksternal dalam hal kualitas dan layanan
pelanggan.

3. Harga pengalihan Negosiasi.


Harga transfer negosiasi memperhitungkan informasi biaya dan pasar. Manajemen
puncak dapat mengelola harga tersebut dengan menentukan harga transfer yang
merupakan rata-rata biaya produksi dan transportasi produk internal dan harga pasar
untuk produk yang sebanding. Di lain waktu, harga transfer negosiasi dapat
terbentuk dimana pendapatan yang diakui oleh unit penjualan berbeda dari biaya
yang diakui oleh unit pembelian. Bentuk yang paling umum dari harga hybrid muncul
melalui negosiasi antar segmen, organisasi diminta untuk menegosiasikan harga
transfer antara basis biaya dan basis pasar dan memutuskan apakah akan membeli
dan menjual secara internal atau bertransaksi dengan pihak eksternal. Harga
transfer pada akhirnya merupakan hasil dari proses tawar-menawar antara segmen
penjualan dan pembelian. Meskipun tidak ada persyaratan bahwa harga transfer
yang dipilih memiliki hubungan khusus terhadap biaya atau data pasar, informasi
mengenai biaya dan harga memainkan peran penting dalam proses negosiasi.

Gambaran Umum PT. PLN (Persero)


PT. PLN (Persero) merupakan BUMN yang bergerak di bidang pembangkitan, distribusi,
transmisi dan jasa lain terkait kelistrikan. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya PT. PLN
(Persero) didukung oleh anak perusahaan yang bergerak dalam lini berbeda-beda. Lini
usaha tersebut dibentuk dari bisnis hulu ke hilir, yaitu:
a. Lini usaha pertambangan dan Pengangkutan: PT. PLN Batubara, PT. Pelayaran
Bahtera Adi Guna.
b. Lini usaha Pembangkit Listrik: PT. Indonesia Power, PT. Pembangkitan Jawa Bali,
PT. PLN Geothermal, PT. Haleyora Power.

6
c. Lini Usaha Distribusi dan Rekayasa Listrik: PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam,
PT. Prima Layanan Nasional Enjiniring, PT. Pelayanan Listrik Nasional Tarakan.
d. Lini Usaha IT: PT. Indonesia Comnets Plus.
e. Lini Usaha Keuangan: Majapahit Holding BV.
Di tahun 2013 PT. PLN (Persero) membeli listrik yang diproduksi oleh anak perusahaannya
yaitu PT Indonesia Power dengan harga sesuai biaya pokok penyediaan ditambah margin.
Dalam kasus ini, fokus analisa adalah pada entitas anak yaitu PT. Indonesia Power dalam
penyediaan tenaga listrik yang bersumber dari pembangkit tenaga listrik kepada PLN.
Dalam praktek usahanya, PT. PLN (Persero) tidak hanya membeli tenaga listrik yang
diproduksi oleh entitas anak, tetapi juga membeli tenaga listrik yang diproduksi oleh pihak
swasta melalui mekanisme Independent Power Producers (IPP). Harga beli tenaga listrik
dalam mekanisme IPP ditentukan sesuai harga patokan dalam Peraturan Menteri ESDM
nomor 2 tahun 2011. Sesuai data yang diperoleh dalam laporan tahunan PT. Indonesia
Power tahun 2013 dilakukan analisa berapa biaya pokok penyediaan atas tenaga listrik
setiap kWh:
Tabel 1.
Data Dan Analisa
No
. Uraian Jumlah Satuan Keterangan

1. Kapasitas Aktual Seluruh Pembangkit 42.783 GWh 100%

2. Kapasitas Terjual (PT.PLN) 38.987 GWh 91%

3. Kapasitas Digunakan Sendiri 3.796 GWh 9%

33.531.49
4. Pendapatan Penjualan 3 Juta Rupiah  

31.514.31
5. Beban Usaha / Biaya Pokok Pengadaan: 7 Juta Rupiah  

24.688.32
a. Bahan Bakar 6 Juta Rupiah Biaya Variabel

b. penyusutan aset 2.726.082 Juta Rupiah Biaya Tetap

c. sewa (bergantung pada kapasitas dihasilkan) 321.143 Juta Rupiah Biaya Variabel

d. perawatan 2.112.624 Juta Rupiah Biaya Variabel


e. Beban Pegawai:      

  - tunjangan 616.954 Juta Rupiah Biaya Tetap

  - Imbalan Kerja 456.852 Juta Rupiah Biaya Variabel

  -Gaji 265.950 Juta Rupiah Biaya Tetap

  - Pengobatan 40.400 Juta Rupiah Biaya Tetap

f. Beban Lain-lain 285.986 Juta Rupiah Adm. Exp


6. Biaya Variabel Teridentifikasi Juta Rupiah -

7
27.578.94
5

7. Biaya Pokok Rata-rata tiap kWH 808 Rupiah -

8. Biaya Variabel Rata-rata tiap kWh 707 Rupiah -


Dalam usahanya, PT. Indonesia Power hanya menjual tenaga listrik yang dihasilkan kepada
PT.PLN (Persero) dan tidak memiliki kapasitas idle. Dengan demikian harga transfer dapat
ditentukan sebagai berikut:

Total CM on Lost Sales


Harga Transfer ≥ Biaya Variabel +
Number Of Unit Transfered

(Rp 808-Rp 707) x 38.987.000.000


Harga Transfer ≥ Rp 707 +
38.987.000.000

Dengan melihat analisa tersebut, PT. Indonesia Power sebagai entitas anak PT. PLN
(Persero) bersedia menjual tenaga listrik bila harga jual lebih tinggi dari Rp 808/kWh.
Sementara disisi PT. PLN (Persero) sebagai pembeli tenaga listrik akan lebih
mempertimbangkan untuk membeli tenaga listrik dari swasta bila dapat diperoleh dengan
harga dibawah Rp 808. Di tahun 2013 PT. PLN (Persero) mempertimbangkan untuk
membeli listrik dari PLTU Mamuju dengan kapasitas terpasang 2x25 Mega Watt (MW),
kapasitas pembangkit tersebut diperkirakan akan menghasilkan tenaga listrik sebesar 219
GWh. Asumsi dalam makalah ini adalah pembelian listrik dari PLTU Mamuju adalah harga
pasar rata-rata yang berlaku. Sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 tahun 2011,
disebutkan bahwa harga patokan tertinggi yang boleh diterapkan PLN atas pembelian
tenaga listrik dari pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah sebesar US$9,7 cent. Dalam
RAPBN tahun 2013 diperkirakan nilai tukar rata-rata adalah Rp 9,300. Dengan demikian
maka maksimal harga beli tertinggi per kWh pada kerjasama tersebut adalah Rp 902.
Dibandingkan dengan harga beli tenaga listrik dengan PT. Indonesia Power, diketahui
rentang harga transfer yang bersedia dibayar untuk setiap kWh tenaga listrik oleh PT. PLN
(Persero) adalah:
Rp 808≤ harga transfer ≤ Rp 902
Apabila PT. PLN (Persero) membeli dibawah harga Rp 808 maka PT. Indonesia Power akan
mengalami kerugian karena harga yang dibayar per kWh tenaga listrik lebih kecil daripada
biaya pokok penyediaannya. Rentang harga transfer yang ideal adalah antara Rp 808
sampai dengan Rp 902. Disisi lain PT. PLN (Persero) tidak akan mau membeli tenaga listrik
dari PT. Indonesia Power bila harga yang ditawarkan melebihi harga pasar yang tersedia
yaitu Rp 902, tentunya PT. PLN (Persero) akan lebih memilih untuk membeli listrik dari pihak
swasta daripada dari entitas anak yang harganya lebih mahal. Negosiasi antar manajer akan
terjadi untuk menentukan berapa harga transfer yang disepakati antara PT. PLN (Persero)
dan PT. Indonesia Power. Meskipun demikian, beberapa kondisi berikut dapat
menyebabkan peristiwa anomali pembelian listrik oleh PT. PLN (Persero) dengan harga
transfer diluar rentang harga yaitu:
1. Pasar bersifat monopolistik,
2. Pasar tidak dalam persaingan sempurna,
3. Rendahnya minat swasta dalam bisnis pembangkitan listrik,
4. Pihak swasta yang bergerak dalam pembangkitan listrik tidak efisien,
5. Kebutuhan lebih besar daripada penawaran,
6. Kurangnya insentif pemerintah pada industri pembangkitan listrik; pajak tinggi,
birokrasi sehingga timbul biaya tinggi,
8
7. Ketergantungan usaha pembangkitan listrik pada bahan bakar minyak.

Simpulan
Dengan tugas berat sebagai perusahaan negara penyedia tenaga listrik untuk Indonesia,
PT. PLN (Persero) perlu mempertimbangkan bagaimana bentuk kelanjutan kerjasama yang
mungkin dalam hal penyediaan tenga listrik secara nasional. Dengan keterbatasan yang
dimiliki oleh entitas anak yang bergerak dalam usaha pembangkitan, tentu tidak ada cara
lain selain dengan mencari sumber baru penyedia tenaga listrik. Beberapa langkah yang
bisa ditempuh adalah dengan cara membentuk lini usaha baru dalam bidang pembangkitan,
mengembangkan kerjasama swasta-pemerintah, dan membeli tenaga listrik dari pihak
swasta. Hal yang perlu diperhatikan dengan kondisi yang ada saat ini, pemerintah perlu
menentukan berapa harga transfer yang tepat. Selain untuk menunjang keberlangsungan
usaha entitas, juga mampu meningkatkan minat pihak swasta dalam berinvestasi di bidang
ketenaga listrikan.
Dengan perhitungan yang diperoleh dari data entitas anak terbesar milik PT.PLN yaitu PT.
Indonesia Power serta menimbang harga patokan tertinggi yang diperbolehkan dalam
Peraturan Menteri ESDM nomor 2 tahun 2011 maka diperoleh data untuk harga transfer
yang mungkin terjadi adalah
Rp 808 ≤ harga transfer ≤ Rp 902
Harga transfer tersebut merupakan kondisi terbaik yang diperkenankan serta mampu
menjamin kelangsungan usaha entitas.
Dalam makalah ini penulis menyarankan agar PT. PLN (Persero) dan PT. Indonesia Power
melakukan negosiasi harga transfer terbaik, hal ini dikarenakan konsumen dari produk yang
mereka sediakan sangat sensitif terhadap harga. Selanjutnya penulis mengharapkan
adanya insentif pemerintah terhadap investasi dalam ketenaga listrikan yang mungkin saja
dengan memberikan kemudahan-kemudahan dari aspek perpajakan, pemberian batas
margin yang lebih baik, maupun kemudahan lainnya sehingga investasi bisa berkembang
dan berbiaya rendah.
Keterbatasan makalah ini adalah pada analisis yang didasarkan pada data tahun 2013, hal
ini disebabkan karena data tahun 2013 merupakan data yang paling komprehensif yang bisa
penulis peroleh. Untuk melakukan analisa di tahun berikutnya perlu disesuaikan dengan
data baru seperti data-data laporan keuangan, kurs, dan nilai pasar atas tenaga listrik.

Daftar Pustaka
Aditya, A.S., dkk. 2014. Management Control Systems, Transfer Pricing, And Multinational
Considerations. Tangerang.
Budilaksono, Agung. 2014. Potret Kecil Transfer Pricing Dalam Bingkai Besar Perdagangan
Dunia. Jakarta: BPPK.
Gunadi. 1994. Transfer Pricing: Suatu Tinjauan Akuntansi Manajemen Dan Pajak. Jakarta:
Bina Rena Pariwara.
Hansen, D.R., and Mowen, M.M. 2006. Management Accounting & Control. USA: South-
Western Thomson.
Horngren, C.T., Datar, S.M., and Foster, G. 2006. Pelayanan Cost Management: Accounting
& Control. New Jersey: Prentice-Hall.
Iriyadi, dan Pamungkas, Bambang.2008. Kajian Pengukuran Kinerja Dan Penetapan Harga
Transfer.Bogor:STIEK.

9
Mardiasmo. 2008. Advance Pricing Agreement Dalam Kaitannya Dengan Upaya
Minimalisasi Potential Tax Risk. Jakarta: DJPK.
Margono. Penentuan Harga Transfer Untuk Perusahaan Domestik.Surakarta.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Peraturan Menteri ESDM Nomor 2/2011 PER-11/PJ/2009 tentang Penugasan Kepada PT
Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk Melakukan Pembelian Tenaga Listrik dari
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Buml dan Harga Patokan Pembelian Tenaga
Listrik oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dari Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi.
Sumber Internet
PT. Indonesia Power. PT. Indonesia Power Annual Report 2013.
http://www.indonesiapower.co.id/Documents/PT%20INDONESIA%20POWER
%202013%20ANNUAL%20REPORT.pdf
http://www.pln.co.id/blog/pln-siap-beli-listrik-pltu-mamuju-pltp-ijen-2/. diakses pada tanggal
13 Februari 2015.
http://www.pln.co.id/dataweb/ipp/bookletipp.pdf. diakses pada tanggal 13 Februari 2015.

10

Anda mungkin juga menyukai