ABSTRACT
Lubuk Paraku sub watershed is located at Batang Arau up-stream with Lubuk Paraku river as the main river. It is an area dominated by
protected forest and conservation forest, such as Tahura Dr. Mohammad Hatta. Bukit Barisan I Lubuk Paraku water resource has a good quality and
quantity, also fulfilled the environmental quality standards. Lubuk Paraku river is at good category for sustainability resource, it is shown by the
coefficient of river regime value. Land cover distribution at Lubuk Paraku sub watershed highly dominated by secondary forest, covering an area of
1.520,15 ha or 61,27%. Lubuk Paraku River has numerous water debits; therefore it has a massive utilization potential for various needs such as
household utilization, agriculture, power plants and industrial. Total economic value of water resource in Lubuk Paraku sub watershed is
57.122.973.850,-/year.
Keyword:, Hydrology, Lubuk Paraku watershed, Massive utilization, Secondary forest, Total economic value.
ABSTRAK
Sub DAS Lubuk Paraku terletak di hulu DAS Batang Arau dengan sungai Lubuk Paraku sebagai sungai utama. Daerah tersebut didominasi
oleh hutan lindung dan hutan konservasi, seperti Tahura Dr. Mohammad Hatta. Sumber daya air Bukit Barisan I Lubuk Paraku memiliki kualitas dan
kuantitas yang baik, juga memenuhi standar mutu lingkungan. Sungai Lubuk Paraku masuk dalam kategori baik untuk sumber daya berkelanjutan, hal
tersebut ditunjukkan oleh nilai Koefisien Regime Sungai (KRS). Persebaran tutupan lahan sub DAS Lubuk Paraku sangat didominasi oleh hutan
sekunder, yang menutupi area seluas 1520,15 ha atau 61,27%. Lubuk Paraku River memiliki banyak debit air; oleh karena itu memiliki potensi
pemanfaatan besar-besaran untuk berbagai kebutuhan seperti penggunaan rumah tangga, pertanian, pembangkit listrik dan industri. Total nilai
ekonomi sumber daya air di sub DAS Lubuk Paraku yaitu sebesar Rp. 57.122.973.850,-/tahun
Kata kunci: Hidrologi, Hutan sekunder, Pemanfaatan besar-besaran, Sub DAS Lubuk Paraku, Total nilai ekonomi.
30
Media Konservasi Vol.19, No.1 April 2014: 30 – 40
3. Teknik Pengumpulan Data b. Analisis kondisi lahan Sub DAS Lubuk Paraku
Teknik pengumpulan data yaitu studi pustaka, Peta tutupan lahan Sub DAS Lubuk Paraku
pengamatan lapangan dan wawancara dengan pihak didapatkan dari hasil map cropping tutupan lahan
terkait. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini DAS Batang Arau. Dari peta tutupan lahan tersebut
terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer kemudian dilakukan penghitungan penutupan oleh
dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung vegetasi (IPL). Berdasarkan SK Dirjen RLPS Nomor
serta pengisian kuesioner dan daftar tally sheet. Data P.04/V-SET/2009, penutupan oleh vegetasi (IPL) di
sekunder didapat dari laporan-laporan atau literatur suatu DAS dapat dihitung dengan cara: LVP/luas
instansi terkait maupun lembaga lain yang mendukung DAS x 100%. IPL = indeks penutupan lahan dan LVP
kegiatan penelitian ini, antara lain: Kantor Balai = luas lahan bervegetasi permanen (informasi dari
Pengelolaan DAS Agam Kuantan Sumatera Barat, Balai peta penutupan lahan atau land use).
Wilayah Sungai Sumatera V Direktorat Jenderal Sumber c. Analisis bentuk-bentuk pemanfaatan air dan nilai
Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Sumatera Barat, ekonomi sumberdaya air S. Lubuk Paraku
Kantor PSDA Sumatera Barat, Kantor BMKG Sicincin
Data yang didapat dari hasil kuesioner dan
Sumatera Barat, Kantor Bapedalda Kota Padang dan
wawancara dengan responden dianalisis secara
Kantor Bappeda Kota Padang.
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk
menghitung nilai ekonomi sumberdaya air S. Lubuk
4. Teknik Pengambilan Sampel
Paraku dibagi menjadi dua, yaitu dengan pendekatan
Sampel pada penelitian ini hanya digunakan untuk pasar dan pendekatan non pasar.
tujuan penelitian analisis bentuk-bentuk pemanfaatan air Nilai ekonomi sumberdaya air dengan pendekatan
dan nilai ekonomi sumberdaya air Sungai Lubuk Paraku. pasar dijelaskan sebagai berikut:
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah 1) Nilai air rumah tangga (Nart)
purposive sampling dengan total responden sebanyak Nilai ekonomi air RT = jumlah penduduk x
160 orang. Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga titik konsumsi air rata-rata RT/bulan x tarif dasar air
yaitu: 1) titik 1, daerah hulu yang langsung berbatasan PDAM Kota Padang. Tarif dasar air PDAM Kota
dengan kawasan konservasi dan hutan lindung yaitu Padang adalah sebesar Rp1.200/m3.
Ladang Padi; 2) titik 2 dan 3 merupakan daerah yang 2) Nilai air pertanian
sudah berada di luar kawasan Sub DAS Lubuk Paraku Nilai ekonomi air irigasi = biaya pengadaan air
yaitu Indarung dan Batu Gadang. (Rp/Ha/musim) x Luas total areal sawah irigasi
(Ha) x Intensitas penanaman rata-rata (kali/tahun).
5. Pengolahan dan Analisis Data 3) Nilai air pembangkit listrik
Nilai ekonomi air listrik = jumlah energi listrik
a. Analisis kondisi hidrologi Sungai Lubuk Paraku
yang dihasilkan PLTA pertahun x harga tarif
a.1 Analisis Kualitas dan Kuantitas Air Sungai dasar listrik. Menghitung jumlah energi listrik
Lubuk Paraku yang dapat dihasilkan dengan cara membagi
Setiap parameter kualitas air yang diperoleh dari jumlah volume air yang tersedia untuk pemutar
time series data dibandingkan dengan PP No. 82 turbin dengan standar pemakaian air untuk
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan menghasilkan 1 Kwh listrik (SWC = 1.584 m3).
Pengendalian Pencemaran Air. Untuk analisis 4) Nilai air industri
kuantitas air, data curah hujan dianalisis secara Nilai ekonomi air industri = jumlah konsumsi air
kualitatif lalu dihubungkan dengan rata-rata debit rata-rata PT Semen Padang per bulan x harga air
bulanan air S. Lubuk Paraku. Analisis debit tahunan setara tarif PDAM untuk kategori industri IV.
juga dilakukan untuk melihat bagaimana trend debit Nilai ekonomi sumberdaya air dengan pendekatan
tahunan S. Lubuk Paraku. non pasar (Willingness to Pay) dijelaskan sebagai
berikut:
a.2 Analisis Kontinuitas Air Sungai Lubuk Paraku 1) Membuat hipotesis pasar (skenario)
Untuk mengetahui kontinuitas air S. Lubuk Hipotesis yang digunakan adalah: diasumsikan
Paraku, maka dilakukan penghitungan fluktuasi debit bahwa kondisi hutan lindung dan kawasan
berdasarkan perbandingan (rasio Qmaks/Qmin atau konservasi yang menjadi daerah tangkapan air di
Koefisien Regim Sungai (KRS)). Berdasarkan SK wilayah hulu Sub DAS Lubuk Paraku saat ini
Dirjen RLPS Nomor P.04/V-SET/2009, ada 2 (dua) mengalami degradasi hutan dan perlu dilakukan
kriteria penilaian KRS, yaitu: (1) Nilai KRS ber- berbagai tindakan konservasi air, agar kualitas air
dasarkan nilai perbandingan antara debit maksimum tetap terjaga baik.
dan debit minimum tahunan (Qmaks/Qmin); dan (2) 2) Mendapatkan nilai lelang (bids)
nilai KRS dihitung berdasarkan perbandingan antara Nilai lelang diperoleh melalui pertanyaan terbuka
debit maksimum dan debit andalan (Qmaks/Qandal). (open ended question). Responden ditanya nilai
maksimum WTP atau tarif maksimum yang
31
Pemanfaatan Sumber Daya Air Di Sub Das Lubuk Paraku Sumatera Barat
Tabel 1. Pemantauan Kualitas Air S. Lubuk Paraku tahun 2005, 2007, 2009 dan 2011
32
Media Konservasi Vol.19, No.1 April 2014: 30 – 40
Berdasarkan klasifikasi besarnya tingkat pen- sedangkan pada Sub DAS Lubuk Paraku nilai Q adalah
cemaran air untuk organisme akuatik berdasarkan 0, karena perbandingan jumlah rata-rata bulan kering
kandungan BOD oleh Lee (1998), maka S. Lubuk Paraku dengan jumlah rata-rata bulan basah bernilai 0. Pada Sub
tergolong perairan dengan kualitas air yang tidak DAS Lubuk Paraku, curah hujan terbesar terjadi pada
tercemar (<3,0 mg/lt). bulan November yaitu sebesar 615 mm, sedangkan curah
Besarnya jumlah curah hujan yang masuk ke dalam hujan terendah terjadi bulan Mei sebesar 184 mm.
daerah tangkapan air suatu DAS akan menentukan besar Curah hujan Sub DAS Lubuk Paraku tergolong
debit aliran pada DAS tersebut. Berdasarkan analisis data tinggi, berkisar pada 3,848 – 5,114 mm/tahun dan diatas
curah hujan dari stasiun penakar curah hujan Indarung, 100 mm per bulan. Hal ini disebabkan kondisi geografi
didapatkan rata-rata curah hujan bulanan dari empat Sub DAS Lubuk Paraku didominasi oleh kawasan hutan,
tahunan pada Sub DAS Lubuk Paraku dari tahun 2008- perbukitan dan pegunungan. Dengan curah hujan yang
2011 seperti disajikan pada Tabel 2 di bawah ini. besar ini, maka potensi sumberdaya air untuk
kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar Sub
Berdasarkan Tabel 2, rerata curah hujan bulanan DAS Lubuk Paraku sangat tinggi.
selama empat tahun (2008 – 2011) pada Sub DAS Lubuk Kuantitas air S. Lubuk Paraku sangat dipengaruhi
Paraku berkisar dari 184 mm sampai dengan 615 mm. oleh curah hujan di daerah tersebut. Berdasarkan curah
Berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson, tipe iklim hujan selama empat tahun pengamatan (2008 – 2011),
pada Sub DAS Lubuk Paraku adalah tipe iklim A atau maka debit rata-rata bulanan S. Lubuk Paraku tahun 2008
(sangat basah). Perbandingan bulan kering dan bulan – 2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
basah (Q) berada antara 0 sampai dengan 0,143,
Tabel 2. Rerata curah hujan bulanan pada Sub DAS Lubuk Paraku (2008-2011)
No. Bulan Rata-rata Curah Hujan Bulanan Sub DAS Lubuk Paraku (mm)
1. Januari 277
2. Februari 243
3. Maret 365
4. April 305
5. Mei 184
6. Juni 402
7. Juli 430
8. Agustus 248
9. September 552
10. Oktober 417
11. November 615
12. Desember 472
Jumlah 4.509
Sumber: Hasil Pengolahan Data Curah Hujan Indarung (2012)
4,000
2,859
3,000 2,615
2,195 2,498 2,391
1,920 2,911
Debit
2,475 2,648
2,000
2,011 2,099
1,655
1,000
0,000
Gambar 1. Grafik debit rata-rata bulanan air sungai Lubuk Paraku tahun 2008 – 2011.
33
Pemanfaatan Sumber Daya Air Di Sub Das Lubuk Paraku Sumatera Barat
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa rata-rata rata-rata bulanan tiap tahunannya mengalami kenaikan
debit air bulanan sungai Lubuk Paraku cenderung sebesar 0,106.
meningkat. Debit rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada
bulan November yaitu 2,91 m3/detik dan terendah bulan b. Kontinuitas Air Sungai Lubuk Paraku
Januari yaitu 1,66 m3/detik. Debit rata-rata debit bulanan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
tertinggi terjadi pada bulan November karena curah semua sistem penyediaan air bersih yang digunakan
hujan pada bulan tersebut yang paling tinggi. adalah kontinu. Air S. Lubuk Paraku selalu mengalir
Selain debit rata-rata bulanan, debit rata-rata sepanjang 24 jam, baik itu dimusim hujan ataupun
tahunan juga penting diketahui untuk melihat tren debit kemarau.
air S. Lubuk Paraku selama 16 tahun terakhir. Hal Untuk menunjang data mengenai kontinuitas aliran
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. S. Lubuk Paraku, maka perlu dilakukan penghitungan
fluktuasi debit yaitu dengan cara menghitung rasio
Debit terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu 2,87 Qmaks/Qmin atau Koefisien Regim Sungai (KRS).
m3/detik dan terkecil pada tahun 1998 yaitu 0,60 Berdasarkan SK Dirjen RLPS No. P.04/V-SET/2009
m3/detik. Dari grafik di atas juga dapat dinyatakan bahwa mengenai penghitungan nilai Koefisien Regim Sungai
garis moving average debit tahunan berada di bawah dan (KRS), maka nilai KRS sungai Lubuk Paraku dihitung
di atas nilai debit. Hal ini berarti debit tahunan terkadang dengan dua cara yang berbeda, yaitu antara lain:
menunjukkan tren yang naik dan turun. Berdasarkan
gambar di atas dapat dilihat bahwa nilai R 2 debit rata-rata i. Nilai KRS berdasarkan nilai perbandingan antara
bulanan yaitu 0,587. Artinya keragaman debit tahunan Qmaks/Qmin.
mampu dijelaskan oleh model sebesar 58,7%, kemudian Rata-rata debit maksimal dan minimal tahunan sungai
sisanya diterangkan oleh faktor lain diluar model. Dari Lubuk Paraku dari tahun 1996-2011 dapat dilihat pada
persamaan regresi tersebut juga dapat dilihat bahwa debit Gambar 3.
3,50
3,00
Y = 0,1061x + 0,6217 2,87
2,50 R2 = 0,5875 2,20 2,27
2,26
2,00
Debit
2,11
1,30 1,54 1,92
1,50
1,36
0,93 0,99
1,00 1,12
1,04 0,87
1,00
0,50 0,60
0,00
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Gambar 2. Grafik rata-rata debit tahunan air sungai Lubuk Paraku tahun 1996-2011.
34
Media Konservasi Vol.19, No.1 April 2014: 30 – 40
Q Max
6,00 5,62
4,80 4,94
5,26
5,00 4,85 4,76 4,94
4,00
3,79 3,77
Debit
3,28 3,21
3,00
2,56 2,66
2,29
2,00 1,87
2,07
1,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Data tahun ke -
Gambar 3. Grafik debit maksimum sungai Lubuk Paraku dari tahun 1996 – 2011.
Q Min
1,00
0,83
0,80
0,60
Debit
0,46
0,41
0,45 0,54
0,40
0,28 0,20 0,36 0,35
0,26 0,20
0,20
0,13 0,14 0,13
0,14 0,17
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Data tahun ke-
Gambar 4. Grafik debit minimum sungai Lubuk Paraku dari tahun 1996 – 2011.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa menunjukkan karakteristik tata air S. Lubuk Paraku
debit maksimum sebesar 5,62 dan debit minimum masuk dalam kategori sedang.
sebesar 0,13 sehingga dapat dihitung nilai KRS Dari kedua grafik di atas juga dapat dilihat bahwa
Lubuk Paraku yaitu: Qmaks/Qmin = 5,62/0,13 = garis moving average debit maksimum dan minimum
44,96. Nilai ini lebih kecil dari nilai KRS 50, yang berada di bawah dan di atas nilai debit. Hal ini berarti
berarti menunjukkan karakteristik tata air sungai debit maksimal dan minimal terkadang menunjukkan
Lubuk Paraku masuk dalam kategori baik. tren yang naik dan turun.
ii. Nilai KRS dihitung berdasarkan perbandingan 2. Kondisi Lahan Sub DAS Lubuk Paraku
antara Qmaks/Qandal
Daerah Sub DAS Lubuk Paraku didominasi oleh
Debit andalan (Qa) adalah debit rata-rata tahunan
kawasan perbukitan, pegunungan serta hutan primer dan
S. Lubuk Paraku dari tahun 1996-2011 yaitu 1,58
sekunder dengan topografi yang bergelombang. Menurut
m3/detik yang dikalikan dengan faktor 0,25 sehingga
Bappeda Kota Padang (2004), penggunaan lahan pada
didapat nilai debit andalan S. Lubuk Paraku sebesar
Sub DAS Lubuk Paraku adalah hutan lindung dan Taman
0,395. Nilai KRS S. Lubuk Paraku kemudian dihitung
Hutan Raya Bung Hatta. Selain hutan, penggunaan lahan
berdasarkan perbandingan Qmaks/Qandal =
lainnya adalah ladang/tegalan, sawah, lahan terlantar dan
5,62/0,395 = 14,23. Nilai KRS sungai Lubuk Paraku
pemukiman. Jenis tanah daerah ini termasuk intensif
berada diantara 10< KRS ≤15, yang berarti
tercuci oleh air hujan.
35
Pemanfaatan Sumber Daya Air Di Sub Das Lubuk Paraku Sumatera Barat
Berdasarkan hasil map cropping dapat dilihat Bungo sebesar 1 m3/detik, untuk pertanian sebesar 0,4
bahwa tutupan lahan di Sub DAS Lubuk Paraku sangat m3/detik dan air rumah tangga sebesar 0,1 m3/detik.
didominasi oleh hutan sekunder seluas 1520,15 ha Berdasarkan jumlah tersebut, masih terdapat 28,57%
(61,27%), hutan primer sebesar 585,84 ha (23,61%), debit yang berlebih dari jumlah debit in flow sungai
pertanian campur seluas 321,07 ha (12,94%), dan areal Lubuk Paraku.
sawah seluas 53,96 ha (2,18%). Penutupan lahan oleh
vegetasi (IPL) di Sub DAS Lubuk Paraku sebesar a. Rumah tangga
84,11% dan ini lebih besar dari 75% yang berarti tutupan
Dilihat dari tempat pengambilan air, masyarakat
vegetasi di Sub DAS Lubuk Paraku termasuk dalam
yang berada di lokasi penelitian menggunakan air yang
kategori baik. Sebaran tutupan lahan ini dapat dilihat
berasal dari air sumur, mata air, air irigasi dan air sungai
pada Gambar 5.
untuk kebutuhan rumah tangga. Hal tersebut dapat dilihat
Tutupan lahan yang didominasi oleh kawasan hutan
pada Tabel 3.
ini mengakibatkan air hujan di daerah tersebut lebih
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
tinggi, jika dibandingkan dengan daerah lain
masyarakat di daerah Ladang Padi lebih banyak
disekitarnya. Hal ini menyebabkan wilayah Sub DAS
menggunakan air sungai dan mata air untuk memenuhi
Lubuk Paraku menjadi salah satu daerah tangkapan air
kebutuhan memasak dan MCK. Bahkan untuk kebutuhan
yang penting di Kota Padang.
air minum mereka juga menggunakan air yang berasal
dari mata air. Masyarakat di Indarung dan Batu Gadang
3. Bentuk-bentuk Pemanfaatan dan Pengguna Jasa
memiliki kesamaan sumber air untuk kebutuhan MCK.
Air Sungai Lubuk Paraku
Untuk kebutuhan air minum, sumber air yang
Menurut Balai Wilayah Sungai Sumatera V Dirjen dikonsumsi oleh responden yang berada di Ladang Padi
SDA Kementerian PU Sumbar (2012), rata-rata debit in hanya berasal dari mata air, sementara responden di
flow air S. Lubuk Paraku pada tahun 2011 sebesar 2,8 daerah Indarung dan Batu Gadang selain memanfaatkan
m3/detik. Jumlah penggunaan air oleh PT Semen Padang mata air, mereka juga memanfaatkan air irigasi dan air
sebanyak 1,5 m3/detik yang digunakan untuk kebutuhan botol kemasan. Distribusi jumlah responden berdasarkan
proses dan air bersih sebanyak 0,5 m3/detik, PLTA Rasak sumber air yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 6.
36
Media Konservasi Vol.19, No.1 April 2014: 30 – 40
mata air; 34
air kemasan; 29
sungai; 26 air irigasi; 27
MCK
Air Minum
37
Pemanfaatan Sumber Daya Air Di Sub Das Lubuk Paraku Sumatera Barat
Tabel 4. Nilai ekonomi air untuk kebutuhan rumah tangga pada Sub DAS Lubuk Paraku
No. Uraian Satuan Nilai Ekonomi Air
1. Rata-rata konsumsi air m3/RT/bulan 18,74
2. Jumlah penduduk yang mengkonsumsi air sungai Lubuk Orang 10.735
Paraku
3. Harga tarif dasar air PDAM Rupiah/m3 1.200
4. Jumlah per bulan Rupiah (Rp) 241.408.680
Jumlah per tahun Rupiah (Rp) 2.896.904.160
Sumber: Olahan data primer (2013)
38
Media Konservasi Vol.19, No.1 April 2014: 30 – 40
persentase iya
persentase tidak
b. Pendekatan Non Pasar (WTP) Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa semakin
tinggi nilai WTP, jumlah responden yang bersedia
Menurut Welle & Hodgson (2011), penggunaan
membayar semakin sedikit, dan semakin rendah nilai
metode CVM memungkinkan adanya perkiraan total
WTP maka semakin tingi jumlah responden yang
kesediaan membayar berdasarkan pada persentase (%)
menyatakan bersedia membayar. Berdasarkan nilai WTP
jumlah orang mengenai pernyataan langsung yang
responden diperoleh nilai rataan WTP sebesar Rp. 3474
menyatakan preferensi mereka, sedangkan metode
dan nilai nilai tengah WTP sebesar Rp. 7225. Dengan
penilaian kontingen adalah sebuah teknik survei yang
jumlah kepala keluarga sebanyak 4190, maka diperoleh
dirancang untuk menimbulkan kemauan responden
nilai ekonomi berdasarkan nilai total WTP dikalikan
dalam membayar suatu kebijakan yang akan
dengan nilai tengah WTP sebesar Rp. 30.272.750,-/bulan
menghasilkan manfaat bagi responden tersebut.
atau Rp. 363.273.000/tahun.
Upaya konservasi ekosistem hutan dalam fungsinya
sebagai resapan air merupakan lingkup kegiatan penting
c. Total nilai ekonomi sumberdaya air sungai Lubuk
dalam pengelolaan air berkelanjutan dan menjadi
Paraku
tanggung jawab semua pengguna air di kawasan tersebut.
Upaya konservasi hutan memerlukan sejumlah dana yang Total nilai ekonomi sumberdaya air S. Lubuk
digunakan untuk melindungi, merehabilitasi, dan Paraku merupakan penjumlahan antara nilai ekonomi
mengelola kawasan tersebut agar berfungsi optimal pendekatan pasar dengan non pasar yaitu sebesar Rp.
dalam menyediakan jasa hidrologisnya (Ramdan 2011). 57.122.973.850,-/tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada
Berdasarkan data yang diolah didapatkan bahwa tabel di bawah ini.
umur responden bervariasi. Usia responden termuda
adalah 22 tahun dan tertua 71 tahun. Sebanyak 20% Tabel 5. Total Nilai Ekonomi Sumberdaya Air Sungai
berpendidikan SD; 34,375% SMP, 26,25% SMA dan Lubuk Paraku
19,375% perguruan tinggi. Pendapatan rata-rata
responden adalah sebesar Rp. 1.527.500,-/bulan, dengan Nilai Ekonomi Air
No. Jenis nilai ekonomi
rata-rata jumlah anggota keluarga responden adalah (Rp)/tahun
sebanyak 4 sampai 5 orang satu keluarga. Dari total 160 1. Pendekatan pasar 56.759.700.850
orang responden, sebanyak 85 orang menyatakan 2. Pendekatan non pasar 363.273.000
bersedia membayar untuk ikut melakukan upaya dan (WTP)
tindakan konservasi air di wilayah hulu Sub DAS Lubuk Jumlah 57.122.973.850
Paraku. Nilai WTP terendah yaitu sebesar Rp. 1.000 dan
Sumber: Olahan data primer (2013)
tertinggi sebesar Rp. 25.000. Nilai WTP yang diberikan
responden bervariasi dikarenakan variabel independen
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai
seperti pendapatan dan tingkat pendidikan juga
ekonomi sumberdaya air sungai Lubuk Paraku dengan
bervariasi. Walaupun responden yang menyatakan
pendekatan pasar jauh lebih besar dibandingkan dengan
bersedia membayar hanya sebagian dari jumlah total
nilai ekonomi sumberdaya air dengan pendekatan non
responden, namun mereka mau memberikan nilai WTP
pasar. Hal ini dikarenakan air adalah barang yang
yang semakin besar. Nilai WTP yang semakin besar
manfaatnya langsung dapat dirasakan oleh masyarakat,
tersebut diberikan oleh responden dengan tingkat
sehingga orang akan bersedia membayar lebih tinggi agar
pendidikan yang semakin bagus. Perbandingan
dapat segera menikmati manfaatnya, sedangkan manfaat
responden yang menyatakan bersedia membayar dan
yang diberikan oleh hutan bersifat tidak langsung bagi
tidak bersedia membayar dapat dilihat pada Gambar 7.
masyarakat dan aksesnya terbuka, sehingga kesediaan
39
Pemanfaatan Sumber Daya Air Di Sub Das Lubuk Paraku Sumatera Barat
orang membayar untuk ikut berkontribusi melakukan Sharing Hulu Hilir SWP DAS Arau. Padang: Tidak
kegiatan konservasi akan lebih rendah. Diterbitkan.
Balai Wilayah Sungai Sumatera V Direktorat Jenderal
KESIMPULAN Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum
Sumatera Barat. 2012. Laporan Alokasi Air DAS
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan Arau. Padang: Tidak Diterbitkan.
bahwa kondisi hidrologis dan tutupan lahan di Sub DAS [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Lubuk Paraku masih tergolong bagus. Hal ini ditunjang Kota Padang. 2004. Studi Pengelolaan Sumberdaya
dari hampir setiap parameter kualitas air sungai Lubuk Air: Analisa Potensi Pembangunan Waduk di Kota
Paraku termasuk dalam kelas I menurut Peraturan Padang. Bagian Sumberdaya Air, Lahan, dan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Pembangunan (PSI-SDALP). Padang: Pusat Studi
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Irigasi Universitas Andalas.
Pencemaran. Sedangkan kuantitas (debit) airnya juga
Lee R. 1998. Hidrologi Hutan. Yogyakarta: Gadjah
mengalami fluktuasi yang cenderung naik baik debit Mada University Press.
bulanan maupun tahunan. Hal ini dikarenakan curah
hujan di daerah Sub DAS Lubuk Paraku tergolong tinggi. Nursidah. 2012. Pengembangan Institusi Untuk
Kontinuitas air S. Lubuk Paraku memiliki nilai KRS Membangun Kemandirian Dalam Pengelolaan
yang masih baik. Tutupan lahan di Sub DAS Lubuk Daerah Aliran Sungai Terpadu (Studi Kasus Pada
Paraku sangat didominasi oleh hutan sekunder dengan Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
indeks penutupan lahan vegetasi (IPL) sebesar 84,11% Arau Sumatera Barat) [Disertasi]. Bogor: Sekolah
dan termasuk dalam kategori baik. Pascasarjana IPB.
Aliran sungai Lubuk Paraku dimanfaatkan untuk: Peraturan Walikota Padang Nomor 10 Tahun 2006
rumah tangga, pertanian, pembangkit listrik dan industri. Tanggal 7 Agustus 2006 Tentang Penyesuaian Tarif
Nilai ekonomi air dengan pendekatan pasar jauh lebih Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum Kota
besar dibandingkan dengan nilai ekonomi air pendekatan Padang. Padang: Tidak Diterbitkan.
non pasar. Hal ini disebabkan air adalah barang yang [PP] Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
manfaatnya langsung dapat dirasakan oleh masyarakat, Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
sehingga orang akan bersedia membayar lebih tinggi agar Pencemaran Air. Jakarta.
dapat segera menikmati manfaatnya, sedangkan manfaat
Ramdan H. 2011. Dana Kompensasi Air Untuk
yang diberikan oleh hutan bersifat tidak langsung bagi
Konservasi (terhubung berkala). [ 2012 Desember
masyarakat dan aksesnya terbuka. Nilai ekonomi total
18].
sumberdaya air sungai Lubuk Paraku didapatkan sebesar
Rp. 57.122.973.850/tahun. http://www.conservation.org/global/indonesia/berit
a/Pages/DanaKompensasi.aspx.
Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Rehabilitasi
DAFTAR PUSTAKA Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) Tentang
Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran
Asnil. 2012. Analisis Penilaian Ekonomi dan Kebijakan Sungai Nomor: P.04/V-SET/2009 Tanggal: 05
Pemanfaatan Sumberdaya Danau yang Maret 2009. Jakarta [ID].
Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau
Welle GP, Hodgson B.J. 2011. Property Owners
Sumatera Barat) [Disertasi]. Bogor: Sekolah
Willingness to Pay for Water Quality
Pascasarjana IPB.
Improvements: Contingent Valuation Estimates in
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Agam Two Central Minnesota Watersheds. Journal of
Kuantan dan CV Cahaya Rimba Lestari Konsultan. Applied Business and Economics vol 12(1) 2011.
2011. Identifikasi Potensi Penyedia, Pengguna dan
Karakter Jasa DAS Untuk Pengembangan Cost
40