OLEH :
SURYADI
184110507
MAKALAH
TEKNOLOGI BENIH
KATA PENGANTAR
selaku dosen pengasuh mata kuliah Teknologi Benih. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ibu Dekan, Bapak Ketua Prodi Agroteknologi, Staf Pengajar,
dan Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau yang telah memberikan
bantuan sarana dan prasarana. Ucapan terima kasih dan sayang kepada Ayah dan
Bunda tercinta yang selalu memberikan suport baik secara moril maupun materi.
sempurna. Untuk itu, saya dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari
pembaca sekalian. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ............................................................................. 2
II. PEMBAHASAN........................................................................................ 3
A. Pengertian Kemunduran Benih (Deteriorasi)....................................... 3
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hidup Benih................................. 4
C. Ciri Proses Deteriorasi.......................................................................... 7
D. Tanda-Tanda Kemunduran Benih......................................................... 11
E. Kemungkinan Penyebab Kemunduran Benih....................................... 12
F. Pengendalian Kemunduran Benih........................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas benih yang terbaik tercapai pada saat benih masak fisiologis
karena pada saat benih masuk fisiologis maka berat kering benih, viabilitas
dan vigornya tertinggi. Perlu dicatat bahwa viabilitas dan vigor tertinggi yang
dimaksud tidak harus 100%.
Setelah masak fisiologis kondisi benih cenderung menurun sampai pada
akhirnya benih tersebut kehilangan daya viabilitas dan vigornya sehingga
benih tersebut mati. Proses penurunan kondisi benih setelah masak fisiologis
itulah yang disebut sebagai peristiwa deteriorasi atau benih mengalami proses
menua. Proses penurunan kondisi benih tidak dapat dihentikan tetapi dapat
dihambat.
Kemunduran benih dapat didefinisikan jatuhnya mutu benih yang
menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat
pada berkurangnya viabilitas benih. Faktor-faktor yang mempengaruhi benih
itu sendiri antara lain adalah faktor internal benih mencakup kondisi fisik dan
keadaan fisiologinya, kelembaban nisbi dan temperature, kadar air benih,
suhu, genetic, mikroflora, kerusakan mekanik (akibat panen dan pengolahan),
dan tingkat kemasakan benih.
Kemunduran benih yang menyebabkan menurunnya vigor dan viabilitas
benih merupakan awal kegagalan dalam kegiatan pertanian sehingga harus
dicegah agar tidak mempengaruhi produktivitas tanaman. Sadjad (1994)
menguraikan vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman
normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam
kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang
optimum. Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat
ditunjukkan dalam fenomena pertumbubannya, gejala metabolisme, kinerja
kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas potensial adalah
parameter viabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan kemampuan
benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi
lapang yang optitum.
2
II. PEMBAHASAN
kadar air 6% dan 8% selama 4 bulan pada suhu 15OC memiliki persentase
perkecambahan diatas 70%.
6
4. Suhu (T)
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas
benih selama penyimpanan, yang diperungaruhi oleh kadar air benih, suhu
dan kelembaban nisbi ruangan. Pada suhu rendah, respirasi berjalan
lambat dibanding suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut, viabilitas benih
dapat dipertahankan lebih lama. Pada periode simpan 0 minggu, benih
belum mengalami masa penyimpanan, dan kadar air ditetapkan sebagai
kadar air awal penyimpanan. Kadar air benih diukur dengan metode
langsung yakni melalui proses pengovenan dengan suhu 103°C selama 18
jam. Perhitungan perkiraan kadar air benih dilakukan berdasarkan basis
basah, yaitu bobot akhir benih setelah dioven dibagi bobot awal (basah)
benih sebelum dioven dikali 100 persen (Mugnisjah et al. 1994).
a. pada T = 00C dan KA > 14% dapat terbentuk kristal es pada ruang
antarsel dalam benih
b. pada T < 00C dan KA < 14% tidak membentuk kristal es, tetapi benih
akan meningkat KA-nya
Pada umumnya pada ruang dengan T rendah dan RH tinggi sehingga KA
akan tinggi.
5. Genetik
a. Benih berentang hidup panjang (Benih Fosil):
1) Lupin : 10.000 th masih hidup (tertimbun di tanah gambut kanada)
(Porsild dan Harrington, 1967)
2) Indian lotus : 120-400 th masih hidup (terbenam di dasar danau di
Mansuria)(Ohga, 1926)
3) Benih2 ortodoks lain: Albizia, Cassia, Trifolium,
b. Benih berentang hidup pendek:
1) Accer saccharinum : beberapa hari saja setelah lepasdari induknya
sudah mati
2) Zizzania aquatica
3) Willow, poplar, kapas, dll benih rekalsitran (shorea, cacao, mangga,
dll).
7
6. Mikroflora
a. Terbawa dari lapangan : optimum hidup pada RH 90-95% atau KA
benih 30-35%
b. Cendawan gudang : optimum hidup pada RH 60-90%
1) Aspergillus sp. atau KAK pada RH itu
2) Penicillium sp.
7. Kerusakan mekanik (akibat panen dan pengolahan)
a. terutama pada bagian embrio
b. pada bagian non embrio dapat meningkatkan serangan mikroflora
8. Tingkat kemasakan benih
Potensi mutu terbaik dicapai pada saat benih telah mencapai masak
fisiologi (MF).
a. Benih kurang masak, potensi mutunya masih kurang tinggi
b. Benih lewat masak di lapangan, potensi sudah mulai turun oleh deraan
cuaca di lapangan
Proses ini pada saat benih telah mencapai masak fisiologis sangat
rendah lajunya. Laju deteriorasi benih ini di waktu kemudian
berhubungan erat dengan kondisi linkungan dan penanganannya.
Laju deteriorasi spesies yang satu dengan yang lain berbeda dan
berbeda pula laju deteriorasi varietas-varietas dalan satu spesies.
Laju deteriorasi berbeda antara seed lot dalam satu spesies/ varietas
dan juga antar individu dalam satu seed lot.
Delouche dan Baskin (1973) menggambarkan proses (sequence)
terjadinya deteriorasi dalam benih sebagai berikut :
Berkurangnya laju respirasi
Benih yang telah mengalami deteriorasi setelah terjadinya imbibisi
mempunyai laju respirasu yang lebih rendah disbanding benih yang
belum mengalami deteriorasi. Hal ini disebabkan oleh aktivitas
enzim respirasi yang mulai menurun.
Peningkatan kandungan asam lemak dalam benih (increase in fatty
acid).
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan makalah
kemunduran benih ini adalah bahwa benih yang telah mengalami deteriorasi
akan menampakkan gejala sebagai berikut:
1. Gejala Fisiologis : a). Perubahan warna benih, b). Mundurnnya
perkecambahan, c). Mundurnya toleransi terhadap SOF, d).
Mundurnya toleransi terhadap penyimpanan, e). Sangat peka
terhadap radiasi, f). Mundurnya pertumbuhan kecambah, g).
Mundurnya daya kevigoran (kekuatan tumbuh), h). Meningkatnya
jumlah kecambah abnormal
2. Gejala Biokhemis, a). Perubahan dalam respirasi, b). Perubahan
enzim, c). Perubahan pada membrane sel/ dinding sel, d).
Perubahan laju sintesis, e). Perubahan persediaan makanan, f).
Kerusakan kromosom.
Kemungkinan penyebab kemunduran benih antara lain yaitu: 1.
Autoxidasi lipid, 2. Degradasi struktur fungsi, 3. Ribosom tidak mampu
berdisosiasi, 4. Degradasi dan inaktivasi enzim, 5. Pengaktifan/ pembentukan
Enzim-enzim Hidrolitik, 6. Degradasi Genetik sebagai penyebab utama
ketuaan, 7. perubahan sifat kromosom (selaras dengan penuaan), 8. Habisnya
cadangan makanan (sudah tidak diterima), 9. Kelaparan sel meristematik, 10.
Akumulasi senyawa beracun (toxic)
18
DAFTAR PUSTAKA
Rr. Sri hartati, sudjindro, dan febria cahya indriani. 1999. Pengaruh Invigorasi
Terhadap Viabilitas Benih Dan Pertumbuhan Tanaman Kenaf
(Hibiscus cannabinus L.). Jurnal littri. Vol. IV No. 6, maret 1999.
Copeland. L.O. dan M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science and
Technology. Burgess Publishing Company. New York. 369 p.