PLN (Persero)
Punagaya
A. Perencanaan Biopori
Biopori berasal dari kata bio yang berarti makhluk hidup dan pori yang berarti lubang.
Biopori merupakan lubang yang terbentuk akibat aktivitas makhluk hidup di dalamnya seperti
cacing, perakaran tanaman, rayap, dan mikroorganisme lainnya. Aktivitas mikroba
mengakibatkan terbentuknya lubang-lubang halus yang dinamakan Lubang Resapan Biopori
(LRB) yang terbentuk dan akan terisi udara, sehingga menjadi tempat berlalunya air di dalam
tanah.
Perencanaan LRB ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) UPK Punagaya yang memiliki
luas sebesar 63 hektar. Untuk mengetahui jumlah lubang yang akan dibangun memerluka
data-data seperti curah hujan, luas bidang kedap air, dan laju peresapan air per lubang. Berikut
perhitungan jumlah LRB di PT. PLN (Persero) UPK Punagaya :
Dimana :
Intensitas Hujan = Mengikuti intensitas hujan Jeneponto, yaitu 500 mm/jam
Luas Bidang Kedap = Berdasarkan bangunan-bangunan yang tidak bisa meresapkan air
ditotalkan menjadi 10 Ha
Laju Peresapan = Laju resap air per lubang 3 liter/menit atau 180 liter/jam
Sehingga, dengan luasan PT. PLN (Persero) UPK Punagaya sebesar 63 hektar,
dibutuhkan 278 LRB. Spesifikasi LRB adalah menggunakan pipa dengan kedalaman 1 meter
dengan diameter pipa sekitar 10-25 cm. Jenis-jenis sampah yang dapat dimasukkan ke dalam
LRB adalah sampah organik (daun-daun), dan food waste.
B. Proses Pembuatan Biopori
Setelah terbentuknya LRB, mikroba yang berada di sekitar lubang biopori akan tertarik
dengan sampah yang terdapat di dalam lubang. Aktivitas mikroba tersebut mengakibatkan
terbentuknya lubang-lubang halus biopori. Ketika hujan, air memenuhi lubang penamapang.
Kemudian air menyebar ke segala arah melalui lubang kecil.
C. Titik Pemasangan LRB
Berjumlah 278 LRB yang tersebar di sekitar unit PT. PLN UPK (Punagaya) dengan jarak
antar LRB satu dan lainnya adalah 7 m sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor. 12 Tahun 2009.
D. RAB Perencanaan Biopori