Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERARAWATAN KEGAWATDARUTATAN

SISTEM MUSKOLOSKELETAL DENGAN FRAKTUR

KELOMPOK 4 :

- Candra Lutaan ( 1814201180 )


- Shania Mokalu ( 1814201173 )
- Inggrid Woley ( 1814201178 )
- Krisna Pondaag ( 1814201153 )
- Alfrince Manis ( 1814201154)
- Fejenia Sigar (1814201155)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga tugas makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Sistem Muskuloskeletal Dengan Fraktur ” ini dapat di
selesaikan. Asuhan Keperawatan ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah dari Keperawatan Kegawatdaruratan.

Dalam kesempatan ini,penulis ucapkan terima kasih yang dalam kepada semua pihak
yang telah membantu menyumbangkan ide pikiran dan terwujudnya Asuhan Keperawatan ini.
Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan Askep ini
penulis sangat di hargai.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi
B. Anatomi fisiologi
C. Etiologi
D. Manifestasi klinis
E. Komplikasi
F. Jenis Fraktur
G. Pengelolaan klien fraktur
H. Penanganan
I. Proses penyembuhan fraktur

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa Keperawatan
B. Intervensi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur merupakan masalah kesehatan yang perlu adanya penanganan yang serius dan
optimal, hal ini dikarenakan pada pasien yang menderita fraktur dapat mengalami hilangnya
fungsi gerak, tanda-tanda inflamasi berupa nyeri akut / berat, pembengkakan lokal,
perubahan warna (merah), panas pada daerah tulang yang patah dan terjadinya deformitas,
angulasi, rotasi / pemendekan serta krepitasi. Namun pada kasus fraktur tidak semua tanda
dan gejala akan muncul, maka perlu adanya pemeriksaan penunjang dalam menegakkan
diagnosis yaitu pemeriksaan X-Ray (dilakukan dengan 2 proyeksi : anterior-posterior) untuk
melihat ada tidaknya patah tulang, luas dan keadaan fragmen tulang dan untuk mengikuti
proses penyembuhan tulang. Departemen Kesehatan RI (2011) juga menyebutkan bahwa
fraktur dengan jumlah lebih dari 8 juta orang yang mengalami kejadian fraktur dengan jenis
yang berbeda dan penyebab yang berbeda yaitu didapatkan penderita yang mengalami
kematian sebanyak 25 %, yang mengalami cacat fisik sebanyak 45 %, yang mengalami stres
psikologis dan depresi sebanyak 15 %, serta yang mengalami kesembuhan dengan baik yaitu
sebanyak 10 %.
Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi, hal ini sangat
mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat yaitu adanya peningkatan penggunaan
alat transportasi / kendaraan bermotor sehingga terjadinya peningkatan arus lalu lintas yang
tinggi dan cenderung menyebabkan kecelakaan lalu lintas (Usman, 2012).  Selanjutnya,
Usman (2012) menyebutkan bahwa hasil data Riset Kesehatan Dasar (RIKERDAS) tahun
2011, di Indonesia terjadinya fraktur yang disebabkan oleh cedera yaitu karena jatuh,
kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam / tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang
mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas,
mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda tajam / tumpul,
yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Fraktur adalah terrputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan lansung, gaya mermuk, gerakan punter, mendadak
dan bahkan kontriksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan
terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
seendi, rupture tendon, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah.

B. Anatomi Fisiologi
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga
jenis dasar yaitu:
1. Osteoblas, berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.
Matrik tulang tersusun atas 98 % kolagen dan 2 % subtansi dasar.
2. Osteosit adalah sel dewasaa yang terlibat dalam pemeliharaan fingsi tulang dan terletak
dalam oeston (unit matrik matriks tulang).
3. Osteoklas adalah sel multinuklera (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,
resorpsi dan remodeling tulang.

Struktur tubuh manusia memiliki 206 tulang yaitu tulang-tulang ekstremitas atas ( mulai dari
klavikula dan berakhir pada falang distal dari jari-jari tangan) dan tulang-tulang ekstremitas
bawah dimulai dari pelvis berakhir pada falang distal dari jari-jari kaki).

Semua tulang memiliki otot-otot yang menempel pada tulang, sehingga tulang tersebut
menjalankan fungsinya masing-masing. Hilangnya integritas pada bagian proksimal
ekstremitas dapat menimbulkan kerusakan fungsional pada bagian distal ekstremitas.
C. Etiologi
1. Trauma, seperti kecelakaan lalu lintas atau terjatuh
2.      Keadaan patologis, seringkali disebabkan oleh metastasis dari suatu tumor
3.      Degenerasi, terjadi oleh karena kemunduran fisiologis dari jaringan tulang itu sendiri
4.      Spontan, terjadi oleh karena tarikan otot yang sangat kuat

D. Manifestasi klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang di inmobilisasi
2. Hilangnya fungsi, ekstremitas tidak dapt berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada fungsi normal tulang tempat melekatnya otot.
3. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba) diketahui dengan membandingkan ekstremitas yang normal.
4. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
5. Saat eksremitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus
yang teraba akibat gesekan antara fragmen tulang satu dengan yang lainnya.
6. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.

E. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2001) antara lain:
a. komplikasi awal fraktur antara lain:
1. syok
Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan darah
eksternal maupun yang tidak kelihatan yang biasa menyebabkan penurunan
oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak, dapat terjadi
pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra.
2. sindrom emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena
tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin
yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan
memudahkan terjadinya globula lemak pada aliran darah.
3. sindrom kompartement
Sindrom kompartemen ditandai oleh kerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh
darah yang disebabkan oleh pembengkakan dan edema di daerah fraktur. Dengan
pembengkakan interstisial yang intens, tekanan pada pembuluh darah yang menyuplai
daerah tersebut dapat menyebabkan pembuluh darah tersebut kolaps. Hal ini
menimbulkan hipoksia jaringan dan dapat menyebabkan kematian syaraf yang
mempersyarafi daerah tersebut. Biasanya timbul nyeri hebat. Individu mungkin tidak
dapat menggerakkan jari tangan atau kakinya. Sindrom kompartemen biasanya terjadi
pada ekstremitas yang memiliki restriksi volume yang ketat, seperti lengan.resiko
terjadinya sinrome kompartemen paling besar apabila terjadi trauma otot dengan
patah tulang karena pembengkakan yang terjadi akan hebat. Pemasangan gips pada
ekstremitas yang fraktur yang terlalu dini atau terlalu ketat dapat menyebabkan
peningkatan di kompartemen ekstremitas, dan hilangnya fungsi secara permanen atau
hilangnya ekstremitas dapat terjadi. (Corwin: 2009).
4. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma biasanya ditandai dengan tidak ada nadi, CRT
menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas
yang disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
5. Avaskuler nekrosis (AVN)
terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bias menyebabkan
nekrosis tulang dan di awali dengan adanya Volkman’s Ischemia (Smeltzer dan Bare,
2001).
6. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
b. komplikasi dalam waktu lama atau lanjutan
1. Malunion
Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak seharusnya, membentuk sudut, atau miring. Conyoh yang khas adalah
patah tulang paha yang dirawat dengan traksi, dan kemudian diberi gips untuk
imobilisasi dimana kemungkinan gerakan rotasi dari fragmen-fragmen tulang yang
patah kurang diperhatikan. Akibatnya sesudah gibs dibung ternyata anggota tubuh
bagian distal memutar ke dalam atau ke luar, dan penderita tidak dapat
mempertahankan tubuhnya untuk berada dalam posisi netral. Komplikasi seperti ini
dapat dicegah dengan melakukan analisis yang cermat sewaktu melakukan reduksi,
dan mempertahankan reduksi itu sebaik mungkin terutama pada masa awal periode
penyembuhan.
Gibs yang menjadi longgar harus diganti seperlunya. Fragmen-fragmen tulang yang
patah dn bergeser sesudah direduksi harus diketahui sedini mungkin dengan
melakukan pemeriksaan radiografi serial. Keadaan ini harus dipulihkan kembali
dengan reduksi berulang dan imobilisasi, atau mungkin juga dengan tindakan operasi.
2. Delayed Union
Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakan kegagalan fraktur
berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.
3. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseuardoarthrosis. Banyak keadaan yang merupakan faktor predisposisi
dari nonunion, diantaranya adalah reduksi yang tidak benar akan menyebabkan
bagian-bagian tulang yang patah tetap tidak menyatu, imobilisasi yang kurang tepat
baik dengan cara terbuka maupun tertutup, adanya interposisi jaringan lunak
(biasanya otot) diantara kedua fragmen tulang yang patah, cedera jaringan lunak yang
sangat berat, infeksi, pola spesifik peredaran darah dimana tulang yang patah tersebut
dapat merusak suplai darah ke satu atau lebih fragmen tulang.

F. Jenis fraktur
1. Patah tulang tertutup, tidak menyebabkan robekan kulit.
2. Patah tulang terbuka(patah tulang majemuk). Tulang yang patah tampak dari luar karena
tulang telah menembus kulit dan kulit mengalami robekan, dan mudah untuk terjadi
infeksi.
Grade 1: luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya
Grade 2 luka lebih luas tanpa keursakan jaringan lunak ekstensif
Grade 3, sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif,
merupakan yang paling berat.
3. Patah tulang kompresi.
Merupakan akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang melawan tulang lainnya
atau tenaga yang menekan melawan panjangnya tulang.
4. Patah tulang karena tergilas. Tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan
sehingga terjadi beberapa pecahan tulang.
5. Patah tulang avulse, disebabkan kontraksi yang kuat, sehingga menarik bagian tulang
tempat tendon otot tersebut melekat. Paling sering terjadi pada bahu dan lutut, tetapi bisa
juga terjadi pada tungkai dan tumit.
6. Patah tulang patologis. Terjadi jika sebuah tumor telah tumbuh dalam tulang dan
menyebabkan tulang menjadi rapuh.
G. Pengelolaan klien fraktur
Persiapan klien meliputi 2 keadaan berbeda, yang pertama tahap pra hospital, dimana
seluruh kejadian idealnya berlangsung dalam koordinasi dengan dokter di RS. Fase kedua
adalah fase RS (in hospital), dimana dilakukan persiapan untuk menerima klien sehingga
dapat dilakukan resusitasi dalam waktu cepat.
1. Tahap Pra-RS
Koordinasi yang baik antara dokter di RS denganpetugas lapangan akan menguntungkan
klien. Sebaiknya RS sudah diberitahukan sebelum klien diangkat dari tempat kejadian.
Yang harus diperhatikan adalah menjaga airway, breathing, control perdarahan dan syok,
imobilisasi klien dan pengiriman RS terdekat ya ng cocok, sebaiknya ke pusat trauma.
Harus diusahakan untuk mengurangi waktu tanggap (respons time). Jangan sampai terjadi
bahwa semakin tinggi tingkatan paramedic semakin lama klien berada di TKP. Saat klien
dibawa ke RS harus ada data tentang waktu kejadian, sebab kejadian, riwayat klien dari
mekanisme kejadian dapat menerangkan jenis perlukaan dan jenis perlukaan.
2. Fase RS
Saat klien berada di RS segera dilakukan survai primer dan selanjutnya dilakukan
resusitasi dengan cepat dan tepat.

H. Penanganan
1. Trauma tulang belakang
Imobilisasi harus segera dilakukan untuk mencegah paralisis seumur hidup bahkan
kematian. Mempersiapkan klien dalam papan spinal harus adekuat. Harus diingat
beberapa mekanisme dari luka seperti jatuh dari ketinggian dan mendarat dengan kedua
kaku dapat menyebabkan fraktur lumbal karena semua beban terlokalisir di tulang
belakang.
2. Trauma pelvis
Terjadi karena lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Pemeriksaan klien didapatkan
tekanan keras pada tulang iliaka, tulang panggul dan pubis. Potensi perdarahan serius
maka syok harus selalu dipikirkan dan pasien harus segera dikirim dengan papan spinal.
3. Trauma femur
Biasanya patah pada sepertiga tengah, pada orang tua patah pangkal tulang paha(collum
femoris). Fraktur dapat menjadi terbuka dan kalau hal ini terjadi harus ditangani sebagai
fraktur terbuka, fraktur femur bilateral dapat menyebabkan kehilangan sampai 50 %
volume sirkulasi darah. Fraktur femur dapat dilakukan imobilisasi sementara dengan
menggunakan traksi splint, karena menarik bagian distal tungkai di atas kulit pergelangan
kaki. Cara paling sederhana dengan menggunakan bidai kayu yang diletakkan sepanjang
tulang panjang diantara dua sendi.
4. Trauma pangkal paha dan sendi panggul
Nyeri harus dianggap sebagai fraktur sampai ronten membuktikan sebaliknya. Pada
fraktur jenis ini, rasa sakit dapat ditolelir dan kadang-kadang diabaikan.
5. Dislokasi panggul
Adalah kasus emergency ortopedi dan harus dilakukan reduksi secepatnya untuk
mencegah trauma nervus ischiadikus atau nekrosis pada kaput femur akibat terganggunya
peredaran darah.
6. Trauma lutut
Fraktur dan dislokasi didaerah ini sangat serius, karena arteri berada dibawah dan diatas
dari persendian lutut dan bisa terjadi laserasi apabila persendian tersebut tidak dalam
keadaan normal.
7. Trauma tibia dan fibula
Pembidian meliputi tungkai bawah, lutut dan angkle.
8. Trauma bahu, trauma klavikula
Dapat terjadi patah tulang humerus bagian atas yang dapat menyebabkan kerusakan n.
radialis, gejalanya ketidakmampuan klien untuk mengangkat tangan. Modifikasi spika
bahu(gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat
didipergunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu kebelakang dan
mempertahankan dalam posisi ini
9. Trauma siku
Menyebabkan kerusakaan pembuluh darah dan saraf yang berjalan sepanjang permukaan
fleksor dari siku).bila fraktur tidak mengalami pergeseran lengan diimolisasi dengan gips
atau bidai posterior dengan siku difleksikan 45-90 derajat atau suku disangga dengan
balut tekan dan sling.
10. Trauma tangan dan pergelangan tangan
Dibidai sementara dalam posisi anatomis fungsional, dengan pergelangan tangan sedikit
dorsalfleksi dan jari-jari 45 derajat pada seendi metakarpofangeal dengan imolisasi
tangan dengan rol kasa dan bidai pendek. Lengan dan pergelangan tangan diimolisasi
datar pada bidai dengan bantalan siku, siku diimolisasi dengan pada posisi fleksi,
memakai bidai dengan bantalan atau langsung diimolosasi ke badan mamakai sling.
11. Trauma kaki, angkel
Dapat diimolisisasi dengan bidai bantal atau karton dengan bantalan dengan menghindari
tekanan pada daerah tulang yang menonjol.

I. PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR


1. Pada suatu fraktur biasanya periosteum tercabik, pembuluh darah hancur dan fragmen-
fragmen tulang tercerai-berai
2. Pembelahan cepat sel-sel pembentuk tulang dan pembentuk tulang rawan pada daerah
yang patah membentuk suatu pita yang semakin lama semakin menebal, terdiri dari
kallus interna dan kalus eksterna
3. Osteoblas membentuk trabekula yang melekat pada tulang dan meluas ke pecahan tulang
lain
4. Bagian yang patah dijembatani oleh tulang yang kompak dan kontur dari tulang utuh
yang baru dibentuk kembali (Price,1994)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang (fraktur)

B. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik.
Intervensi utama : Manajemen nyeri
Tindakan :
 Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitior efek samping penggunaan analgetik
 Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik, blofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tempat tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan stategi meredakan
nyeri
 Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang (fraktur)


Intervensi utama : Dukungan ambulasi
Tindakan :
 Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
 Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
 Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus di lakukan (mis. berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fraktur adalah terrputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan lansung, gaya mermuk, gerakan
punter, mendadak dan bahkan kontriksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan
sekitarnya juga akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan
ke otot dan sendi, dislokasi seendi, rupture tendon, kerusakan saraf dan kerusakan
pembuluh darah.

B. SARAN
Semoga Maklah Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Sistem Muskuloskeletal
Dengan Fraktur ini bermanfaat bagi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner,Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. EGC.Jakarta


Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
EGC. Jakarta,
Ignatavicius, Donna D.1995. Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach, W.B. Saunder Company.
Keliat, Budi Anna.1994.Proses Perawatan.EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. 1996.Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius
FKUI, Jakarta.
Mourad.1997.Ortopedic Disorders. Mosbys Clinical Nursing Series. Toronto
Price,Wilson.1995. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 4. EGC.
Jakarta
Reksoprodjo, Soelarto. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI/RSCM, Binarupa
Aksara, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai

  • PDF Askep Persalinan Normal
    PDF Askep Persalinan Normal
    Dokumen26 halaman
    PDF Askep Persalinan Normal
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Cetak KHS
    Cetak KHS
    Dokumen1 halaman
    Cetak KHS
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Kep Bencana
    Kep Bencana
    Dokumen5 halaman
    Kep Bencana
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • PENGUJIAN PANAS PEMOTONGAN MESIN BUBUT
    PENGUJIAN PANAS PEMOTONGAN MESIN BUBUT
    Dokumen13 halaman
    PENGUJIAN PANAS PEMOTONGAN MESIN BUBUT
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • OPTIMALKAN TIDUR ANDA DENGAN PSQI
    OPTIMALKAN TIDUR ANDA DENGAN PSQI
    Dokumen46 halaman
    OPTIMALKAN TIDUR ANDA DENGAN PSQI
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Kep Bencana
    Kep Bencana
    Dokumen21 halaman
    Kep Bencana
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Kep Bencana
    Kep Bencana
    Dokumen17 halaman
    Kep Bencana
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Kep Bencana
    Kep Bencana
    Dokumen8 halaman
    Kep Bencana
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Covid Daring
    Jurnal Covid Daring
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Covid Daring
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Askep Remaja
    Askep Remaja
    Dokumen21 halaman
    Askep Remaja
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Rupture Uteri
    Rupture Uteri
    Dokumen20 halaman
    Rupture Uteri
    Lanerose Virginia
    Belum ada peringkat
  • PBL-CBL-WBL untuk Mata Kuliah PKN
    PBL-CBL-WBL untuk Mata Kuliah PKN
    Dokumen19 halaman
    PBL-CBL-WBL untuk Mata Kuliah PKN
    S.A Tamara
    Belum ada peringkat
  • Askep Gadar
    Askep Gadar
    Dokumen11 halaman
    Askep Gadar
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Daftar Peserta KKN Kelas Pagi - 06 Agustus 2021
    Daftar Peserta KKN Kelas Pagi - 06 Agustus 2021
    Dokumen2 halaman
    Daftar Peserta KKN Kelas Pagi - 06 Agustus 2021
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Askep Remaja
    Askep Remaja
    Dokumen20 halaman
    Askep Remaja
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen2 halaman
    Asma
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Askep Remaja
    Askep Remaja
    Dokumen18 halaman
    Askep Remaja
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Askep Remaja
    Askep Remaja
    Dokumen5 halaman
    Askep Remaja
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen2 halaman
    Asma
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen5 halaman
    Hipertensi
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Ujian Akhir Semester Askep Kegawatdaruratan 3
    Ujian Akhir Semester Askep Kegawatdaruratan 3
    Dokumen5 halaman
    Ujian Akhir Semester Askep Kegawatdaruratan 3
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen14 halaman
    Asma
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen14 halaman
    Asma
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • TraumaAbdomen
    TraumaAbdomen
    Dokumen24 halaman
    TraumaAbdomen
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • TraumaAbdomen
    TraumaAbdomen
    Dokumen24 halaman
    TraumaAbdomen
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen22 halaman
    Asma
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen10 halaman
    Asma
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Kep Keluarga
    Kep Keluarga
    Dokumen17 halaman
    Kep Keluarga
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Kep Keluarga
    Kep Keluarga
    Dokumen20 halaman
    Kep Keluarga
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat
  • Kep Keluarga
    Kep Keluarga
    Dokumen19 halaman
    Kep Keluarga
    nathasya lanawaang
    Belum ada peringkat