I. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan adalah student centered learning (SCL)
dengan pendekatan problem based learning, contextual based learning dan web based
learning. Metode ini dimulai dengan membagi mahasiswa dalam kelompok kecil (small
group) oleh dosen. Selanjutnya, mahasiswa dari tiap kelompok secara partisipatif
berdiskusi untuk mempresentasikan, bertanya dan berdebat mengenai substansi
permasalahan yang tertuang dalam notulensi diskusi (hasil diskusi). Kemudian, diakhir
diskusi, dosen akan mengulas hasil diskusi tersebut secara keseluruhan.
V. Kaidah Penulisan
1. Paragraf harus berfungsi sebagai alat menelusuri, memahami dan mengembangkan
jalan pikiran secara sistematis.
2. Paragraf harus menggunakan kata depan yang mengawali suatu kalimat yaitu kata
pada, untuk, tentang, bagi, dengan, dari, berikut ini, daripada.
3. Paragraf harus menggunakan kata penghubung yang berfungsi menghubungkan
bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang
lain (antar kalimat) yaitu kata dan, atau, tetapi, ketika, jika, asalkan, agar, jadi,
supaya, meskipun, sebagai, sebab, karena, bahwa, (oleh) karena itu, namun,
kemudian, setelah itu, bahkan, selain itu, disamping itu, selanjutnya, sementara itu,
walaupun demikian, sehubungan dengan itu, dengan demikian.
4. Paragraf harus memenuhi krieria kesatuan (kohesi) yaitu keeratan hubungan makna
antar gagasan dalam sebuah paragraf. Sebagai satu kesatuan gagasan, sebuah
paragraf hendaknya hanya mengandung satu gagasan utama diikuti oleh beberapa
gagasan pengembang atau penjelas.
5. Paragraf harus memenuhi kepaduan atau koherensi yaitu kepaduan hubungan
antarkalimat yang terjalin didalam paragraf. Kepaduan paragraf tersebut dapat
diketahui dari susunan kalimat yang sistematis, logis, dan mudah dipahami.
6. Paragraf harus memenuhi kriteria kekompakan yaitu pengaturan hubungan
antarkalimat yang diwujudkan oleh adanya bentuk-bentuk kalimat atau bagian
kalimat yang cocok dalam paragraf. Kekompakan paragraf dapat dilihat dari srtruktur
kalimat yang serasi (struktural) dan ditandai oleh kata-kata dalam paragraf untuk
menandai hubungan antar kalimat atau bagian paragraf (leksikal).
7. Paragraf harus memenuhi kriteria keefektifan kalimat yaitu keseimbangan
(keseimbangan antara pikiran/gagasan dan struktur bahasa), kesejajaran (bentuk
atau konstruksi bahasa yang sama), kecermatan (kalimat tidak menimbulkan tafsiran
ganda, tepat dalam memilih kata), kehematan (hemat menggunakan kata, frasa atau
4
bentuk lain yang tidak perlu), kevariasian (jenis, bentuk, pola kata dan kalimat yang
bervariasi) dan kelogisan (ide kalimat diterima logika, penulisan sesuai EYD).
8. Pengembangan paragraf harus menggunakan kalimat topik dan kalimat penjelas.
Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok paragraf sedangkan kalimat
penjelas adalah kalimat yang berfungsi menjelaskan ide pokok paragraf.
Ciri-ciri kalimat topik:
1) Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri;
2) Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih
lanjut;
3) Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat
lain;
4) Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.
Ciri-ciri kalimat penjelas:
1) Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti);
2) Arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat
lain dalam satu alinea;
3) Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi;
4) Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data/informasi tambahan lain
yang bersifat mendukung kalimat topik.
9. Struktur Pengembangan Paragraf :
1) 1 Transisi (berupa kalimat), 2 kalimat topik, 3 kalimat penjelas, dan 4 kalimat
penegas.
Contoh :
1 Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja
pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. 2 Baik kinerja pegawai maupun
kinerja organisasi memiliki maknanya masing-masing. 3 Kinerja pegawai adalah
hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. 3 Sedangkan kinerja
organisasi adalah totalitas hasil kinerja yang dicapai suatu organisasi. 4 Oleh
karena itu, kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang
sangat erat.
2) 1 Transisi (berupa kata), 2 kalimat topik, 3 kalimat penjelas, dan 4 kalimat
penegas.
Contoh :
1 Dalam pemilihan umum, 2 sosialisasi bertujuan meningkatkan kualitas
pemilih. 3 Pembentukan sikap tidaklah bersifat begitu saja terjadi, melainkan
proses sosialisasi yang berkembang menjadi ikatan psikologis yang kuat antara
seseorang dengan partai politik atau kandidat tertentu. 3 Makin dekat
seseorang dengan partai atau kandidat tertentu makin besar kemungkinan
seseorang terlibat dalam pemilihan. 4 Kedekatan inilah yang menentukan
seseorang ikut memilih atau tidak.
5
5) Paragraf Sebab-Akibat
Paragraf sebab-akibat adalah paragraf yang kalimat topiknya dikembangkan
oleh kalimat sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas). Paragraf ini yang
bertujuan untuk menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun
dari segi akibat. Dalam menyusun paragraf ini harus memerhatikan sebabnya
terlebih dahulu baru kemudian akan mengetahui akibatnya atau sebaliknya.
Ungkapan yang digunakan yaitu padahal, akibatnya, oleh karena itu, karena.
Contoh :
Akar konflik yang menindas etnis Rohingya begitu rumit dan kompleks.
Pemerintah Myanmar mengklaim bahwa etnis Rohingya merupakan imigran
yang berasal dari Bangladesh, saat Myanmar dan Bangladesh berada di bawah
kolonialisasi Inggris. Pascaperang Inggris-Burma berakhir pada 1826, Inggris
menjalankan kebijakan imigrasi yang sangat terbuka di wilayah yang sekarang
dikenal dengan Rakhine itu. Etnis Rohingya merupakan orang-orang Muslim
Arakan yang menempati wilayah Rohang, yang sekarang dikenal dengan
Rakhine. Wilayah Rohang sebelumnya merupakan wilayah kerajaan Arakan,
sebelum ditaklukan oleh kerajaan Burma. Artinya, orang-orang Rohingya
merupakan etnis asli wilayah Rohang atau yang saat ini dikenal dengan
Rakhine. Namun Hukum Kependudukan Burma 1982, menyatakan bahwa
orang-orang Rohingya bukanlah suku-bangsa asli Myanmar dan secara tegas
menyatakan bahwa Rohingya bukan bagian dari warga negara Myanmar. Oleh
karena itu, hal ini merupakan salah satu pemicu penindasan terhadap etnis
Rohingya oleh orang-orang Burma karena mereka menganggap bahwa
Rohingya tidak memiliki hak untuk menempati tanah Burma atau Myanmar.
6) Paragraf Klasifikasi
Paragraf klasifikasi adalah paragraf yang mengelompokkan suatu masalah yang
sedang dibahas. Ungkapan yang digunaka yaitu dikelompokan, dibagi,
diklasifikasi, dsb.
Contoh :
Bentuk partisipasi politik warga negara dapat dikelompokan berdasarkan
intensitasnya. Intensitas terendah adalah sebagai pengamat, intesitas
menengah yaitu sebagai partisipan, dan intensitas partisipasi tertinggi sebagai
aktivis. Bila dijenjangkan, intensitas kegiatan politik warga negara tersebut
membentuk segitiga serupa dengan warga Negara. Karena seperti piramida,
bagian mayoritas partisipasi politik warga negara terletak di bawah. Ini berarti
intensitas partisipasi politik warga negara kebanyakan berada pada jenjang
pengamat. Mereka yang tergolong dalam kelompok ini biasanya melakukan
kegiatan politik seperti: menghadiri rapat umum, menjadi anggota
partai/kelompok kepentingan, membicarakan masalah politik mengikuti
perkembangan politik melalui media massa, danmemberikan suara dalam
9
pemilu. Setingkat lebih maju dari kelompok pengamat yang terletak ditengah-
tengah piramida partisipasi politik ialah kelompok partisipan. Pada jenjang
partisipasi ini aktivitas partisipasi poltik yang sering dilakukan adalah menjadi
petugas kampanye, menjadi anggota aktif dari partai/kelompok kepentingan,
dan aktif dalam proyek-proyek sosial.
Kelompok terakhir yang terletak di bagian paling atas dari piramida
partisipasi politik adalah kelompok aktivis. Warga yang termasuk dalam
kategori aktivis sedikit jumlahnya. Kegiatan politik pada jenjang aktivis ini
adalah seperti,menjadi pejabat partasi sepenuh waktu, pemimpin
partai/kelompok kepentingan. Di samping itu, ada juga warga yang tidak
termasuk kedalam piramida ini, mereka adalah kelompok warga yang sama
sekali tidak terlibat dan tidak melakukan kegiatan politik.
7) Paragraf Proses
Paragraf proses adalah paragraf yang menjelaskan urutan atau tahapan dari
suatu masalah, perisitiwa, kegiatan, aktivitas dll.
Contoh :
Kegiatan pilkada langsung dilaksanakan dalam dua tahap, yakni masa
persiapan dan tahap pelaksanaan. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam
masa persiapan, yakni:
a. Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai
berakhirnya masa jabatan;
b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa
jabatan kepala daerah;
c. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan
jadwal tabapan pelaksanaan pemilihan kepala deerah;
d. Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS dan KPPS;
e. Pembentukan dan pendaftaran pemantau.
Sementara itu, tahap pelaksanaan terdiri dari enam kegiatan, yang masing-
masing merupakan rangkaian yang saling terkait meliputi:
a. Penetapan daftar pemilih;
b. Pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah/wakil kepala
daerah;
c. Kampanye;
d. Pemungutan suara
e. Penghitunga suara; dan
f. Penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah
terpilih, pengesahan, dan pelantikan.
10
1) ……... apakah anda merasa bosan ketika berada dalam kelompok diskusi?
2) ……… apakah anda sering membaca artikel opini dimedia massa?
3) ….…. apakah anda sering berada diluar kelas pada saat teman dan dosen
berada didalam kelas?
4) ….…. apakah sering merasa kantuk pada saat diskusi berlangsung?
5) ……… apakah anda sering memberikan saran dalam diskusi?
6) ……… apakah anda memahami cara mensintesis teori dalam penyusunan
notulensi diskusi?
7) apakah anda memahami cara mensintesis sudut pandang individu atau
lembaga dalam penyusunan notulensi diskusi?
8) ……… apakah anda memahami cara mensintesis data hasil penelitian
(artikel, paper/makalah, skripsi, prosiding, tesis dll) dalam penyusunan
notulensi diskusi?
11
9) ……... apakah kelompok anda menjunjung etika dan nilai demokrasi dalam
berdiskusi?
10) ……… apakah kelompok anda dapat mengklarifikasi sanggahan terhadap
jawaban atas pertanyaan yang diajukan kelompok lain?
11) …….. apakah anda tertarik dalam menganalisis masalah-masalah
kontekstual?
12) …….. apakah anda memahami kaidah penulisan dalam penyusunan
notulensi diskusi?
13) ……… apakah anda tertarik dalam membaca/menyimak berita di media
masa cetak, elektronik online?
14) ……… apakah anda memiliki minat untuk memberikan pertanyaan?
15) ……… apakah anda diberi tugas oleh rekan kelompok anda untuk menulis
notulensi diskusi?
16) ……… apakah anda merasa cakap berdebat dalam diskusi?
17) ……… apakah pertanyaan yang anda ajukan kepada kelompok lain adalah
pertanyaan yang berkualitas?
18) ……. menurut anda, apakah dengan mengikuti model pembelajaran ini
anda telah memperoleh sebagian kecil dari nilai-nilai sikap yang jujur,
kritis, adil, peduli, percaya diri, mandiri, demokratis, dan berintegritas.
Politik identitas adalah proses penyatuan dari pelbagai identitas kedalam self-
concept atau self-image seseorang. Hal ini merupakan identifikasi bagi identitas seseorang
ataupun kolektif dengan memahami identitas diri yang mengalir dari nilai-nilai, cara-cara,
karakteristik-karakteristik, latarbelakang religi, dan lain sebagainya sebagai sesuatu yang
beraneka ragam dan memperkaya khazanah kolektif bangsa. Politik identitas pun adalah
sebuah identitas yang dibangun dari dalam, sebagai pengganti dari sebuah gambaran yang
disebabkan oleh stereotype lingkungan. Bagaimanapun, adalah hal yang penting untuk
menyatakan bahwa stereotype yang ditempati oleh masyarakat luas pada kelompok etnis
dapat menjadi kontribusi yang besar bagi perasaan bangga atau malu seseorang akan
etnisitas mereka sendiri, dan hal itu bisa menjadi sumber yang besar akan konflik. Karena
itu, politik identitas yang dilihat secara arif dan bijaksana semestinya menempatkan
perbedaan sebagai kekayaan bukan sebagai lawan identitasnya. Politik identitas adalah,"
rasa memiliki dari seseorang kepada sebuah kelompok tertentu, dan bagian dari
pemikiran, persepsi, perasaan dan sikap seseorang yang merupakan kewajiban bagi
keanggotaan kelompok etnis".
Identitas adalah sesuatu yang terbeli sekaligus sesuatu yang terkonstruksi. Kita tidak
dapat memilih dilahirkan untuk menjadi identitas tertentu dalam masyarakat yang
mayoritas memiliki identitas tersebut; kita pun tidak bisa memilih identitas suatu religi
12
ketika masyoritas agama yang dianut adalah agama yng bukan kita miliki; tetapi yang
dapat kita lakukan adalah mengonstruksi apa yang tidak ada di dalam diri kita untuk
menjadi bagian dari yang mayoritas. Amin Maloouf (2004) menggambarkan dengan sangat
baik bagaimana identitas dapat menjadi belati bermata dua bagi pemiliknya. Ia dapat
menjadi senjata beladiri ketika dibutuhkan, tetapi di sisi lain, ia dapat menjadi bumerang
yang dapat menyerang balik pemilik identitas ketika ia tidak dapat mengelola dengan baik.
Musti diingat di sini, bahwa pengelolaan atas identitas memang bukan kewajiban mutlak
individu, ia merupakan kewajiban yang harus dibentuk oleh negara dan masyarakat sipil.
Karena itu, yang perlu dikelola secara seksama dan hati-hati dalam politik identitas
adalah bagaimana menyeimbangkan (mencari equilibritas) pemahaman akan the ours
(kekitaan) dan the others (kemerekaan). Ketika dua hal tersebut dikelola secara baik, maka
akan menghasilkan hal-hal yarng bermanfaat pula. Identitas yang dipolitisasi dengan
maksud untuk membangun perbedaan, dan perbedaan-perbedaan tersebut dibaca
dengan cara yang teratur dan baik justru dapat membentuk dasar saling pengertian di
antara pemeluk identitas lainnya. Maka bukan hanya kesempatan untuk hidup dengan
baik yang tercipta tapi juga dasar-dasar bagi keberlangsungan untuk dapat melanjutkan
kehidupan yang dilandasi atas political rights dan civil liberties yang mapan dapat
terwujud. Namun sebaliknya, apabila identitas dipolitisasi dengan maksud untuk
membangun perbedaan yang negatif, maka bukan tidak mungkin konflik destruktif
menjadi ceritera mengerikan dalam berita dan realita. Politisasi perbedaan identitas,
entah itu kultur/budaya, ras, etnis, adat, agama, merupakan ancaman bagi kepolitikan dan
merupakan tantangan yang mesti dicarikan solusinya. Logika the ours (kekitaan) dan the
others (kemerekaan) merupakan akar dari persoalan politik identitas negatif.
VIII. Artikel
Keniscayaan Politik Identitas dalam Pemilukada,
Hari/Tanggal
Nama kelompok
Topik yang dibahas
Hasil diskusi 1. Identifikasi dan Penetapan Masalah.
Identifikasi dan penetapan masalah adalah upaya menemukan
dan menguraikan masalah yang terdapat dalam artikel agar
dapat diketahui dengan jelas. Ada pun yang dimaksud dengan
masalah adalah kelemahan, pertentangan, kebingungan serta
kesenjangan antara keadaan yang diharapkan (das sollen)
dengan kenyataan (das sein). Masalah dapat ditemukan
pokok-pokok masalah dalam peristiwa atau fenomena dalam
artikel di media massa online yang mengangkat isu-isu aktual
yang menjadi perbincangan publik/ masyarakat.
2. Pembahasan Masalah.
Pembahasan masalah adalah uraian penjelasan pokok-pokok
masalah. Uraian dan faktor tersebut merupakan upaya
penjabaran secara terperinci, analitis, logis dan sistematis
mengenai pokok-pokok masalah yang ada dalam identifikasi
dan penetapan masalah. Penjabaran tersebut dapat dilakukan
dengan cara mensintesis atau menggabungkan atau
memadukan pokok-pokok masalah yang sama, yang bersumber
dari media massa online internet dan sumber lain. Pokok-
pokok masalah yang bersumber dari internet ini meliputi
hubungan antara pokok-pokok masalah dengan sudut pandang
individu/organisasi, norma dasar (norma moral, agama, adat,
dll) serta norma hukum (kebijakan, program, peraturan
perundang-undangan (Pancasila, UUD 1945, peraturan
pemerintah, kepres, perpres, kepmen, peraturan menteri,
15
3. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan bagian terakhir yang diperoleh dari
pembahasan masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Kesimpulan ditulis secara tegas dan lugas.
Tetapkanlah kesimpulan..