Anda di halaman 1dari 12

Kebiasaan Merokok dapat juga menyebabkan penyakit hipertensi.

Zat nikotin yang terdapat


dalam rokok dapat meningkatkan pelepasan epinefrin yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyempitan dinding arteri. Zat lain dalam rokok adalah Karbon monoksida (Co) yang
mengakibatkan jantung akan bekerja lebih berat untuk memberi cukup oksigen ke selsel tubuh.
Rokok berperan membentuk arterosklerosis dengan cara meningkatkan pengumpalan sel-sel
darah (Dalimartha, 2008). Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal. Hipertensi sering mengakibatkan
keadaan yang berbahaya karena keberadaannya sering kali tidak disadari dan kerap tidak
menimbulkan keluhan yang berarti; sampai suatu waktu terjadi komplikasi jantung, otak, ginjal,
mata , pembuluh darah, atau organ-organ vital lainnya. Namun demikian penyakit hipertensi
sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi masyarakat. Pola hidup sehat dan pola makan
sehat merupakan pilihan tepat untuk menjaga diri terbebas dari hipertensi. Semuanya dilakukan
secara terus menerus, tidak boleh temporer. Sekali kita lengah menjaga diri dengan tidak
mengikuti pola hidup sehat, dipastikan kita akan mudah terkena hipertensi dan penyakit lainnya.
Pada saat tekanan darah meningkat. hormon epinefrin atau adrenalin akan dilepaskan. Adrenalin
akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri (Vasokonstriksi) dan peningkatan
denyut jantung, dengan demikian orang akan mengalami stress. Jika stres berlanjut, tekanan
darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut mengalami hipertensi.
berhubungan pola diet dan kebiasaan berolahraga yang dilakukan dengan baik untuk
terkontrolnya tekanan darah penderita hipertensi. Meningkatkan kesadaranmasyarakat
danperubahanpolahidup ke arah yang lebih sehat merupakan upaya untuk pencegahandan
Penanggulanganhipertensi
Tidak terkontrolnya tekanan darah pada responden disebabkan tidak melakukan pola diet yang
baik, kebanyakan dari responden tidak bisa menghindari kebiasaan mengkonsuinsi lemak jenuh,
karena mereka sudah terbiasa dengan makanan yang mengandung lemak jenuh. Kebiasaan
konsumsi gorengan, santan yang pekat, daging sapi, otak, jeroan mempunyai faktor resiko
terbukti berhubungan dengan kejadian hipertensi. Kebiasaan sering mengkonsumsi lemak jenuh
erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.17 Juga
responden tidak menyadari bahwa kebiasaan mengkonsumsi garam atau mengkonsumsi asin
merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Kebanyakan dari responden tidak bisa
menghindari kebiasaan mengkonsumsigaramkarenamerekasudahterbiasa masak dengan
menggunakan garam dan MSG. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi
cairanyang meningkatkanvolume darahdantekanandarah. mengkonsumsi
buahbuahan.Untukasupan serat sangatdianjurkanbagi penderita hipertensi ini dikarenakan dalam
serat mengandung pektin, gom dan musilago yang mempengaruhi proses metabolisme kolesterol
dan kerjagaramempedu,menurunkan kadar kolesterol
darahdanmencegahkenaikankadarkolesterolhati, apabila penderita hipertensijarang
mengkonsumsi serat maka proses metabolisme kolesterol dalam darah lambat sehingga terjadi
peningkatan kadar kolesterol dalam darah, diameter pembuluh darah menjadi sempit dan terjadi
peningkatan tekanan darah(hipertensi)16. Menurut peneliti pola diet yang kurang baik pada
penderita hipertensi disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh penderita
hipertensi tentang pola diet hipertensi, juga disebabkan kebiasaan Pola diet yang kurang
baik,tekanandarahnyatidakakanterkontrol
Tingginya angka hipertensi juga disebabkan karena hipertensi merupakan penyakit dengan
berbagai penyebab. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota
seperti kegemukan, konsumsi garam berlebih, kurang olahraga, merokok, dan konsumsi alkohol,
tetapi penyakit ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan, usia, dan jenis kelamin.
Pola diet yang kurangbaik,menyebabkantekanan darah tidak akan terkontrol. Disararikan melalui
perawat dan petugas gizi puskesmas untuk melaksanakan konseling diet, penyuluhan tentang
diethipertensi,olahraga. Kebiasaan berolahraga penderita hipertensi di puskesmas PadangPasir
tahun 2011, dapat dilihat bahwa sebagian besar (80,8 %) penderita memiliki kebiasaan
berolahraga tidak baik, hal ini akan meningkatkan risiko terkena hipertensi. Olahraga dan
aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh.
Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk
olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah
Olahraga teratur mengurangi resiko terjadinya penyakit arteri terhadap penyakit jantung koroner
dan stroke, termasuk hipertensi, kolesterol, darah tinggi, diabetesmellitusdanobesitas.

kurang olahraga sering berperan terhadap tekanan darah tinggi. Orang yang kurang gerak, sering
memiliki tekanan darah tinggi. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah
dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi. Tekanan
darah juga dipengaruhi oleh aktifitas fisik, dimana tekanan darah akan lebih tinggi pada saat
melakukan suatu aktifitas dan lebih rendah ketika berisitirahat
Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan
makanan yang berlemak, kebiasaan aktivitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi adalah
beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi.
termasuk dalam gaya hidup sehat itu yakni menjaga berat badan ideal, olahraga yang teratur, dan
tidak merokok. Serta ditambah dengan istirahat yang cukup dan menghindari stress.
Orang yang tekanan darahnya normal tetapi kurang gerak dan tidak bugar mempunyai resiko 20-
50% lebih tinggi memperoleh hipertensi dari pada orang yang lebih aktif. Olahraga dapat
menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan diastolik sebesar 5-10 mmHg (Padmawinata,
2001). Pola makan yang salah dan faktor makanan modern sebagai penyumbang utama
terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam
jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah
berlebih (Muhaimin, 2008). Oleh karena itulah maka pencegahan penyakit hipertensi dapat
dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat menjadi sangat penting (Random articles,
2007).
Ketika berat badan bertambah yang diperoleh kebanyakan adalah jaringan berlemak, jaringan ini
mengandalkan oksigen dan nutrisi di dalam darah untuk bertahan hidup. Semakin banyak darah
yang melintasi arteri semakin bertambah tekanan yang diterima oleh dinding dinding arteri
tersebut. Hampir semua orang yang kelebihan berat badan sebanyak 20% pada akhirnya akan
menderita takanan darah tinggi. Penyelidikan epidemiologi membuktikan bahwa obesitas
merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi.
Pola makan yang salah dan faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya
hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah
tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah berlebih
(Muhaimin, 2008). Oleh karena itulah maka pencegahan penyakit hipertensi dapat dilakukan
dengan menjalankan gaya hidup sehat menjadi sangat penting (Random articles, 2007).

Para petugas kesehatan hendaknya memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit
hipertensi secara rutin dan terjadwal. Dapat melakukan perubahan gaya hidup yaitu melakukan
olahraga secara rutin dan mengkonsumsi makanan yang sehat sehingga dapat mencegah obesitas
kemudian bagi yang sudah obesitas dianjurkan mengurangi berat badan sehingga berat badan
bisa kembali normal, bagi yang stres harus bisa mengendalikan stress tersebut, menghindari
masalah yang bisa menimbulkan stress dan tidak memikirkan hal-hal yang membuat stress
dengan mengendalikan faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi maka penyakit
hipertensi dapat dicegah.

terjadinya penyakit hipertensi sebagian besar tidak terlalu memahami asupan makanan yang
harus di konsumsi, tingkat pendidikan tergolong rendah dan jarang terpapar dengan sumber
informasi atau penyuluhan kesehatan yang harusnya dilakukan oleh petugas kesehatan atau kader
puskesmas, ada pula penderita yang mengatakan agak repot kalau harus membuat makanan yang
terpisah dari anggota keluarga lainnya, bahkan sebagian besar penderita tidak terlalu perduli
dengan hipertensi yang dideritanya karena belum mengganggu aktivitas sehari-hari dan
beranggapan tekanan darahnya akan normal kembali dalam beberapa hari, selain itu penyakit
hipertensi di dapat juga sebagian dari faktor keturunan, sehingga tidak memanfaatkan fasilitas
kesehatan walaupun jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan tidak terlalu jauh.
Hipertensi tidak berbeda dengan penyakit degeneratif lain yang sering dialami seseorang
sehubungan dengan bertambahnya usia. Hipertensi yang dianggap sebagai silent killer memang
baru dirasakan akibatnya saat seseorang mengalami komplikasi dari meningkatnya tekanan darah
dengan gejala – gejala yang dianggap sepele seperti sakit kepala atau nyeri tengkuk. Umur lebih
dari 40 tahun mempunyai resiko terkena hipertensi. Arteri kehilangan elastisitasnya atau
kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang mengalami
hipertensi ketika berumur lima puluhan atau enam puluhan.
Terkontrolnya tekanan darah sistolik dapat menurunkan risiko kematian, penyakit
kardiovaskular, strok, dan gagal jantung. Menjalankan pola hidup sehat setidaknya selama 4–6
bulan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat menurunkan risiko
permasalahan kardiovaskular. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan di antaranya
penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olahraga, mengurangi konsumsi alkohol, dan
berhenti merokok. Munculnya masalah kesehatan tidak hanya disebabkan oleh kelalaian
individu, namun dapat pula disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat sebagai akibat dari
kurangnya informasi yang benar mengenai suatu penyakit (Rahmadiana, 2012). Rendahnya
pengetahuan tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat tentang hipertensi merupakan penyebab
utama tidak terkontrolnya tekanan darah, terutama pada pasien hipertensi di Asia.
Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya perbaikan kesehatan bukan sekadar memperbaiki
kerusakan atau kelainan fisik, tetapi melibatkan kompleksitas kebutuhan, motivasi, dan prioritas
individu yang dapat dilakukan melalui komunikasi intrapersonal yang melibatkan jiwa, kemauan,
kesadaran, dan pikiran (Arianto, 2013). Masih kurangnya informasi mengenai perbaikan pola
makan bagi penderita hipertensi juga membuat pengetahuan masyarakat tentang perbaikan pola
makan masih rendah. Komunikasi merupakan pengalihan suatu pesan/informasi dari sumber ke
penerima yang disampaikan dengan sebaik-baiknya agar dapat dipahami dengan baik.
Komunikasi kesehatan diperlukan, terutama untuk menyampaikan pesan dan pengambilan
keputusan yang dapat berpengaruh pada pengelolaan kesehatan dengan cara memberikan
informasi, menciptakan kesadaran, mengubah sikap, dan memberikan motivasi kepada
masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat. Pemberian informasi kesehatan diharapkan
dapat mencegah dan mengurangi angka kejadian suatu penyakit dan sebagai sarana promosi
kesehatan. Pemberian edukasi mengenai hipertensi terbukti lebih efektif pada kelompok usia
yang lebih muda (Widianingrum dan Anggraheny, 2013).
senam sehat sebagai salah satu cara perbaikan tekanan darah warga. Konsumsi makanan tinggi
garam dan lemak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan tekanan darah. Warga
yang mengonsumsi makanan tinggi garam dan lemak memiliki risiko peningkatan tekanan darah
7,429 kali lebih besar daripada warga yang tidak mengonsumsi makanan tinggi garam dan
lemak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan adanya hubungan
bermakna antara makanan tinggi garam dengan peningkatan tekanan darah.
Peningkatan pengetahuan pada subjek pemberdayaan diharapkan dapat mendorong peningkatan
kesadaran akan pentingnya pencegahan atau deteksi dini hipertensi, penyebab hipertensi, dan
bahayanya. Peningkatan kesadaran juga diharapkan dapat memicu perbaikan pola hidup yang
selanjutnya mengarah ke perbaikan tekanan darah. Selain itu, tiga puluh anak muda di Desa
Japanan yang menjadi subjek diharapkan dapat dijadikan mitra dalam monitoring tekanan darah
warga di Dusun Japanan. Dengan monitoring yang rutin, warga Dusun Japanan akan lebih sering
memantau tekanan darahnya dan menjaga pola hidupnya untuk mencapai perbaikan tekanan
darah.
Dengan adanya kepedulian tersebut, tingkat kesehatan masyarakat akan meningkat karena bukan
hanya masyarakat dewasa/orang tua yang mengetahui dan memahami informasi yang berkaitan
dengan kesehatan, khususnya hipertensi, namun anak-anak muda pun telah mengetahui dan
memahaminya. Dalam hal ini, anak-anak muda tersebut diharapkan dapat menjadi kader yang
akan menyebarkan informasi kesehatan kepada orang lain sehingga dampak dari kegiatan
pengabdian ini akan semakin luas.

Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Dalam rangka mengendalikan penyakit
tidak menular, khususnya Hipertensi, Diabetes Mellitus, Obesitas, dan Kanker, dilakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut. (a). Peningkatan deteksi dini faktor risiko PTM melalui
Posbindu. (b). Peningkatan akses pelayanan ter padu PTM di fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP). (c). Penyuluhan tentang dampak buruk merokok. (d). Menyelenggarakan
layanan upaya berhenti merokok.

Olahragasecarateraturjuga dianjurkanuntuk penderita hipertensi karena olahraga terbukti dapat


merombak lemak yang berbahaya. Olahraga juga dapat menghindariterjadinyapenimbunanlemak
di dinding pembuluh darah. Apabila penderita hipertensi jarang melakukan olahraga maka
penimbunanlemakdidindingpembuluhdarahtidak dapat dihindari, akibatnya terjadi peningkatan
tekanandarah(hipertensi)19. Olahragayangbaikpadapenderitahipertensi harus ditingkatkan, yaitu
dengan cara melakukan olahraga yang sifatnya aerobik seperti jalan kaki, jogging, bersepeda dan
renang. Frekwensi yang dianjurkan adalah 5-7 kali setiap minggu dengan
lamaberolahragalebihdari30menit. Kebiasaan berolahraga yang tidak baik pada penderita
hipertensi disebakan karena sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui apa dampak
baik olahraga terhadap tekanan darah. Kebiasaanolahragayang tidak baikpadapenderita
hipertensi menyebabkan tidak terkontrolnya tekanan darah pada penderita hipertensi tersebut,
untuk memotivasi penderita hipertensi melakukan olahraga, perlu dilakukan program olah raga
rutin bagi penderita hipertensi oleh pihak terkait. Olahraga teratur mengurangi resiko terjadinya
penyakit arteri. Lagi pula olahraga mengurangi beberapa faktor resiko terhadap penyakit jantung
koroner dan stroke, termasuk hipertensi,kolesterol, darahtinggi,diabetesmellitusdanobesitas

posbindu

Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam pembangunan,
karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu dikembangkan model pengendalian
PTM berbasis masyarakat melalui Posbindu PTM. Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta
masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara mandiri dan berkesinambungan.
Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya yang telah terselenggara di masyarakat.
Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian
PTM di masyarakat dapat ditekan.
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan
pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor
risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan
tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol
serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan
segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus
(DM), kanker,
penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan
akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM.
Sasaran Kegiatan
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun
ke atas.
Wadah Kegiatan
Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang
sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana
masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja,
klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan.
Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang
sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang
ada.
Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang  telah ada atau beberapa orang dari
masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan
posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor
risiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain
berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.
 
Bentuk Kegiatan
Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:
1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat PTM
pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah,
potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang
dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas
ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali 
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut,
analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa
lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran
tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas. 
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi yang sehat,
sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1
bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia
13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
telah terlatih. 
4. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat PTM
pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah,
potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang
dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas
ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali. Kegiatan pemeriksaan gula
darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang
telah mempunyai faktor risiko PTM atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun
sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan 5 tahun
sekali dan bagi yang telah mempunyai fa k t o r r i s i ko P T M 6 b u l a n s e k a l i d a n p e n d
e r i t a dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan
Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan
kelompok masyarakat tersebut.
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya minimal 5 tahun
sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi,
diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila
hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan
oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di
Puskesmas
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi kelompok
pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis
laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini
penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak
tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan jika ada
penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan pemanfaatan
sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam penanganan pra-rujukan.

Posyandu lansia
Pelayanan yang disediakan oleh Posyandu Lansia adalah pemeriksaan tekanan darah dan kesehatan
yang dilakukan setiap satu bulan sekali, serta pemberian makanan tambahan dan senam lansia yang
dilakukan seminggu atau dua minggu sekali. Posyandu Lansia juga melaksanakan kegiatan pelatihan dan
peningkatan keterampilan bagi lansia. Pembentukan Posyandu Lansia di bawah pembinaan Puskesmas
setempat.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di
masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama
lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi
sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.
Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama,
pendidikan, ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut
usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri. 2. Kader Posyandu
adalah orang dewasa, baik laki–laki atau perempuan yang mau bekerja secara sukarela melakukan
kegiatan–kegiatan kemasyarakatan terkait dengan kesejahteraan lanjut usia. 3. Lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun. 4. Pra Lanjut Usia adalah seseorang yang berumur 45
sampai 59 tahun. 5. Lanjut usia terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 3 atau lebih kriteria
keterlantaran. 6. Lanjut usia tidak terlantar adalah lanjut usia yang hanya mempunyai 1 kriteria
keterlantaran. 7. Lanjut usia rawan terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 2 kriteria keterlantaran.
8. Kriteria keterlantaran a. Tidak/belum sekolah atau tidak tamat SD b. Makan makanan pokok kurang
dari 21 kali seminggu. c. Makan lauk pauk berprotein tinggi kurang dari 4 kali seminggu d. Memiliki
pakaian kurang dari 4 stel e. Tidak mempunyai tempat tinggal tetap untuk tidur f. Bila sakit tidak diobati
9. Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi lanjut usia
baik fisik maupun mental emosional. KMS digunakan untuk memantau dan menilai kemajuan kesehatan
lanjut usia yang dilaksanakan melalui kegiatan Posyandu lanjut usia.
a) Meja 1 tempat pendaftaran b) Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran
dan pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh (IMT) c) Meja 3 tempat melakukan
kegiatan Pemeriksaan dan pengobatan sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian
vitamin, dan lain - lain) d) Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan
kesejahteraan) e) Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian
makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain – lain sesuai kebutuhan)

a) Meja 1 tempat pendaftaran b) Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan,
pengukuran dan pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh (IMT) c) Meja 3
tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan dan pengobatan sederhana (tekanan darah, gula
darah, Hb dan pemberian vitamin, dan lain - lain) d) Meja 4 tempat melakukan kegiatan
konseling (kesehatan, gizi dan kesejahteraan) e) Meja 5 tempat memberikan informasi dan
melakukan kegiatan sosial (pemberian makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan
lain – lain sesuai kebutuhan)

PENCEGAHAN
Harus diakui sangat sulit untuk mendeteksi dan mengobati penderita hipertensi secara adekuat,
harga obat-obatan hipertensi tidaklah murah, obat-obat baru amat mahal dan mempunyai banyak
efek samping. Untuk alasan inilah pengobatan hipertensi sangat penting, tapi tidak lengkap tanpa
dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko. Pencegahan sebenarnya
merupakan bagian dari pengobatan hipertensi, karena mampu memutus mata rantai hipertensi dan
komplikasinya.

Pencegahan hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan :


1. Pemberian edukasi tentang hipertensi. Munculnya masalah kesehatan seperti hipertensi
tidak hanya disebabkan oleh kelalaian individu, namun dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan
masyarakat sebagai akibat dari kurangnya informasi tentang suatu penyakit. Rendahnya
pengetahuan tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat tentang hipertensi merupakan penyebab
utama tidak terkontrolnya tekanan darah, terutama pada pasien hipertensi di Asia. Dari penelitian
yang dilakukan ( Armilawaty,2009) 50% dari penderita Hipertensi dewasa tidak menyadari sebagai
penderita hipertensi sehingga mereka cenderung menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari
dan tidak mengetahui faktor resiko. Masih kurangnya informasi tentang perbaikan pola makan bagi
penderita hipertensi juga membuat pengetahuan masyarakat tentang perbaiakan pola makan masih
rendah. Pemberian informasi kesehatan diharapkan mampu mencegah dan mengurangi angka
kejadian suatu penyakit dan sebagai sarana promosi kesehatan. Pemberian edukasi mengenai
hipertensi terbukti efektif dalam pencegahan hipertensi.
2. Modifikasi Gaya Hidup. Gaya hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi
misalnya aktivitas fisik, pola makan, dan stres, dll. Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi
dapat dikurangi dengan cara memeriksa tekanan darah secara teratur; menjaga berat badan ideal;
mengurangi konsumsi garam; jangan merokok; berolahraga secara teratur; hidup secara teratur;
mengurangi stress; jangan terburu-buru; dan menghindari makanan berlemak. Menjalankan pola
hidup sehat setidaknya selama 4–6 bulan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan secara
umum dapat menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular.
 Pencegahan Primer yaitu tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari; kurangi makanan
berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk mengurangi berat badan; kurangi konsumsi
alcohol; konsumsi minyak ikan; suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah
tapi kalsium juga cukup membantu.
 Pencegahan Sekunder yaitu pola makanam yamg sehat; mengurangi garam dan natrium di
diet anda; fisik aktif; mengurangi Akohol intake; berhenti merokok.
 Pencegahan Tersier yaitu pengontrolan darah secara rutin; olahraga dengan teratur dan di
sesuaikan dengan kondisi tubuh.

 
5 Level Prevention (5 Tingkat Pencegahan)
This entry was posted on November 11, 2011. Bookmark the permalink. Leave a comment 1.
 
1. Peningkatan kesehatan
(health promotion)
 
Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses bibitpenyakit-pejamu-
lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia dengan carameningkatkan daya tahan tubuh dan
memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan padaseseorang yang sehat.Contoh :

 
Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)

 
Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangansampah,
pembuangan tinja dan limbah.

 
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya untuk kalangan menengah ke atas dinegara
berkembang terhadap resiko jantung koroner.

 
Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.

 
Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.

 
Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.

 
Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan sosial1.
 
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
(general and specific protection)
 
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikanproses interaksi bibit
penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudahterarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini
dilakukan pada seseorang yang sehat tetapimemiliki risiko terkena penyakit tertentu.Contoh :

 
Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit denganadanya
kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN )

 
Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang terkena flu burung ditempatkandi
ruang isolasi.

 
Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja
denganmenggunakan alat perlindungan diri.

 
Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racunmaupun
alergi.

 
Pengendalian sumber-
sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan jumsih “ jum’at bersih“ untuk mebersihkan sungai atau selokan
bersama –
sama.

 
Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS

 
1.
 
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
(early diagnosis and prompt treatment)
 
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaansegera dengan terapi
yang tepat.Contoh :

 
Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda
 –
tanda anemia diberikan tablet Fe dandianjurkan untuk makan makanan yang mengandung
zat besi

 
Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaandarah,
rontgent paru.

 
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular
(contactperson) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.

 
Melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker1.
 
4. Pembatasan kecacatan
(dissability limitation)
 
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yangtelah lanjut untuk
mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, sertamengurangi kemungkinan terjadinya
kecacatan yang akan timbul.Contoh :

 
Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadikomplikasi,
misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang cacat

 
Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak melakukan gerakan
 –
 gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan pada kaki yang cacat.

 
Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan danperawatan
yang lebih intensif.1.
 
5. Pemulihan kesehatan
(rehabilitation)
 
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agarmereka dapat hidup
dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain.Contoh :

 
Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.Misalnya,
lembaga untuk rehabilitasi mantan PSK, mantan pemakai NAPZA dan lain-lain.

 
Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukunganmoral
setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan. Misalnya dengan tidakmengucilkan mantan
PSK di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.

 
Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah
cacatmampu mempertahankan diri.

 
Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah sembuh
dari suatu penyakit
5 tingkat pencegahan (five levels of prevention) Leavel and Clark ( ILMUKESEHATAN
MASYARAKAT )
1.
 
PERLINDUNGAN KESEHATAN (
Promosi Kesehatan (
  Health Promotion
))
 Pencegahan yang dilakukan dengan pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap masalah kesehatan.Contoh:1.
 
Masyarakat bergotong royong untuk membangun WC umum atau membuat selokan untuk memperbaiki sanitasi
lingkungan sekitar mereka2.
 
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya asupan gizi yang cukupbagi tubuh3.
 
Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan sosial4.
 
Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.2.
 
PERLINDUNGAN UMUM DAN KHUSUS TERHADAP PENYAKIT-PENYAKIT
TERTENTU
(general and specific protection)
 upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu.Contoh:a. Memberikan immunisasi pada
golongan yang rentan untuk mencegah penyakit denganadanya kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN )b.
Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalkan pasien yang terkena flu burungditempatkan di ruang
isolasi.c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja denganmenggunakan alat
perlindungan diri.d. Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan
 jumsih “ jum’at bersih “ untuk mebersihkan sungai atau selokan bersama
- sama

Anda mungkin juga menyukai