Anda di halaman 1dari 4

LOGBOOK 8.

1
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS KOMPLIKASI AKUT
(HIPOGLIKEMIA)

Tujuan :
Pertemuan hari I
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan :
1) Mampu mengidentifikasi kata kunci pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
akut (hipoglikemi) secara mandiri
2) Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes dengan komplikasi
akut (hipoglikemi) secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada
kasus
3) Mampu mendiskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk
mencapai kesepahaman kelompok
4) Mampu mengidentifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi)
5) Mampu mendiskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus tipe
dengan komplikasi akut (hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri
untuk mencapai kesepakatan kelompok
6) Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus tipe dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) secara mandiri,

KASUS 1

Tn.H, 45 tahun. Masuk Rumah Sakit dengan keluhan badan tiba-tiba lemas
dan menurut keluarga tidak bisa diajak bicara, akhirnya dibawa ke RS.
Kadar gula darah saat 50 mg/dl. Menurut keluarga, klien di diganosa
menderita DM sejak 1 bulan yang lalu dan mendapatkan obat Glibenklamid.
Menurut keluarga klien taat minum obat, dan makan jumlahnya sedikit karena
takut kadar gulanya naik. Kondisi saat ini, klien lemah dan sudah bisa
diajak bicara.
Aktifitas 1
Review modul patofisiologi diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa
menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai
glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat
dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi
tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein,
lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan
elektrolit dan asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua
factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit
(seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang di tandai oleh urinaria berlebihan
(poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis
diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium,
kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi,
tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi
pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan
ingin pingsan.
Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia
sedang. Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di
deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di
bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

Aktifitas 2
Identifikasi kata kunci dan data tambahan yang diperlukan pada kasus diabetes mellitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemia) secara mandiri.
Jawaban :
Kata kunci :
- DM
- Glibenklamid
- Gula darah
- Badan lemas
- Asupan makan kurang
-
Diabetes Mellitus

Intake/pola makan
Kurang Glibenklamid

Hipoglikemia

Anda mungkin juga menyukai