k-4 Gender Dan Status Kesehatan
k-4 Gender Dan Status Kesehatan
KESEHATAN
Al Hujurat : 13
KONSEP PERSEPSI GENDER
● persepsi sosial adalah suatu proses membuat penilaian (judgement)atau
membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam hal yang terdapat
dalam lapangan penginderaan seseorang.
● Gender stereotype di Masyarakat → laki-laki ditempatkan sebagai peran
fungsi publik dan produktif, sedangkan perempuan pemeran domenstik dan
reproduktif
● Dalam pendidikan, perempuan dianggap belum layak untuk melanjutkan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga yang lebih banyak
mendominasi pendidikan tinggi adalah kaum lelaki
Persepsi Gender di Masyarakat
● Angka kematian yang tinggi pada kasus kanker perempuan pada usia dewasa, yang
berhubungan dengan rendahnya akses terhadap teknologi dan pelayanan kesehatan
dalam deteksi dini dan tindakan pengobatan.
● Laki-laki menderita lebih banyak Sirosis Hepatis yang berhubungan dengan perilaku
minuman beralkohol. Schizophrenia dan kanker paru-paru berhubungan dengan
perilaku merokok. Silicosis berhubungan dengan pekerja tambang (100 % laki-laki).
● Untuk kasus hernia pada laki-laki yang berhubungan dengan jenis pekerjaan. Penyakit
dengan gangguan pada Arteri Coronaria merupakan salah satu penyebab terbesar
kematian pria pada saat kerja.
● Perempuan lebih berisiko dari laki-laki terhadap defisiensi micro-nutrient yang akan
berdampak buruk bagi status gizi dan kesehatannya sehingga mengurangi produktivitas
dan peluang investasi di bidang pendidikan.
● Malnutrisi pada bayi berhubungan dengan kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan
ibu.
DAMPAK PERSEPSI DAN RESPON GENDER
● Tingginya AKI di Indonesia karena lemahnya posisi tawar perempuan perempuan dalam
kesehatan kesehatan reproduksi
– Hak mendapat informasi ttg kesehatan reproduksi
– Hak menentukan kapan dan jarak antar kehamilan/kelahiran, menentukan jumlah anak,
– Hak pelayanan keluarga berencana
● Stigma terhadap pekerja seks komersial, tetapi tidak melihat laki – laki yang seringny
berganti pasangan, poligami dan kawin cerai
● Perempuan dikorbankan untuk pencapaian target kependudukan
● Kekerasan fisik terhadap perempuan menyebabkan dan melestarikan melestarikan
subordinasi
● Perbedaan peran laki-laki dan perempuan mempengaruhi persepsi perasaan tidak nyaman
serta mempengaruhi keinginan wanita untuk menyatakan dirinya sakit.
● Wanita juga lebih rentan depresi karena ketidakadilan gender di masyrakat atau keluarga
● Wanita dan anak – anak perempuan cenderung lebih rentan mengalami kekerasan seksual
dan memiliki tingkat stress tinggi akibat norma dan lingkungan di masyarakat
Persepsi dan Respon Penyakit
● Peran perempuan dalam mengurus rumah tangga mengakibatkan apabila perempuan
jatuh sakit tidak cepat mencari pengobatan karena merasa tidak nyaman melalaikan
tugas dan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Kalaupun berobat penyakitnya
sudah dalam stadium lanjut.
● laki-laki dewasa mencari pengobatan terhadap penyakitnya pada stadium lanjut karena
peran maskulin laki-laki menyebabkan laki-laki merasa harus kuat dalam menghadapi
penyakit.
● Tidak masuknya target perempuan pada studi-studi klinis patologis, mengakibatkan
terapi hasil studi tersebut tidak realible diaplikasikan pada perempuan dan mungkin
berbahaya pada perempuan.
● Pertimbangan tubuh laki-laki sebagai standar dalam studi klinis akan membatasi jumlah
studi yang difokuskan pada kesehatan reproduktif dan non-reproduktif perempuan
● Pelayanan Kelurga Berencana lebih fokus pada perempuan dibanding laki-laki
mengakibatkan laki-laki mempunyai akses yang terbatas terhadap pelayanan KB dan
mengakibatkan laki-laki mempunyai persepsi bahwa KB adalah urusan perempuan.
Disamping itu dalam relasi gender di sebuah keluarga, keputusan tentang penggunaan
kontrasepsi lebih banyak ditentukan oleh suami.
MITOS DAN FAKTA PENYAKIT PADA
GENDER
● Penyebaran HIV/AIDS disebabkan oleh perempuan
a. Data global menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dan AIDS lebih tinggi dibanding
jumlah laki-laki yang terinfeksi
b. data di Indonesia menurut laporan Kemenkes, jumlah kasus terinfeksi HIV/AIDS selalu lebih tinggi pada
laki-laki dibanding perempuan, namun bila dilihat jumlah proporsinya setiap tahun proporsi perempuan
yang terinfeksi menunjukkan trend yang semakin meningkat dibanding laki-laki
c. Faktor budaya dan mitos sangat berpengaruh, dan umumnya tidak berpihak pada perempuan
→ Dalam penelitiannya di Botswana dan Afrika Selatan, didapatkan mitos bahwa HIV/AIDS adalah
penyakit perempuan. Budaya patriarki yang sangat kuat, dimana wanita di tempatkan pada posisi yang
lebih lemah dan menjadi obyek seksual dan alat untuk memperoleh keturunan dan pengasuhan anak dan
keluarga. Budaya ini juga terjadi di Indonesia, dan menempatkan perempuan pada posisi yang tidak
memiliki suara ataupun hak
d. Feminisasi pada HIV/AIDS memiliki dimensi gender dimana umumnya beban untuk merawat keluarga
secara umum ada di tangan perempuan. Karena itu dampak HIV/AIDS sangat besar pada wanita dalam
mempengaruhi keluarga dibanding pada laki-laki. Beban untuk merawat keluarga atau pasangan yang
terinfeksi HIV lebih besar pada perempuan padahal umumnya tingkat pendidikan dan pengetahuan
terkait HIV pada perempuan jauh lebih rendah dibanding laki-laki dan pada akhirnya banyak wanita yang
tertular HIV dari pasangannya.
MITOS DAN FAKTA PENYAKIT PADA GENDER