Anda di halaman 1dari 32

BAB II

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL


(Environmental Setting)

Rona lingkungan hidup awal yang disajikan dalam dokumen Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (ANDAL disesuaikan dengan Dampak Penting Hipotetik (DPH) dari
hasil proses pelingkupan. Namun demikian ada juga beberapa komponen lingkungan
hidup yang termasuk kategori Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH), tetapi tetap
dicantumkan sebagai rona lingkungan hidup awal sebagai basis data, contohnya iklim,
kualitas air, kependudukan, dan lain-lain.

Rona lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak dengan adanya
kegiatan Pembangunan Rumah Sakit Andalan Kita di Kota Tangerang ini meliputi
komponen lingkungan geofisik-kimia, komponenlingkungan biologi, komponen
lingkungan sosial-ekonomi-budaya dan komponen lingkungan kesehatan masyarakat.

Rona lingkungan hidup awal yang sajikan dalam ANDAL ini merupakan rona
lingkungan hidup awal berdasarkan dari beberapa sumber data sekunder dan data
primer. Adapun berbagai komponen lingkungan hidup yang dapat menggambarkan
kondisi rona lingkungan awal di studi ini, adalah sebagai berikut :

2.1. Komponen Lingkungan Geofisik – Kimia


2.1.1. Iklim

Tabel 2.1. Data Curah Hujan


Kota Tangerang Tahun 2015 – 2019
Curah Hujan (mm) Rerata
bulanan 5
No Bulan Tahun tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Januari 355 405 417 410 399 397
2 Pebruari 248 269 278 288 298 276
3 Maret 183 168 196 188 188 185
4 April 121 118 145 150 155 138
5 Mei 102 103 102 105 105 103
6 Juni 59 55 72 69 70 65
7 Juli 52 42 68 62 63 57
Curah Hujan (mm) Rerata
No Bulan Tahun bulanan 5
tahun
2015 2016 2017 2018 2019
8 Agustus 30 34 52 50 50 43
9 September 75 33 52 67 67 59
10 Oktober 102 107 109 132 132 116
11 Nopember 512 272 146 204 204 268
12 Desember 314 328 342 368 388 348
Jumlah 2153 1934 1979 2093 2119  
Curah Hujan Maksimum tahunan 2.153
Curah Hujan Maksimum Bulanan 397
Curah Hujan Rerata Tahunan 2056
Curah Hujan Rerata Bulanan 171
Curah Hujan Minimum Tahunan 1934
Curah Hujan Minimum Bulanan 30
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Klas I, Tangerang, 2019

Kondisi curah hujan dan hari hujan di Kota Tangerang tahun 2015-2019 dapat
dilihat pada Tabel 2.2..
Tabel 2.3.
Tabel 2.2.
Tabel 2.6.Tabel 2.4.

Tabel 2.9.Tabel 2.10.


Tabel 2.11.
Tabel 2.12.
Tabel 2.13.

Tabel 2.15.
Tabel 2.16.
Tabel 2.17.
Tabel 2.18.
Tabel 2.19.
Tabel 2.20.
Tabel 2.21.

Tabel 2.22.
Tabel 2.23.
Tabel 2.24.
Tabel 2.25.
Tabel 2.26.
Tabel 2.27.
Tabel 2.28.

Tabel 2.29.
Tabel 2.30.
Tabel 2.31.
Tabel 2.32.
Tabel 2.33.
Tabel 2.34.
Tabel 2.35.

Tabel 2.36. Tabel 2.38.


Tabel 2.39. Tabel 2.41.
Tabel 2.42.
Tabel 2.37. Tabel 2.40.
Tabel 2.43. Tabel 2.49.
Tabel 2.44.
Tabel 2.45.
Tabel 2.46.
Tabel 2.47.
Tabel 2.48.
Tabel 2.50. Tabel 2.56.
Tabel 2.51.
Tabel 2.52.
Tabel 2.53.
Tabel 2.54.
Tabel 2.55.
Tabel 2.57. Tabel 2.63.
Tabel 2.58.
Tabel 2.59.
Tabel 2.60.
Tabel 2.61.
Tabel 2.62.
Tabel 2.64. Tabel 2.70.
Tabel 2.65.
Tabel 2.66.
Tabel 2.67.
Tabel 2.68.
Tabel 2.69.
Tabel 2.71. Tabel 2.77.
Tabel 2.72.
Tabel 2.73.
Tabel 2.74.
Tabel 2.75.
Tabel 2.76.
Tabel 2.78. Tabel 2.82.
Tabel 2.83.
Tabel 2.84.
Tabel 2.79.
Tabel 2.80.
Tabel 2.81.
Tabel 2.86.
Tabel 2.85. Tabel 2.87.
Tabel 2.88.
Tabel 2.89.
Tabel 2.90.
Tabel 2.91.
Tabel 2.92.
Tabel 2.93.
Tabel 2.94.
Tabel 2.95.
Tabel 2.96.
Tabel 2.97.
Tabel 2.98.

Tabel 2.100.
Tabel 2.101.
Tabel 2.102.
Tabel 2.103.
Tabel 2.104.
Tabel 2.99. Tabel 2.105.
Tabel 2.106.
H Tabel 2.107.

Tabel 2.108.
H Tabel 2.109.

Tabel 2.110.
H Tabel 2.111.

Tabel 2.112.
H Tabel 2.113.

Tabel 2.114.
Sumber : Kota Tangerang Dalam Angka 2019

Berdasarkan data tersebut diatas analisis data iklim dilakukan untuk


mengetahui klasifikasi iklim di lokasi studi berdasarkan klasifikasi Schmidt &
Ferguson yaitu dengan rumus sebagai berikut :
Q = (Rata-rata bulan kering / Rata-rata bulan basah)
Q = 0,164

Dari tabel iklim menurut Schmidt & Ferguson, angka Q = 0,164 terdapat pada
tipe iklim B yaitu antara 0,143 - 0,333, jadi klasifikasi iklim kota tersebut
menurut Schmidt & Ferguson adalah tipe iklim B. Hal ini sesuai dengan
pendapan Schmidt & Ferguson dalam Bayong Tyasyono, 1999. Berdasarkan
pada penggolongan iklim menurut Smith-Ferguson yang berdasarkan pada
jumlah hari hujan yang ada, iklim Kota Tangerang, pada umumnya termasuk
iklim tropis agak basah yang dipengaruhi oleh angin muson tropis. Angin muson
barat yang berhembus dari bulan Nopember sampai April menyebabkan musim
penghujan yang disebut bulan basah dan angin muson timur yang berhembus
dari bulan Mei sampai dengan bulan September membawa musim kemarau
yang disebut bulan kering.
Tabel 2.115. Arah Dan
Kecepatan Angin Kota Tangerang
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Klas I, Tangerang, 2019

Gambar 2.1. Mawar Angin Kota Tangerang 2015-2019

2.1.2. Topografi/Kondisi Medan


Kondisi medan rencana kegiatan, secara umum mempunyai medan yang datar
dengan elevasi lahan berkisar12meter sampai 16 meter diatas permukaan laut
dengan beda elevasi 1 meter. Kemiringan lereng di lokasi tersebut berkisar
antara 1 – 2 % termasuk dataran rendah. Berdasarkan atas elevasi dan
kelerengan lahan termasuk medan datar.Tapak rencana kegiatan merupakan
lahan terbuka yang masuk di dalam ekosistem perkotaan. Rona kondisi medan
ini tidak menjadi dampak penting hipotetik, akan tetapi berfungsi sebagai data
dasar dan berfungsi sebagai salah satu parameter yang digunkan untuk analisis
air limpasan hujan yang terdapat di tapak kegiatan.
Kondisi rona kondisi medan ini digunakan sebagai basis data dan juga
berfungsi sebagai data pendukung dalam perhitungan dampak potensial
hipotetik hidrologi terutam debit air limpasan.Berdasarkan uraian diatas, maka
kondisi medan dapat dikategorikan baik dengan skala kualitas lingkungan 4
(empat).

2.1.3. Batuan/Tanah
Kondisi batuan/tanah di lokasi rencana tapak kegiatan pembanguan Rumah
sakit yang berlokasi di Kota Tangerang, secara umum berupa lempung lanau
pasiran. Berdasarkan data penyondiran tanah diperoleh hasil seperti pada
Tabel sebagai berikut :
Tabel 2.116. Sifat Fisik Tanah
Hasil Penyondiran
Titik Kedalaman Ketebalan Jenis tanah Qc (kg/cm2) FR
Sondir (m) (m)
0,0 - 3,2 3,2 Lempung 22,78 3,64
lanau pasiran
S1
3,2 - 4,8 1,6 Pasir 60,87 1,97
4,8 – 5,4 0,6 Pasir padat 165 1,71
0,0-4,0 4,0 Lempung 23,61 3,97
lanau pasiran
S2 4,0-5,8 1,8 Lanau 51 3,17
pasir lempungan
5,8-6,8 1,0 Pasir padat 138 1,85
0 – 1,0 1 Lempung 31 4,11
lanau pasiran
S3
1,0 – 1,4 0,4 Pasir 77,50 1,98
1,4 – 2,0 0,6 Pasir padat 153,33 1,69
0,0 – 7,2 7,2 Lempung 37,85 3,82
lanau pasiran
S4
7,2 – 7,6 0,4 Pasir 85 1,19
7,6 – 8,4 0,8 Pasir padat 160 1,48
0,0 – 2,8 2,8 Lempung 22,67 4,37
lanau pasiran
S5 2,8 – 3,4 0,6 Lanau 70 3,35
pasir lempungan
3,4 – 4,0 0,6 Pasir padat 160 1,80
Titik Kedalaman Ketebalan Jenis tanah Qc (kg/cm2) FR
Sondir (m) (m)
0,0 – 6,8 6,8 Lempung 32,21 4,10
lanau pasiran
S6 6,8 – 7,2 0,4 Lanau 67,50 3,0
pasir lempungan
7,2 – 8,0 0,8 Pasir padat 141,25 1,88

2.1.4. Kualitas Udara

Gambar 2.2. Kondisi Lokasi Rencana Kegiatan Rumah sakit


Gambar 2.3. Pengambilan contoh kualitas Udara
Hasil pengambilan kualitas udara di lokasi kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui rona awal di lokasi dan sekitar lokasi rencana kegiatan dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2.117. Analisis Kualitas
Udara Ambien di sekitar lokasi Rumah Sakit
Kode Lokasi
No Parameter Baku Mutu
U-1* U-2** U-3**
1 Nitrogen dioksida (NO2) 0,004 ppm 33,0 µg/Nm3 42,4 µg/Nm3
2 Sulfur dioksida (SO2) < 0,009 mg/Nm3 < 24 µg/Nm3 < 24 µg/Nm3
3 Oksidan (O3) 0,086 ppm 169,3 µg/Nm3 26,6 µg/Nm3
4 Amoniak (NH3) 0,1 ppm 0,04 ppm < 0,03 ppm
3 3
5 Karbon monoksida (CO) < 0,01 mg/Nm 668,0 µg/Nm 2218,8 µg/Nm3
6 Hidrogen sulfida (H2S) < 0,001 0,001 µg/Nm3 0,002 ppm
3 3
7 TSP (debu) 0,6 mg/Nm 2257µg/Nm 72,5 µg/Nm3
(Sumber : Data Primer, 2018)

Keterangan :
U-1 : Tapak Proyek
U-2 : Halaman depan Tapak Rumah sakit
U-3 : Permukiman penduduk RT. 1/RW 2

* Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
** Untuk Udara Ambien Parameter NO2, SO2,CO, Ox dan TSP Mengacu Keputusan Gubernur
Jawa Tengah Nomor : 8Tahun 2001 Tentang Baku Mutu Udara Ambien Propinsi Jawa
Tengah. Untuk Udara Ambien Parameter NH3. Dan H2S Mengacu Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: Kep-50/MENLH/1 1/1996, tentang Baku Tingkat Kebauan.

2.1.5. Kebisingan
Lokasi kegiatan yang terletak di lingkungan padat denga transportasi lalu lintas
sangat mempengaruhi tingkat kebisingan.. Nilai kebisingan di lokasi kegiatan
sangat dipengaruhi oleh kegiatan transportasi sekitarnya. Hasil pengukuran
tingkat kebisingan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.118. Nilai Kebisingan Di
sekitar Rencana
Hasil Pengukuran
No Parameter Satuan Baku Mutu
U-1 U-2 U-3
* Rencana Ruang Kerja : 85 dBA*
1 Kebisingan dBA 69* 78** 62*** ** Perdagangan dan Jasa : 70 dBA
*** Perumahan dan pemukiman : 55 dBA
(Sumber : Data Primer, 2018)
Keterangan :
U-1 : Rencana Tapak Proyek
U-2 : Halaman depan Tapak Proyek
U-3 : Permukiman penduduk RT. 1/RW 2
* Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
** / *** Baku Mutu : Baku Tingkat Kebisingan : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-
48/,MENLH/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

2.1.6. Kualitas Air Permukaan


Di sekitar lokasi kegiatan tidak dijumpai adanya sungai, badan air yang
ditemukan di sekitar lokasi kegiatan hanyalah saluran drainase perkotaan yang
berfungsi sebagai air untuk menampung air buangan permukiman di sepanjang
saluran.

Gambar 2.4. Pengambilan contoh kualitas air

a. Kualitas Air Saluran Drainase Perkotaan


Saluran drainase perkotaan yang berfungsi sebagai badan air ditemukan di
sekitar lokasi kegiatan. Kondisi saluran drainase selain berfungsi sebagai
limpasan air hujan untuk lingkungan sekitarnya juga sebagai air buangan untuk
kegiatan domestik lingkungan sekitarnya. Kondisinya seperti kondisi badan air
yang banyak ditemukan di daerah lain karena kadang juga ditemui sampah-
sampah domestik yang menutup saluran drainase. Hasil pengukuran untuk
kualitas air drainase dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.119. Hasil analisis


kualitas air saluran drainase sekitar Tapak
Hasil pengukuran
No Parameter Satuan Baku Mutu
I. Fisika
0
1 Temperatur C 31,5 Dev. 3
2 Residu terlarut mg/L 175 1000
3 Residu Tersuspensi mg/L 537 50
II. Kimia anorganik
1 pH - 7,91 5-9
Hasil pengukuran
No Parameter Satuan Baku Mutu
2 BOD mg/L 10,0 3
3 COD mg/L 55,9 25
4 DO mg/L 1,4 4 (min)
5 Total Fosfat (P) mg/L 0,09 0,2
6 NO3-N mg/L 1,5 10
7 Amoniak (NH3-N) mg/L - -
8 Arsen (As) mg/L - 1
9 Kobalt (Co) mg/L - 0,2
10 Barium (Ba) mg/L - -
11 Boron (B) mg/L - 1
12 Selenium mg/L - 0,05
13 Kadmium (Cd) mg/L < 0,0005 0,01
14 Khrom (Cr) mg/L 0,048 0,05
15 Tembaga (Cu) mg/L 0,071 0,02
16 Besi (Fe) mg/L - -
17 Timbal (Pb) mg/L < 0,005 0,03
18 Mangan (Mn) mg/L - -
19 Air Raksa (Hg) mg/L - 0,002
20 Seng (Zn) mg/L 0,221 0,05
21 Khlorida (Cl) mg/L - -
22 Sianida (CN) mg/L 0,001 0,02
23 Fluorida (F) mg/L 0,38 1,5
24 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,135 0,06
25 Sulfat (SO4) mg/L - -
26 Khlorin bebas mg/L 0,49 0,03
27 Belerang (H2S) mg/L 0,075 0,002
III. Kimia Organik
1 Minyak dan lemak µg/L 9746,1 1000
2 Deterjen (MBAS) µg/L 231,2 200
3 Fenol µg/L - 1
IV. Mikrobiologi
1 Fecal Coliform Jml/100 mL 1600 1.000
2 Total Coliform Jml/100 mL 33.000 5.000
Koordinat S : 070 59' 14,9”
E : 110022' 09,0"
(Sumber : Data Primer, 2018)
Keterangan :
Baku Mutu : PeraturanPemerintahNo. 82 Tahun2001tentangPengelolaanKualitasAir
dan PengendalianPencemaranAir(KriteriaMutuAirBerdasarkanKelas lI)

b. Air Bersih
Untuk air bersih yang diambil sampelnya adalah air sumur di lokasi kegiatan
dan air sumur penduduk. Air sumur sangat dipengaruhi oleh musim, debit air
berkurang dengan signifikan saat musim kemarau dan melimpah saat musim
penghujan. Kondisi ini menunjukkan bahwa air sumur sangat dipengaruhi oleh
musim dan dapat digolongkan sebagai air sumur dangkal. Hasil analisis untuk
air sumur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.120. Hasil analisis air
bersih di sekitar Tapak
Hasil
No Parameter Satuan Baku Mutu
AB-1 AB-2
I. Fisik
1 Kekeruhan NTU <1 <1 25
2 Warna TCU 8 7 50
3 Residu terlarut (TDS) mg/L 390 311 1000
0
4 Suhu C 33,3 32,8 Dev 30
5 Rasa - Tak berasa Tak berasa Tak berasa
6 Bau - Tak berbau Tak berbau Tak berbau
II. Biologi
1 Total Coliform Jml/100 mL 100 1000 50
2 E. coli Jml/100 mL 0 0 0
III. Kimia
1 pH - 7,36 7,30 6,5-8,5
2 Besi (Fe) mg/L < 0,3 < 0,30 1,0
3 Fluorida (F) mg/L 0,28 0,31 1,5
4 Kesadahan mg/L 340,6 225,7 500
5 Mangan (Mn) mg/L < 0,005 0,04 0,5
6 Nitrat (NO3-N) mg/L 1,9 2,5 10
7 Nitrit (NO2-N) mg/L < 0,01 0,002 1
8 Sianida (CN) mg/L 0,001 0,002 0,1
9 Deterjen (MBAS) mg/L 0,027 0,027 0,05
10 Pestisida Total mg/L - - 0,1
11 Air Raksa (Hg) mg/L - - 0,001
12 Arsen (As) mg/L - - 0,05
13 Kadmium (Cd) mg/L <0,0005 < 0,0005 0,005
14 Khrom (Cr6+) mg/L 0,007 0,007 0,05
15 Selenium mg/L - - 0,01
16 Seng (Zn) mg/L < 0,010 < 0,010 15
17 Sulfat (SO4) mg/L 24,9 20,1 400
18 Timbal (Pb) mg/L <0,005 < 0,005 0,05
19 Benzene mg/L - - 0,01
20 Zat Organik (KMnO4) mg/L 1,9 2,2 10
(Sumber : Data Primer, 2018)
Keterangan :
AB-1 : Air tanah Tapak Rencana Kegiatan
AB-2 : Air sumur warga
Baku Mutu : PeraturanMenteriKesehatanRl No. 32 Tahun 2017 tentang Standart Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus per aqua, dan Pemandian Umum (Lampiran I Bab IIA)

2.1.7. Kondisi Lalu – Lintas

trotoar median trotoar

2 11 1,7 11 2

Jl. siliwangi
Gambar 2.5. Penampang Jalan depan tapak

Tabel 2.121. Kapasitas Ruas


Jalan depan tapak
Fp. Fp. Fp. Fp.
Co
Tipe lebar pemisah hambatan ukuran Kapasitas
Nama Jalan (smp/ja
jalan jalan arah samping kota (smp/jam)
m)
(FCw) (FCsp) (FCsf) (FCcs)
Jl. Siliwangi 6/2 D 4950 1.08 1,00 0.98 1,00 5239
Sumber : Hasil Analisis 2018

Untuk pergerakkan volume lalu lintas pada saat survai dilakukan pada hari kerja
dan libur disajikan sebagai berikut

Gambar 2.6. Pergerakkan volume lalu lintas

Untuk nilai V/C ratio dari perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas
jalan disajikan pada tabel sebagaimana berikut.
Tabel 2.122. Kinerja V/C Ratio
jalan depan tapak
PAGI SIANG SORE MALAM
Kapasitas volume volume volume
Nama jalan volume
(smp/jam) lalin lalin lalin
VCR VCR lalin VCR VCR
(smp/jam (smp/jam (smp/jam
(smp/jam)
) ) )
Jl. Siliwangi B-T 5.239 5.043 0.96 2.902 0,55 2.655 0,50 2.150 0,41
Jl. Siliwangi T-B 5.239 3.084 0,58 1.477 0,28 2.969 0,56 2.637 0,51
Sumber : Hasil Analisis (2018)

Selain unjuk kerja V/C ratio, unjuk kerja ruas jalan yang dikaji adalah kecepatan
pada ruas jalan. Kecepatan tersebut diperoleh dari hasil pengamatan di
lapangan melalui survai kecepatan sesaat (spot speed). Selain itu, kecepatan
dapat diperoleh dari hubungan kecepatan dengan V/C ratio. Berdasarkan hasil
analisis data dan pengamatan dilapangan maka dihimpun beberapa
permasalahan yang ada :

Tabel 2.123. Kecepatan rata-


rata Per jenis kendaraan
Kecepatan kecepatan
kecepatan rata-
rata-rata rata-rata Rerata
rata sepeda
Ruas kendaraan kendaraan (km/jam)
motor
ringan berat
( Km/Jam)
( Km/Jam) ( Km/Jam)
Barat-Timur 29,7 24,3 41,7 31,9
Timur-Barat 42,1 29,6 57,6 43,1
Sumber : Hasil Analisis (2018)

Berikut adalah hasil analisis dari kinerja lalulintas yang ada di Ruas Jalan
depan tapak:
Tabel 2.124. Tabel Kinerja Lalu
Lintas di RuasJalan depan tapak

Kecepatan
Arah pergerakkan Nilai V/C LOS
(Km/Jam)
Jl. B-T 0.96 31,9 D
Jl. T-B 0,58 43,1 C
Sumber: Hasil Analisis (2018)

Selain kondisi kinerja ruas jalan, juga dianalisis terkait simpang terdekat dengan
rencana kegiatan yang disajikan sebagaimana berikut :

Tabel 2.125. Kinerja Simpang


empat
Arus Tundaan
lalu Kapas Derajat
Lalu rata-
lintas itas kejenu Panjang Angka Jumlah geometrik
lintas rata
smp/ja smp / han Antrian Henti kendaraan rata-rata total
rata- det/sm
Kode Pendekat m jam DS= (m) stop/smp terhenti det/sm smp/det
rata p
Q C Q/C QL NS smp/jam p DxQ
Det/sm D =
NSV DG
p DT DT+DG
Jln. (U) 191 4941 0.04 5 0.609 117 26.2 3.0 29.2 5577
Jln. (T) 5122 5870 1.00 381 1.468 7517 82.2 5.5 87.7 449245
Jln. (B) 7311 7398 0.99 381 1.009 7377 26.3 4.0 30.4 221954
      Total : 15010     Total : 680451
Kendaraan terhenti rata-rata Tundaan simpang rata-
  1,13 51,41
stop/smp : rata(det/smp) :
Sumber : Hasil Analisis (2018)

Tabel 2.126. Kinerja Simpang


tiga
Kapasi Derajat Tundaan
Arus lalu tas kejenuh Panjang Angka Jumlah
Lalu geometri
lintas smp / an Antrian Henti kendaraa rata-rata
lintas k rata- total
Kode Pendekat smp/jam jam DS= (m) stop/smp n terhenti det/smp
rata-rata rata smp/det
Q C Q/C QL NS smp/jam D =
Det/smp det/smp DxQ
NSV DT+DG
DT DG
Jln. Siliwangi (T) 3289 3591 0.92 340 0.887 2916 73.5 3.5 77.0 253333
Jln. Jatingaleh -Tol
351 1984 0.18 19 0.812 285 88.2 3.6 91.8 32209
Krapyak (S)
Jln. Siliwangi (B) 3228 5946 0.54 237 0.605 1954 34.7 3.0 37.7 121597
Total : 5155 Total : 412887
Kendaraan terhenti rata-rata Tundaan simpang rata-
0,66 52,75
stop/smp : rata(det/smp) :
Sumber : Hasil Analisis (2018)

2.1.8. Kondisi Perparkiran


Kondisi parkir di sekitar lokasi kegiatan pada jalan depan tapak yang
merupakan jalan nasional secara peraturan tidak diperkenankan adanya parkir
badan jalan. Namun demikian masih terdapat kegiatan parkir di badan jalan
meskipun tidak banyak kendaraan yang parkir mengingat kegiatan sekitar
masih berupa lahan kosong terkecuali kegiatan disisi seberang dari lokasi lahan
yang merupakan kegiatan Imigrasian dan Pengadilan yang terdapat kegiatan
parkir badan jalan terutama pada waktu-waktu tertentu.
Kondisi ini relative menggangu dengan melihat kondisi padatnya pergerakkan
lalu lintas yang ada, sehingga memberikan factor hambatan samping yang
tinggi dari faktor tersebut.

2.1.9. Kondisi Kerusakan Jalan


Koridor ruas Jalan depan tapak. merupakan jalan kelas I dengan beban
maksimum MST yaitu 10 ton. Pada ruas jalan ini kemungkinan sebagian besar
angkutan material dan peralatan akan diarahkan untuk melintas menuju/dari
lokasi kegiatan. Akses jalan ini telah banyak dilalui angkutan berat dengan
tonase 10 ton, sehingga kemungkinan dengan daya dukung jalan yang ada
seharusnya mampu dilewati angkutan berat tersebut. Dari hasil pemantauan
kondisi permukaan perkerasan jalan pada akses, maka tingkat kondisi
permukaan jalan rata-rata 85 % jalan terdapat beberapa titik kerusakan jalan
seperti lubang retak, pengelupasan aspal, alur dan sebagainya. Dari kondisi
rona lingkungan kerusakan jalan yang ada, maka kondisi lingkungan kerusakan
jalan termasuk dalam kategori skala sedang dengan nilai skala kualitas
lingkungan baik (skala 4).

2.2. Komponen Biologi


2.3. Flora Darat
Flora darat yang ada di tapak rencana kegiatan sungai Jajar terutama dipengaruhi
oleh pola pemanfaatan ruang. Hasil pengamatan di tapak rencana kegiatan
menunjukkan lahan di bantaran sungai dan sempadan sungai sebagian
dimanfaatkan sebagai lahan budidaya pertanian, tegalan dan juga kebun serta
pemukiman dan perdagangan usaha kecil dan menengah. Bahkan di beberapa
segmen area tebing sungai dan palung sungai yang telah mengalami pengendapan
sehingga menjadi kering dimanfaatkan sebagai lahan budidaya pertanian.
Pemanfaatan lahan ini ditunjukkan pada gambar berikut.

2.4. Kekayaan Jenis


Jenis – Jenis Flora di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan Sungai Jajar
N Stasiun Pengamatan
Nama Lokal Nama ilmiah Famili
o 1 2 3 4 5 6
1 Bunga Ungu Graptophyllum Acanthaceae ●
pictum
2 Pletekan Ruellia tuberosa Acanthaceae ● ● ●
3 Alternantera Alternanthera Amaranthaceae ● ● ● ●
bettzickiana
4 Jarong Achyranthes aspera Amaranthaceae ●
5 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae ● ● ●
6 Pegagan Centella asiatica Apiaceae ● ●
7 Ajeran Bidens pilosa Asteraceae ●
8 Jotang Acmella paniculata Asteraceae ●
9 Mikania Mikania micrantha Asteraceae ● ●
10 Xanthium Xanthium strumarium Asteraceae ●
11 Pepaya Carica papaya Caricaceae ●
12 Kangkung Ipomoea aquatica Convolvulaceae ● ● ●
13 Kangkung Pagar Ipomoea carnea Convolvulaceae ● ● ●
14 Ketela Rambat Ipomoea batatas Convolvulaceae
15 Melon Cucumis melo Cucurbitaceae ●
16 Ketela Pohon Manihot esculenta Euphorbiaceae ● ●
17 Jarak Ricinus communis Euphorbiaceae ● ● ●
18 Asem Kranji Dialium indum Fabaceae ● ●
N Stasiun Pengamatan
Nama Lokal Nama ilmiah Famili
o 1 2 3 4 5 6
19 Kacang Hijau Vigna radiata Fabaceae ●
20 Lamtoro Leucaena Fabaceae ● ● ● ●
leucocephala
21 Trembesi Samanea saman Fabaceae ● ●
22 Jati Tectona grandis Lamiaceae ● ● ● ● ●
23 Rumput Knop Cyperus kyllingia Cyperaceae ●
24 Kapuk Randu Ceiba pentandra
Malvaceae
25 Waru Hibiscus tiliaceus ● ● ●
Malvaceae
26 Mahoni Swietenia mahagoni Meliaceae ● ● ●
27 Brotowali Tinospora cordifolia Menispermaceae ●
28 Awar-Awar Ficus septica Moraceae ●
29 Kelor Moringa oleifera Moringaceae ●
30 Talok Muntingia calabura Muntingiaceae ● ● ●
31 Pisang Musa paradisiaca Musaceae ● ● ● ● ● ●
32 Jambu Air Syzygium aqueum Myrtaceae ● ● ● ●
33 Alang Alang Imperata cylindrica Poaceae ● ● ● ●
34 Bambu Apus Gigantochloa apus Poaceae ● ● ●
35 Rumput Benggala Megathyrsus maximus Poaceae ● ● ●
36 Jagung Zea mays Poaceae ● ●
37 Rumput Belulang Eleusine indica Poaceae ● ● ●
38 Rumput Kawatan Ottochloa nodosa Poaceae ●
39 Enceng gondok Eichhornia crassipes Pontederiaceae ●
40 Lombok Capsicum frutescens Solanaceae ● ●
41 Tembakau Nicotiana tabacum Solanaceae ●
● : dijumpai di stasiun pengamatan

2.5. Status Lindungan, Kelangkaan, Endemisitas, dan Invasitas Jenis-Jenis Flora


Berdasarkan PP no 7 tahun 1999 dan Permen LHK No P 106 tahun 2018.
Hasil analisis status kelangkan secara global berdasarkan daftar merah IUCN

Status Lindungan, Kelangkaan, Endemisitas dan Invasitas Jenis – Jenis Flora di


Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan Sungai Jajar
Invasif
Kelangkaan Dilindungi
Nama Lokal Nama latin Endemisitas P.94/
IUCN P.106/2018
2016
Daun Ungu Graptophyllum Tidak Tidak Tidak
pictum Langka Dilindungi Invasif
Pletekan Ruellia tuberosa Tidak Tidak Tidak
Langka Dilindungi Invasif
Jarong Achyranthes Tidak Tidak Tidak
aspera Langka Dilindungi Invasif
Alternantera Alternanthera Tidak Tidak Tidak
Invasif
Kelangkaan Dilindungi
Nama Lokal Nama latin Endemisitas P.94/
IUCN P.106/2018
2016
bettzickiana Langka Dilindungi Invasif
Mangga Mangifera Data Tidak Tidak
indica Deficient Dilindungi Invasif
Pegagan Centella Least Tidak Tidak
asiatica Concern Dilindungi Invasif
(Stabele)
Jotang Acmella Least Tidak Tidak
paniculata Concern Dilindungi Invasif
(Stabele)
Ajeran Bidens pilosa Tidak Tidak Tidak
Langka Dilindungi Invasif
Mikania Mikania Tidak Tidak Tidak Tumbuha
micrantha Langka Dilindungi n Invasif
No. 37
Xanthium Xanthium Tidak Tidak Tidak Tidak
strumarium Langka Dilindungi Invasif
Bandotan Ageratum Tidak Tidak Tidak Tidak
conyzoides Langka Dilindungi Invasif
Pepaya Carica papaya Data Tidak Tidak Tidak
Deficient(D Dilindungi Invasif
ecreasing)
Ketela Ipomoea Data Tidak Tidak Tidak
Rambat batatas Deficient(U Dilindungi Invasif
nknown)
Kangkung Ipomoea Least Tidak Tidak Tidak
aquatica Concern Dilindungi Invasif
(Unknown)
Kangkung Ipomoea carnea Tidak Tidak Tidak Tumbuha
Pagar Langka Dilindungi n Invasif
No. 56
Melon Cucumis melo Tidak Tidak Tidak Tidak
Langka Dilindungi Invasif
Ketela Pohon Manihot Data Tidak Tidak Tidak
esculenta Deficient Dilindungi Invasif
(Decreasing
)
Jarak Ricinus Tidak Tidak Tidak Tumbuha
communis Langka Dilindungi n Invasif
No. 61
Kacang Hijau Vigna radiata Least Tidak Tidak Tidak
Concern Dilindungi Invasif
(Unknown)
Trembesi Samanea saman Least Tidak Tidak Tidak
Invasif
Kelangkaan Dilindungi
Nama Lokal Nama latin Endemisitas P.94/
IUCN P.106/2018
2016
Concern Dilindungi Invasif
(Stable)
Asem Kranji Dialium indum Tidak Tidak Tidak Tidak
Langka Dilindungi Invasif
Lamtoro Leucaena Tidak Tidak Tidak Tumbuha
leucocephala Langka Dilindungi n Invasif
No. 80
Jati Tectona grandis Tidak Tidak Tidak Tidak
Langka Dilindungi Invasif
Rumput Cyperus Tidak Tidak Tidak Tidak
Knop kyllingia Langka Dilindungi Invasif
Kapuk Randu Ceiba Least Tidak Tidak Tidak
pentandra Concern Dilindungi Invasif
(Unknown)
Waru Hibiscus Least Tidak Tidak Tidak
tiliaceus Concern Dilindungi Invasif
(Unknown)
Mahoni Swietenia Near Tidak Tidak Tidak
mahagoni Threatened Dilindungi Invasif
(Decreasing
)
Brotowali Tinospora Tidak Tidak Tidak Tidak
cordifolia Langka Dilindungi Invasif
Awar-Awar Ficus septica Least Tidak Tidak Tidak
Concern Dilindungi Invasif
(Stable)
Talok Muntingia Tidak Tidak Tidak Tumbuha
calabura Langka Dilindungi n Invasif
No. 116
Pisang Musa Tidak Tidak Tidak Tidak
paradisiaca Langka Dilindungi Invasif
Jambu Air Syzygium Tidak Tidak Tidak Tidak
aqueum Langka Dilindungi Invasif
Jagung Zea mays Least Tidak Tidak Tidak
Concern Dilindungi Invasif
(Decreasing
)
Rumput Eleusine indica Least Tidak Tidak Tidak
Belulang Concern Dilindungi Invasif
(Increasing)
Alang Alang Imperata Tidak Tidak Tidak Tumbuha
cylindrica Langka Dilindungi n Invasif
No. 99
Invasif
Kelangkaan Dilindungi
Nama Lokal Nama latin Endemisitas P.94/
IUCN P.106/2018
2016
Bambu Apus Gigantochloa Tidak Tidak Tidak Tidak
apus Langka Dilindungi Invasif
Rumput Ottochloa Tidak Tidak Tidak Tidak
Kawatan nodosa Langka Dilindungi Invasif
Benggala Megathyrsus Tidak Tidak Tidak Tidak
maximus Langka Dilindungi Invasif
Enceng Eichhornia Tidak Tidak Tidak Tumbuha
gondok crassipes Langka Dilindungi n Invasif
No. 121
Lombok Capsicum Least Tidak Tidak Tidak
frutescens Concern Dilindungi Invasif
(Decreasing
)
Tembakau Nicotiana Tidak Tidak Tidak Tidak
tabacum Langka Dilindungi Invasif
Keterangan
Daftar merah IUCN versi 2020-2
NT : hampir Terancam Near Threatened (NT) 
LC : tidak mengkhawatirkan (Least Concern)
DD: data kurang (data deficient)

2.6. Nilai Penting Entitas Ekologis


 FLORA
Nilai Penting Secara Ekologis
• Spesies yang memiliki nilai penting secara ekologis spesies yang memiliki
manfaat bagi lingkungan. Dari tabel diatas, spesies yang memiliki manfaat secara
ekologis adalah ; bambu apus, rumput benggala, rumput belulang, rumput
kawatan, dan trembesi. Bambu memiliki manfaat ekologis sebagai pengikat tanah
pada daerah lereng, sehingga berfungsi mengurangi erosi, sedimentasi dan
longsor. Sedangkan rumput berfungsi sebagai penyerap karbon dan trembesi
sebagai peneduh dan menyerap karbondioksida.

Nilai Penting Secara Ekonomis


• Spesies yang memiliki nilai penting secara ekonomis adalah spesies yang
memiliki nilai jual. Dari tabel diatas spesies tersebut diantaranya ialah ; bamboo
apus, jagung, eceng gondok, mangga, pegagan, pepaya, kangkung, kangkung
pagar, ketela rambat, melon, ketela pohon, kacang hijau, pisang, dan jambu air.
• Contohnya yaitu bambu apus untuk untuk membuat keranjang dan barang
anyaman rumah tangga, alat masak-memasak, dll. Kemudian jagung untuk dijual
sebagai makanan, dan eceng gondok untuk bahan pembuatan kertas, kompos,
biogas, dan perabotan.

Nilai Penting Secara Ilmiah


• Spesies yang bernilai ilmiah yaitu spesies yang biasanya dimanfaatkan sebagai
obat-obatan. Dari tabel diatas, spesies tersebut diantaranya ialah ; bunga ungu,
pletekan, jarong, ajeran, ilmiah, mikania, jarak, asem kranji, lamtoro, jati, rumput
knop, kapuk randu, waru, kelor, brotowali, mahoni, alar2, talok, alang-alang,
rumput belulang, dan tembakau.
• Contohnya adalah alang-alang yang dapat digunakan sebagai obat panas,
keputihan, darah tinggi, dan lain sebagainya. Kemudian ada rumput belulang yang
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah menstruasi, menurunkan kolesterol, dll.
Dan yang terakhir yaitu tembakau yang dapat digunakan sebagai obat HIV,
diabetes, dll.

2.7. Analisis Vegetasi

Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Tingkat Pohon di
Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Jati 7,81 56,97 1,56 18,81
2 Randu 12,50 116,02 10,94 199,24 18,75 61,27
3 Mangga 3,13 22,93 12,50 25,13
4 Mahoni 9,38 60,81 1,56 18,42 12,50 25,13
5 Asam 3,13 21,67 4,69 63,53
kranji
6 Talok 3,13 21,84
7 Trembesi 18,75 62,83
8 Jambu air 43,75 125,2 12 300
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
8 5
Jumlah 6 4 5 1
jenis
Total 39,06 18,75 106,2 12
kerapatan 5 5
H’ 1,64 1,08 1,48 0

2.8. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Tingkat Tiang di
Stasiun Pengamatan Tapak
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Jati 43,75 137,15 50,00 129,64 40,62 271,0 78,1 300 50, 28,9
5 0 3 00 9
2 Kelor 6,25 16,22
3 Mangga 12,50 25,86 12,50 31,02 12, 9,97
50
4 Mahoni 6,25 16,34
5 Asem 31,25 68,95
kranji
6 Waru 12,50 34,68
7 Lamtoro 37,50 90,08 6,25 29,00 25, 13,9
00 9
8 Waru 6,25 16,44 15 161,
0,0 64
0
9 Jambu air 6,25 15,84 75, 61,2 57 300
00 7 5
10 Sukun 6,25 16,18
11 Talok 25, 14,2
00 7
12 Belimbing 12, 10,1
50 0
Jumlah 6 6 2 1 7 1
jenis
Total 112,5 118,7 46,87 78,1 35 57
kerapatan 0 5 5 3 0,0 5
0
H’ 1,53 1,43 0,39 0 1,5 0
9

2.9. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Tingkat Pancang di
Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan
Stasiun Pengamatan
N
Spesies 1 2 3 4 5 6
o
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Jati 12 0,55 25 66,7 93, 125 93, 123,
5 75 75 08
2 Kelor 25 0,21
3 Waru 25 0,21
4 Mahoni 12 0,38
5
5 Lamtoro 27 0,64 12 133,
5 5 33
6 Trembesi 31, 75 31, 73,0
25 25 8
7 Talok 25 300
Jumlah 5 2 2 2 1
jenis
Total 57 15 12 12 25 125
kerapatan 5 0 5 5
H’ 1,2 0,4 0,5 0,5 0 0,56
9 5 6 6

2.10. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Penutup di Stasiun
Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Bambu 1.4 39 1.6 26 213 18
64 44
2 Pisang 75 12 80 19 65 18 48 16 28 22 28 26
3 Alternanthera 4.5 39 8.8 53
sessile 75 25
4 Rumput 45 5 100 4
Benggala 0
5 Bunga Ungu 75 2
6 Alang Alang 5.2 56 1.2 12 925 10
50 75
7 Sengketan 25 6
0
8 Bandotan 2.4 38 82 14
00 5
9 Keladi 50 2 12 3 35 19 150 19
5 0
10 Pletekan 35 6 125 7 275 6
0
11 Ajeran 1.5 9
50
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
12 Jotang 1.9 17
00
13 Jarong 17 5
5
14 Rumput 6.0 37
Kawatan 25
15 Rumput 225 11
Knop
16 Kangkung 400 8 350 4 575 19
17 Pegagan 75 4 50 2
18 Rumput 700 30 700 22 550 33
Lulang
19 Rumput 4750 101 12.200 111 2.22 78
Grinting 5
20 Kangkung 650 11 4.1 122
Pagar 75
21 Kacang Hijau 325 4
22 Ketela Pohon 375 11
23 Jarak 25 2
24 Mikania 92 38
5
25 Panicum sp 450 16
26 Cenchrus 200 10
ciliaris
Jumlah jenis 10 10 9 11 4 7
Total 20. 16. 6.653 15.923 5.4 4.17
kerapatan 61 74 78 8
4 9
H’ 1,5 1,7 1,10 1,00 0,7 1,41
1 3 1

2.11. Fauna Darat


Aves
Kekayaan Jenis
.
2.12. Jenis – Jenis Aves di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan
Stasiun Pengamatan
Nama Lokal Nama Latin
1 2 3 4 5 6
Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster ● ● ●
Bondol jawa Lonchura ● ● ● ●
leucogastroides
Prenjak Prinia familiaris ●
Walet linchi Collocalia linchi ● ● ● ● ● ●
Emprit Gantil Cacomantis marulinus ●

Status Lindungan, Kelangkaan dan Endemisitas


Status Lindungan, Kelangkaan dan Endemisitas Jenis – Jenis Burung yang

Dijumpai di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan Sungai Jajar


Dilindungi
IUCN
Nama Lokal Nama latin Famili P.106 th Endemisitas
Red list
2018
Cucak Pycnonotus aurigaster Pyconotidae Tidak LC Endemik
kutilang
Bondol jawa Lonchura Estrildidae Tidak LC Tidak
leucogastroides
Prenjak Prinia familiaris Cisticolidae Tidak NT Endemik
Walet linchi Collocalia linchi Apodidae Tidak LC Tidak
Emprit Gantil Cacomantis marulinus Cuculidae Tidak LC Tidak

Daftar merah IUCN versi 2020-2


NT : mendekati terancam (Near Threatened)
LC : tidak mengkhawatirkan (Least Concern)

2.13. Nilai Penting Sebagai Spesies Kunci, Nilai Penting Secara Ekologis, Ekonomis
dan Ilmiah
 AVES
 Nilai Penting Secara Ekologis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekologis yaitu cucak kutilang dan
emprit gantil. Kedua spesies ini berperan penting dalam membasmi hama
khususnya pada tanaman yaitu seperti serangga dewasa ataupun larva yang
seringkali merusak tanaman. Hal ini dikarenakan kedua spesies tersebut
merupakan salah satu pemangsa dari seranga – serangga tersebut.
 Nilai Penting Secara Ekonomis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekonomis yaitu cucak kutilang,
prenjak, bondol jawa,emprit gantil. Hal ini dikarenakan spesies tersebut memiliki
corak warna yang indah yang dapat dijadikan burung hias. Selain itu, spesies
tersebut juga memiliki suara yang indah yang sering kali di manfaatkan dalam
beberapa ajang perombaan. Spesies selanjutnya yaitu walet linchi hal ini
dikarenakan spesies ini dapat membuat sarang yang berasal dari air liurnya, yang
dimana sering kali sarang dari spesies ini dimanfaatan sebagai obat tradisional
karena di yakini memiliki manfaat bagi tubuh manusia.
 Nilai Penting Secara Ilmiah
Spesies yang memiliki nilai penting secara ilmiah yaitu walet linchi. Hal ini
dikarenakan spesies ini dapat membuat sarang yang berasal dari air liurnya, yang
dimana sering kali sarang dari spesies ini dimanfaatan sebagai obat tradisional
karena di yakini memiliki manfaat bagi tubuh manusia. Selama ini sarang burung
walet dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti paru-
paru, panas dalam, kanker, obat awet muda, melancarkan peredaran darah dan
saluran pernafasan, bahkan AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome).

2.14. Serangga
Kekayaan Spesies Serangga
Jenis – Jenis Serangga di Stasiun Pengamatan Tapat Rencana Kegiatan Sungai
Jajar
Stasiun Pengamatan
Nama Lokal Nama Latin
1 2 3 4 5 6
Kupu 1 Hypolimnas misippus ● ● ● ●
Kupu 2 Danaus plexippus ●
Kupu 3 Troides amphrysus ●
Capung Pantala flavescens ● ● ● ● ● ●
sambar merah
Capung badak Orthetrum sabina ● ● ● ● ● ●
Belalang 1 Catantopidae ● ● ● ● ● ●
Belalang 2 Cailifera ● ● ● ●
Nyamuk Culex quinquefasciatus ● ● ● ● ● ●
Lalat Diptera ● ● ● ● ● ●
● : dijumpai di stasiun pengamatan

2.15. Status Lindungan Jenis – Jenis Serangga di Stasiun Pengamatan Tapat Rencana
Kegiatan Sungai Jajar
Dilindungi
IUCN
Nama Lokal Nama latin Famili P.106 th Endemisitas
Red list
2018
Kupu 1 Hypolimnas misippus Nymphalidae Tidak LC Tidak
Kupu 2 Danaus plexippus Nymphalidae Tidak LC Tidak
Kupu 3 Troides amphrysus Nymphalidae Ya LC Tidak
Capung Pantala flavescens Libellulidae Tidak LC Tidak
sambar
merah
Capung Orthetrum sabina Libellulidae Tidak LC Tidak
badak
Belalang 1 Catantopidae Acrididae Tidak LC Tidak
Belalang 2 Cailifera Acrididae Tidak LC Tidak
Nyamuk Culex Culicidae Tidak DD Tidak
quinquefasciatus
Lalat Diptera Drosophilida Tidak DD Tidak
e
 SERANGGA
 Nilai Penting Secara Ekologis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekologis yaitu belalang dan capung.
Belalang dan capung berperan sebagai pemangsa, pemakan bangkai, pengurai
material organik nabati dan hewani, pemakan bagian tumbuhan hidup dan mati,
dan musuh alami dari berbagai jenis serangga lainnya. Selanjutnya yaitu kupu –
kupu, secara ekologis kupu-kupu memberikan sumbangan dalam menjaga
keseimbangan ekosistem dan memperkaya biodiversitas. Selanjutnya yaitu
nyamuk khususnya pada larva nyamuknya. Larva nyamuk sangat penting dalam
ekologi air. Banyak serangga lain serta ikan kecil memakan larva nyamuk. Jika
nyamuk musnah dari Bumi, dengan sendirinya akan menghilangkan sumber
makanan bagi hewan lain. Ujungnya, menyebabkan jumlah serangga lain
menurun. Apa pun yang memakan mereka, seperti ikan, burung liar, dan lainnya
pada gilirannya akan menderita juga. Selanjutnya lalat, ;alat juga memiliki peran
penting dalam penguraian limbah,feses maupun sampah selain cacing dan bakteri.
Lalat sangat berperan untuk mengurangi jumlah sampah dibumi.

 Nilai Penting Secara Ekonomis


Spesies yang memiliki nilai penting secara ekonomis yaitu kupu – kupu. Spesies
ini sering kali dimanfaatkan karena memiliki corak warna yang indah serta
bermacam macam yang dapat dimanfaatkan untuk hiasan atau pajangan dinding
rumah. Spesies selanjutnya yaitu belalang hal ini dikarenakan belalang di
beberapa daerah sering kali dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Hal ini diyakini
belalang merupakan sumber protein yang tinggi bagi tubuh.

 Nilai Penting Secara Ilmiah


Spesies yang memiliki nilai penting secara ilmiah yaitu belalang. Hal ini
dikarenakan belang seringkali dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Salah satu
contohnya yaitu belalang kayu dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani
terutama di Kabupaten Gunungkidul, bahkan menjadi ikon untuk oleh-oleh khas
Gunungkidul dan inspirasi corak batik.

2.1.2.1. Rona Biota Air


a. Fitoplankton
Tabel 2.1. Struktur Komunitas Fitoplankton di Tapak Rencana Kegiatan Sungai
Jajar
Stasiun Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Amphora sp Catenulaceae 17
Anabaena sp Nostocaceae 48
Anacystis sp Microcystaceae 22
Biddulphia sp Biddulphiaceae 4
Chlamydomonas sp Chlamydomonadacea 520
e
Cladophora sp Cladophoraceae 9
Closterium sp Closteriaceae 4 9 9
Cyclotella sp Stephanodiscaceae 524
Cymbella sp Ceratiaceae 13
Dinophysis sp Dinophysiaceae 4 9
Ditylum sp Lithodesmiaceae 4
Elosterium sp Closteriaceae 4
Euglena sp Euglenaceae 286 26
Euglena sp 1 Euglenaceae 52
Euglena sp 2 Euglenaceae 22
Fragillaria sp Fragillariaceae 30 9 56 17
Golenkinia sp Neochloridaceae 4
Lepocinclis sp Peridiniaceae 108
Lepocinclis sp Peridiniaceae 4
Melosira sp Melosiraceae 121 87
Merismopedia sp Merismopediaceae 9
Navicula sp Navicullaceae 48 2.13 199
6
Nitzchia sp Bacillariaceae 9 2.600 589 100 17 13
Nitzchia sp Bacillariaceae 26
Nitzchia sp 1 Bacillariaceae 1.530
Nitzchia sp 2 Bacillariaceae 26 13 22 9
Nitzchia sp 3 Bacillariaceae 9
Oscillatoria sp Oscillatoriaceae 1.777 789 113 26
Pediastrum sp Hydrodictyaceae 208 130 182
Pinnularia sp Ceratiaceae 9 9
Pleurosigma sp Pleurosigmataceae 4 13 13 9 1.889 17 26
Scenedesmus sp Scenedesmaceae 39
Spirogyra sp Zygnemataceae 28.318 1.06 165 9
Stasiun Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
2
Spirulina sp Oscillatoriaceae 9
Stephanodiscus sp Stephanodiscaceae 4
Surirella sp Surirellaceae 43
Surirella sp2 Surirellaceae 9
Synedra sp Chaetocerotaceae 52
Synedra sp Chaetocerotaceae 4
Synedra sp 2 Chaetocerotaceae 13
Tetraedron sp Hydrodictyaceae 9
Zygnema sp Zygnemataceea 4
Kelimpahan (ind/L) 4.000 1.482 31.248 4.12 3.163 160 156
1
jumlah taksa 11 11 14 9 9 12 9
Diversity (H') 1,29 1,17 0,37 1,28 1,34 2,14 0,45
Equitability € 0,54 0,49 0,14 0,58 0,61 0,86 0,2
Dominansi (D) 0,35 0,41 0,83 0,36 0,4 0,15 0,0018

Genus Fitoplankton Toleran Pencemaran di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana


Kegiatan (Palmer, 1969)
Lokasi Pengamatan
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
Amphora sp -
Anabaena sp +
Anacystis sp +
Biddulphia sp -
Chlamydomonas sp +
Cladophora sp +
Closterium sp + + +
Cyclotella sp +
Cymbella sp +
Dinophysis sp - -
Ditylum sp -
Elosterium sp -
Euglena sp + + +
Fragillaria sp + + + +
Golenkinia sp -
Lepocinclis sp + +
Melosira sp + +
Merismopedia sp -
Navicula sp + + +
Nitzchia sp + + + + + + +
Oscillatoria sp + + + +
Pediastrum sp - - -
Pinnularia sp + +
Pleurosigma sp - - - - - - -
Scenedesmus sp +
Spirogyra sp + + + +
Spirulina sp +
Lokasi Pengamatan
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
Stephanodiscus sp +
Surirella sp + +
Synedra sp + +
Tetraedron sp -
Zygnema sp -

Tabel 2.2. Indeks Pencemaran Genus Algae (Palmer, 1969)


Lokasi Pengamatan
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
Anacystis sp 1
Chlamydomonas sp 4
Closterium sp 1 1 1
Cyclotella sp 1
Euglena sp 5 5 5
Lepocinclis sp 1 1
Navicula sp 3 3 3
Nitzchia sp 3 3 3 3 3 3 3
Oscillatoria sp 5 5 5 5
Scenedesmus sp 4
Synedra sp 2 2
Jumlah 16 18 14 7 10 10 8

Tabel 2.3. Prosentase Distribusi Spesies Plankton Indikator di Stasiun Tapak


Rencana Kegiatan
Lokasi Pengamatan
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
Amphora sp -
Anabaena sp 29,73
Anacystis sp 0,54
Biddulphia sp -
Chlamydomonas sp 16,44
Cladophora sp 5,41
Closterium sp 0,11 0,03 0,21
Cyclotella sp 35,38
Cymbella sp 0,04
Dinophysis sp - -
Ditylum sp -
Elosterium sp -
Euglena sp 7,15 1,46 16,22
Fragillaria sp 0,76 0,03 1,37 0,55
Golenkinia sp -
Lepocinclis sp 2,71 0,29
Melosira sp 2,94 2,74
Merismopedia sp -
Lokasi Pengamatan
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
Navicula sp 0,15 51,84 6,3
Nitzchia sp 38,89 2,04 8,47 14,51 3,15 10,81 8,3
Oscillatoria sp 44,32 53,22 0,36 16,7
Pediastrum sp - - -
Pinnularia sp 0,03 5,8
Pleurosigma sp - - - - - - -
Scenedesmus sp 2,63
Spirogyra sp 90,63 25,76 5,21 5,8
Spirulina sp 5,8
Stephanodiscus sp 2,7
Surirella sp 0,03 27,56
Synedra sp 0,17 2,7
Tetraedron sp -
Zygnema sp -
Total 94,48 95,02 99,94 96,63 34,39 67,57 69,96

b. Zooplankton
Tabel 2.4. Struktur Komunitas Zooplankton di Stasiun Pengamatan Tapak
Rencana Kegiatan
Lokasi Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Asplancha sp Asplanchnidae 9 13 9
Bosmina sp Bosminidae 9
Brachionus sp Brachionidae 43
Brachionus sp 1 Brachionidae 43 13 4 524
Brachionus sp 2 Brachionidae 13 26 9 4 217
Brachionus sp 3 Brachionidae 13 39
Brachionus sp 4 Brachionidae 65
Colurella sp Lepadellidae 4
Copepoda Calanoida 13
Cyclops Cyclopidae 95 39 13
Daphnia sp Daphniidae 17
Eodiaptomus sp Diaptomidae 4 17 9 17
Filinia sp Filinidae 4 26 4
Filinia sp1 Filinidae 13
Filinia sp2 Filinidae 9
Nauplius sp Compositae 26 139 217 4
Paramecium sp Paramecidaceae 13
Phacus sp Phacaceae 4
Platyias sp Brachionidae 4
Rhabdits sp Rhabditidae 30
Rotaria sp Philodinidae 9 13
Sinocalanus sp1 Centropagidae 30
Tintinidium sp Tintinidiidae 13
Trichocerca sp Trichocerceidae 9 22
Kelimpahan (ind/L) 100 234 282 286 1.07 26 60
9
Lokasi Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
jumlah taksa 7 12 8 6 7 4 3
Diversity (H') 1,67 2,36 1,31 0,84 1,41 1,24 0,62
Equitability (E) 0,86 0,95 0,63 0,47 0,73 0,9 0,56
Dominansi (D) 0,25 0,1 0,36 0,6 0,31 0,33 0,03

c. Benthos
Tabel 2.5. Struktur Komunitas Benthos di Tapak Rencana Kegiatan
Lokasi Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Corbicula flumirea Cyrenidae 14 5
Corbicula japonica Cyrenidae 3
Lumbricina sp Lumbricidae 1
Marisa cornuarietis Ampullaridae 1
Melanoides sp Thiaridae 2 9 7 7 7 16
Potomida littoralis Unionidae 1 12 2 4
Radix ovata Lymnaeidae 12
Sphaerium sp Sphaeriidae 1
Viviparus contectus Viviparidae 2 5
Ind/m2 4 27 8 8 36 23 5
jumlah taksa 2 4 2 2 4 3 2
Diversity (H') 0,69 1,16 0,38 0,38 1,26 0,8 0,5
Equitability (E) 1 0,84 0,54 0,54 0,91 0,73 0,72
Dominansi (D) 0,5 0,34 0,78 0,78 0,31 0,54 0,68
7

d. Nekton

Tabel 2.6. Jenis-jenis nekton yang tapak rencana kegiatan


Nama Nama latin Famili Stasiun pengamatan
lokal
1 2 3 4 5 6 7
Lundu Mystus Bagridae ● ●
Wader Barbodes binotatus Cyprinidae ● ● ● ● ● ●
Betik Anabas testudineus Anabantidae ● ● ● ●
Lele Clarias Clariidae ● ●
Kutuk Channa striata Channidae ●
Udang Macrobrachium Palaemonidae ●
rosenbergii
Keterangan :

 Status lindungan Jenis-jenis nekton yang tapak rencana kegiatan


sungai
Tabel 2.7. Status lindungan Jenis-jenis nekton yang tapak rencana
kegiatan

Dilindungi
IUCN
Nama Lokal Nama latin Famili P.106 th Endemisitas
Red list
2018
Lundu Mystus Bagridae Tidak DD Tidak
Wader Barbodes binotatus Cyprinidae Tidak LC Tidak
Betik Anabas testudineus Anabantidae Tidak LC Endemik
Lele Clarias Clariidae Tidak DD Tidak
Kutuk Channa striata Channidae Tidak LC Endemik
Udang Macrobrachium Palaemonidae Tidak LC Endemk
rosenbergii
Keterangan
Daftar merah IUCN versi 2020-2
LC : tidak mengkhawatirkan (Least Concern)

 Nilai penting sebagai spesies kunci, nilai penting secara ekologis,


ekonomis dan ilmiah
a) Nilai penting secara ekologis
b) Nilai penting secara ekonomis
c) Nilai penting secara ilmiah

e. Mikrobia Perairan

Tabel 2.8. Kondisi Bakteriologis (Total Coli dan Fecal Coli) di Stasiun Tapak
Rencana Kegiatan
Stasiun pengamatan
Parameter
1 2 3 4 5 6 7
Total coli (cfu/100 mL) 8800 4000 1400 4800 4800 1500 9700
Fecal coli (cfu/100 mL) 1000 500 100 1000 500 100 700

Anda mungkin juga menyukai