Bagas Prihantoro - 26040118140077 - Rona - Part 2
Bagas Prihantoro - 26040118140077 - Rona - Part 2
Rona lingkungan hidup awal yang disajikan dalam dokumen Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (ANDAL disesuaikan dengan Dampak Penting Hipotetik (DPH) dari
hasil proses pelingkupan. Namun demikian ada juga beberapa komponen lingkungan
hidup yang termasuk kategori Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH), tetapi tetap
dicantumkan sebagai rona lingkungan hidup awal sebagai basis data, contohnya iklim,
kualitas air, kependudukan, dan lain-lain.
Rona lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak dengan adanya
kegiatan Pembangunan Rumah Sakit Andalan Kita di Kota Tangerang ini meliputi
komponen lingkungan geofisik-kimia, komponenlingkungan biologi, komponen
lingkungan sosial-ekonomi-budaya dan komponen lingkungan kesehatan masyarakat.
Rona lingkungan hidup awal yang sajikan dalam ANDAL ini merupakan rona
lingkungan hidup awal berdasarkan dari beberapa sumber data sekunder dan data
primer. Adapun berbagai komponen lingkungan hidup yang dapat menggambarkan
kondisi rona lingkungan awal di studi ini, adalah sebagai berikut :
Kondisi curah hujan dan hari hujan di Kota Tangerang tahun 2015-2019 dapat
dilihat pada Tabel 2.2..
Tabel 2.3.
Tabel 2.2.
Tabel 2.6.Tabel 2.4.
Tabel 2.15.
Tabel 2.16.
Tabel 2.17.
Tabel 2.18.
Tabel 2.19.
Tabel 2.20.
Tabel 2.21.
Tabel 2.22.
Tabel 2.23.
Tabel 2.24.
Tabel 2.25.
Tabel 2.26.
Tabel 2.27.
Tabel 2.28.
Tabel 2.29.
Tabel 2.30.
Tabel 2.31.
Tabel 2.32.
Tabel 2.33.
Tabel 2.34.
Tabel 2.35.
Tabel 2.100.
Tabel 2.101.
Tabel 2.102.
Tabel 2.103.
Tabel 2.104.
Tabel 2.99. Tabel 2.105.
Tabel 2.106.
H Tabel 2.107.
Tabel 2.108.
H Tabel 2.109.
Tabel 2.110.
H Tabel 2.111.
Tabel 2.112.
H Tabel 2.113.
Tabel 2.114.
Sumber : Kota Tangerang Dalam Angka 2019
Dari tabel iklim menurut Schmidt & Ferguson, angka Q = 0,164 terdapat pada
tipe iklim B yaitu antara 0,143 - 0,333, jadi klasifikasi iklim kota tersebut
menurut Schmidt & Ferguson adalah tipe iklim B. Hal ini sesuai dengan
pendapan Schmidt & Ferguson dalam Bayong Tyasyono, 1999. Berdasarkan
pada penggolongan iklim menurut Smith-Ferguson yang berdasarkan pada
jumlah hari hujan yang ada, iklim Kota Tangerang, pada umumnya termasuk
iklim tropis agak basah yang dipengaruhi oleh angin muson tropis. Angin muson
barat yang berhembus dari bulan Nopember sampai April menyebabkan musim
penghujan yang disebut bulan basah dan angin muson timur yang berhembus
dari bulan Mei sampai dengan bulan September membawa musim kemarau
yang disebut bulan kering.
Tabel 2.115. Arah Dan
Kecepatan Angin Kota Tangerang
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Klas I, Tangerang, 2019
2.1.3. Batuan/Tanah
Kondisi batuan/tanah di lokasi rencana tapak kegiatan pembanguan Rumah
sakit yang berlokasi di Kota Tangerang, secara umum berupa lempung lanau
pasiran. Berdasarkan data penyondiran tanah diperoleh hasil seperti pada
Tabel sebagai berikut :
Tabel 2.116. Sifat Fisik Tanah
Hasil Penyondiran
Titik Kedalaman Ketebalan Jenis tanah Qc (kg/cm2) FR
Sondir (m) (m)
0,0 - 3,2 3,2 Lempung 22,78 3,64
lanau pasiran
S1
3,2 - 4,8 1,6 Pasir 60,87 1,97
4,8 – 5,4 0,6 Pasir padat 165 1,71
0,0-4,0 4,0 Lempung 23,61 3,97
lanau pasiran
S2 4,0-5,8 1,8 Lanau 51 3,17
pasir lempungan
5,8-6,8 1,0 Pasir padat 138 1,85
0 – 1,0 1 Lempung 31 4,11
lanau pasiran
S3
1,0 – 1,4 0,4 Pasir 77,50 1,98
1,4 – 2,0 0,6 Pasir padat 153,33 1,69
0,0 – 7,2 7,2 Lempung 37,85 3,82
lanau pasiran
S4
7,2 – 7,6 0,4 Pasir 85 1,19
7,6 – 8,4 0,8 Pasir padat 160 1,48
0,0 – 2,8 2,8 Lempung 22,67 4,37
lanau pasiran
S5 2,8 – 3,4 0,6 Lanau 70 3,35
pasir lempungan
3,4 – 4,0 0,6 Pasir padat 160 1,80
Titik Kedalaman Ketebalan Jenis tanah Qc (kg/cm2) FR
Sondir (m) (m)
0,0 – 6,8 6,8 Lempung 32,21 4,10
lanau pasiran
S6 6,8 – 7,2 0,4 Lanau 67,50 3,0
pasir lempungan
7,2 – 8,0 0,8 Pasir padat 141,25 1,88
Keterangan :
U-1 : Tapak Proyek
U-2 : Halaman depan Tapak Rumah sakit
U-3 : Permukiman penduduk RT. 1/RW 2
* Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
** Untuk Udara Ambien Parameter NO2, SO2,CO, Ox dan TSP Mengacu Keputusan Gubernur
Jawa Tengah Nomor : 8Tahun 2001 Tentang Baku Mutu Udara Ambien Propinsi Jawa
Tengah. Untuk Udara Ambien Parameter NH3. Dan H2S Mengacu Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: Kep-50/MENLH/1 1/1996, tentang Baku Tingkat Kebauan.
2.1.5. Kebisingan
Lokasi kegiatan yang terletak di lingkungan padat denga transportasi lalu lintas
sangat mempengaruhi tingkat kebisingan.. Nilai kebisingan di lokasi kegiatan
sangat dipengaruhi oleh kegiatan transportasi sekitarnya. Hasil pengukuran
tingkat kebisingan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.118. Nilai Kebisingan Di
sekitar Rencana
Hasil Pengukuran
No Parameter Satuan Baku Mutu
U-1 U-2 U-3
* Rencana Ruang Kerja : 85 dBA*
1 Kebisingan dBA 69* 78** 62*** ** Perdagangan dan Jasa : 70 dBA
*** Perumahan dan pemukiman : 55 dBA
(Sumber : Data Primer, 2018)
Keterangan :
U-1 : Rencana Tapak Proyek
U-2 : Halaman depan Tapak Proyek
U-3 : Permukiman penduduk RT. 1/RW 2
* Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
** / *** Baku Mutu : Baku Tingkat Kebisingan : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-
48/,MENLH/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
b. Air Bersih
Untuk air bersih yang diambil sampelnya adalah air sumur di lokasi kegiatan
dan air sumur penduduk. Air sumur sangat dipengaruhi oleh musim, debit air
berkurang dengan signifikan saat musim kemarau dan melimpah saat musim
penghujan. Kondisi ini menunjukkan bahwa air sumur sangat dipengaruhi oleh
musim dan dapat digolongkan sebagai air sumur dangkal. Hasil analisis untuk
air sumur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.120. Hasil analisis air
bersih di sekitar Tapak
Hasil
No Parameter Satuan Baku Mutu
AB-1 AB-2
I. Fisik
1 Kekeruhan NTU <1 <1 25
2 Warna TCU 8 7 50
3 Residu terlarut (TDS) mg/L 390 311 1000
0
4 Suhu C 33,3 32,8 Dev 30
5 Rasa - Tak berasa Tak berasa Tak berasa
6 Bau - Tak berbau Tak berbau Tak berbau
II. Biologi
1 Total Coliform Jml/100 mL 100 1000 50
2 E. coli Jml/100 mL 0 0 0
III. Kimia
1 pH - 7,36 7,30 6,5-8,5
2 Besi (Fe) mg/L < 0,3 < 0,30 1,0
3 Fluorida (F) mg/L 0,28 0,31 1,5
4 Kesadahan mg/L 340,6 225,7 500
5 Mangan (Mn) mg/L < 0,005 0,04 0,5
6 Nitrat (NO3-N) mg/L 1,9 2,5 10
7 Nitrit (NO2-N) mg/L < 0,01 0,002 1
8 Sianida (CN) mg/L 0,001 0,002 0,1
9 Deterjen (MBAS) mg/L 0,027 0,027 0,05
10 Pestisida Total mg/L - - 0,1
11 Air Raksa (Hg) mg/L - - 0,001
12 Arsen (As) mg/L - - 0,05
13 Kadmium (Cd) mg/L <0,0005 < 0,0005 0,005
14 Khrom (Cr6+) mg/L 0,007 0,007 0,05
15 Selenium mg/L - - 0,01
16 Seng (Zn) mg/L < 0,010 < 0,010 15
17 Sulfat (SO4) mg/L 24,9 20,1 400
18 Timbal (Pb) mg/L <0,005 < 0,005 0,05
19 Benzene mg/L - - 0,01
20 Zat Organik (KMnO4) mg/L 1,9 2,2 10
(Sumber : Data Primer, 2018)
Keterangan :
AB-1 : Air tanah Tapak Rencana Kegiatan
AB-2 : Air sumur warga
Baku Mutu : PeraturanMenteriKesehatanRl No. 32 Tahun 2017 tentang Standart Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus per aqua, dan Pemandian Umum (Lampiran I Bab IIA)
2 11 1,7 11 2
Jl. siliwangi
Gambar 2.5. Penampang Jalan depan tapak
Untuk pergerakkan volume lalu lintas pada saat survai dilakukan pada hari kerja
dan libur disajikan sebagai berikut
Untuk nilai V/C ratio dari perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas
jalan disajikan pada tabel sebagaimana berikut.
Tabel 2.122. Kinerja V/C Ratio
jalan depan tapak
PAGI SIANG SORE MALAM
Kapasitas volume volume volume
Nama jalan volume
(smp/jam) lalin lalin lalin
VCR VCR lalin VCR VCR
(smp/jam (smp/jam (smp/jam
(smp/jam)
) ) )
Jl. Siliwangi B-T 5.239 5.043 0.96 2.902 0,55 2.655 0,50 2.150 0,41
Jl. Siliwangi T-B 5.239 3.084 0,58 1.477 0,28 2.969 0,56 2.637 0,51
Sumber : Hasil Analisis (2018)
Selain unjuk kerja V/C ratio, unjuk kerja ruas jalan yang dikaji adalah kecepatan
pada ruas jalan. Kecepatan tersebut diperoleh dari hasil pengamatan di
lapangan melalui survai kecepatan sesaat (spot speed). Selain itu, kecepatan
dapat diperoleh dari hubungan kecepatan dengan V/C ratio. Berdasarkan hasil
analisis data dan pengamatan dilapangan maka dihimpun beberapa
permasalahan yang ada :
Berikut adalah hasil analisis dari kinerja lalulintas yang ada di Ruas Jalan
depan tapak:
Tabel 2.124. Tabel Kinerja Lalu
Lintas di RuasJalan depan tapak
Kecepatan
Arah pergerakkan Nilai V/C LOS
(Km/Jam)
Jl. B-T 0.96 31,9 D
Jl. T-B 0,58 43,1 C
Sumber: Hasil Analisis (2018)
Selain kondisi kinerja ruas jalan, juga dianalisis terkait simpang terdekat dengan
rencana kegiatan yang disajikan sebagaimana berikut :
Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Tingkat Pohon di
Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Jati 7,81 56,97 1,56 18,81
2 Randu 12,50 116,02 10,94 199,24 18,75 61,27
3 Mangga 3,13 22,93 12,50 25,13
4 Mahoni 9,38 60,81 1,56 18,42 12,50 25,13
5 Asam 3,13 21,67 4,69 63,53
kranji
6 Talok 3,13 21,84
7 Trembesi 18,75 62,83
8 Jambu air 43,75 125,2 12 300
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
8 5
Jumlah 6 4 5 1
jenis
Total 39,06 18,75 106,2 12
kerapatan 5 5
H’ 1,64 1,08 1,48 0
2.8. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Tingkat Tiang di
Stasiun Pengamatan Tapak
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Jati 43,75 137,15 50,00 129,64 40,62 271,0 78,1 300 50, 28,9
5 0 3 00 9
2 Kelor 6,25 16,22
3 Mangga 12,50 25,86 12,50 31,02 12, 9,97
50
4 Mahoni 6,25 16,34
5 Asem 31,25 68,95
kranji
6 Waru 12,50 34,68
7 Lamtoro 37,50 90,08 6,25 29,00 25, 13,9
00 9
8 Waru 6,25 16,44 15 161,
0,0 64
0
9 Jambu air 6,25 15,84 75, 61,2 57 300
00 7 5
10 Sukun 6,25 16,18
11 Talok 25, 14,2
00 7
12 Belimbing 12, 10,1
50 0
Jumlah 6 6 2 1 7 1
jenis
Total 112,5 118,7 46,87 78,1 35 57
kerapatan 0 5 5 3 0,0 5
0
H’ 1,53 1,43 0,39 0 1,5 0
9
2.9. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Tingkat Pancang di
Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan
Stasiun Pengamatan
N
Spesies 1 2 3 4 5 6
o
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Jati 12 0,55 25 66,7 93, 125 93, 123,
5 75 75 08
2 Kelor 25 0,21
3 Waru 25 0,21
4 Mahoni 12 0,38
5
5 Lamtoro 27 0,64 12 133,
5 5 33
6 Trembesi 31, 75 31, 73,0
25 25 8
7 Talok 25 300
Jumlah 5 2 2 2 1
jenis
Total 57 15 12 12 25 125
kerapatan 5 0 5 5
H’ 1,2 0,4 0,5 0,5 0 0,56
9 5 6 6
2.10. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Penutup di Stasiun
Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Bambu 1.4 39 1.6 26 213 18
64 44
2 Pisang 75 12 80 19 65 18 48 16 28 22 28 26
3 Alternanthera 4.5 39 8.8 53
sessile 75 25
4 Rumput 45 5 100 4
Benggala 0
5 Bunga Ungu 75 2
6 Alang Alang 5.2 56 1.2 12 925 10
50 75
7 Sengketan 25 6
0
8 Bandotan 2.4 38 82 14
00 5
9 Keladi 50 2 12 3 35 19 150 19
5 0
10 Pletekan 35 6 125 7 275 6
0
11 Ajeran 1.5 9
50
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
12 Jotang 1.9 17
00
13 Jarong 17 5
5
14 Rumput 6.0 37
Kawatan 25
15 Rumput 225 11
Knop
16 Kangkung 400 8 350 4 575 19
17 Pegagan 75 4 50 2
18 Rumput 700 30 700 22 550 33
Lulang
19 Rumput 4750 101 12.200 111 2.22 78
Grinting 5
20 Kangkung 650 11 4.1 122
Pagar 75
21 Kacang Hijau 325 4
22 Ketela Pohon 375 11
23 Jarak 25 2
24 Mikania 92 38
5
25 Panicum sp 450 16
26 Cenchrus 200 10
ciliaris
Jumlah jenis 10 10 9 11 4 7
Total 20. 16. 6.653 15.923 5.4 4.17
kerapatan 61 74 78 8
4 9
H’ 1,5 1,7 1,10 1,00 0,7 1,41
1 3 1
2.13. Nilai Penting Sebagai Spesies Kunci, Nilai Penting Secara Ekologis, Ekonomis
dan Ilmiah
AVES
Nilai Penting Secara Ekologis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekologis yaitu cucak kutilang dan
emprit gantil. Kedua spesies ini berperan penting dalam membasmi hama
khususnya pada tanaman yaitu seperti serangga dewasa ataupun larva yang
seringkali merusak tanaman. Hal ini dikarenakan kedua spesies tersebut
merupakan salah satu pemangsa dari seranga – serangga tersebut.
Nilai Penting Secara Ekonomis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekonomis yaitu cucak kutilang,
prenjak, bondol jawa,emprit gantil. Hal ini dikarenakan spesies tersebut memiliki
corak warna yang indah yang dapat dijadikan burung hias. Selain itu, spesies
tersebut juga memiliki suara yang indah yang sering kali di manfaatkan dalam
beberapa ajang perombaan. Spesies selanjutnya yaitu walet linchi hal ini
dikarenakan spesies ini dapat membuat sarang yang berasal dari air liurnya, yang
dimana sering kali sarang dari spesies ini dimanfaatan sebagai obat tradisional
karena di yakini memiliki manfaat bagi tubuh manusia.
Nilai Penting Secara Ilmiah
Spesies yang memiliki nilai penting secara ilmiah yaitu walet linchi. Hal ini
dikarenakan spesies ini dapat membuat sarang yang berasal dari air liurnya, yang
dimana sering kali sarang dari spesies ini dimanfaatan sebagai obat tradisional
karena di yakini memiliki manfaat bagi tubuh manusia. Selama ini sarang burung
walet dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti paru-
paru, panas dalam, kanker, obat awet muda, melancarkan peredaran darah dan
saluran pernafasan, bahkan AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome).
2.14. Serangga
Kekayaan Spesies Serangga
Jenis – Jenis Serangga di Stasiun Pengamatan Tapat Rencana Kegiatan Sungai
Jajar
Stasiun Pengamatan
Nama Lokal Nama Latin
1 2 3 4 5 6
Kupu 1 Hypolimnas misippus ● ● ● ●
Kupu 2 Danaus plexippus ●
Kupu 3 Troides amphrysus ●
Capung Pantala flavescens ● ● ● ● ● ●
sambar merah
Capung badak Orthetrum sabina ● ● ● ● ● ●
Belalang 1 Catantopidae ● ● ● ● ● ●
Belalang 2 Cailifera ● ● ● ●
Nyamuk Culex quinquefasciatus ● ● ● ● ● ●
Lalat Diptera ● ● ● ● ● ●
● : dijumpai di stasiun pengamatan
2.15. Status Lindungan Jenis – Jenis Serangga di Stasiun Pengamatan Tapat Rencana
Kegiatan Sungai Jajar
Dilindungi
IUCN
Nama Lokal Nama latin Famili P.106 th Endemisitas
Red list
2018
Kupu 1 Hypolimnas misippus Nymphalidae Tidak LC Tidak
Kupu 2 Danaus plexippus Nymphalidae Tidak LC Tidak
Kupu 3 Troides amphrysus Nymphalidae Ya LC Tidak
Capung Pantala flavescens Libellulidae Tidak LC Tidak
sambar
merah
Capung Orthetrum sabina Libellulidae Tidak LC Tidak
badak
Belalang 1 Catantopidae Acrididae Tidak LC Tidak
Belalang 2 Cailifera Acrididae Tidak LC Tidak
Nyamuk Culex Culicidae Tidak DD Tidak
quinquefasciatus
Lalat Diptera Drosophilida Tidak DD Tidak
e
SERANGGA
Nilai Penting Secara Ekologis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekologis yaitu belalang dan capung.
Belalang dan capung berperan sebagai pemangsa, pemakan bangkai, pengurai
material organik nabati dan hewani, pemakan bagian tumbuhan hidup dan mati,
dan musuh alami dari berbagai jenis serangga lainnya. Selanjutnya yaitu kupu –
kupu, secara ekologis kupu-kupu memberikan sumbangan dalam menjaga
keseimbangan ekosistem dan memperkaya biodiversitas. Selanjutnya yaitu
nyamuk khususnya pada larva nyamuknya. Larva nyamuk sangat penting dalam
ekologi air. Banyak serangga lain serta ikan kecil memakan larva nyamuk. Jika
nyamuk musnah dari Bumi, dengan sendirinya akan menghilangkan sumber
makanan bagi hewan lain. Ujungnya, menyebabkan jumlah serangga lain
menurun. Apa pun yang memakan mereka, seperti ikan, burung liar, dan lainnya
pada gilirannya akan menderita juga. Selanjutnya lalat, ;alat juga memiliki peran
penting dalam penguraian limbah,feses maupun sampah selain cacing dan bakteri.
Lalat sangat berperan untuk mengurangi jumlah sampah dibumi.
b. Zooplankton
Tabel 2.4. Struktur Komunitas Zooplankton di Stasiun Pengamatan Tapak
Rencana Kegiatan
Lokasi Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Asplancha sp Asplanchnidae 9 13 9
Bosmina sp Bosminidae 9
Brachionus sp Brachionidae 43
Brachionus sp 1 Brachionidae 43 13 4 524
Brachionus sp 2 Brachionidae 13 26 9 4 217
Brachionus sp 3 Brachionidae 13 39
Brachionus sp 4 Brachionidae 65
Colurella sp Lepadellidae 4
Copepoda Calanoida 13
Cyclops Cyclopidae 95 39 13
Daphnia sp Daphniidae 17
Eodiaptomus sp Diaptomidae 4 17 9 17
Filinia sp Filinidae 4 26 4
Filinia sp1 Filinidae 13
Filinia sp2 Filinidae 9
Nauplius sp Compositae 26 139 217 4
Paramecium sp Paramecidaceae 13
Phacus sp Phacaceae 4
Platyias sp Brachionidae 4
Rhabdits sp Rhabditidae 30
Rotaria sp Philodinidae 9 13
Sinocalanus sp1 Centropagidae 30
Tintinidium sp Tintinidiidae 13
Trichocerca sp Trichocerceidae 9 22
Kelimpahan (ind/L) 100 234 282 286 1.07 26 60
9
Lokasi Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
jumlah taksa 7 12 8 6 7 4 3
Diversity (H') 1,67 2,36 1,31 0,84 1,41 1,24 0,62
Equitability (E) 0,86 0,95 0,63 0,47 0,73 0,9 0,56
Dominansi (D) 0,25 0,1 0,36 0,6 0,31 0,33 0,03
c. Benthos
Tabel 2.5. Struktur Komunitas Benthos di Tapak Rencana Kegiatan
Lokasi Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Corbicula flumirea Cyrenidae 14 5
Corbicula japonica Cyrenidae 3
Lumbricina sp Lumbricidae 1
Marisa cornuarietis Ampullaridae 1
Melanoides sp Thiaridae 2 9 7 7 7 16
Potomida littoralis Unionidae 1 12 2 4
Radix ovata Lymnaeidae 12
Sphaerium sp Sphaeriidae 1
Viviparus contectus Viviparidae 2 5
Ind/m2 4 27 8 8 36 23 5
jumlah taksa 2 4 2 2 4 3 2
Diversity (H') 0,69 1,16 0,38 0,38 1,26 0,8 0,5
Equitability (E) 1 0,84 0,54 0,54 0,91 0,73 0,72
Dominansi (D) 0,5 0,34 0,78 0,78 0,31 0,54 0,68
7
d. Nekton
Dilindungi
IUCN
Nama Lokal Nama latin Famili P.106 th Endemisitas
Red list
2018
Lundu Mystus Bagridae Tidak DD Tidak
Wader Barbodes binotatus Cyprinidae Tidak LC Tidak
Betik Anabas testudineus Anabantidae Tidak LC Endemik
Lele Clarias Clariidae Tidak DD Tidak
Kutuk Channa striata Channidae Tidak LC Endemik
Udang Macrobrachium Palaemonidae Tidak LC Endemk
rosenbergii
Keterangan
Daftar merah IUCN versi 2020-2
LC : tidak mengkhawatirkan (Least Concern)
e. Mikrobia Perairan
Tabel 2.8. Kondisi Bakteriologis (Total Coli dan Fecal Coli) di Stasiun Tapak
Rencana Kegiatan
Stasiun pengamatan
Parameter
1 2 3 4 5 6 7
Total coli (cfu/100 mL) 8800 4000 1400 4800 4800 1500 9700
Fecal coli (cfu/100 mL) 1000 500 100 1000 500 100 700