Oleh
Aura Zahra Ramadhina 17321025
Rezika Rayya Killy Gustaman 17321042
Dosen Pembimbing
Mutiara Ayu Larasati, S. Ds., M. Ds.
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI 5
DAFTAR TABEL 6
BAB I
PENDAHULUAN 7
1.1 Latar Belakang 7
1.2 Rumusan Masalah 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN DESAIN 9
2.1 Definisi Rumah Tinggal 9
2.2 Jenis Rumah Tinggal 9
2.2.1 Rumah Tinggal Tunggal (Detached House) 9
2.2.2 Rumah Tinggal Gandeng (Semi-Detached House) 10
2.2.3 Rumah Tinggal Deret (Row House) 11
2.3 Standar Rumah Tinggal 12
2.3.1 Kamar Tidur 13
2.3.2 Kamar Mandi 13
2.3.3 Ruang Tamu 15
2.3.4 Ruang Keluarga 16
2.3.5 Dapur 17
2.3.6 Garasi 18
2.3.7 Ruang Makan 19
2.3.8 Ruangan Lain: Mushola 21
2.4 Permasalahan: Furnitur dan Pencahayaan 21
BAB 3
STUDI LAPANGAN 22
3.1 Data Teknis 22
Data Lokasi dan Site 22
Kondisi Geografis 22
Relasi Bangunan dan Unsur-Unsur Disekitarnya 22
Orientasi Bangunan 23
Bentuk Bangunan 23
Data Terukur 23
Luas Lahan 23
Luas Bangunan 23
Jumlah Lantai 23
Ketinggian Ruangan 23
Garis Sempadan Bangunan 23
Garis Sempadan Jalan 23
Bukaan 23
Furniture 24
Organisasi Ruang (Zoning & Blocking) 28
Layout Hunian 29
Warna dan Material 31
Kondisi Pencahayaan 36
Kondisi Penghawaan dan Sirkulasi Udara 36
Kondisi Akustik 36
3.2 Data Non Teknis 37
3.2.1 Ayah 37
3.2.2 Ibu 39
3.2.3.1 Apakah quality time sebagai keluarga dirasa cukup? 40
3.2.3.3 Kesan yang ingin ditunjukkan pada hunian? 40
3.2.4 Anak Pertama 41
3.2.5 Anak kedua 43
3.2.6 Anak Ketiga 45
BAB 4
ANALISIS 47
4.1 Sirkulasi 47
4.2 Hobi, Kebiasaan dan Kebutuhan Khusus 47
4.3. Aspek dan Estetika Ruang 48
BAB 5
USULAN 49
DAFTAR PUSTAKA 50
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI
Gambar 2.1 9
Gambar 2.2 10
Gambar 2.3 11
Gambar 2.4 dan 2.5 13
Gambar 2.6 15
Gambar 2.7 15
Gambar 2.8 16
Gambar 2.9 17
Gambar 2.10 18
Gambar 2.11 20
Gambar 2.12 20
Gambar 3.1 28
Gambar 3.2 31
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 13
Tabel 2.2 14
Tabel 2.3 15
Tabel 2.4 16
Tabel 2.5 17
Tabel 2.6 19
Tabel 2.7 19
Tabel 3.1 24
Tabel 3.2 28
Tabel 3.3 35
Tabel 3.4 37
Tabel 3.5 40
Tabel 3.6 42
Tabel 3.7 43
Tabel 3.8 45
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan utama manusia yang wajib dipenuhi untuk hidup adalah sandang, pangan, dan papan.
Sebagai makhluk sosial yang berakal dan berakhlak, manusia hidup bersama dan berkeluarga
serta membutuhkan tiga kebutuhan pokok tersebut untuk bertahan hidup dan memenuhi
kebutuhan hidupnya. Manusia membutuhkan tempat berlindung dari berbagai ancaman di
lingkungan hidupnya, juga tempat yang aman dan nyaman untuk beraktivitas dan beristirahat
secara maksimal.
Semakin berkembangnya teknologi, semakin berkembang pula kompleksitas pola pikir manusia
dan semakin beragam keinginan serta jenis aktivitas manusia. Preferensi dan kebutuhan spesifik
setiap individu tentu akan berbeda dengan individu lainnya. Rumah tinggal merupakan salah
satu lingkungan intim yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup sekelompok manusia
atau keluarga. Lingkungan intim tersebut menjadi tempat untuk beraktivitas serta beristirahat.
Rumah tinggal merupakan lingkungan intim bagi keluarga yang mencerminkan identitas
keluarga tersebut, oleh karena itu rumah tinggal memiliki nilai khusus yang berlaku sebagai
norma terutama dalam lingkup keluarga dan lebih umum pada lingkup sosial. Rumah tinggal
merupakan wujud yang terbentuk dari satu kesatuan karakter setiap anggota keluarga yang
mencerminkan budaya serta kebiasaan yang dimiliki oleh individu pada keluarga tersebut.
Karena ditinggali oleh individu yang beragam, rumah tinggal harus dirancang sesuai
pertimbangan semua individu yang menghuni di tempat tersebut agar semua anggota keluarga
merasa aman dan nyaman tinggal di dalam huniannya. Sebuah rumah tinggal perlu memiliki
desain yang fleksibel akan perubahan dan dapat menyesuaikan serta memfasilitasi pengguna,
misalnya perubahan aktivitas dan kebiasaan pengguna dalam jangka panjang yang akan
menimbulkan masalah dan kebutuhan baru seiring berjalannya waktu.
Rumah tinggal merupakan lingkungan yang menggambarkan suatu keluarga. Segala kebiasaan
dan budaya yang dijalankan oleh suatu keluarga akan terlihat pada tempat tinggalnya. Dalam
satu keluarga, tiap individu memiliki kebutuhan, keinginan dan preferensi masing masing yang
sangat berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, tugas seorang desainer adalah merancang hunian
yang aman dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga dan mendukung segala aktivitas yang
dilakukan.
Rancangan rumah tinggal harus mendukung kesempatan sesama anggota keluarga untuk
berinteraksi satu sama lain tetapi juga harus memberikan privasi dan rasa aman. Sirkulasi juga
harus diatur sedemikian rupa agar aktivitas bisa berjalan dengan lancar. Pembagian zoning dan
blocking juga harus dirancang dengan baik agar aktivitas berjalan teratur dan menjaga kebersihan
serta kenyamanan lingkungan rumah tinggal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN DESAIN
Menurut Undang-Undang No.4 Tahun 1992, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah merupakan suatu lingkungan
intim dimana manusia melakukan aktivitas sehari-hari dan juga berinteraksi dengan manusia lain
terutama anggota keluarga. Menurut Frick (2006:1), rumah harus menjamin kepentingan
keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya,
dan lebih dari itu rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan dan kenyamanan
pada segala peristiwa hidupnya. Secara singkat, rumah adalah tempat tinggal yang layak dan
memiliki beragam fungsi untuk menjadi tempat hidup manusia.
Gambar 2.1
Detached house atau rumah tinggal tunggal merupakan sebuah rumah yang dibangun
secara terpisah, berdiri sendiri, dan tidak berdempetan dengan rumah lainnya. Ciri utama
rumah tapak ialah selain bangunannya yang menapak langsung dengan tanah, hak
kepemilikannya juga bersifat tunggal. Namun, seiring berjalannya waktu, rumah tinggal
tunggal semakin jarang ditemukan berhubung dengan harga tanah yang semakin mahal.
Gambar 2.2
Semi-detached house atau biasa disebut dengan rumah tinggal gandeng atau rumah
tinggal couple adalah sebuah rumah yang dibangun secara bergandengan, dimana pada
kedua bangunan ini diberi sekat dinding sebagai pemisah rumah, memiliki penampakan
yang sama dan ukuran yang imbang, sehingga terdiri dari dua rumah sekaligus. Walau
tampaknya seperti satu rumah dibagi dua, jenis rumah ini ditinggali oleh dua penghuni
berbeda.
2.2.3 Rumah Tinggal Deret (Row House)
Gambar 2.3
Row house atau rumah tinggal deret/dempet adalah rumah yang berdempetan antara satu
unit dengan unit lainnya yang mana sisi bangunannya menyatu dengan sisi satu atau lebih
bangunan lain maupun rumah lain, tetapi masing-masing rumah masih mempunyai
kavling sendiri. Jarak antara rumah satu dengan yang lainnya tidak ada dan dibatasi
dengan dinding bangunan di sebelahnya. Rumah tinggal jenis ini kerap kita temui di
lingkungan kita.
2.3 Standar Rumah Tinggal
Menurut Aristoteles, ruang merupakan tempat (topos) yang tetap yang menjadi lokasi yang
tepat dimana setiap elemen fisik cenderung berada. Sedangkan menurut Immanuel Kant,
Ruang bukanlah sesuatu yang nyata, melainkan hasil pikiran dan perasaan manusia, sebagai
hasil dari pengalaman-pengalaman eksterior. Berdasarkan buku Studi Geografi: Suatu
Pendekatan dan Analisa Keruangan (1981) oleh Nursid Sumaatmadja menjabarkan,
pengertian ruanga adalah tempat di permukaan bumi, baik secara keseluruhan maupun hanya
sebagian yang digunakan makhluk hidup untuk tinggal.
Ruang dalam rumah tinggal dibagi menjadi ruang bersama dan ruang pribadi. (Wicaksono,
A. A., & Tisnawati, E., 2014) Adapun ruang bersama meliputi ruang keluarga dan ruang
makan, sedangkan ruang pribadi meliputi ruang tidur dan ruang kerja. Pembagian ruang
didasarkan pada fungsinya. Surasetja (2007) menyatakan bahwa fungsi adalah gambaran dari
kegiatan, yang mana kegiatan tersebut membutuhkan ruang untuk keberlangsungannya.
Menurut ketetapan pemerintah dalam Koefisien Luas Bangunan (KLB), ruangan yang dapat
dibangun adalah 75% dari keseluruhan luas ruang setelah dikurangi luas ruang terbuka hijau,
sementara ruang teknis (dapur, kamar mandi/WC, garasi) berjumlah 25% dari luas
keseluruhan ruang. perhitungan standar luas hunian rumah sederhana dilakukan melalui studi
literatur dan simulasi konfigurasi ruang. Untuk mendapatkan luas ruang hunian, komponen
yang dijadikan dasar adalah: aktifitas pokok dan penunjang, furnitur yang digunakan, alat
yang digunakan, antropometri tubuh manusia, dan ruang sirkulasi yang dibutuhkan.
Berdasarkan kajian pustaka, penentuan luas minimal ruang hunian dapat berdasarkan
kebutuhan udara segar dalam ruang dan kenyamanan ruang gerak. Kegiatan dasar yang harus
diakomodasi dalam rumah sederhana adalah kegiatan tidur, duduk duduk, makan, memasak
dan MCK. Penyusunan luas minimal hasil penelitian 2011 disusun berdasarkan penjumlahan
luas masing masing ruang tanpa mengintegrasikan ruang tersebut dalam suatu organisasi
denah ruang bangunan. Analisa pada tata letak ruangan yang menjadi dasar penentuan luas
minimal menunjukkan bahwa ada inefisiensi dalam pemanfaatan ruang ketika ruang-ruang
dasar tersebut digabungkan dalam suatu dengan bangunan.
2.3.1 Kamar Tidur
Tabel 2.1
Berdasarkan ketinggian rata-rata tempat tidur diproduksi dalam berbagai ukuran standar 900 x
1900 mm, 1000 x 1900 mm, 1000 x 2000 mm, 1600 x 2000 mm. Tata letak kamar tidur harus
memberikan setidaknya 600 mm, lebih disukai 750 mm, di sekitar tempat tidur. Jika ada lemari
yang berdiri sejajar dengan tempat tidur, dapat memberikan ruang yang cukup untuk bergerak
meskipun pintu lemari terbuka. Selalu ada meja samping tempat tidur di kiri dan kanan untuk
tempat tidur ganda, yang dapat berguna ketika seseorang membaca jika dipasang lampu tidur.
Lampu samping tempat tidur harus disediakan sebagai tambahan untuk task lighting. Panjang
lemari sekitar 1 m harus direncanakan per orang. Setidaknya ada satu cermin, di mana seseorang
dapat melihat diri sendiri dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Tabel 2.2
Fasilitas sanitasi harus diatur dengan senyaman mungkin. Penataan ruang harus memungkinkan
harus memungkinkan sirkulasi jika ada lebih dari satu keluarga sekaligus. Ventilasi sangat
penting di kamar mandi, baik untuk mengurangi kelembaban maupun untuk menghilangkan bau.
Exhaust fan di dinding atau plafon sering digunakan untuk mengoptimalkan kebersihan udara
dalam ruangan. Kebisingan dapat dikurangi dengan penempatan yang tepat dari kamar mandi
dalam kaitannya dengan ruang lain, dengan menggunakan lemari dan dinding penyimpanan
sebagai penghalang suara ataupun menggunakan partisi kedap suara dan pintu yang dipasang
rapat. Perawatan akustik langit-langit membuat ruangan lebih nyaman untuk digunakan dan
sedikit mengurangi jumlah suara yang ditransmisikan melalui dinding. Ubin akustik untuk
digunakan di kamar mandi harus tahan kelembaban dan mudah dibersihkan.
Ruang untuk kamar mandi dan WC (kamar mandi basah dan kamar mandi kering) sebaiknya
dipisah, hal tersebut penting bagi tempat tinggal yang dihuni oleh 5 orang atau lebih. Kamar
mandi dan WC juga dekat dengan tempat tidur. Kamar mandi dan WC sebaiknya menghadap ke
utara secara teoritis, karena bisa mendapat sinar dan udara secara alami. Pola ruangan harus ada
minimal 4 ventilasi. Untuk kenyamanan, temperatur berkisar antara +22˚C-+24˚C. Karena
kelembaban udara yang tinggi, dan adanya kondensasi plafon kamar harus mudah dibersihkan.
Plafon harus bisa melepaskan kelembaban udara dan pilih lapisan yang tidak licin. Stop Kontak
untuk alat-alat elektronik minimal 1,30 m dan terletak di samping cermin. Di kamar dan WC
juga perlu dipikirkan adanya lemari untuk handuk dan alat-alat pembersih yang dapat dibuka
atau ditutup. Cermin, pencahayaan, alat pemanas air, gantungan handuk, pemanas ruangan,
pegangan di atas bak mandi, gantungan tissue, gelas untuk sikat gigi, tempat sabun, dan lain-lain
juga perlu menjadi konsiderasi yang disesuaikan dengan kegunaan pengguna yang tinggal itu
sendiri.
Gambar 2.6
Tabel 2.3
Ruang tamu merupakan area yang ramah bagi anggota keluarga untuk menerima tamu sekaligus
menjadi area paling formal daripada ruang lain. Lokasi pintu ruang tamu tidak boleh
memungkinkan adanya sirkulasi silang. Lokasi ruangan juga tidak boleh membiarkan pandangan
ke ruang pribadi seperti ruang keluarga, dapur, kamar tidur. Lebar pintu minimum 90 cm.
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Tabel 2.4
Ruang keluarga sebagai tempat bercengkrama dan berkumpul bersama harus mampu
mengakomodasi banyak kegiatan secara bersama-sama. Letaknya biasanya bersebelahan dengan
ruang tamu dan dapur. Harus memiliki langit-langit yang tinggi. Pemilihan tempat duduk juga
bergantung pada aktivitas keseharian pengguna, jika gemar menonton hiburan hendaknya
memilih tempat duduk dengan dimensi yang lebih lebar seperti sofa bed.
2.3.5 Dapur
Tabel 2.5
Dapur seringkali dijadikan juga sebagai tempat makan, baik untuk waktu makan utama atau
makan selingan. Sebagai tambahan diperlukan tempat untuk berdiri dan bergerak. Meja untuk
makanan ringan bisa ditempatkan di bawah lemari dan bisa ditarik keluar, dengan ketinggian
antara 70-75 cm. Di sebelah kiri dan kanan meja disisakan untuk tempat bergerak (80 cm).
Apabila ruangan cukup luas, sambungan meja bisa ditempatkan pada lemari tanpa harus bisa
ditarik keluar. Pada tempat yang sempit juga bisa dibuat bar untuk makan, dengan cara membuat
meja diatas lemari dan menghemat tempat 15 cm.
Gambar 2.9
Gambar 2.10
2.3.6 Garasi
Mudah diakses dari gerbang utama dan terletak di bagian depan rumah merupakan standar yang
harus dipenuhi. Umumnya besaran garasi juga bergantung pada tipe mobil yang dmiliki
penghuni. Dinding bisa dibangun pembatas dengan ukuran 10 cm di lantai garasi untuk
meminimalisir benturan pada bemper mobil. Kondisi penghawaan seperti ventilasi juga penting
agar tidak pengap ketika mobil setelah digunakan dari luar rumah.
Tabel 2.7
Tempat makan memerlukan tempat lebih lebar dan dapat menggantikan ruang makan tambahan.
Meja bundar selalu nyaman. Jika ada 3 orang lebih diperlukan tempat bergerak 80 cm tempat
duduk. Ruang makan yang berada di depan pintu yang lebar atau dinding lipat menguntungkan
jika ada pesta. Supaya dapat makan dengan nyaman dan lega, setiap orang memerlukan tempat
mulai dari 60 x 40 cm pada meja agar orang di sebelahnya cukup. Dan tempat-tempat untuk alat
makan. Di tengah meja disediakan tengah meja disediakan tempat minimum 20 cm untuk panci,
mangkok, dan pinggan. Penyinaran pada meja makan tidak boleh menyilaukan. Jarak antara
daun meja dengan lampu tidak lebih dari 60 cm, tidak silau dan bisa saling memandang orang
yang di depannya tanpa gangguan. Letak ruang makan menghadap ke barat dan tempat sarapan
menghadap ke timur. Pintu masuk dari dapur atau untuk menyiapkan makanan. Jalan keluar ke
teras akan menguntungkan. Ruang terbuka (beranda, teras) terletak pada tempat yang terlindung
dari angin mendapat sinar matahari yang cukup di depan ruang makan atau ruang duduk.
Gambar 2.11
Gambar 2.12
2.3.8 Ruangan Lain: Mushola
Bagi sebagian orang, ibadah salat dapat dilaksanakan di mana saja, bahkan di kamar
masing-masing. Namun, keberadaan mushola menjadi pilihan banyak orang untuk meningkatkan
kekhusyukan dalam beribadah, juga menjadi tempat alternatif untuk beribadah jika tidak ada
ruang yang dapat menunjang aktivitas beribadah, ataupun jika ada tamu yang ingin datang untuk
beribadah.
Perancangan mushola dilakukan dengan orientasi ruangan mengacu pada arah kiblat agar
penggunaan ruang menjadi lebih efektif. Mushola umumnya berukuran 70 cm x 140 cm untuk
satu orang dan 2,5 m X 4 m untuk tiga shaf. Selain itu, mushola biasanya memiliki beberapa
furnitur penyimpanan untuk menyimpan keperluan beribadah seperti Alquran, sajadah, dan
sarung.Sedangkan langit-langit minimal setinggi 2,7 meter guna memberikan kesan luas.
Furnitur merupakan salah satu aspek penting yang mendukung kenyamanan pengguna saat
berada dalam sebuah ruangan. Ketidaknyamanan sebuah furnitur bisa menjadi faktor yang
membuat seorang pengguna tidak betah berada dalam sebuah ruangan dalam jangka waktu yang
lama. Furnitur dan penempatannya juga mempengaruhi sirkulasi dan efisiensi pengguna dalam
beraktivitas. Fungsi furnitur serta jumlahnya juga harus sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Selain furnitur, bukaan merupakan faktor yang penting dalam rancangan sebuah bangunan,
khususnya rumah. Bukaan mempengaruhi pencahayaan dan penghawaan yang sangat
mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan pengguna di dalam ruangan tersebut. Pencahayaan
alami dari sinar matahari yang menyinari waktu pagi hingga sore, lalu pada malam hari dibantu
oleh pencahayaan buatan yaitu lampu. Pencahayaan perlu dirancang sesuai dengan fungsi
ruangan agar aktivitas dalam ruangan tersebut bisa berjalan dengan maksimal. Kadar
pencahayaan yang masuk dan perbandingan keterangan suatu pencahayaan harus sesuai dengan
luas ruangan agar tidak mengganggu aktivitas. Penghawaan juga sangat berpengaruh pada
kenyamanan suatu ruangan, ruangan bisa menjadi sangat dingin maupun panas sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan jika tidak dirancang dengan benar. Material dinding, flooring,
dan ceiling harus dipilih dengan seksama agar menghasilkan ruangan yang nyaman. Ukuran
ruangan harus diperhatikan, terutama ketinggian ceiling agar sirkulasi udara tetap berjalan
dengan lancar. Penempatan dan jumlah jendela serta ventilasi pada suatu ruangan harus
diarahkan ke arah tertentu agar tidak terkena sinar matahari yang silau tetapi tetap berfungsi
dengan maksimal sebagai tempat masuknya cahaya dan udara. Penghawaan dapat dibantu
dengan air conditioner, tentunya dengan penempatan dan watt yang sesuai dengan rumah
tinggal.
BAB 3
STUDI LAPANGAN
- Kondisi Geografis
Kecamatan Coblong merupakan kecamatan dengan luas 7,42 kilometer persegi yang
terletak di bagian utara Kota Bandung, dengan batas wilayah meliputi :
Secara geografis Kecamatan Coblong memiliki bentuk wilayah datar / berombak. Ditinjau dari
sudut ketinggian tanah, Kecamatan Coblong berada pada ketinggian 770 m diatas permukaan air
laut. Suhu minimum dan maksimum di Kecamatan Coblong berkisar 20-33 o C, sedangkan
dilihat dari segi hujan berkisar 2665 mm/th dan jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak
sebesar 120 hari.
Fasilitas sekitar area: dekat dengan Masjid, warung, toko makanan, toko elektronik,
pasar, serta sentra kuliner dan kebudayaan lokal.
Sebelah Kanan : Rumah tinggal
Sebelah Kiri : Cafe Bijikopling
Depan : Apartemen Beverly Dago, Markas Besar TNI Dispsiad
Belakang : Rumah tinggal
- Orientasi Bangunan
Fasad bangunan menghadap ke arah selatan, sehingga paparan cahaya matahari bergerak
dari arah Timur (kanan) ke Barat (kiri) .
- Bentuk Bangunan
Rumah Semi-detached yaitu rumah yang bergandeng antara satu dengan lainnya, dinding
menyatu dan rumah menjadi satu kesatuan.
- Data Terukur
a. Luas Lahan
200 m2
b. Luas Bangunan
121,8 m2
c. Jumlah Lantai
2 lantai
d. Ketinggian Ruangan
3-3,5 meter
g. Bukaan
Tabel 3.1
h. Furniture
Rak 1 160x80x40
Kursi 1 60x60x110
Meja 1 100x80x50
Rak 1 160x50x50
Keyboard 1 120x40x70
Kursi 1 45x45x75
Lemari 2 120x60x150
Rak 1 120x40x180
Wastafel 1 60x40x20
Meja TV 1 165x50x80
Piano 1 145x55x115
Karpet 1 300x200x1
Rak 1 120x40x180
Credenza 1 250x60x80
Lemari 1 100x40x80
Meja 1 110x50x45
Lemari 1 120x40x170
Karpet 1 230x160x1
Meja 1 195x60x45
Kulkas 1 65x65x160
Lemari 1 90x30x150
Lemari 1 189x62x150
Toilet 1 40x70x80
Meja 190x50x75
Lemari 2 85x45x175
Wastafel 60x40x20
Kursi 50x50x90
Meja 190x50x75
Lemari 85x45x175
Rak 100x40x180
Wastafel 1 60x40x20
Toilet 1 40x70x80
Meja 1 100x30x100
Lemari 1 90x30x150
Kursi 1 100x45x45
Gambar 3.1
- Layout Hunian
Gambar 3.2
Ruang Kerja
Kamar Utama
Ruang
Keluarga
Musholla
Ruang Santai
Ruang Makan
Dapur
Kamar Mandi
Kamar Anak 1
Kamar Anak 2
Kamar Mandi
Lantai 2
Ruang Tamu
Tabel 3.3
- Kondisi Pencahayaan
Pencahayaan pada ruangan dalam hunian ini banyak memanfaatkan pencahayaan alami
dari banyaknya frekuensi bukaan yaitu jendela dan pintu kaca. Namun, pada siang hari
saat matahari terlalu terik biasanya gorden ditutup sehingga ruang terasa gelap. Hampir
semua lampu menggunakan warm light, kecuali lampu kamar mandi. Rumah menjadi
terasa hangat dan nyaman.
Namun pada beberapa ruangan yang besar khususnya ruang keluarga, pencahayaan tidak
sebanding dengan ukuran ruang. Di ruang keluarga yang relatif besar, hanya terdapat satu
lampu gantung dan 4 lampu spotlight yang mengarah ke lukisan di dinding sehingga
ruang keluarga yang luas terasa gelap dan suram.
Pada ruangan kamar tidur terdapat AC sebagai penghawaan buatan untuk menjaga
kenyamanan aktivitas dengan intensitas tinggi di ruangan tersebut. Ceiling yang memiliki
tinggi 3-3,5 meter, cukup memadai dalam membantu penghawaan dan sirkulasi udara
pada hunian secara keseluruhan.
- Kondisi Akustik
Hunian berada di jalan umum dan pemukiman warga yang cukup ramai dan dilalui
banyak kendaraan. Hunian berada di area yang dipenuhi tempat umum yang cukup
banyak dikunjungi yaitu markas tentara, apartemen, dan cafe. Sumber kebisingan utama
adalah markas tentara yang mengadakan upacara di pagi hari dan saat ada acara lainnya.
Suara kendaraan di jalan sekitar hunian dan speaker masjid juga menjadi penyebab
kebisingan.
3.2 Data Non Teknis
3.2.1 Ayah
Nama : Herman Widjojo
TTL : 31 Mei 1968
Usia : 54 Tahun
Gender : Laki-laki
Agama : Islam
Etnis : Jawa
Pekerjaan : Wiraswasta
Karakteristik : Introvert, pekerja keras
Hobi : Golf, Olahraga
Jadwal Aktivitas
- - 08.00 Sarapan
- - 21.00 Tidur
Tabel 3.4
Harapan tentang hunian
User mengharapkan hunian yang memiliki intimasi untuk keluarga, area hijau,
area untuk berolahraga terutama kolam serta area untuk User bekerja.
Jadwal Aktivitas
19.30 Istirahat - -
20.00 Tidur - -
Tabel 3.5
Pekerjaan : Mahasiswa
Karakteristik : Rapi, introvert
Hobi : Bermain gitar
Jadwal Aktivitas
Pekerjaan : Mahasiswa
Karakteristik : Introvert, tekun, perfeksionis
Hobi : Kolektor, bermain game, menggambar
Jadwal Aktivitas
Tabel 3.7
Harapan tentang hunian
User mengharapkan hunian yang bersih, terorganisir, serta tenang. User juga
menginginkan area yang dapat menunjang aktivitasnya dalam belajar, merakit dan
memajang koleksinya, serta privasi untuk area kamarnya sendiri.
Pekerjaan : Siswa
Karakteristik : Periang, aktif, ekstrovert
Hobi : Menonton anime, merakit mainan
Jadwal Aktivitas
Tabel 3.8
Harapan tentang hunian
Harapan user tentang hunian barunya adalah memiliki hunian yang dapat
dimodifikasi di waktu yang akan datang. User juga mengharapkan area santai yang
fleksibel, privasi personal, organisasi ruang yang merata, juga menginginkan area hijau di
sekitar rumahnya.
Dari data yang telah dikumpulkan, terlihat permasalahan yang dirasakan oleh penghuni rumah
dan dirangkum menjadi beberapa topik. Hal-hal berikut patut dijadikan pertimbangan untuk
perancangan hunian penghuni kedepannya.
4.1 Sirkulasi
Terlalu banyak mebel, perabotan, dan pajangan yang ditempatkan tidak pada tempatnya. Hal
tersebut didasari hobi pengguna dalam mengoleksi barang-barang antik dan mainan, kebanyakan
berupa barang pecah belah, keramik, dan lego. Hal ini menyebabkan berkurangnya area sirkulasi
yang menyebabkan sulit untuk bergerak leluasa di area tertentu, seperti ruang kerja, dapur, ruang
santai, dan ruang makan.
Kebutuhan khusus bagi hunian ini terfokus pada dua hal, yaitu kebutuhan terhadap aspek
keamanan dan juga kebutuhan pengguna untuk berolahraga. Aspek keamanan dalam rumah
menjadi salah satu urgensi karena pasangan pengguna memiliki kucing yang aktif. Aspek
keamanan tidaklah menjadi pertimbangan dalam perancangan hunian pengguna yang sekarang,
dalam hal konsep bentuk dan material. Kebutuhan pengguna untuk berolahraga juga tidak
dipertimbangkan dalam perancangan hunian pengguna yang sekarang, tidak adanya ruang untuk
gym dan renang, serta tempat untuk meletakkan peralatan golf milik pengguna menjadi
pertimbangan yang cukup krusial dalam perancangan rumah. Karena tidak adanya tempat untuk
alat-alat olahraga tersebut membuat alat diletakkan di sembarang tempat sehingga hunian yang
sekarang terasa lebih penuh dan sumpek.
4.3. Aspek dan Estetika Ruang
Hunian saat ini memiliki tema vintage, dengan campuran etnik tradisional yang diaplikasikan
secara maksimalis. Pengguna mengedepankan material kayu asli, mulai dari treatment lantai,
ceiling, hingga material-material pada mebel. Untuk dinding, pengguna tidak menggunakan
material khusus, namun banyak sekali foto, lukisan dan pajangan yang tertempel di area dinding.
Secara keseluruhan, ruangan terasa penuh dan seluruh aspek yang ada di dalam ruangan tersebut
sangat menonjol, mulai dari penggunaan material, warna dan pattern mencolok yang banyak
diaplikasikan dalam ruangan. Ukuran mebel juga cenderung besar, sehingga selain mengganggu
sirkulasi, hunian terasa lelah untuk dilihat dalam jangka waktu yang lama.
Bukaan jendela pada hunian sudah cukup besar, namun tidak disebar secara merata. Terdapat
beberapa area yang masih terasa gelap, dan beberapa area yang terasa terlalu terang, sehingga
butuh pencahayaan tambahan oleh lampu untuk kebanyakan waktu. Hampir seluruh lampu
merupakan lampu jenis warm light, dan tidak ada general light yang khusus sehingga ruangan
terasa redup. Ketinggian ceiling rata-rata 3 meter dan terasa kurang variatif, tidak ada treatment
khusus yang digunakan dalam sebagian besar ruangan. Kecuali ruang tamu yang menggunakan
kayu sebagai material ceiling, dan kamar anak yang menggunakan drop ceiling dan hidden lamp
sebagai unsur dekoratif.
BAB 5
USULAN
Semakin lama penghuni tinggal di suatu tempat, maka akan bertambah pula barang yang ia
miliki. Dibutuhkan sistem pengorganisasian dan penyimpanan barang yang optimal untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Keramik dan hiasan di ruangan juga harus memiliki tempat
khusus yang aman tanpa mengurangi nilai estetika dan agar tidak menghalangi sirkulasi. Hal
tersebut dapat direalisasikan dengan membentuk kabinet built-in dalam ruangan agar menghemat
tempat, tidak menghambat sirkulasi dan lingkungan tinggal terkesan lebih rapi. Tempat
penyimpanan akan disesuaikan dengan kebutuhan dan ukuran ruangan. Furnitur juga disesuaikan
dengan kebutuhan ruangan, dengan desain dan material yang nyaman agar pengguna nyaman
berada di dalam ruangan untuk jangka waktu yang lama.
Area rumah tinggal membutuhkan privasi, baik antara sesama anggota keluarga maupun antara
anggota keluarga dengan orang lain. Oleh karena itu, perlu dirancang zoning dan blocking yang
membedakan area privat dan area publik sehingga aktivitas penghuni tidak terganggu.
Pembagian area servis perlu ditempatkan secara tepat sesuai kebutuhan agar mobilitas pengguna
efektif saat menggunakan area servis. Dalam menjaga privasi, bukaan juga merupakan aspek
yang penting. Jendela dan pintu kaca perlu dirancang dengan ukuran dan arah yang sesuai
sehingga tidak menghadap ke area yang tidak nyaman untuk dilihat dan terlihat. Material juga
menjadi pertimbangan dalam merancang sebuah ruangan, pemilihan warna dan jenis material
sesuai dengan preferensi pengguna tetapi keamananya tetap terjaga serta maintenance yang
mudah agar tetap terjaga kebersihan dan visualnya.
Pencahayaan dibuat agar sesuai dengan fungsi ruangan dan ukuran ruangan. Terutama ruang
keluarga yang digunakan untuk tempat santai seluruh anggota keluarga yang ukurannya relatif
besar membutuhkan pencahayaan general yang terang tapi tidak silau. Area kamar tidur
membutuhkan pencahayaan yang dapat diatur sehingga dapat digunakan untuk istirahat maupun
mengerjakan tugas. Listrik dapat dihemat dengan menggunakan cahaya alami pada pagi hingga
sore hari dan penghawaan alami dengan merancang ketinggian ceiling serta sirkulasi udara agar
seluruh ruangan dilalui oleh udara segar.
DAFTAR PUSTAKA
https://dailycivil.com/standard-room-sizes-1/
https://www.rumah.com/panduan-properti/detached-house-55463
Panero, J., & Zelnik, M. (1979). Human dimension and interior space. Whitney Library of
Design.
Mitton, M., Nystuen, C., Brewer, M., Pecha, S., & Bowe, J. (2022). Residential Interior Design:
A guide to planning spaces. John Wiley & Sons, Inc.
Neufert, E., Neufert, P., Kister, J., Sturge, D., & Luhman, N. J. (2019). Architects' data. John
Wiley & Sons, Ltd.
Parsika. (2019, June 23). Ukuran Semua Ruangan di Rumah Sesuai standar. Arsitur Studio.
Eiler, L. (2021, July 28). The average bedroom size & what to consider when Remodeling yours.
WIGNJOSOEBROTO, S. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Surabaya : Guna Widya.
Suryo, Mahatma Sindu. (2017). Analysis of Minimum Space for Low Cost Landed House in
Indonesia. Bandung: Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.