Anda di halaman 1dari 89

LAPORAN III STUDIO AKHIR ARSITEKTUR 52

SEKOLAH ALAM MANDALAMEKAR BANDUNG

NAMA : FARRAH FAHRANY ERNATA


NPM : 6111801054

PEMBIMBING:
Dr. Harastoeti D. Hartono, MSA.

PENGUJI :
Prof Dr. Purnama Salura, MT,IAI
Ryani Gunawan, S.T., M.T.

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
Akreditasi Institusi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi No:
143/SK/BAN-PT/AK-ISK/PT/IV/2022 dan Akreditasi Program Studi Berdasarkan
BAN Perguruan Tinggi No: 10814/SK/BAN-PT/AK-ISK/S/IX/2021

BANDUNG
2022
LAPORAN III STUDIO AKHIR ARSITEKTUR 52

SEKOLAH ALAM MANDALAMEKAR BANDUNG

NAMA : FARRAH FAHRANY ERNATA


NPM : 6111801054

PEMBIMBING:

Dr. Harastoeti D. Hartono, MSA.

PENGUJI :
Prof Dr. Purnama Salura, MT,IAI
Ryani Gunawan, S.T., M.T.

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
Akreditasi Institusi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi No:
143/SK/BAN-PT/AK-ISK/PT/IV/2022 dan Akreditasi Program Studi Berdasarkan
BAN Perguruan Tinggi No: 10814/SK/BAN-PT/AK-ISK/S/IX/2021

BANDUNG
2022
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena penulis dapat
menyelesaikan tugas perancangan Studio Akhir Arsitektur ini. Selama proses perancangan
berlangsung, penulis mendapatkan bimbingan, arahan, dukungan, dan saran. Untuk itu rasa
terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
● Dosen pembimbing, Dr. Harastoeti D. Hartono, MSA. atas saran, pengarahan, dan
masukan yang telah diberikan serta berbagai ilmu yang berharga.
● Dosen penguji, Prof Dr. Purnama Salura, MT,IAI dan Ryani Gunawan, S.T., M.T.
atas masukan dan bimbingan yang diberikan.
● Lain-lain

Bandung, 10 Maret 2022

Farrah Fahrany Ernata

1
DAFTAR ISI

PRAKATA 1

DAFTAR ISI 2

DAFTAR GAMBAR 4

DAFTAR TABEL 8

BAB I - PENDAHULUAN 9
1.1 Latar Belakang Penentuan Tema dan Fungsi 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Proyek 10
1.4 Ruang Lingkup Proyek 11
1.5 Sistematika Penulisan Laporan 11

BAB II - DATA DAN ANALISIS 12


2.1 Analisis Tapak dan Kawasan 12
2.1.1 Lokasi dan Batas Tapak 12
2.1.2 Karakteristik fisik tapak (tanah, kontur, iklim) 13
2.1.3 Tinjauan Historis 15
2.1.4 Fungsi dan Aktivitas di Sekitar Tapak 15
2.1.5 Massa dan Ruang di Sekitar Tapak 16
2.1.6 Aksesibilitas dan Sirkulasi 17
2.1.7 Demografi dan Sosial-Budaya 18
2.1.8 Peraturan 22
2.1.9 Isu terkait Tapak dan/atau Kawasan (SWOT) 24
2.2 Analisis Fungsi 26
2.2.1 Definisi Fungsi 26
2.2.2 Aktivitas (tipe, pola, alur) 27
2.2.3 Fasilitas 34
2.2.4 Program Ruang 35
2.2.5 Sistem (struktur, utilitas, pengendalian iklim) 36
2.2.6 Studi Preseden 40

BAB III - KONSEP PERANCANGAN 54


3.1 Tema Perancangan 54
3.2 Pendekatan Perancangan 54
3.3 Konsep Bentuk Massa dan Tampilan Bangunan 56
3.4 Konsep Tata Ruang 57
3.5 Konsep Perancangan Tapak 58
3.6 Konsep Struktur 60

2
3.6.1 Massa Penerima dan Pengelola 60
3.6.2 Massa SD dan SMP 62
3.6.3 Massa Rumah Bahan Alam 63
3.6.4 Massa Asrama 64
3.7 Kelengkapan Bangunan dan Utilitas 66

BAB IV - HASIL PERANCANGAN 70


4.1 Daftar Ruang dan Luas Bangunan 71
4.2 Gambar Kerja 71

DAFTAR PUSTAKA 86

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Zonasi Wilayah 10


Gambar 2.1 CAD Tapak dan Lokasi Tapak 12
Gambar 2.2 Suasana Sekitar Tapak 13
Gambar 2.3 Topografi Tapak 13
Gambar 2.4 Potongan A Topografi Tapak 14
Gambar 2.5 Potongan B Topografi Tapak 14
Gambar 2.6 Grafik Suhu 14
Gambar 2.7 Fungsi Sekitar Tapak radius 100 meter 15
Gambar 2.8 Fungsi Sekitar Tapak radius 500 meter 16
Gambar 2.9 Fungsi Sekitar Tapak radius 1000 meter 16
Gambar 2.10 Kawasan Sekitar Tapak 17
Gambar 2.11 Kawasan Sekitar Tapak 17
Gambar 2.12 Akses jalan menuju Tapak Jalan Penyandan 18
Gambar 2.13 Jalan Penyandan 18
Gambar 2.14 - Zonasi Wilayah 23
Gambar 2.15 Keterangan ITBX 24
Gambar 2.16 FOA Murid SD 29
Gambar 2.17 FOA Murid SMP 29
Gambar 2.18 FOA Kepala Sekolah 29
Gambar 2.19 FOA Wakil Kepala Sekolah 30
Gambar 2.20 FOA Guru 30
Gambar 2.21 FOA Tata Usaha (TU) dan Staff Administrasi 30
Gambar 2.22 FOA Staff Perpustakaan 31
Gambar 2.23 FOA Staff Kesehatan 31
Gambar 2.24 FOA Staff Psikologi Anak 31
Gambar 2.25 FOA Pengelola Asrama 32
Gambar 2.26 FOA Pengantar / Orang tua Siswa 32
Gambar 2.27 FOA Tamu 32
Gambar 2.28 FOA Staff Kebersihan Sekolah dan Asrama 33
Gambar 2.29 FOA Staff Keamanan Sekolah dan Asrama 33
Gambar 2.30 FOA Mekanikal dan Elektrikal 33
Gambar 2.31 Standar Ukuran Perabot Siswa 34

4
Gambar 2.32 Organisasi Ruang 36
Gambar 2.33 Pertimbangan Struktur Bangunan pada Lahan Berkontur . 37
Gambar 2.34 Pertimbangan Pemilihan Jenis Pondasi untuk Bangunan di Lahan Berkontur 37
Gambar 2.35 Distribusi Air Bersih dan Kotor dengan Bantuan Gravitasi 38
Gambar 2.36 Saluran Pembuangan Sepanjang Jalan Penyandan 38
Gambar 2.37 Skema Pembuangan Air Kotor 39
Gambar 2.38 Tiang Listrik di sepanjang Jalan Penyandan 39
Gambar 2.39 Lebar Jalan di sepanjang Jalan Penyandan 40
Gambar 2.40 Bangunan Green School Bali 41
Gambar 2.41 Timetable SD Green School Bali 42
Gambar 2.42 Timetable SMP Green School Bali 43
Gambar 2.43 Timetable SMA Green School Bal 43
Gambar 2.44 Timetable SMA Green School Bali 44
Gambar 2.45 Rencana Tapak The Green School Bali 45
Gambar 2.46 Denah Massa Besar Bangunan The Green School Bali 46
Gambar 2.47 Pelajaran memasak di alam terbuka 46
Gambar 2.48 Siswa belahar mengenai padi, langsung dar sawah 46
Gambar 2.49 Siswa berjalan-jalan disekitar sekolah dengan didampingi oleh guru 47
Gambar 2.50 Siswa berjalan-jalan disekitar sekolah dengan didampingi oleh guru 47
Gambar 2.51 Siswa belajar budaya Indonesia 47
Gambar 2.52 Bangunan Sekolah Alam Indonesia (SAI) 48
Gambar 2.53 Bangunan Sekolah Alam Indonesia (SAI) 48
Gambar 2.54 Bangunan Sekolah Alam Indonesia (SAI) 48
Gambar 2.55 Belajar di Alam Terbuka 50
Gambar 2.56 Pelajaran Berkebun 50
Gambar 2.57 Kegiatan Kelompok untuk Melatih Rasa Sosial 51
Gambar 2.58 2.58 Kegiatan Outbond yang Terdapat di SAI 51
Gambar 3.1 Diagram Isu 54
Gambar 3.2 Arsitektur Sunda pada Bangunan Sekitar Tapak 55
Gambar 3.3 Massa - Massa Sekolah Alam 56
Gambar 3.4 Atap Tradisional Sunda 57
Gambar 3.5 Tampak Bangunan Sekolah Alam 57
Gambar 3.6 Zoning 58
Gambar 3.7 Selasar Sekolah Alam 58
Gambar 3.8 Linear Tapak 58

5
Gambar 3.9 Sumbu Acuan Perancangan 59
Gambar 3.10 Penataan Massa 59
Gambar 3.11 Perletakkan Selasar 59
Gambar 3.12 Massa-Massa Sekolah Alam 60
Gambar 3.13 Tapak dan Massa Final Sekolah Alam 60
Gambar 3.14 Isometri Struktur Massa Penerima dan Pengelola 61
Gambar 3.15 Isometri Struktur Massa SD dan SMP 63
Gambar 3.16 Isometri Struktur Massa Rumah Bahan Alam 64
Gambar 3.17 Isometri Struktur Massa Asrama 66
Gambar 3.18 Utilitas Air Bersih 67
Gambar 3.19 Utilitas Air Kotor 67
Gambar 3.20 Utilitas Air Hujan 68
Gambar 3.21 Utilitas Listrik 68
Gambar 3.22 Jalur Evakuasi Kebakaran 69
Gambar 4.1 Rencana Blok 72
Gambar 4.2 Rencana Tapak 72
Gambar 4.3 Denah Lantai Dasar Penerima & Pengelola 73
Gambar 4.4 Denah Lantai 1 Penerima & Pengelola 73
Gambar 4.5 Denah Lantai 2 Penerima & Pengelola 74
Gambar 4.6 Denah Atap Penerima & Pengelola 74
Gambar 4.7 Denah Lantai Dasar dan Lantai 1 Massa SD 75
Gambar 4.8 Denah Atap Massa SD dan SMP 75
Gambar 4.9 Denah Lantai Dasar dan Lantai 1 Asrama Pria 76
Gambar 4.10 Denah Atap Asrama Pria dan Wanita 76
Gambar 4.11 Denah Lantai Dasar dan Lantai 1 Massa SMP 77
Gambar 4.12 Denah Lantai Dasar dan Lantai 1 Asrama Wanita 77
Gambar 4.13 Denah Lantai Dasar Rumah Bahan Alam 78
Gambar 4.14 Denah Lantai 1 dan 2 Rumah Bahan Alam 78
Gambar 4.15 Denah Atap Rumah Bahan Alam 79
Gambar 4.16 Potongan Massa Penerima & Pengelola 79
Gambar 4.17 Potongan Massa SD 80
Gambar 4.18 Potongan Asrama Pria 80
Gambar 4.19 Potongan Massa SMP 81
Gambar 4.20 Potongan Massa Asrama Wanita 81
Gambar 4.21 Potongan Rumah Bahan Alam 82

6
Gambar 4.22 Denah Unit Kelas SD dan SMP 82
Gambar 4.23 Denah Unit Kamar Asrama 83
Gambar 4.24 Tampak A 83
Gambar 4.25 Tampak B 84
Gambar 4.26 Potongan Prinsip dan Perspektif Fasad Massa SD 84
Gambar 4.27 Detail Arsitektural Ruang Kelas SD 85
Gambar 4.28 Detail Arsitektural Selasar 85

7
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai AQI, Level kesehatan, Warna Iklim 14


Tabel 2.2 Profil Kecamatan Cimenyan 19
Tabel 2.3 Jumlah Sekolah Sekolah Dasar (SD) di Kab. Bandung 20
Tabel 2.4 Jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kab. Bandung 20
Tabel 2.5 Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kab. Bandung 21
Tabel 2.6 Jumlah Perkebunan Sayur-sayur Kecamatan Cimenyan 21
Tabel 2.7 Jumlah Perkebunan Sayur-sayur Kecamatan Cimenyan 22
Tabel 2.8 Jumlah Perkebunan Sayur-sayur Kecamatan Cimenyan 22
Tabel 2.9 Jumlah Perkebunan Sayur-sayur Kecamatan Cimenyan 22
Tabel 2.10 Data Tapak dan Bangunan 22
Tabel 2.11 Data Tapak dan Bangunan 23
Tabel 2.12 ITBX Fungsi Bangunan 24
Tabel 2.13 ITBX Fungsi Bangunan 24
Tabel 2.14 SWOT Kawasan Tapak 25
Tabel 2.15 Fasilitas Rancangan 34
Tabel 2.16 Program Ruang 36
Tabel 2.17 Pelaku, Kegiatan dan Kebutuhan Ruang di SAI 52
Tabel 3.1 Perhitungan Dimensi Kolom Massa Penerima dan Pengelola 60
Tabel 3.2 Perhitungan Dimensi Balok Massa Penerima dan Pengelola 61
Tabel 3.3. Perhitungan Dimensi Pondasi Massa Penerima dan Pengelola 61
Tabel 3.4 Perhitungan Dimensi Kolom Massa SD dan SMP 62
Tabel 3.5 Perhitungan Dimensi Balok Massa SD dan SMP 62
Tabel 3.6 Perhitungan Dimensi Pondasi Massa SD dan SMP 62
Tabel 3.7 Perhitungan Dimensi Kolom Massa Rumah Bahan Alam 63
Tabel 3.8 Perhitungan Dimensi Balok Massa Rumah Bahan Alam 63
Tabel 3.9 Perhitungan Dimensi Pondasi Massa Rumah Bahan Alam 64
Tabel 3.10 Perhitungan Dimensi Kolom Massa Asrama 65
Tabel 3.11 Perhitungan Dimensi Balok Massa Asrama 65
Tabel 3.12 Perhitungan Dimensi Pondasi Massa Asrama 65
Tabel 4.1 Daftar Ruang 71

8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penentuan Tema dan Fungsi

Indeks Pembangunan Pendidikan untuk semua (Education for All) di Indonesia


menurun. Berdasarkan data dalam Education for All (EFA) Global Monitoring Report 2011:
Indeks Pembangunan Pendidikan (Education Development Index /EDI) menurut data tahun
2008 adalah 0,934. Nilai ini menempatkan Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127
negara di dunia. Hal ini menjadikan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia belum baik.
Kualitas pendidikan yang baik yaitu pendidikan yang dapat membawa anak keluar sehingga
bisa menyentuh realitas langsung keadaan sekitar. Tetapi yang terjadi saat ini adalah
sekolah-sekolah justru menjauhkan siswa dari masyarakat. Siswa dipaksa berada di dalam
ruang kelas untuk menerima transfer ilmu pengetahuan yang bersifat teori-teori saja. Selama
ini sekolah hanya mengembangkan proses fungsi otak kiri saja (fungsi, ciri, respon untuk
berpikir logis, literatur, dan linear) dan mengabaikan perkembangan otak kanan (berpikir
holistik, imaginatif, dan kreatif).
Di sisi lain, Sumber daya alam yang semakin lama memburuk menjadikan terjadinya
degradasi (penurunan kualitas lingkungan) di Indonesia yang meningkat ke seluruh bidang.
Kelestarian alam merupakan salah satu warisan yang akan diturunkan kepada generasi
selanjutnya. Oleh karena itu kepedulian terhadap lingkungan harus ditanamkan kepada
anak-anak dari sejak dini. Menurut Dra. Sri Wahyuningsih. M.Pd., Kemendikbudristek
menyampaikan bahwa masyarakat harus sama-sama belajar memahami pentingnya
kelestarian alam. Anak-anak dari sejak dini harus diperkenalkan dengan kegiatan menanam
atau berkebun.
Maka dari itu perlunya Konsep sekolah yang mampu memberikan pembelajaran
dengan basis alam untuk dapat lebih mengenal dan memahami alam dan lingkungan sekitar
dengan orientasi belajar Holistik yang beraktivitas tidak di dalam sebuah ruang saja, tetapi
mereka juga dapat dilatih untuk dapat bereksplorasi secara bebas di lingkungan alam
sekitarnya. Menurut Novo, kontribusi infrastruktur pada sekolah alam tidak sampai melebihi
10% sedangkan 90% adalah kualitas peran sekolah alam terdapat pada kontribusi kualitas
pendidikan. Kualitas pendidikan dapat ditingkatkan dengan mengusung konsep yang
tepat-guna sesuai dengan kondisi kultur masyarakat dan alam (kearifan lokal).

1.2 Latar Belakang Pemilihan Tapak

Karakteristik Kota Bandung yang berada di dataran tinggi dan memiliki suasana
sejuk, dilengkapi dengan view alam yang indah membuat Kota Bandung menjadi pilihan
wilayah yang tempat untuk membangun sekolah berbasis alam.

9
Tapak yang dipilih berlokasi di Jalan Penyandan, Desa Mandalamekar, Kec.
Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tapak memiliki kelebihan yaitu mempunyai
Koefisien dasar hijau yang tinggi dengan didominasi oleh area plantasi seperti perkebunan
dan sawah milik warga sehingga kondisi tapak ini memiliki tanah yang cukup subur. Hal
tersebut menjadi suatu kelebihan karena area plantasi dan perkebunan pada lokasi tapak dapat
dijadikan fasilitas pembelajaran berbasis alam untuk bangunan fungsi sekolah alam yang
akan dibuat.

Gambar 1.1 Zonasi Wilayah


Sumber: http://standarpelayanan.bandung.go.id

Dari zonasi wilayah yang terdapat di Kecamatan Cimenyan khususnya pada Desa
Mandalamekar termasuk ke dalam kawasan Permukiman yang besar, Sehingga melihat
kondisi wilayah tapak dan kebutuhan masyarakat daerah tersebut berpotensi untuk
dibangunnya fungsi pendidikan dengan berbasis lingkungan alam disekitarnya.
Jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Bandung khususnya Kecamatan Cimenyan
masih tergolong sedikit dibandingkan Kecamatan lainnya, terutama untuk jumlah Sekolah
Dasar (SD).

1.3 Tujuan dan Manfaat Proyek


Tujuan dan manfaat proyek ini yaitu:
- Sebagai sarana edukasi bagi masyarakat sekitar yang dapat mengembangkan
pelajaran secara holistik integratif yang tak hanya berkutat pada pendidikan teori.
- Berharap dapat mewadahi sebuah kegiatan belajar-mengajar yang selaras dengan
lingkungan sekitar dan kondisi kultur masyarakat dan alam
- Diharapkan dari desain landscape dan arsitekturnya mengoptimalkan potensi lokasi
serta komunitas sekitar sehingga memberikan dampak positif antara satu sama lain
(lingkungan, alam, bangunan, civitas sekolah dan masyarakat sekitar).
- Mengembalikan dan mengoptimalkan alam sekitarnya sebagai media belajar.
- Memberi dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar dengan adanya lapangan
pekerjaan.

10
1.4 Ruang Lingkup Proyek
Ruang lingkup yang akan difokuskan pada Sekolah Alam adalah sebagai berikut:
- Penduduk lokal dan sekitarnya sebagai sasaran pelajar SD, SMP, SMA
- Guru sebagai sebagai pekerja fasilitas sasaran edukasi
- Penduduk sekitar sebagai sasaran karyawan

1.5 Sistematika Penulisan Laporan


BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang tema dan fungsi, latar belakang pemilihan tapak,
tujuan dan manfaat proyek, ruang lingkup proyek, dan sistematika penulisan Laporan.

BAB II DATA DAN ANALISIS


Membahas analisis tapak dan kawasan, yaitu lokasi dan batas tapak, karakteristik
fisik tapak, tinjauan historis, fungsi dan aktivitas, massa dan ruang, aksesibilitas dan sirkulasi,
demografi-sosial budaya, peraturan, dan isu tapak melalui analisis SWOT. Membahas analisis
fungsi, yaitu definisinya, aktivitas (tipe, pola, alur), fasilitas, program ruang, sistem , dan
studi preseden.

11
BAB II
DATA DAN ANALISIS

2.1 Analisis Tapak dan Kawasan


2.1.1 Lokasi dan Batas Tapak

Gambar 2.1 CAD Tapak dan Lokasi Tapak


Sumber: Data Pribadi, googleearth.com

● Lokasi = Jl. Penyandan, Desa Mandalamekar, Kec. Cimenyan, Kabupaten


Bandung, Jawa Barat 40193
● Koordinat = 6°52’29”S 107°40’27”E
● Luas Lahan = 11.460 m²
● KLB (max) = 0,7 → 8.022m²
● KDH (min) = kemiringan tapak + 10% → 85%
● KDB(max) = 25% → 2.865 m²
● GSB =
- GSB Depan = (Kawasan Bandung Utara) ½ rumija +1 meter → + 4.5 m
- GSB Samping = Rumija < 8m = 0.5 x lebar Rumija → 3m
● Ketinggian = 1200 - 1225 mdpl
● Batas Tapak =
- Tanah berkontur (Timur)

12
- Tanah berkontur (Utara)
- Jl. Penyandan (Barat)
- Tanah berkontur (Selatan)

Barat Utara Timur Selatan

Gambar 2.2 Suasana Sekitar Tapak


Sumber: Data Pribadi

2.1.2 Karakteristik fisik tapak (tanah, kontur, iklim)

Tanah Kontur

Tapak berada di dataran tinggi yang memiliki kemiringan tapak cukup


curam, maka dibutuhkan konstruksi khusus dalam pembangunan. Akibat dari
kemiringan yang cukup curam juga. Ketinggian kontur memiliki 1200-1225 mdpl
dan tapak memiliki kemiringan sekitar 10%.
Kawasan ini rawan bencana seperti longsor dan gempa bumi. Namun tapak
ini dikelilingi oleh area hijau (perkebunan), dan memiliki Koefisien Dasar Hijau yang
tinggi. Selain itu, karakteristik tanah pada area ini cukup subur.

Gambar 2.3 Topografi Tapak


Sumber: Dokumentasi Pribadi

13
Gambar 2.4 Potongan A-A Topografi Tapak
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.5 Potongan B-B Topografi Tapak


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Iklim

Gambar 2.6 Grafik Suhu


Sumber: google.com

Tabel 2.1 Nilai AQI, Level kesehatan, Warna Iklim


Sumber: google.com

14
Curah Hujan : 0,29 mm/thn
Kelembaban : 95%
Titik Embun : 19°C
Ketinggian Awan : 7600 m
Tekanan Udara : 1017 mbar
Kualitas Udara : 30 AQI (Baik)

2.1.3 Tinjauan Historis


Keberadaan Desa Cimenyan tidak terlepas dari salah satu Pohon Menyan
yang ada di desa ini. Konon sebelum Desa Cimenyan terbentuk menjadi desa,
diwilayah ini (Desa Cimenyan) dahulu kala merupakan hutan belantara dan terdapat
banyak pohon besar termasuk pohon menyan yang sekarang menjadi nama Desa
Cimenyan itu sendiri. Desa Cimenyan diambil dari nama Pohon tua besar yang
sampai saat ini pohon tersebut masih berdiri tegak kokoh. Pohon Menyan yang yang
saat ini berada di kampung Cimenyan Kolot ini sebagai ikon Desa Cimenyan.
Berdasarkan filosofi tersebut bapak Anggadireja sebagai kepala desa pertama dan
salah satu pemberi nama Desa Cimenyan mengambil nama Desa dari pohon tersebut
agar warga masyarakatnya bisa seperti pohon (Menyan) dan membawa nama Harum
desa nya dan selalu mempererat tali persaudaraan antar warga Desa Cimenyan.

2.1.4 Fungsi dan Aktivitas di Sekitar Tapak

Gambar 2.7 Fungsi Sekitar Tapak radius 100 meter


Sumber: Googleearth.com

Untuk radius 100 meter dari tapak terdapat bangunan Masjid, rumah warga,
dan juga perkebunan teh.

15
Gambar 2.8 Fungsi Sekitar Tapak radius 500 meter
Sumber: Googleearth.com

Untuk radius 500 meter dari tapak terdapat bangunan-bangunan Masjid, rumah
warga, perkebunan teh, Sekolah (TK), mini market, Cafe-cafe, restoran, dan tempat makan.

Gambar 2.9 Fungsi Sekitar Tapak radius 1000 meter


Sumber: Googleearth.com

Untuk radius 1000 meter dari tapak terdapat bangunan-bangunan Masjid, rumah
warga, perkebunan teh, Sekolah (TK), mini market, Cafe-cafe, restoran, dan tempat makan.
Aktivitas di sekitar tapak diketahui didominasi oleh hunian penduduk. Selain itu juga
banyak lahan hijau yang luas difungsikan sebagai lahan perkebunan dan pertanian. Serta
terdapat banyak warung makan, cafe-cafe, dan aktivitas lainnya yaitu wisata alam, dan juga
aktivitas sosial seperti sekolah. Semua aktivitas tersebut berdampingan dengan pemandangan
alam seperti pegunungan, bukit-bukit yang disertai oleh udara yang sejuk dan asri.

2.1.5 Massa dan Ruang di Sekitar Tapak

Tata massa di sekitar tapak cenderung memiliki tatanan linear akibat adanya Jalan
Penyandan sebagai jalan utama di kawasan tersebut. Disamping sepanjang Jalan Jatihandap

16
menuju Jalan Penyandan terdapat perumahan warga. Lalu di sepanjang jalan menuju tapak
terdapat ruang-ruang yang didominasi oleh ruang terbuka hijau yang dimanfaatkan sebagai
lahan perkebunan atau pertanian. Hampir seluruh sisi tapak dikelilingi lahan perkebunan,
tidak bersebelahan dengan bangunan lain. Oleh karena itu, tidak terdapat skyline kawasan.
Skyline bangunan dapat ditentukan oleh posisinya pada tiap level kontur yang ada pada tapak.

Gambar 2.10 Kawasan Sekitar Tapak


Sumber: Googleearth.com

Gambar 2.11 Kawasan Sekitar Tapak


Sumber: Googleearth.com

2.1.6 Aksesibilitas dan Sirkulasi


Pencapaian jalan menuju tapak hanya melalui satu arah, yaitu dari kota Bandung
yang dapat diakses melalui Jalan Jatihandap lalu masuk ke Jalan Penyandan. Tapak dapat
diakses dengan menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil dan sepeda motor. Lebar
sirkulasi jalan utama pada kawasan tapak ini relatif cukup sempit yaitu sekitar 4 meter, begitu
juga dengan jalan untuk pedestrian yang kurang memadai.

17
Gambar 2.12 Akses jalan menuju Tapak Jalan Penyandan
Sumber: GoogleMaps

Gambar 2.13 Jalan Penyandan


Sumber: GoogleMaps

2.1.7 Demografi dan Sosial-Budaya

- Secara Geografis

Kecamatan Cimenyan yang merupakan wilayah berbukit ini berada pada


ketinggian 700 - 1.200 m dari permukaan laut, saat ini jumlah penduduk Kecamatan
Cimenyan 115.576 jiwa, yang terdiri dari laki - laki sebanyak : 58.761 orang dan
perempuan sebanyak 56.715 orang (Menurut Profil Kecamatan Cimenyan).

18
Tabel 2.2 Profil Kecamatan Cimenyan
Sumber: Peraturan Wilayah Setempat

Menurut data tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk kecamatan


Cimenyan ini memiliki mata pencaharian terbanyak sebagai Pengurus Rumah
Tangga, Pelajar dan Belum/Tidak Bekerja. Oleh karena itu diharapkan adanya fungsi
bangunan ini dapat memenuhi kebutuhan pelajar dan juga dapat dijadikan wadah
pekerjaan jasa untuk warga di wilayah tersebut. Dari zonasi wilayah yang terdapat di
Kecamatan Cimenyan khususnya pada Desa Mandalamekar termasuk ke dalam
kawasan Permukiman yang besar, Sehingga melihat kondisi wilayah tapak dan
kebutuhan masyarakat daerah tersebut berpotensi untuk dibangunnya fungsi
pendidikan dengan berbasis lingkungan alam disekitarnya.

- Fasilitas Pendidikan

Dari data tabel dibawah, terdapat jumlah sekolah yang ada di Kabupaten
Bandung khususnya Kecamatan Cimenyan. Dapat dilihat jumlah sekolah swasta di
Kecamatan Cimenyan masih tergolong sedikit dibandingkan Kecamatan lainnya,
terutama untuk jumlah Sekolah Dasar (SD).

19
Tabel 2.3 Jumlah Sekolah Sekolah Dasar (SD) di Kab. Bandung
Sumber: Bandung Regency in Figures 2021

Tabel 2.4 Jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kab. Bandung


Sumber: Bandung Regency in Figures 2021

20
Tabel 2.5 Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kab. Bandung
Sumber: Bandung Regency in Figures 2021

- Produksi Perkebunan (Sayur-sayuran)

Masyarakat Kecamatan Cimenyan khususnya Desa Mandalamekar


merupakan masyarakat agraris dengan mata pencaharian utama yaitu sebagai petani
dan berkebun. Dari data tabel dibawah, terdapat jumlah perkebunan yang ada di
Kabupaten Bandung khususnya Kecamatan Cimenyan:

Tabel 2.6 Jumlah Perkebunan Sayur-sayur Kecamatan Cimenyan


Sumber: Bandung Regency in Figures 2021

21
Tabel 2.7 Jumlah Perkebunan Sayur-sayur Kecamatan Cimenyan
Sumber: Bandung Regency in Figures 2021

Tabel 2.8 Jumlah Perkebunan Sayur-sayur Kecamatan Cimenyan


Sumber: Bandung Regency in Figures 2021

Tabel 2.9 Jumlah Perkebunan Sayur-sayur Kecamatan Cimenyan


Sumber: Bandung Regency in Figures 2021

2.1.8 Peraturan

Tabel 2.10 Data Tapak dan Bangunan


Sumber: Peraturan Wilayah Setempat

22
Gambar 2.14 - Zonasi Wilayah
Sumber: http://standarpelayanan.bandung.go.id

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 10 Tahun 2015 tentang


Rencana Detail Tata Ruang dan Zonasi Kota Bandung Tahun 2015-2035, tapak ini termasuk
ke dalam wilayah Kabupaten Bandung. Dalam aturan yang telah ditetapkan wilayah ini
berfokus pada Ruang Hijau Terbuka dan industri strategis yang termasuk ke dalam SWK
Cibeunying. Berdasarkan Tata Ruang dan Wilayah Kota Bandung, Kecamatan Cimenyan ini
termasuk ke dalam kawasan permukiman penduduk.

Tabel 2.11 Data Tapak dan Bangunan


Sumber: Peraturan Wilayah Setempat

23
Pada perancangan ini tapak diasumsikan masuk ke wilayah Kota Bandung sehingga
berlaku tabel ITBX untuk menentukan fungsi bangunan. Apabila dikaitkan dengan fungsi
Sekolah alam, meliputi fungsi-fungsi ruang di dalamnya, dilihat dari tabel ITBX adalah
sebagai berikut.

Tabel 2.12 ITBX Fungsi Bangunan


Sumber: Peraturan Daerah Kota Bandung

Tabel 2.13 ITBX Fungsi Bangunan


Sumber: Peraturan Daerah Kota Bandung

Gambar 2.15 Keterangan ITBX


Sumber: Peraturan Daerah Kota Bandung

2.1.9 Isu terkait Tapak dan/atau Kawasan (SWOT)

24
Strength - Tapak berlokasi di daerah dataran tinggi dengan
memiliki ruang hijau yang luas sehingga kawasan
ini cocok untuk dibangun fungsi sekolah alam
- View yang ada pada kawasan sekitar tapak cukup
berpotensi ke segala arah karena dikelilingi oleh
perkebunan dan perbukitan
- Kualitas udara pada area tapak masih sejuk dan asri
karena letak lokasi tapak jauh dari pusat kota

Weakness - Tapak sulit dijangkau oleh kendaraan umum karena


letaknya yang jauh dari pusat kota serta kawasan
tapak merupakan daerah yang terpencil.
- Tapak ini dibutuhkan konstruksi khusus dalam
pembangunan karena kemungkinan terjadinya
bencana alam seperti longsor dan gempa bumi.
- Kemungkinan besar jalan utama yaitu Jalan
Penyandan mengalami kemacetan karena jalan
tersebut 2 arah dengan lebar yang cukup sempit,
sehingga dari 2 arah tersebut harus bergantian

Opportunity - Belum adanya fungsi bangunan sekolah alam di


kawasan tapak
- Kondisi kontur memberikan pengalaman ruang
yang berbeda sehingga menonjolkan view menuju
potensi alam sekitar
- Area hijau dapat digunakan untuk kebutuhan
sekolah alam yaitu sebagai media pembelajaran
pelajar

Threat - Tapak berlokasi di kawasan yang relatif longsor dan


gempa bumi.

- Aksesibilitas menuju tapak memakan waktu yang


cukup lama karena jalan utama menuju tapak hanya
pada jalan penyandan.

Tabel 2.14 SWOT Kawasan Tapak


Sumber: Dokumentasi Pribadi

25
2.2 Analisis Fungsi

2.2.1 Definisi Fungsi

1. Sekolah Alam:
Sekolah alam merupakan sekolah yang memiliki komitmen dan secara
sistematis mengembangkan program-program untuk menginternalisasikan nilai-nilai
lingkungan (alam) dalam seluruh aktivitas sekolah. Sekolah alam merupakan salah
satu pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media belajar.
Pembelajaran di sekolah alam menggunakan metode action learning atau peserta
didik mengalami pembelajaran secara langsung. Melalui program sekolah alam, anak
didik tidak hanya mengeksplor potensi yang dimiliki tetapi juga membina nilai-nilai
moral pada setiap kegiatan sekolah alam. Sebagian besar kegiatan belajar-mengajar di
Sekolah alam tidak dilakukan di dalam ruangan kelas, melainkan dengan alam
terbuka. Siswa dilatih untuk lebih berani dalam bereksplorasi. Nilai teori bukan hal
utama yang menjadi tolak ukur keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran di
sekolah alam.
Menurut Hidayat et al, sekolah alam merupakan salah satu alternatif
pendidikan yang menanamkan kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan
hidup kepada para siswa agar mampu untuk menyiapkan generasi penerusnya.
Menurut Novo (2009), sistem kurikulum pada sekolah alam adalah:

- Kurikulum Akhlak, menggunakan metode tauladan.


- Kurikulum Kognitif, menggunakan metode spider web dengan dasar active
learning. “Spider Web” (Tematik), dimana suatu tema diintegrasikan dalam
semua mata pelajaran. Dengan demikian, pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif, sekaligus juga
lebih “membumi”. Alasan hal ini diungkapkan karena suatu bentuk
kemampuan yang paling mendasar dan berusaha untuk ditumbuhkan pada
setiap anak-anak yang ada di Sekolah Alam adalah kemampuan membangun
jiwa keingintahuannya dalam melakukan berbagai observasi atau membuat
hipotesis, dan juga berpikir ilmiah. Dengan metode “spider web”, mereka
belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan
melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap
pembelajaran.
- Kurikulum Kepemimpinan, menggunakan metode outbound.
- Kurikulum Kewirausahaan, menggunakan metode market day.

Dalam menerapkan kurikulum sekolah alam dan dirancang menyenangkan.


Metodologi pembelajaran yang diterapkan dalam sekolah alam cenderung mengarah
pada pencapaian logika berpikir dan inovasi yang baik dalam bentuk praktik nyata.
Artinya 40% adalah teori dan 60% adalah praktik (Santoso. 2010).

26
Menurut Hidayat et al, infrastruktur sekolah alam yang telah disesuaikan
dengan konsep pendidikan berbasis alam, yang paling utama adalah:

- Alam Semesta (universe)


- Fasilitator (teachers)
- Ruang kelas
- Perpustakaan
- Resources & Workshop Room
- Outbound
- Biotechnology Center
- Information Communication Technology Center
- Retail & Distribution Center

Metode pembelajaran sekolah alam yang menuntut para siswa menjadi lebih aktif
akan berpengaruh pada beberapa hal di sekolah alam, yaitu:

- Ruang-ruang kelas lebih luas daripada standar sekolah pada umumnya.


- Ruang-ruang belajar didesain dengan menggunakan bentang panjang yang bebas
kolom, sehingga anak-anak dapat belajar dengan leluasa dan sesuai aktivitasnya.
- Menyediakan area outdoor dengan perbandingan ruang luar dan ruang dalam adalah
70%:30%.

3. Perhitungan Ketinggian Bangunan

Perhitungan sebuah bangunan ditentukan sebagai berikut:

- Ketinggian bangunan dalam petunjuk operasional ini adalah jumlah lantai penuh
suatu bangunan dihitung dari lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi.
- Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi dan bentuk arsitektural
bangunannya.
- Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya maksimal 5m disesuaikan dengan
fungsi bangunannya (kecuali bangunan ibadah, industri, gedung olah raga, bangunan
monumental, dan bangunan gedung serba guna)
- Lantai mezzanine dihitung dalam ketentuan intensitas ruang.
- Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan harus mendapatkan persetujuan
bupati.
- Dalam analisa telah disepakati untuk total max KLB yaitu 8.162 m2 (3-4 Lantai)

2.2.2 Aktivitas (tipe, pola, alur)

Mata Pelajaran yang akan diterapkan pada sekolah alam:


1. SD:

27
- Tematik
Belajar tematik dengan pembelajarannya yang bersifat holistik
karena melibatkan berbagai gaya kecerdasan dan pembelajaran. Belajar
tematik menginspirasi siswa melalui konsep yang relevan dan pengalaman
dunia nyata.
- Literasi
- Matematika
- Bahasa (Inggris, Indonesia)
- Pendidikan agama
- Pendidikan lingkungan
- Pembelajaran Berdasarkan Pengalaman (Experiential Learning)
Disediakan dengan beberapa kegiatan seperti Beraktivitas di Ruangan
Terbuka, Membuat Karya Seni, Kesejahteraan Fisik, Drama, Seni dan Musik,
Outbound, Kegiatan Olahraga, dan sebagainya. Siswa mengeksplorasi serta
belajar memecahkan suatu masalah.

2. SMP:
- Tematik
- Literasi
- Matematika
- Bahasa (Inggris, Indonesia, French, Spanish)
- Sains
- Pendidikan agama
- Pendidikan lingkungan
- Pembelajaran Berdasarkan Pengalaman (Experiential Learning)
Disediakan dengan beberapa kegiatan seperti Beraktivitas di Ruangan
Terbuka, Membuat Karya Seni, Kesejahteraan Fisik, Drama, Seni dan Musik,
Belajar di Laboratorium, Kegiatan Olahraga, Outbound, Program Alam
(Berjalan-jalan di sekitar Sekolah, Berkebun), dan sebagainya.

Pelaku yang terdapat dalam sekolah alam dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu
● Pengunjung
● Pengelola
● Area penunjang
● Servis

1. Kegiatan Pengunjung
- Murid Sekolah Dasar (SD) Sekolah alam:

28
Gambar 2.16 FOA Murid SD
Sumber: Pribadi

- Murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah alam:

Gambar 2.17 FOA Murid SMP


Sumber: i Pribadi

2. Kegiatan Pengelola
- Kepala Sekolah SD, SMP Sekolah Alam

Gambar 2.18 FOA Kepala Sekolah


Sumber: Pribadi

- Wakil Kepala Sekolah SD, SMP Sekolah Alam

29
Gambar 2.19 FOA Wakil Kepala Sekolah
Sumber: Pribadi

- Guru SD, SMP, SMA Sekolah Alam

Gambar 2.20 FOA Guru


Sumber: Pribadi

- Tata Usaha (TU) dan Staff Administrasi

Gambar 2.21 FOA Tata Usaha (TU) dan Staff Administrasi


Sumber: Pribadi

- Staff Perpustakaan

30
Gambar 2.22 FOA Staff Perpustakaan
Sumber: Pribadi

- Staff Kesehatan

Gambar 2.23 FOA Staff Kesehatan


Sumber: Pribadi

- Staff Psikologi Anak

Gambar 2.24 FOA Staff Psikologi Anak


Sumber: Pribadi

- Pengelola Asrama

31
Gambar 2.25 FOA Pengelola Asrama
Sumber: Pribadi

3. Kegiatan Penunjang
- Pengantar / Orang tua Siswa

Gambar 2.26 FOA Pengantar / Orang tua Siswa


Sumber: Pribadi

- Tamu

Gambar 2.27 FOA Tamu


Sumber: Pribadi

4. Kegiatan Servis
- Staff Kebersihan Sekolah dan Asrama

32
Gambar 2.28 FOA Staff Kebersihan Sekolah dan Asrama
Sumber: Pribadi

- Staff Keamanan Sekolah dan Asrama

Gambar 2.29 FOA Staff Keamanan Sekolah dan Asrama


Sumber: Pribadi

- Staff Mekanikal dan Elektrikal

Gambar 2.30 FOA Mekanikal dan Elektrikal


Sumber: Pribadi

33
2.2.3 Fasilitas
Kapasitas pengguna pada area bangunan ini yaitu 359 orang, yang terdiri dari:
- Siswa SD : 150 orang (SD 1,2,3,4,5,6 / 1 kelas)
- Siswa SMP : 144 orang (SMP 1,2,3 / 2 kelas)
- Pengelola : 32 orang + 1 (asrama)
- Servis : 26 orang + 6 (asrama)
Kapasitas Penuh (+Pengguna Tentatif) = 600 orang

Gambar 2.31 Standar Ukuran Perabot Siswa


Sumber: Ketentuan Pemerintah

Tabel 2.15 Fasilitas Rancangan


Sumber: Pribadi

34
2.2.4 Program Ruang

35
Tabel 2.16 Program Ruang
Sumber: Pribadi

Gambar 2.32 Organisasi Ruang


Sumber: Pribadi

2.2.5 Sistem (struktur, utilitas, pengendalian iklim)

1. Sistem Struktur

Tapak dengan kontur yang cukup curam, diperlukan penggunaan struktur yang
merespon hal tersebut. Menurut Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 58 Tahun 2011
disebutkan bahwa pembangunan pada lahan berkontur harus mempertahankan kontur lahan
alami dengan pelandaian maksimum 18% dari luas lahan (untuk wilayah pedesaan dengan
kemiringan lahan 8-15%). Pemerataan tanah tersebut dapat diperkecil dengan menggunakan
sistem cut dan fill atau sistem panggung.

36
Gambar 2.33 Pertimbangan Struktur Bangunan pada Lahan Berkontur
Sumber: Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 58 Tahun 2011

Selain itu juga, tanah pada kontur tapak relatif tidak stabil, tanah pada kontur paling
bawah relatif lebih keras sehingga membutuhkan pilihan jenis pondasi dan struktur lainnya
yang harus diperhatikan agar sesuai dengan lahan lereng. Selain itu juga tapak berada di
kawasan rawan bencana alam. Oleh karena itu struktur harus disesuaikan dengan peraturan
perundangan dan SNI yang berlaku.

Gambar 2.34 Pertimbangan Pemilihan Jenis Pondasi untuk Bangunan di Lahan Berkontur.
Sumber: Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 58 Tahun 2011

2. Sistem Utilitas

● Air bersih

Tapak mendapatkan suplai air dari PDAM Tirtawening yang


berlokasi di Jl. Badak Singa No.10, karena Jalan Penyandan terletak di

37
daerah bandung utara yang termasuk dalam peta pelayanan PDAM
tirtawening. Tapak berlokasi di dataran tinggi, maka sulit untuk
menggunakan sumur bor akibat lapisan batuan tanah yang keras. Kedalaman
air tanahnya pun cukup dalam sekitar 30-80 meter bahkan lebih.

Pada bangunan yang berada di lahan miring dan berkontur sebaiknya


menggunakan sistem air bersih distribusi down feed, karena tangki air dapat
diletakan di kontur tertinggi dan penyaluran ke ruang lainnya dapat
memanfaatkan gaya gravitasi yang lebih efektif dan efisien. Sistem tersebut
juga lebih hemat listrik karena pompa tidak bekerja secara terus menerus.

Gambar 2.35 Distribusi Air Bersih dan Kotor dengan Bantuan Gravitasi
Sumber: http://lilianausvat.blogspot.com/

● Air Kotor dan dan Air hujan

Ditemukan saluran pembuangan ( selokan ) untuk drainase sepanjang


Jalan Penyandan, sehingga air dari septic tank dapat dibuang ke saluran riol
jalan tersebut.

Gambar 2.36 Saluran Pembuangan Sepanjang Jalan Penyandan


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Menurut Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 58 Tahun 2011, atap


bangunan pada lahan berkontur sebaiknya menggunakan desain tanpa talang

38
agar air dapat dialirkan langsung ke tanah. Namun apabila menggunakan
talang maka air pipa talang harus dialirkan ke sumur resapan.

Gambar 2.37 Skema Pembuangan Air Kotor


Sumber: Buku Utilitas Bangunan

● Listrik

Sumber utama listrik pada bangunan berasal dari PLN. Sepanjang


Jalan Penyandan terdapat tiang-tiang penyalur listrik utama dari Gardu PLN
terdekat yaitu Gardu induk Dago Pakar berjarak kurang lebih 800m dari
tapak. Jika fungsi bangunan ini memiliki skala yang cukup besar dan
membutuhkan sumber listrik yang banyak sehingga dibutuhkan gardu sendiri
pada tapak sebagai sumber listrik bangunan.

Gambar 2.38 Tiang Listrik di sepanjang Jalan Penyandan


Sumber: Dokumentasi Pribadi

● Proteksi Kebakaran

Kondisi tapak yang jauh dari layanan damkar, tapak dan bangunan
membutuhkan proteksi kebakaran aktif dan pasif. Sehingga dibutuhkan

39
instalasi sprinkler, instalasi APAR, dan hidran, yang mana juga
membutuhkan ruang tangki khusus proteksi kebakaran. Akses jalan yang
melewati tapak masih cukup sempit selebar 4 meter, dimana lebar jalan
minimal untuk mobil pemadam kebakaran adalah 4 meter.

Gambar 2.39 Lebar Jalan di sepanjang Jalan Penyandan


Sumber: Dokumentasi Pribadi

● Penangkal Petir

Sistem Penangkal Petir Penangkal petir diletakkan pada bangunan yang


terletak di elevasi kontur tertinggi dan langsung terhubung dengan kabel konduktor
untuk langsung di grounding ke tanah.

● Sistem Pembuangan Sampah

Sampah akan ditampung terlebih dahulu dan dibedakan antara sampah kering
dan sampah basah di area servis. Lalu sampah dibuang secara berkala dengan
menggunakan truk sampah.

2.2.6 Studi Preseden

1. The Green School Bali

40
Gambar 2.40 Bangunan Green School Bali
Sumber: https://www.archdaily.com/81585/the-green-school-pt-bambu

- Lokasi : Jl. Raya Sibang Kaja, Banjar Saren, Sibang Kaja, Kec. Abiansemal,
Kabupaten Badung, Bali
- Arsitek : IBUKU
- Luas : 7542 m²
- Tahun : 2007

Green School Bali merupakan sekolah alam yang digagas oleh John Hardy, Sekolah
ini merupakan satu-satunya sekolah di dunia yang bangunannya terbuat dari batang bambu
ramah lingkungan. Pendingin udaranya tidak lagi menggunakan AC, melainkan kincir angin
melalui terowongan bawah tanah. Tambak udang tempat budidaya, sekaligus peternakan sapi.
Ditambah lagi arena olahraga, laboratorium, perpustakaan, dsb.
Green School Bali dibuka pada September 2008 dengan jumlah siswa sebanyak 90
orang dengan gedung sekolah yang dibuat khusus berlokasi di tengah hutan dan sawah. Sejak
tahun 2008, Green School telah berkembang dan sekarang memiliki lebih dari 500 siswa
penuh waktu dan 400 siswa lokal paruh waktu yang datang setelah jam pulang sekolah
melalui program integrasi komunitas Kul Kul Connection, yaitu struktur tata kelola tiga
tingkatnya dibentuk berdasarkan persyaratan hukum Indonesia, sebagai contoh inspiratif dari
pendidikan untuk keberlanjutan yang diterapkan pada Green School.
Para murid diajarkan untuk dekat dengan alam, mulai dari cara menanam padi,
memproduksi coklat sendiri. Semua itu tak lepas dari harapan agar murid-murid mereka
mengerti tentang berbagai hal dalam kehidupan, dan mampu menjadi pemimpin di dunia
yang selalu berubah dan menantang. Pelajar akan tahu segala hal dari organic gardening
hingga hal sebagainya yang membuat pelajar menjadi orang yang membanggakan dan dapat
dipercaya mengelola kehidupan dengan lebih baik.

● Kurikulum
Kelas 1 sampai kelas 6 menggunakan kurikulum internasional yang
menggabungkan antara pelajaran dasar Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam dengan pelajaran-pelajaran terkait dengan alam. Pada tingkatan
ini, pelajaran mengenai alam dan ekologi sudah diberikan, dan juta pelajaran seni
yang menekankan pada budaya dan seni Bali.

41
Kelas 7 sampai 8 juga mendapatkan gabungan antara mata pelajaran dasar
dan yang terkait dengan alam, namun dengan tingkat yang lebih tinggi seperti
pelajaran mengenai ekologi dan lingkungan. Pelajaran seni juga telah mengenalkan
musik, seni lukis, dan drama dari seluruh dunia, namun tetap memberikan penekanan
pada seni dan budaya Bali.
Kelas 10 sampai 12 menggunakan panduan kurikulum dari International
General Certificate of Secondary Education yang didesain oleh University of
Cambridge International Examinations. Di tingkat ini, siswa mendapatkan tambahan
mata studi seperti pelajaran Bisnis, Manajemen Lingkungan, Perspektif Global, dan
Drama. Pada akhir tahun siswa boleh memilih untuk mengikuti ujian. Selain itu ada
juga pelajaran Seni, Olah Raga, dan Life Skills.

- Membangun kepribadian, sosial, dan emosi


- Komunikasi bahasa, dan membaca
- Pemecahan masalah, memberikan alasan, dan matematika
- Mengetahui dan memahami lingkungan
- Pembangunan fisik (badan/tubuh)
- Pembangunan kreativitas

Gambar 2.41 Timetable SD Green School Bali


Sumber: https://www.greenschool.org/bali/programme/primary-school/

42
Gambar 2.42 Timetable SMP Green School Bali
Sumber: https://www.greenschool.org/bali/programme/middle-school/

Gambar 2.43 Timetable SMA Green School Bali


Sumber: https://www.greenschool.org/bali/programme/high-school/

43
Gambar 2.44 Timetable SMA Green School Bali
Sumber: https://www.greenschool.org/bali/programme/high-school/

● Metode Pembelajaran
Dalam membangun kemampuan memberikan alasan dan matematika, siswa
didorong untuk memahami “bagaimana sesuatu bekerja” dan untuk membuat prediksi
berdasarkan aktivitas sehari-hari mereka. Berhitung, mencocokkan dan mengurutkan,
membandingkan ukuran objek, bentuk, dan warna, semua hal tersebut membantu
kesiapan siswa dalam matematika. Lalu keterampilan motorik halus dan kasar sangat
penting di usia awal. Siswa belajar memotong dan mencetak bentuk untuk melatih
genggaman jari yang digunakan ketika mulai menulis. Memanjat dan
mengkoordinasikan seluruh badan dalam sebuah satuan gerakan, siswa membutuhkan
waktu untuk sekedar berlari di rumput secara bebas untuk melatih otot-otot mereka.
Pada sekolah ini juga dilatih untuk membangun kreativitas dan seni yang semuanya
terjalin dengan mempelajari dunia disekitar, seperti pohon-pohon, rumput, bunga,
bambu, batu, kaca, dan sebagainya adalah sebuah pembelajaran alami lingkungan
yang mendorong dan mendukung seluruh proses belajar siswa.

● Permassaan
Sekolah ini terletak di Sibang Kaja yang dibelah oleh Sungai Ayung. Di sisi
sungai dibangun kelas, perpustakaan, laboratorium, dan dapur. Sebuah pabrik coklat
organik yang telah dikelola, lapangan olahraga yang luas, pusat kebugaran, sarana
outbound, dan jalur-jalur untuk pesepeda juga telah disediakan di sekolah ini.

44
Gambar 2.45 Rencana Tapak The Green School Bali
Sumber:
https://www.greenschool.org/weekly-newsletter/sep-07-2014/development-programme#.YiNGMehBxP
Y

45
Gambar 2.46 Denah Massa Besar Bangunan The Green School Bali
Sumber: https://www.archdaily.com/81585/the-green-school-pt-bambu

● Kegiatan Interaksi dengan Alam

Gambar 2.47 Pelajaran memasak di alam terbuka


Sumber: https://www.greenschool.org/indonesia/

Gambar 2.48 Siswa belahar mengenai padi, langsung dar sawah


Sumber: https://www.greenschool.org/indonesia/

46
Gambar 2.49 Siswa berjalan-jalan disekitar sekolah dengan didampingi oleh guru
Sumber: https://www.greenschool.org/indonesia/

Gambar 2.50 Siswa melakukan pembelajaran tematik


Sumber: https://www.greenschool.org/indonesia/

Gambar 2.51 Siswa belajar budaya Indonesia


Sumber; https://www.greenschool.org/indonesia/

2. Sekolah Alam Indonesia (SAI)

47
Gambar 2.52 Bangunan Sekolah Alam Indonesia (SAI)
Sumber: https://sekolahalamindonesia.sch.id/

Gambar 2.53 Bangunan Sekolah Alam Indonesia (SAI)


Sumber: https://sekolahalamindonesia.sch.id/

Gambar 2.54 Bangunan Sekolah Alam Indonesia (SAI)


Sumber: https://sekolahalamindonesia.sch.id/

- Lokasi : Jl. Pembangunan No.51, Cipedak, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta


Selatan
- Luas : 4.800 m2
- Tahun : 2013

Sekolah Alam Indonesia (SAI) merupakan sekolah alam pertama yang didirikan di
Indonesia pada tahun 1998. Setelah berpindah lokasi sebanyak 3 kali, akhirnya pada tahun

48
2013 Sekolah Alam Indonesia menetapkan lokasi pusatnya di Jl. Pembangunan Nomor 51,
Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Sekolah Alam Indonesia adalah impian yang jadi kenyataan bagi mereka yang
menginginkan perubahan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Bukan sekedar perubahan
sistem, metode, dan target pembelajaran, melainkan perubahan paradigma pendidikan secara
menyeluruh yang pada akhirnya mengarah pada perbaikan mutu dan hasil akhir dari proses
pendidikan itu sendiri. Terdapat empat kategori kelas yaitu KB, TK, SD dan ISTC/ABK. SAI
berupaya menjadikan sekolah sebagai miniatur peradaban yang ramah lingkungan, tidak
hanya untuk guru, siswa dan orang tua, akan tetapi juga bagi alam di sekitarnya. SAI berharap
konsep pembelajarannya dapat turut menginspirasi dan menggerakkan masyarakat sekitar
agar melakukan hal yang sama.

● Kurikulum
- Program kemampuan dasar Keislaman:
Tauhid, akhlaq; Praktek ibadah; Hafalan Al-Qur’an yang sesuai;
Hafalan doa harian; Sejarah Nabi
- Program Kemampuan Dasar Umum
Kemampuan Berbahasa (Bahasa Indonesia, Inggris, Al-Qur’an);
Daya fikir (Matematika dan Sains); Keterampilan (Melatih kemampuan
motorik halus dan kreativitas; Pendidikan Jasmani (Outwardbound, renang,
kebersihan dan kesehatan)
- Program kemampuan sosial bermasyarakat dan kemampuan mengelola emosi
- Program alam
Beternak, berkebun, dan eksplorasi alam.

● Metode Pembelajaran
Di SAI, anak-anak dibebaskan bereksplorasi, bereksperimen, bereskpresi
tanpa dibatasi sekat dinding dan berbagai aturan yang mengekang rasa ingin tahu
mereka, yang membatasi interaksi mereka dengan kehidupan sebenarnya, yang
membuat mereka berjarak dan tak akrab dengan lingkungan mereka. SAI juga
membebaskan guru untuk berkreasi dalam mengajar. Kreativitas guru tidak dibatasi
oleh buku paket dan target nilai.

● Permassaan
Konsep desain adalah membentuk manusia berkarakter sesuai dengan tujuan
pendidikan SAI, memanfaatkan atau menggunakan lahan sebagai wadah beraktivitas
dengan menciptakan suasana lingkungan binaan baru, pembentukan desain massa dan
ruang yang alami.
Terdapat Masjid dibangun sebagai pusat kegiatan. Kemudian konsep desain
tapak mengikuti kondisi alami tapak, kemiringan kontur dan landskap yang ada.
Desain bangunan dan spesifikasi bahan menggunakan bahan alam dipadukan dengan
bahan berteknologi tinggi. Selain itu layout kompisisi massa bangunan berorientasi

49
ke dalam (Cluster) dan komposisi zoning dibagi menjadi 3 zona: Zona Publik, Semi
Publik, Privat.
- Zona Publik: bangunan serba guna, bangunan pengelola, area bisnis,
area outbond, parkir, dan sungai.
- Zona Semi-Publik: bangunan Masjid, pengelola, kantor yayasan,
kantin, administrasi, area terbuka, dan sungai.
- Zona Privat: bangunan kelas, ruang guru, ruang rapat, gudang
peralatan, bangunan administrasi, lapangan olahraga, kolam ikan
atau reservoir.

● Kegiatan Interaksi dengan Alam

Gambar 2.55 Belajar di Alam Terbuka


Sumber: https://sekolahalamindonesia.sch.id/

Gambar 2.56 Pelajaran Berkebun


Sumber: https://sekolahalamindonesia.sch.id/

50
Gambar 2.57 Kegiatan Kelompok untuk Melatih Rasa Sosial
Sumber: https://sekolahalamindonesia.sch.id/

Gambar 2.58 Kegiatan Outbond yang Terdapat di SAI


Sumber: https://sekolahalamindonesia.sch.id/

● Pelaku dan Kegiatan


Jenjang kelas yang terdapat di Sekolah Alam Indonesia ialah Kelompok
Belajar (KB), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan kelas Inclusive
Special Treatment Center (ISTC).

51
Tabel 2.17 Pelaku, Kegiatan dan Kebutuhan Ruang di SAI
Sumber:http://eprints.ums.ac.id/94039/9/NASKAH%20PUBLIKASI_NISRINA%20DAYITA_D300170
89.pdf

2.2 Permasalahan Perancangan

- Tapak berlokasi di lahan berkontur yang membutuhkan penyikapan yang


lebih dalam dan berbeda dari bangunan pada umumnya. Baik secara struktur
maupun utilitas pasti terdapat hal yang harus dikaji lebih.
- Selain secara teknis, secara desain pun tapak yang berkontur memiliki
tantangannya tersendiri. Dibutuhkan kepekaan mengenai ruang dan spasial

52
untuk memaksimalkan potensi desain suatu bangunan pada lahan yang
miring serta karena lahan pada tapak sub-urban yang dipilih lebih luas
dibandingkan dengan lahan kawasan urban, dan city center maka harus
dipikirkan secara lebih bagaimana mengolah rancangan tapak bangunan yang
efektif.
- Akses jalan utama pada tapak ini hanya melewati jalan penyandan saja dan
lebar jalannya relatif cukup sempit. Maka diperlukan akses untuk menuju
bangunan dengan strategi yang cukup mengundang dan terlihat luas untuk
masyarakat yang akan datang.
- Karena Sekolah Alam merupakan sekolah yang berorientasi pada lingkungan
alam sekitar dan banyaknya ruang terbuka sehingga harus diperhatikan
apakah desain mampu melindungi penggunanya dari kondisi iklim terutama
panas matahari yang menyinari tapak maupun cuaca sedang hujan.

53
BAB III

KONSEP PERANCANGAN

3.1 Tema Perancangan

Diawali dari pemilihan fungsi bangunan Sekolah Alam yang didasari oleh isu dimana
mutu pendidikan dan kualitas lingkungan alam di Indonesia menurun, sehingga pelajar di
Indonesia khususnya Kota Bandung memerlukan kualitas pendidikan yang baik, dimana
sekolah tidak hanya menjalankan metode pembelajaran formal saja, tetapi harus disertai
aktivitas kegiatan praktik dan pemikiran holistik dengan dapat mempelajari, melestarikan,
dan memanfaatkan seluruh lingkungan alam sekitar nya. Bangunan sekolah alam diharapkan
dapat memanfaatkan lingkungan alam sekitar dan tetap mempertahankan kultur masyarakat
sekitar, sehingga bangunan yang didesain mengambil tema “COMBINING BETWEEN
CHILDREN AND NATURAL SURROUNDINGS ”

3.2 Pendekatan Perancangan

Gambar 3.1 Diagram Isu


Sumber: Pribadi

Konsep perancangan menerapkan pendekatan ruang dan lingkungan sekitar untuk


mewujudkan tema perancangan. Rancangan berfokus pada kondisi alam pada tapak dan mata
pencaharian penduduk lokal lalu menyesuaikan dengan kebutuhan fungsi, sehingga dapat

54
Mempertahankan & memanfaatkan lingkungan alam sekitar dan Kultur masyarakat sekitar.
Berikut ini adalah beberapa aspek yang diterapkan dalam perancangan:

- Arsitektur Lokal Sunda

Arsitektur lokal umumnya menggunakan material dari alam dan


memanfaatkan material alam yang ada, hal tersebut sesuai dengan tema bangunan
yang akan di desain. Sehingga dipilih dari konteks budaya Sunda sendiri yang terikat
dengan lokasi tapak yang berlokasi di Jawa Barat. Secara umum konsep dasar
rancangan arsitektur tradisional masyarakat Sunda adalah menyatu dengan alam.
Alam merupakan sebuah potensi atau kekuatan yang mesti dihormati serta
dimanfaatkan secara tepat di dalam kehidupan sehari-hari. Bangunan tradisional
sekitar banyak yang menggunakan arsitektur lokal sunda.

Gambar 3.2 Arsitektur Sunda pada Bangunan Sekitar Tapak


Sumber: Googleearth.com

- Desain Permakultur

Desain permakultur merupakan desain arsitektur dalam merancang


lingkungan binaan dalam menekankan pada pola lanskap (bentuk lahan), fungsi,
strategi, lahan, agrikultur, dan ekologi yang terintegrasi secara harmonis antara alam
dan manusia agar terciptanya lingkungan berkelanjutan. David Holmgren (salah satu
pondasi Permakultur) dalam bukunya Permaculture: Principles and Pathways
Beyond Sustainability membahas mendalam mengenai 12 prinsip permakultur yaitu:

- Pengamatan dan Interaksi


- Tangkap dan Simpan Energi
- Mendapatkan Hasil Panen
- Menerapkan Sistem Swatata dan Menerima Umpan Balik
- Menggunakan dan Menghargai Sumber daya dan Layanan Terbarukan

55
- Tanpa Sampah
- Desain dengan Pola sampai Detail
- Menyatukan bukan Memisahkan
- Gunakan Solusi Sederhana dan Lambat
- Gunakan dan Hargai Keanekaragaman
- Gunakan Tepian dan Hargai Marginal
- Penggunaan Kreatif dan Tanggap akan Perubahan

Diantara 12 prinsip tersebut, sekolah alam menggunakan prinsip


Mendapatkan Hasil Panen, Menerapkan Sistem Swatata dan Menerima Umpan Balik,
serta Gunakan dan Hargai Keanekaragaman. Ketiga prinsip tersebut menyangkut area
berkebun pada sekolah. Tapak atau bangunan memanfaatkan perkebunan yang sudah
ada dan menjadikannya sebagai metode pembelajaran untuk siswa sekolah alam
(Menerapkan Sistem Swatata). Hasil perkebunan tersebut akan dikonsumsi juga oleh
pengguna sekolah alam (Mendapatkan Hasil Panen). Elemen alam sekitar pada tapak
terdiri dari beragam perkebunan yang luas diantaranya yaitu perkebunan Kubis dan
juga Kentang, sehingga jenis perkebunan yang dimanfaatkan pada sekolah alam yaitu
perkebunan Kubis dan kentang (Gunakan dan Hargai Keanekaragaman).

3.3 Konsep Bentuk Massa dan Tampilan Bangunan


Massa dikelompokkan menjadi Massa Penerima dan Pengelola, Massa SD, Massa
SMP, Massa Rumah Bahan Alam, dan Massa Asrama. Bangunan pada sekolah alam dominan
memanjang menghadap ke arah Jalan Penyandan, karena merespon arah datangnya sinar
matahari yaitu dari Timur-Barat, sehingga bukaan besar menghadap ke arah Utara-Selatan.

Gambar 3.3 Massa - Massa Sekolah Alam


Sumber: Pribadi

Atap tradisional sunda yang digunakan adalah menggunakan atap Julang ngapak.
Atap Julang Ngapak diaplikasikan pada massa bangunan Penerima dan Pengelola, Pendidikan
(SD,SMP), Rumah Bahan Alam dan juga Asrama. Material alami seperti kayu, bambu, batu

56
bata yang digunakan juga oleh masyarakat sekitar diaplikasikan pada material finishing,
tampilan fasad bangunan.

Gambar 3.4 Atap Tradisional Sunda


Sumber: https://saintif.com/rumah-adat-sunda/

Gambar 3.5 Tampak Bangunan Sekolah Alam


Sumber: Pribadi

3.4 Konsep Tata Ruang

- Perancangan dimulai dari pembentukan zoning sesuai fungsi yang diterapkan pada
Sekolah Alam

Zoning tersebut antara lain Penerima (Publik), Pendidikan dan Area


Berkebun (Semi-Publik), Asrama (Privat). Area Penerima diletakkan di kontur paling
rendah (depan), dan area lainnya diletakkan pada area belakang.

57
Gambar 3.6 Zoning
Sumber: Pribadi

- Pembentukkan Selasar

Metode pembelajaran di sekolah alam mengharuskan murid dapat


mempelajari dan mendalami ilmu dengan memanfaatkan lingkungan alam sekitarnya,
Dengan itu, Pembentukkan Selasar dapat mewadahi siswa di sekolah sehingga dapat
mengelilingi dan mengeksplorasi lingkungan alam sekitarnya, mengitari area
berkebun, berternak, dan juga sebagai penghubung antar bangunan serta sirkulasi
utama sekolah alam. Siswa dapat dan juga mendengarkan penjelasan pembelajaran
dari guru.

Gambar 3.7 Selasar Sekolah Alam


Sumber: Pribadi

3.5 Konsep Perancangan Tapak

Perancangan tapak dimulai dari bentuk karakter lahan tapak yang linear terhadap
Jalan utama nya yaitu Jalan Penyandan. Kemudian dibuat Sumbu acuan perancangan yang
dimulai dari titik tengah tapak kemudian ditarik ke 4 titik ujung sudut-sudut tapak.

Gambar 3.8 Linear Tapak

58
Sumber: Pribadi

Gambar 3.9 Sumbu Acuan Perancangan


Sumber: Pribadi

Titik tengah tapak dijadikan area berkebun (titik pusat utama karena dijadikan
metode utama pembelajaran) lalu kuning untuk pendidikan, biru asrama, dan merah penerima
& pengelola.

Gambar 3.10 Penataan Massa


Sumber: Pribadi

Dari titik tengah tapak kemudian diletakkan selasar yang mengelilingi area tengah
atau area berkebun (menyesuaikan konsep) yang menghubungkan antar massa bangunan.
Kemudian meletakkan beberapa massa bangunan sesuai zoning untuk merespon kontur tapak
serta massa dominan menghadap linear ke arah jalan Penyandan, supaya bukaan besar
menghadap ke arah Utara-Selatan. Area Tapak dipenuhi oleh pepohonan tinggi (sebagai
pembatas dengan tapak lainnya), dan tanaman-tanaman perdu.

Gambar 3.11 Perletakkan Selasar


Sumber: Pribadi

59
Gambar 3.12 Massa-Massa Sekolah Alam
Sumber: Pribadi

Gambar 3.13 Tapak dan Massa Final Sekolah Alam


Sumber: Pribadi

3.6 Konsep Struktur


Struktur pada perancangan menggunakan sistem struktur rigid frame dengan material
beton bertulang dan beberapa menggunakan material kayu pada struktur atap seperti
kuda-kuda, reng, kaso, dan gording.

3.6.1 Massa Penerima dan Pengelola

Massa ini menggunakan sistem rigid frame dengan material beton pada
kolom dan balok. Kuda-kuda menggunakan struktur atap beton dan yang lainnya
seperti gording, kaso, reng menggunakan kayu untuk menciptakan ekspresi
tradisional sunda. Berikut merupakan sistem dan perhitungan struktur pada massa
Penerima dan Pengelola.

L1 L2 Luas Lantai Jumlah Lantai Dimensi


(m) (m) (m2) Kolom

6 8 48 3 35x35
Tabel 3.1 Perhitungan Dimensi Kolom Massa Penerima dan Pengelola

60
Bentang H Balok Induk Dimensi H Balok Anak Dimensi
(m) (1/12 H)(cm) Balok Induk (1/15 H) (cm) Balok Anak

8 60 30/60 50 25/50
Tabel 3.2 Perhitungan Dimensi Balok Massa Penerima dan Pengelola

L1 L2 Luas Jumlah P Total Daya Jumlah


(m) (m) Lantai Lantai Dukung Strauss
(m2) Strauss D 30 D 30

6 8 48 3 206,130 29,577 4.31 ~ 4


Tabel 3.3. Perhitungan Dimensi Pondasi Massa Penerima dan Pengelola

Gambar 3.14 Isometri Struktur Massa Penerima dan Pengelola


Sumber: Pribadi

61
3.6.2 Massa SD dan SMP

Massa ini menggunakan sistem rigid frame dengan material beton pada
kolom dan balok. Kuda-kuda menggunakan struktur atap beton dan yang lainnya
seperti gording, kaso, reng menggunakan kayu untuk menciptakan ekspresi
tradisional sunda. Berikut merupakan sistem dan perhitungan struktur pada massa SD
dan SMP.

L1 L2 Luas Lantai Jumlah Lantai Dimensi


(m) (m) (m2) Kolom

6 8 48 2 20x40
Tabel 3.4 Perhitungan Dimensi Kolom Massa SD dan SMP

Bentang H Balok Induk Dimensi H Balok Anak Dimensi


(m) (1/12 H)(cm) Balok Induk (1/15 H) (cm) Balok Anak

8 60 20/60 50 15/50
Tabel 3.5 Perhitungan Dimensi Balok Massa SD dan SMP

L1 L2 Luas Jumlah P Total Daya Jumlah


(m) (m) Lantai Lantai Dukung Strauss
(m2) Strauss D 30 D 30

6 8 48 2 139,584 29,577 4
Tabel 3.6 Perhitungan Dimensi Pondasi Massa SD dan SMP

62
Gambar 3.15 Isometri Struktur Massa SD dan SMP
Sumber: Pribadi

3.6.3 Massa Rumah Bahan Alam

Massa ini menggunakan sistem rigid frame dengan material beton pada
kolom dan balok. Struktur atap menggunakan truss baja WF dan yang lainnya seperti
gording, kaso, reng menggunakan kayu untuk menciptakan ekspresi tradisional sunda
dan material alami. Berikut merupakan sistem dan perhitungan struktur pada massa
Rumah Bahan Alam.

L1 L2 Luas Lantai Jumlah Lantai Dimensi


(m) (m) (m2) Kolom

6 7 42 3 35x35
Tabel 3.7 Perhitungan Dimensi Kolom Massa Rumah Bahan Alam

Bentang H Balok Induk Dimensi H Balok Anak Dimensi


(m) (1/12 H)(cm) Balok Induk (1/15 H) (cm) Balok Anak

7 60 30/60 50 25/50
Tabel 3.8 Perhitungan Dimensi Balok Massa Rumah Bahan Alam

63
L1 L2 Luas Jumlah P Total Daya Jumlah
(m) (m) Lantai Lantai Dukung Strauss
(m2) Strauss D 30 D 30

6 7 42 3 186,444 29,577 4.47 ~ 4


Tabel 3.9 Perhitungan Dimensi Pondasi Massa Rumah Bahan Alam

Gambar 3.16 Isometri Struktur Massa Rumah Bahan Alam


Sumber: Pribadi

3.6.4 Massa Asrama

Massa ini menggunakan sistem rigid frame dengan material beton pada
kolom dan balok. Struktur atap menggunakan kuda-kuda kayu dan yang lainnya
seperti gording, kaso, reng juga menggunakan kayu untuk menciptakan ekspresi

64
tradisional sunda. Berikut merupakan sistem dan perhitungan struktur pada massa
Asrama.

L1 L2 Luas Lantai Jumlah Lantai Dimensi


(m) (m) (m2) Kolom

3 3 9 2 35x35
Tabel 3.10 Perhitungan Dimensi Kolom Massa Asrama

Bentang H Balok Induk Dimensi H Balok Anak Dimensi


(m) (1/12 H)(cm) Balok Induk (1/15 H) (cm) Balok Anak

3 50 25/50 40 20/40
Tabel 3.11 Perhitungan Dimensi Balok Massa Asrama

L1 L2 Luas Jumlah P Total Daya Jumlah


(m) (m) Lantai Lantai Dukung Strauss
(m2) Strauss D 30 D 30

3 3 9 2 27,363 29,577 1.92 ~ 2


Tabel 3.12 Perhitungan Dimensi Pondasi Massa Asrama

65
Gambar 3.17 Isometri Struktur Massa Asrama
Sumber: Pribadi

3.7 Kelengkapan Bangunan dan Utilitas


Sistem air bersih menggunakan sumber dari PDAM dan dialirkan ke reservoir air
bawah lalu dipompa menuju pada reservoir atas. Kemudian dari reservoir dipompa menuju
masing-masing unit alat plumbing pada massa bangunan. Sistem pada grey water menuju ke
bidang resapan lalu filter air dan digunakan kembali untuk pengairan tapak, cuci piring, dan
sebagainya. Sebagian ada yang disalurkan menuju ke riol kota. Sedangkan untuk blackwater,
filtrat buangan dialirkan ke septic tank dan kemudian dialirkan ke bidang resapan. Untuk air
hujan menggunakan talang horizontal berupa gutter dan dialirkan menuju bak resapan air
hujan. Pada perancangan distribusi listrik dibutuhkan ruang MDP dan SDP. Selain itu
dibutuhkan juga ruang genset sebagai cadangan sumber listrik.

66
Gambar 3.18 Utilitas Air Bersih
Sumber: Pribadi

Gambar 3.19 Utilitas Air Kotor


Sumber: Pribadi

67
Gambar 3.20 Utilitas Air Hujan
Sumber: Pribadi

Gambar 3.21 Utilitas Listrik


Sumber: Pribadi

68
Gambar 3.22 Jalur Evakuasi Kebakaran
Sumber: Pribadi

69
BAB IV

HASIL PERANCANGAN

4.1 Daftar Ruang dan Luas Bangunan

70
Tabel 4.1 Daftar Ruang

Rekapitulasi KDB/KLB
KDB
Luas Tapak : 11,460 m2
KDB maks. : 2,865 m2
Luas Terbangun : 2,465.94 m2
KLB
Luas Tapak : 11,460 m2
KLB maks. : 8,022 m2
Luas Terbangun : 7,037 m2
KDH
KDH min. : 85%
Luas Terbangun: 9.954 m2

4.2 Gambar Kerja

71
Gambar 4.1 Rencana Blok

Gambar 4.2 Rencana Tapak

72
Gambar 4.3 Denah Lantai Dasar Penerima & Pengelola

Gambar 4.4 Denah Lantai 1 Penerima & Pengelola

73
Gambar 4.5 Denah Lantai 2 Penerima & Pengelola

Gambar 4.6 Denah Atap Penerima & Pengelola

74
Gambar 4.7 Denah Lantai Dasar dan Lantai 1 Massa SD

Gambar 4.8 Denah Atap Massa SD dan SMP

75
Gambar 4.9 Denah Lantai Dasar dan Lantai 1 Asrama Pria

Gambar 4.10 Denah Atap Asrama Pria dan Wanita

76
Gambar 4.11 Denah Lantai Dasar dan Lantai 1 Massa SMP

Gambar 4.12 Denah Lantai Dasar dan Lantai 1 Asrama Wanita

77
Gambar 4.13 Denah Lantai Dasar Rumah Bahan Alam

Gambar 4.14 Denah Lantai 1 dan 2 Rumah Bahan Alam

78
Gambar 4.15 Denah Atap Rumah Bahan Alam

Gambar 4.16 Potongan Massa Penerima & Pengelola

79
Gambar 4.17 Potongan Massa SD

Gambar 4.18 Potongan Asrama Pria

80
Gambar 4.19 Potongan Massa SMP

Gambar 4.20 Potongan Massa Asrama Wanita

81
Gambar 4.21 Potongan Rumah Bahan Alam

Gambar 4.22 Denah Unit Kelas SD dan SMP

82
Gambar 4.23 Denah Unit Kamar Asrama

Gambar 4.24 Tampak A

83
Gambar 4.25 Tampak B

Gambar 4.26 Potongan Prinsip dan Perspektif Fasad Massa SD

84
Gambar 4.27 Detail Arsitektural Ruang Kelas SD

Gambar 4.28 Detail Arsitektural Selasar

85
DAFTAR PUSTAKA

1. Latief, Awan (2011). Indeks Pendidikan Menurun [daring] tersedia di:


https://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/~Edukasi~News (diakses
pada 8 Maret 2022)
2. Wikipedia (2022) Pendidikan [daring] tersedia di:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan (diakses pada 8 maret 2022)
3. Hartati, Nani (2009). Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam [daring]
tersedia di:
https://text-id.123dok.com/document/6qmj0wo4q-pembahasan-analisa-data-dan-pem
bahasan.html (diakses pada 9 Maret 2022)
4. Wisatabdg.com (2013) Sejarah Kota Bandung sebagai Kota Pendidikan [daring]
tersedia di:
https://www.wisatabdg.com/2013/03/sejarah-kota-bandung-sebagai-kota.html
(diakses pada 9 Maret 2022)
5. Alvatikasari, Elvita Putri (2017) Sekolah Alam Sebagai Pendidikan Alternatif dalam
Pembinaan Moral di Pondok Pesantren Lembah Arafah Kabupaten Lumajang
[daring] tersedia di: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/HKn/article/view/65754
(diakses pada 9 Maret 2022)
6. Indonesia Student (2022) “Sekolah Alam” Pengertian dan Kurikulumnya [daring]
tersedia di:
https://www.indonesiastudents.com/sekolah-alam-pengertian-dan-kurikulumnya/
(diakses pada 10 Maret 2022)
7. Archdaily (2010) The Green School / IBUKU [daring] tersedia di:
https://www.archdaily.com/81585/the-green-school-pt-bambu (diakses pada 10 Maret
2022)
8. Green School Bali (2019) Tentang Kami Green School Bali [daring] tersedia di:
https://www.greenschool.org/indonesia/ (diakses pada 10 Maret 2022
9. Green School Bali (2019) Green School Weekly Newsletter [daring] tersedia di:
https://www.greenschool.org/weekly-newsletter/sep-07-2014/development-programm
e#.YiNGMehBxPY (diakses pada 10 Maret 2022)

86
10. Sekolah Alam Indonesia (2019) Unit Kami Sekolah Alam Indonesia [daring] tersedia
di: https://sekolahalamindonesia.sch.id/ (diakses pada 10 Maret 2022)
11. Wikipedia (2022) Sekolah [daring] tersedia di: https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah
(diakses pada 8 maret 2022)

87

Anda mungkin juga menyukai