Sejalan dengan upaya untuk memaksimalkan mashlahah dalam hal pengelolaan input, seseorang dituntut untuk menggunakan setiap input yang ada dalam kekuasaanya untuk mendapatkan mashlahah yang tertinggi. Islam memandang bahwa kunci dari pemanfaatan sumber daya atau input ini adalah dengan cara bekerja. Kerja dalam istilah islam sering disebut dengan istilah amal yang memiliki makna lebih luas dari pada sekadar bekerja untuk mendapatkan upah. Dalam pandangan Islam kerja bukanlah sekedar aktivitas yang bersifat duniawi, tetapi memiliki nilai transendendi. Kerja merupakan sarana untuk mencari penghidupan serta untuk mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya. Kerja merupakan salah satu cara yang halalan thayyiban untuk memperoleh harta (maal) dan hak milik (al-milk) yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan. Dengan kerja seseorang dapat memperoleh hak milik yang sah sehingga orang lain tidak dapat menganggunya dan dapat memperoleh kemashlahatan yang merupakan tujuan utama dari semua ajaran Islam.
Fungsi penawaran input
Seorang muslim harus menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk mendapatkan mashlahah maksimum bagi hidupnya. Oleh karena itu, terdapat tiga alternatif penggunaan waktu bagi seorang agen Muslim : Alokasi waktu untuk kerja guna memperoleh upah (work for pay). Alokasi untuk dirinya sendiri (work for self). Alokasi waktu minimal untuk mencukupi kemaslahatan minimum serta melaksanakan ibadah wajib. Seorang pelaku ekonomi yang islami akan berorientasi mencari maslahah maksimum, karenanya mereka tidak hanya mempertimbangkan manfaat dari kerja yang dilakukan, tetapi juga kandungan berkah yang ada dalam kerja yang bersangkutan. Jika kandungan berkahnya tinggi, maka mereka akan melakukannya sebaik-baiknya. Kalau tidak, mereka tidak akan melakukannya.