PENDAHULUAN
I.1 Umum
Konstruksi rangka atap adalah bagian yang terletak diatas suatu bangunan
yang merupakan struktur rangka batang yang dihubungkan secara sendi, sehingga
membentuk suatu bagian bangunan yang terdiri dari segitiga-segitiga. Setiap
susunan rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh dan
mampu memikul beban yang bekerja tanpa mengalami perubahan. Pada umumnya
konstruksi rangka atap terbuat dari kayu namun untuk sekarang ini pemakaian
rangka atap baja untuk mengganti material kayu semakin diminati.
Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiri
dari besi dan karbon. Baja ditemukan ketika dilakukan penempaan dan pemanasan
yang menyebabkan tercampurnya besi dengan bahan karbon pada proses
pembakaran, sehingga membentuk baja yang mempunyai kekuatan yang lebih
besar daripada besi. Dalam pemasangannya, material baja cukup mudah
dilakukan, karena materialnya yang ringan sehingga dapat menghemat waktu dan
biaya pengerjaan. Sistem sambungannya berupa, baut atau paku keliling.
Baja merupakan material yang memiliki kekuatan yang tinggi dan sama
kuat antara kekuatan tarik maupun tekan, sehingga rangka atap baja mampu
menahan beban jenis tarik aksial, tekan aksial, dan lentur dengan kekuatan yang
hampir sama.
1
I.2 TUJUAN
I.3 PERATURAN/KODE
1. Kuda-kuda
Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap.
Struktur ini termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss).
Gording
2
Gording adalah balok induk yang berfungsi menahan elemen
struktur yang berada di atasnya dan beban-beban yang bekerja di
atas rangka atap. Gording meneruskan beban dari penutup atap,
reng, dan usuk/kasau, beban angin, beban air hujan, dan beban
pekerja.
2. Usuk/Kasau
Usuk/Kasau berfungsi untuk menerima beban dari penutup
atap dan reng kemudian meneruskannya ke gording.
3. Reng
Reng adalah struktur rangka atap yang letaknya tepat
dibawah penutup atap. Reng berfungsi untuk menerima beban dari
penutup atap kemudian meneruskannya ke usuk/kasau.
4. Penutup Atap
Penutup atap atau yang biasa kita sebut dengan genteng
memiliki fungsi sebagai penahan tekanan yang diakibatkan cuaca,
seperti tekanan angin dan tekanan air hujan.
5. Ikatan Angin (Bracing)
Ikatan Angin tau Bracing berfungsi untuk menerima gaya-
gaya yang berkerja sejajar dengan arah memanjang bangunan dan
tegak lurus terhadap bidang kerja sebagai akibat dari adanya
tekanan angin. Ikatan angin juga berfungsi untuk memperkaku
kuda-kuda.
6. Trekstang
Trekstang berfungsi untuk mengurangi lendutan yang terjadi
pada gording pada arah sumbu Y. Jenis dan bentuk baja yang
digunakan untuk trekstang adalah baja tulangan (berulir atau tidak)
yang menghubungkan gording 1 dengan yang lainnya.
b. Struktur Kolom
Kolom adalah komponen struktur vertikal yang menerima dan
menyalurkan gaya tekan axial bersamaan atau tidak dengan gaya
3
momen atau merupakan elemen tekan yang menumpu / menahan
balok yang memikul beban-beban pada lantai.
Pada tugas ini digunakan atap dengan jenis atap keramik untuk
penggunaan struktur kuda-kuda baja pada bangunan rumah tinggal. Dengan data
sebagai berikut:
4
BAB II
PERENCANAAN GORDING
5
Gambar II.1 Titik Tinjauan Gording
6
Gambar II.2 Denah gording beserta pembebanannya
7
Gambar II.3 Perletakan Trekstang
Lb Lb 2m
h≥ , sehingga : = = 0,1 m = 100 mm. Dari perhitungan tersebut
20 20 20
maka profil gording yang direncanakan harus memiliki tinggi profil yang
lebih besar dari pada 100 mm, sehingga direncanakan profil gording dengan
kode profil WF.150.100.6.9
8
Gambar II.4 Profil WF.150.100.6.9
1. Berat Sendiri
Beban sendiri gording = 21,1 kg/m
2. Berat Tambahan
Beban penutup atap = jarak antar gording x berat penutup atap
asbes
= 2,1893 m × 17 kg/m2
= 37,2176 kg/m
= 58,3176 kg/m
9
= 24o
= 23,7199 kg/m
= 53,2758 kg/m
Beban pekerja (PLr) = 1,33 kN (SNI 1727:2013 tabel 4-1, hal 27)
10
= 24o
= 123,854 kg/m
Beban pekerja arah Y (PLry) = PLr × sin α
= 135,5759 × sin 224°
= 55,1437 kg/m
= 4 m + (2,6713 m / 2)
11
Karena tinggi atap rata-rata kurang dari 18,8 m maka bangunan
termsuk ke dalam kategori bangunan gedung bertingkat rendah.
Kategori Eksposure
Berdasarkan pasal 26.7.3 SNI 2013 Kategori Eksposure,
untuk bangunan gedung dengan tinggi atap rata-rata kurang
dari atau sama dengan 9,1 m(30 ft) termasuk kedalam kategori
Eksposure B. Karena tinggi atap rata-rata (h) 5,335 m < 9,1 m
maka bangunan adalah kategori Eksposure B.
12
Tabel II.3 Konstanta Eksposure Daratan
13
Koefisien Tekanan Internal (GCpi)
Tabel II.3 Koefisien Tekanan Internal (GCpi)
14
Berdasarkan tabel II.2 Koefisien Tekanan Internal (GCpi)
maka untuk bangunan gedung tertutup didapat nilai GCpi =
+ 0,18 dan – 0,18
15
= 0,613 x 0,843 x 1,0 x 0,85 x (15,5)² m/s
= 105,58 N/mm²
Kasus Beban A
Dimisalkan =>> GCpf = X
Zona 2
30−2 4 0,21− X
= Sudut Koef
30−20 0,21−(−0.69)
20 -0.69
6 x 0,9 = 10 (0,21-X) 24 X
30 0.21
X = -0,33
16
Zona 3
Sudut Koef
30−24 −0,43−X 20 -0.48
=
30−20 −0,43−(−0,48) 24 X
30 -0.43
6 x 0,05 = 10 (-0,43 - X)
X = -0,46
Zona 2E
Sudut Koef
30−24 0,27−X 20 -1.07
=
30−20 0,27−(−1,07) 24 X
30 0.27
6 x 1,34 = 10 (0,27 - X)
X = -0,534
Zona 3E
Sudut Koef
30−24 −0,53−X 20 -0.69
=
30−20 −0,53−(−0,69) 24 X
30 -0.53
6 x 0,16 = 10 (-0,53 - X)
X = -0,626
GCpf
ZONA
Kondisi Beban A
2 -0.33
3 -0.46
2E -0.534
3E -0.626
17
Kondisi Beban B
GCpf pada kondisi beban B hanya diambil pada Zona
2,3,2E dan 3E. Berikut nilai GCpf pada kondisi beban B.
Tabel II.6 Nilai GCpf Kondisi Beban B
GCpf
Zona
Kondisi Beban B
2 -0.690
3 -0.370
2E -1.070
3E -0.530
18
Tekanan Angin Negatif (-)
Kondisi 2
P = qz ((G x Cpf) – (G x Cpi(-)))
= 105,58 N/mm² ((0,85 x -0,33) – (0,85 x -0,18))
= -13,46 N/ mm²
Kondisi 3
P = qz ((G x Cpf) – (G x Cpi(-)))
Kondisi 2E
P = qz ((G x Cpf) – (G x Cpi(-)))
Kasus Beban B
Tekanan Angin Positif (+)
Kondisi 2
P = qz ((G x Cpf) – (G x Cpi(+)))
= 105,58 N/mm² ((0,85 x -0,69) – (0,85 x 0,18))
= -78,07 N/ mm²
Kondisi 3
P = qz ((G x Cpf) – (G x Cpi(+)))
19
Kondisi 2E
P = qz ((G x Cpf) – (G x Cpi(+)))
20
Tabel II.7 Tekanan Angin Kondisi Beban A dan Kondisi Beban B
21
Beban Angin Hisap (qwh)
qWh = Ch x Pw x Jarak antar Gording
= -0,4 x 38,74 kg/m² x 2,189 m
= -33,2915 kg/m
qWhx = qwh = -33,2915 kg/m
qWhy = 0 ( dianggap beban angin hanya bekerja tegak lurus
bidang atap (sumbu x))
= 24o
22
Gambar II.7 Distribusi Pembebanan Beban Air
Hujan
= 31,9414 kg/m
= 14,2212 kg/m
23
Diketahui :
qD = 58,317 kg/m
nxL=4x4m
E = 200000 Mpa
3 EI 3 EI
KAB = = = 0,75 EI
l 4m
= 77,756 kg/m
24
4. Tabel Distribusi Momen Beban Mati
Distribusi Momen Akibat Beban Mati
Joint A B C D E
Member AB BA BC CB CD DC DE ED
DF 1 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 1
FEM -77.757 77.757 -77.757 77.757 -77.757 77.757 -77.757 77.757
Dist 77.757 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -77.757
CO 0.000 38.878 0.000 0.000 0.000 0.000 -38.878 0.000
Dist 0.000 -19.439 -19.439 0.000 0.000 19.439 19.439 0.000
CO -9.720 0.000 0.000 -9.720 9.720 0.000 0.000 9.720
Dist 9.720 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -9.720
CO 0.000 4.860 0.000 0.000 0.000 0.000 -4.860 0.000
Dist 0.000 -2.430 -2.430 0.000 0.000 2.430 2.430 0.000
CO -1.215 0.000 0.000 -1.215 1.215 0.000 0.000 1.215
Dist 1.215 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -1.215
CO 0.000 0.607 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.607 0.000
Dist 0.000 -0.304 -0.304 0.000 0.000 0.304 0.304 0.000
CO -0.152 0.000 0.000 -0.152 0.152 0.000 0.000 0.152
Dist 0.152 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.152
CO 0.000 0.076 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.076 0.000
Dist 0.000 -0.038 -0.038 0.000 0.000 0.038 0.038 0.000
CO -0.019 0.000 0.000 -0.019 0.019 0.000 0.000 0.019
Dist 0.019 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.019
CO 0.000 0.009 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.009 0.000
Dist 0.000 -0.005 -0.005 0.000 0.000 0.005 0.005 0.000
CO -0.002 0.000 0.000 -0.002 0.002 0.000 0.000 0.002
Dist 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.002
CO 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.001 0.000
Dist 0.000 -0.001 -0.001 0.000 0.000 0.001 0.001 0.000
CO 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Dist 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
CO 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
ƩM 0.000 99.973 -99.973 66.649 -66.649 99.973 -99.973 0.000
KONTROL 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
25
qD x L M
RBA = +¿ ) +( BA )
2 L
58,317 x 4 99,973
= + ¿) +( )
2 4
= 141,628 kg
b. Bentang BC
qD x L M
RCB = +¿ ) +( CB )
2 L
58,317 x 4 66,649
= + ¿) +( )
2 4
= 108,304 kg
qD x L −M CB
RBC = +¿ ) +( )
2 L
58,317 x 4 −66,649
= + ¿) +( )
2 4
= 124,966 kg
c. Bentang CD
qD x L M
RDC = +¿ ) +( DC )
2 L
58,317 x 4 99,973
= + ¿) +( )
2 4
= 124,966 kg
qD x L −M DC
RCD = +¿ ) +( )
2 L
58,317 x 4 −99,973
= + ¿) +( )
2 4
= 108,304 kg
d. Bentang DE
qD x L −M ED
RDE = +¿ ) +( )
2 L
58,317 x 4 −0,000
= + ¿) +( )
2 4
= 141,628 kg
qD x L M
RED = +¿ ) +( ED )
2 L
26
58,317 x 4 0,000
= + ¿) +( )
2 4
= 91,641 kg
KONTROL:
ΣV =0
RAB + RBA + RBC + RCB + RCD + RDC + RDE + RED = q x n x L
91,419 + 141,628 + 124,966 + 108,304 + 108,304 + 124,966 +
141,628 + 91,419 = 58,317 x 4 x 4
933,082 kg = 933,082 kg OKE!!!
6. Reaksi Tumpuan
a. RA = RAB = 91,419 kg
b. RB = RBA + RBC = 141,628 kg + 124,966 kg
= 266,594 kg
c. RC = RCD + RCB = 108,304 kg + 108,304 kg
= 216,608 kg
d. RD = RDC + RDE = 124,966 kg + 141,628 kg
= 266,594 kg
e. RE = RED = 91,419 kg
b. Bentang BC
RBC 124,966 kg
XBC = = = 2,142 m
qD 58,317 kg/m
27
( X ¿¿ BC )²
MBC = RBC.XBC - qD . ¿ + MBC
2
58,317 x 2 ,142²
= 124,966 x 2,142 - + (-99,973)
2
= 33,919 kg.m
MC = MCD = -66,649 kg.m
c. Bentang CD
RCD 108,304 kg
XCD = = = 1,857 m
qD 58,317 kg/m
( X ¿¿ CD)²
MCD = RCD.XCD - qD . ¿ + MCD
2
58,317 x 1 ,857²
= 108,304 x 1,857 - + (-66,649)
2
= 33,919 kg.m
MD = MCD = -99,973 kg.m
28
Gambar II.9 Diagram Momen dan Aksial Akibat Beban Mati
Mx = MB x Cos α
= 91,330 kg.m
My = MB x Sin α
= 40,662 kg.m
29
II.4.2 Momen Akibat Beban Hidup
Diketahui :
nxL=4x4m
E = 200000 Mpa
3 EI 3 EI
KAB = = = 0,75 EI
l 4m
30
= - 67,788 kg/m
b. MBA = MCB = MDC = MED
MAB = 1/8 x PLr x L
= 67,788 kg/m
31
PLr −M BA
RAB = +¿) +( )
2 L
135,576 −87,156
= +¿ ) +( )
2 4
= 45,999 kg
PLr M
RBA = +¿) +( BA )
2 L
135,576 87,156
= +¿ ) +( )
2 4
= 89,577 kg
b. Bentang BC
PLr M
RCB = +¿) +( CB )
2 L
135,576 58,104
= +¿ ) +( )
2 4
= 60,525 kg
PLr −M CB
RBC = +¿) +( )
2 L
135,576 −58,104
= +¿ ) +( )
2 4
= 75,051 kg
c. Bentang CD
PLr M
RDC = +¿) +( DC )
2 L
135,576 87,156
= +¿ ) +( )
2 4
= 75,051 kg
PLr −M DC
RCD = +¿) +( )
2 L
135,576 −87,156
= +¿ ) +( )
2 4
= 60,525 kg
d. Bentang DE
32
PLr −M ED
RDE = +¿) +( )
2 L
135,576 −0,000
= +¿ ) +( )
2 4
= 89,577 kg
PLr M
RED = +¿) +( ED )
2 L
135,576 0,000
= +¿ ) +( )
2 4
= 45,999 kg
KONTROL:
ΣV =0
RAB + RBA + RBC + RCB + RCD + RDC + RDE + RED = P x n
45,999 + 89,577 + 75,051 + 60,525 + 60,525 + 75,051 + 89,577 +
45,999 = 135,576 x 4
6. Reaksi Tumpuan
a. RA = RAB = 45,999 kg
b. RB = RBA + RBC = 89,577 kg + 75,051 kg
= 164,628 kg
c. RC = RCD + RCB = 60,525 kg + 60,525 kg
= 121,050 kg
d. RD = RDC + RDE = 75,051 kg + 89,577 kg
= 164,628 kg
e. RE = RED = 45,999 kg
33
= 45,999 x 2 + 0,000
= 91,998 kg.m
MB = MBC = -87,156 kg.m
b. Bentang BC
L 4m
XBC = = =2m
2 2
MBC = RBC.XBC + MBC
= 75,051 x 2 + (-87,156)
= 62,460 kg.m
MC = MCD = -58,104 kg.m
c. Bentang CD
L 4m
XCD = = = 2, m
2 2
MCD = RCD.XCD + MCD
= 60,525 x 2 + (-58,104)
= 62,460 kg.m
MD = MCD = -87,156 kg.m
34
Gambar II.11 Diagram Momen dan Aksial Akibat Beban Hidup
Mx = MAB x Cos α
= 84,044 kg.m
My = MAB x Sin α
= 37,419kg.m
35
II.4.3 Momen Akibat Beban Air Hujan
Diketahui :
nxL=4x4m
E = 200000 Mpa
3 EI 3 EI
KAB = = = 0,75 EI
l 4m
36
a. MAB = MBC = MCD = MDE
MAB = - 1/12 x qR x L2
= - 1/12 x 34,964 kg/m x (4 m)2
= - 46,191 kg/m
b. MBA = MCB = MDC = MED
MAB = 1/12 x qR x L2
= 46,191 kg/m
37
5. Menghitung Reaksi
a. Bentang AB
qR x L −M BA
RAB = + ¿) +( )
2 L
34,964 x 4 −59,939
= + ¿) +( )
2 4
= 54,944 kg
qR x L M
RBA = + ¿) +( BA )
2 L
34,964 x 4 59,939
= + ¿) +( )
2 4
= 84,913 kg
b. Bentang BC
qR x L M
RCB = + ¿) +( CB )
2 L
34,964 x 4 39,959
= + ¿) +( )
2 4
= 64,934 kg
qR x L −M CB
RBC = + ¿) +( )
2 L
34,964 x 4 −39,959
= + ¿) +( )
2 4
= 74,924 kg
c. Bentang CD
qR x L M
RDC = + ¿) +( DC )
2 L
34,964 x 4 59,939
= + ¿) +( )
2 4
= 74,924 kg
qR x L −M DC
RCD = + ¿) +( )
2 L
34,964 x 4 −59,939
= + ¿) +( )
2 4
= 64,934 kg
38
d. Bentang DE
qR x L −M ED
RDE = + ¿) +( )
2 L
34,964 x 4 −0,000
= + ¿) +( )
2 4
= 84,913 kg
qR x L M
RED = + ¿) +( ED )
2 L
34,964 x 4 0,000
= + ¿) +( )
2 4
= 54,944 kg
KONTROL:
ΣV =0
RAB + RBA + RBC + RCB + RCD + RDC + RDE + RED = q x 4 x L
54,944 + 84,913 + 64,934 + 74,924 + 74,924 + 64,934 + 84,913 +
54,944 = 34,964 x 4 x 4
6. Gaya Aksial
a. RA = RAB = 54,944 kg
b. RB = RBA + RBC = 84,913 kg + 64,934 kg
= 159,837 kg
c. RC = RCD + RCB = 74,924 kg + 74,924 kg
= 129,868 kg
d. RD = RDC + RDE = 64,934 kg + 84,913 kg
= 159,837kg
39
7. Menghitung Momen Lapangan Maksimum
a. Bentang AB = DE
RAB 54,944 kg
XAB = = = 1,571 m
qR 34,964 kg / m
( X ¿¿ AB)²
MAB = RAB.XAB - qR . ¿ + MAB
2
34,964 x 1 ,571²
= 54,944 x 1,571 - + 0,000
2
= 43,710 kg.m
MB = MBC = -59,939 kg.m
b. Bentang BC
RBC 64,634 kg
XBC = = = 2,143 m
qR 34,964 kg /m
(X ¿¿ BC ) ²
MBC = RBC.XBC - qR . ¿ + MBC
2
34,964 x 2 , 143²
= 64,634 x 2,143 - + (-59,939)
2
= 20,336 kg.m
MC = MCD = -39,959 kg.m
c. Bentang CD
RCD 74,924 kg
XCD = = = 1,857 m
qR 34,964 kg / m
( X ¿¿ CD )²
MCD = RCD.XCD - qR . ¿ + MCD
2
34,964 x 1 , 857²
= 74,924 x 1,857 - + (-39,959)
2
= 20,336 kg.m
40
MD = MCD = -59,939 kg.m
41
Mx = MB x Cos α
= 54,7569 kg.m
My = MB x Sin α
= 24,379 kg.m
Diketahui :
L =4x4m
E = 200000 Mpa
3 EI 3 EI
KAB = = = 0,75 EI
l 4m
42
KAB 0,75 EI
μAB = = =1
KAB 0,75 EI
b. μBA = μBC = μCB = μCD = μDC = μDE
KAB 0,75 EI
μBA = = = 0,5
KAB+ KBC 0,75 EI +0,75 EI
3. Menghitung Fixed End Moment
a. MAB = MBC = MCD = MDE
MAB = - 1/12 x qD x L2
= - 1/12 x 6,784 kg/m x (4 m)2
= - 9,045 kg/m
b. MBA = MCB = MDC = MED
MAB = 1/12 x qD x L2
= 9,045 kg/m
43
5. Menghitung Gaya Aksial
a. Bentang AB
qWt x L −M BA
RAB = +¿) +( )
2 L
6,784 x 4 −11,630
= +¿) +( )
2 4
= 10,661 kg
qWt x L M
RBA = +¿) +( BA )
2 L
6,784 x 4 11,630
= +¿) +( )
2 4
= 16,476 kg
b. Bentang BC
qWt x L M
RCB = +¿) +( CB )
2 L
6,784 x 4 7,753
= +¿) +( )
2 4
= 12,599 kg
qWt x L −M CB
RBC = +¿) +( )
2 L
6,784 x 4 −7,753
= +¿) +( )
2 4
= 14,537 kg
c. Bentang CD
qWt x L M
RDC = +¿) +( DC )
2 L
6,784 x 4 11,630
= +¿) +( )
2 4
= 14,537 kg
qWt x L −M DC
RCD = +¿) +( )
2 L
6,784 x 4 −11,630
= +¿) +( )
2 5
= 12,599 kg
d. Bentang DE
44
qWt x L −M ED
RDE = +¿) +( )
2 L
6,784 x 4 −0,000
= +¿) +( )
2 4
= 16,476 kg
qWt x L M
RED = +¿) +( ED )
2 L
6,784 x 4 0,000
= +¿) +( )
2 4
= 10,661 kg
KONTROL:
ΣV =0
RAB + RBA + RBC + RCB + RCD + RDC + RDE + RED = q x 4 x L
10,661 + 16,476 + 12,599 + 14,537 + 14,537 + 12,599 + 16,476 +
10,661 = 6,784 x 4 x 4
6. Reaksi Tumpuan
a. RA = RAB = 10,661 kg
b. RB = RBA + RBC = 16,476 kg + 12,599 kg
= 31,014 kg
c. RC = RCD + RCB = 14,537 kg + 14,537 kg
= 25,199 kg
d. RD = RDC + RDE = 12,599 kg + 16,476 kg
= 31,014 kg
e. RE = RED = 10,661 kg
45
6,784 x 1 , 571²
= 10,661x 1,571 - + 0,000
2
= 8,376 kg.m
MB = MBC = -11,630 kg.m
b. Bentang BC
RBC 12,599 kg
XBC = = = 2,143 m
qWt 6,784 kg /m
( X ¿¿ BC ) ²
MBC = RBC.XBC - qWt . ¿ + MBC
2
6,784 x 2 , 143²
= 12,599 x 2,143 - + (-11,630)
2
= 3,946 kg.m
MC = MCD = -7,753 kg.m
c. Bentang CD
RCD 14,537 kg
XCD = = = 1,571 m
qD 6,784 kg /m
( X ¿¿ CD)²
MCD = RCD.XCD - qD . ¿ + MCD
2
6,784 x 1 , 571²
= 14,537 x 1,571 - + (-7,753)
2
= 3,946 kg.m
MD = MCD = -11,630 kg.m
46
Gambar II.15 Diagram Momen dan Aksial akibat Beban Angin
Tekan
Mx = MB
= 11,630 kg.m
47
Gambar II.16 Pembebanan akibat Beban Angin Hisap
Diketahui :
L =4x4m
E = 200000 Mpa
3 EI 3 EI
KAB = = = 0,75 EI
l 4m
48
MAB = 1/12 x qD x L2
= -45,2286 kg/m
49
−33,9215 x 4 −58,151
= + ¿) +( )
2 4
= -82,381 kg
b. Bentang BC
qWh x L M
RCB = +¿) +( CB )
2 L
−33,9215 x 4 −38,767
= + ¿) +( )
2 4
= -62,997 kg
qWh x L −M CB
RBC = +¿) +( )
2 L
−33,9215 x 4 −−38,767
= + ¿) +( )
2 4
= -72,689 kg
c. Bentang CD
qWh x L M
RDC = +¿) +( DC )
2 L
−33,9215 x 4 −58,151
= + ¿) +( )
2 4
= -72,689 kg
qWh x L −M DC
RCD = +¿) +( )
2 L
−33,9215 x 4 −−58,151
= + ¿) +( )
2 4
= -62,997 kg
d. Bentang DE
qWh x L −M ED
RDE = +¿) +( )
2 L
50
−33,9215 x 4 −0,000
= + ¿) +( )
2 4
= -82,381 kg
qWh x L M
RED = +¿) +( ED )
2 L
−33,9215 x 4 0,000
= + ¿) +( )
2 4
= -53,305 kg
KONTROL:
ΣV =0
RAB + RBA + RBC + RCB + RCD + RDC + RDE + RED = q x 4 x L
-53,305 + (-82,381) + (-62,997) + (- 72,689) + ( -72,689) + (-
62,997) + (-82,381) + (-53,305) = -33,9215 x 4 x 4
6. Reaksi Tumpuan
a. RA = RAB = -53,305 kg
b. RB = RBA + RBC = -82,381 kg + (-62,997) kg
= -155,069 kg
c. RC = RCD + RCB = -72,689 kg + (-72,689) kg
= -125,994 kg
d. RD = RDC + RDE = -62,997 kg + (-82,381) kg
= -155,069 kg
e. RE = RED = -53,305 kg
51
a. Bentang AB = DE
RAB −53,305 kg
XAB = = = 1,571 m
qWh −33,2915 kg/m
( X ¿ ¿ AB)²
MAB = RAB.XAB - qWh . ¿ + MAB
2
(−33,2915) x 1 ,571²
= -53,305 x 1,571 - + 0,000
2
= -41,883 kg.m
MB = MBC = 58,151 kg.m
b. Bentang BC
RBC −62,997 kg
XBC = = = 2,143 m
qWh −33,2915 kg/m
( X ¿ ¿ BC ) ²
MBC = RBC.XBC - qWh . ¿ + MBC
2
(−33,2915) x 2 ,143²
= -62,997 x 2,143 - + (58,151)
2
= -19,730 kg.m
MC = MCD = 38,767 kg.m
c. Bentang CD
RCD −72,689 kg
XCD = = = 1,857 m
qWh −33,2915 kg/m
( X ¿ ¿CD )²
MCD = RCD.XCD - qWh . ¿ + MCD
2
−33,2915 x 1 ,857²
= -72,689 x 1,857 - + (38,767)
2
= -19,730 kg.m
MD = MCD = 58,151 kg.m
52
Dari perhitungan di atas didapatlah gambar diagram momen dan
geser sebagai berikut:
Mx = MB
53
Hasil dari perhitungan diatas dapat dikumpulkan kedalam tabel dibawah ini:
Tabel II.13
Beban Mx (kg.m) My (kg.m) Hasil
Gaya Mati 91,330 40,663 Dalam
Momen Gording
Hidup 84,044 37,419
Air Hujan 54,757 24,379
Angin Tekan 11,630 0
Angin Hisap -58,151 0
54
R = Beban Hujan
Dibawah ini merupakan tabel hasil perhitungan kombinasi dengan
rumus-rumus diatas:
55
No Kombinasi Pembebanan Hasil Perhitungan (Kg.m)
1 1.4 MDy 56.9278
2 1.2 MDy + 1.6 ML + 0.5 MLry 67.5048
3 1.2 MDy + 1.6 ML + 0.5 MRy 60.9850
4 1.2 MDy + 1.6 MLry + 0.5 MWty 108.6656
5 1.2 MDy + 1.6 MLry + 0.5 MWhy 108.6656
6 1.2 MDy + 1.6 MRy + 0.5 MWty 87.8022
7 1.2 MDy + 1.6 MRy + 0.5 MWhy 87.8022
8 1.2 MDy + 1.0 MWty + ML + 0.5 MLry 67.5048
9 1.2 MDy + 1.0 MWhy + ML + 0.5 MLry 67.5048
10 1.2 MDy + 1.0 MWty + ML + 0.5 MRy 60.9850
11 1.2 MDy + 1.0 MWhy + ML + 0.5 MRy 60.9850
12 1.2 MDy + 1.0 ME + ML + 0.2 MS 48.7953
13 0.9 MDy + 1.0 MWty 36.5965
14 0.9 MDy + 1.0 MWhy 36.5965
15 0.9 MDy + 1.0 ME 36.5965
Nilai Kombinasi Terbesar (Kg.m) 108.6656
E 200000
λ rf =0,38 x
√ fy √
=1 x
240
=28,8675
b. Pelat Badan
56
b (h−2. tf ) (150−2 × 9)
λ w= = = =22
t tw 6
E 200000
λ pw=3,76 x
√ fy
=3,76 x
√
240
=108,5419
E 200000
λ pw=5,7 x
√fy
=5,7 x
√
240
=164,5448
57
tf . d2 ( tw2
Zy= + bf −2. tf .
)
4 4
9. 1502 ( 62
Zy= + 100−2.9 ) .
4 4
Zy=34488 mm3
200.000
L p=1,76 × 23,7 ×
√ 240
L p=1204,1217 mm
√ √(
2
E J .C J .C 2 0,7. f y
Lr =1,95× r ts ×
0,7. f y
×
S x . h0
+
)
S x . h0
+6,76( E )
Dalam mmenghitung nilai Lr, dibutuhkan beberapa parameter
yaitu rts, C, dan J. Parameter-parameter tersebut secara detail
dibahas pada pasal F2 SNI-1729-2015. Berikut merupakan
perhitungan parameter-parameter yang digunakan:
Radius Girasi Efektif
58
I y . h0
r ts 2=
2. S x
Dimana ho adalah jarak antar titik berat sayap, dengan
ho = 150 - 9 = 141 mm
Maka:
I y . h0
r ts =
√ 2. S x
1610000× 141
r ts =
√ 2×138000
r ts =28,68 mm
Koefisien C
Berdasarkan pasal F2, persamaan (F2-8a) SNI-1729-2015,
koefisien C untuk profil WF simetris ganda adalah C = 1
√ √(
2
E J .C J .C 2 0,7. f y
Lr =1,95× r ts ×
0,7. f y
×
S x . h0
+ )
S x . h0
+6,76( E )
E 200000
= =1190,48
0,7. f y 0,7 .240
J .C 58752 .1
= =0.00302
S x . h0 138000 . 141
0,7. f y 0,7.240
( E )( =
200000
=0,00084 )
Maka Lr:
59
2
√
Lr =1,95× 28,68× 1190,48 × 0,00302+ √ ( 0,00302 ) + 6,76 ×( 0,00084)²
Lr =¿ 5468,1955 mm
Menghitung Koefisien Cb
12,5 M max
C b=
2,5 M max +3 M A +4 M B +3 M C
1
MA : Nilai mutlak momen pada bentang elemen
4
lentur
60
2
MB : Nilai mutlak momen pada bentamg elemen
4
lentur
3
MC : Nilai mutlak momen pada bentamg elemen
4
lentur
61
Karena simetris, maka :
1
Vu=RV =R V ' = × ( ( qx × L ) + Px )
2
1
¿ × ( ( 67,323 × 4 )+198,167 )
2
¿ 233,730 kg
MA:
1
1
( ( )1
M A− x =V u . . L− q x . . L .
4 4
4
.L
2
1
1
( ( ) 1
M A− x =233,730. .4− 67,323. .4 .
4 4
4
2
.4
M A− x =200,0685kg.m
MB:
2
2
( ( )2
M B −x =V u . . L− q x . . L.
4 4
4
.L
2
2
2
( ( )) 2
M B −x =233,730. .4− 67,323. .4 .
4 4
4
2
.4
M B −x =332,8139kg.m
MC:
Karena simetris maka:
M C−x =M A −x =200,0685 kg.m
62
Mmax:
M max =M B− x =332,8139 kg . m
240
( )
( M p−0,7. f y . S x )=( 3744000−0,7. 9,81 . 138000)
¿ 1380697,248
Lb−L p 4000−1204,112
( Lr −L p )(
=
5468,1955−1204,112 )
¿ 0,6557
Maka Mn-x:
M n−x =1,237 × [ 3744000−( 1380697,248 ) ( 0,6557 ) ] ≤ M p
M n−x =3510861,481kg . mm ≤ M p
63
M n−x =3510,861481kg . m≤ 3744 kg .m
200.000
L p=1,76 × 61,7 ×
√ 240
L p=3134,7810 mm
√ √(
2
E J .C J .C 2 0,7. f y
Lr =1,95× r ts ×
0,7. f y
×
S x . h0
+
)
S x . h0
+6,76( E )
Dalam mmenghitung nilai Lr, dibutuhkan beberapa parameter
yaitu rts, C, dan J. Parameter-parameter tersebut secara detail
dibahas pada pasal F2 SNI-1729-2015. Berikut merupakan
perhitungan parameter-parameter yang digunakan:
Radius Girasi Efektif
2 I y . h0
r ts =
2. S x
10200000× 141
r ts =
√ 2×30100
r ts =154,565 mm
Koefisien C
64
Berdasarkan pasal F2, persamaan (F2-8a) SNI-1729-2015,
koefisien C untuk profil WF simetris ganda adalah C = 1
√ √(
2
E J .C J .C 2 0,7. f y
Lr =1,95× r ts ×
0,7. f y
×
S y . h0
+
)
S y . h0
+ 6,76( E )
E 200000
= =1190,48
0,7. f y 0,7 .240
J .C 58752 .1
= =0,01384
S y . h0 30100 .141
0,7. f y 0,7.240
( E )( =
200000 )
=0,00084
Maka Lr:
2
√
Lr =1,95× 154,565× 1190,48 × 0,01384+ √( 0,01384 ) + 6,76(0,00084) ²
Lr =¿ 59887,8912 mm
65
Menghitung Koefisien Cb
12,5 M max
C b=
2,5 M max +3 M A +4 M B +3 M C
1
MA : Nilai mutlak momen pada bentang elemen
4
lentur
66
2
MB : Nilai mutlak momen pada bentamg elemen
4
lentur
3
MC : Nilai mutlak momen pada bentamg elemen
4
lentur
67
Py = 1,6 PLry
= 1,6 (55,144) = 88,2299 kg
1
1
( ( ))
1
M A− y =V u . . L− q y . . L .
4 4
4
.L
2
1
1
( ( )) 1
M A− y =101,0427. .4− 28,463. .4 .
4 4
4
2
.4
M A− y =86,8108kg.m
MB:
2
2
( ( ))2
M B − y =V u . . L− q y . . L .
4 4
4
2
.L
2
2
( ( ) 2
M B − y =101,0427 . .4− 28,463. .4 .
4 4
4
2
.4
M B − y =145,1577kg.m
MC:
Karena simetris maka:
M C− y =M A − y =86,8108kg.m
Mmax:
M max =M B− y =145,1577 kg .m
68
Maka, nilai Cb adalah:
12,5 M max
C b=
2,5 M max +3 M A +4 M B +3 M C
12,5( 145,1577)
C b=
2,5(145,1577)+3(86,8108)+4 (145,1577)+3(86,8108)
C b=1,23906
240
( )
( M p−0,7. f y . S x )=( 162583,4862−0,7. 9,81 .30100)
¿ 1110360,856
Lb−L p 4000−3134,7810
( Lr −L p )(
=
59887,8912−3134,7810 )
¿ 0,0132
Maka Mn-y:
M n− y =1,23906 × [ 162583,4862− (1110360,856 ) ( 0,0132 ) ] ≤ M p
69
M n− y =1993537,194 kg .mm ≤ M p
M n− y =1993,537194 kg .m ≥1625,834862 kg . m
3. Kontrol Momen
Kontrol Momen Nominal X
Karena pada perhitungan di atas Mn akibat Yield ≥Mn akibat
LTB maka nilai yang diambil sebagai momen nominal adalah
momen nominal yang lebih kecil yaitu Mn.LTB = 3510,861481
kg.m.
Sehingga: ϕ . M n−x ≥ M u− x
0,9.3510,861418 ≥249,8820 kg .m
3159,775333 kg . m≥ 249,8820 kg . m… OK !
4. Kesimpulan
Menurut perhitungan diatas, maka disimpulkan bahwa profil yang
direncanakan aman terhadap momen lentur.
Mu x Mu y
+ <1
ϕ M n−x ϕ M n− y
70
249,8820 108,6656
+ <1
3159,7753 1463,2514
0,0791+0,0743<1
0,15334< 1 …. OK!
Kesimpulan:
Vn=0,6 × fy × Aw ×Cv
Cek :
h
≤260
tw
(150−( 2× 9 ) )
≤260
6
Maka nilai kv = 5
71
Untuk kondisi badan dari profil simetris tunggal dan kanal lainnya, Cv
ditentukan sebagai berikut:
h kv∗E
Untuk kondisi pertama yaitu
tw
≤ 1,1
√ Fy
maka nilai Cv = 1
Cek :
h kv . E
tw
≤1,1
√
fy
¿¿
Maka Nilai Cv = 1
Vn=0,6 × fy × Aw ×Cv
Vn=129600 N=13211 kg
= 1,2 (141,6286 Cos (24o)) + 1,6 (89,5769 Cos (24o)) + 0,5 (16,4761)
= 294,4312 kg
72
= 1,2 (141,6286 Sin (24o)) + 1,6 (89,5769 Sin (24o)) + 0,5 (0)
= 127,4214 kg
Kesimpulan:
Dari perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa profil yang
direncanakan aman terhadap geser yang terjadi.
73
Berdasarkan perhitungan kombinasi pembebanan, kombinasi yang di
gunakan adalah kombinasi 1,2 D + 1,6 Lr + 0,5 Wt. Maka pembebanan yang
digunakan ialah:
Beban Mati (D) : qDx = 53,2758 kg/m = 0,5226 N/mm
qDy = 23,7199 kg/m = 0,2326 N/mm
74
5 ×0,2792 ×20004 865,5355 ×20003
∆ y= +
384 × 200000 ×1610000 48× 200000× 1610000
∆ y =0,2460 mm
Lendutan Total
∆ total= √ ∆ x2 + ∆ y 2
∆ total= √ 0,2245 2+0,2460 2
∆ total=0,6632mm
Kontrol Lendutan
∆ total ≤ ∆ izin
0,6632 mm ≤ 4,1666 mm...... OK!!
Kesimpulan:
Dari perhitungan di atas, maka profil yang direncanakan aman terhadap
lendutan yang terjadi.
Data Perencanaan :
fu = 370 Mpa
75
Gambar II.21 Denah Potongan Perencanaan Trekstang
Sehingga:
=½x4m
=2m
76
Gambar II.22 Potongan Perencanaan Trekstang
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa beban yang berkerja pada
trekstang hanya di sumbu y. Sehingga data-data yang diperlukan menurut
perhitungan sebelumnya adalah:
77
Menghitung Kombinasi Pembebanan
a. 1,2 D + 1,6 Lr + 0,5 W = (1,2 x 47,439 kg ) + (1,6 x 55,143 kg ) +
(0,5x0)
= 145,157 kg
b. 1,2 D + 1,6 R + 0,5 W = (1,2 x 47,439 kg ) + (1,6 x 28,224 kg) +
(0,5x0) = 102,435 kg
Dari kedua perhitungan diatas diambil kombinasi pembebanan
terbesar yaitu 145,157 kg maka didapat nilai P total :
= 145,157 kg x 5
= 725,788 kg = 7119,986 N
78
1
Ag= π D 2
4
4 Ag
D=
√ π
4 × 32,962
D=
√ π
D=6,478 mm
2. Diameter tulangan
1
Ag= π D 2
4
4 Ag
D=
√ π
4 × 21,3813
D=
√ π
D=5,2176 mm
79
Sehingga direncanakan tulangan trekstang dengan diameter sebesar 8
mm.
80
BAB III
PERHITUNGAN GAYA BATANG
81
1. Beban Akibat Gording
Pada perencanaan gording di bab sebelumnya, gording
direncanakan memiliki dimensi penampang yang sama pada tiap titik
buhul kuda-kuda, sehingga beban pada kuda-kuda yang diakibatkan
oleh beban gording sama besar pada tiap titik buhulnya.
Maka:
P1 = P1’ = 84,4 kg
P2 = P2’ = 84,4 kg
P3 = P3’ = 84,4 kg
P4 = P4’ = 84,4 kg
P5 = 84,4 x 2 = 168,8 kg
Maka:
1
P1 = P1’ = × ( 0+1,3683 ) × 4 ×17 = 46,5220 kg
2
82
1
P2 = P2’ = × ( 1,3683+2,1892 ) × 4 ×17 = 120,9573 kg
2
1
P3 = P3’ = × ( 2,1892+2,1892 ) ×4 ×17 = 148,8750 kg
2
1
P4 = P4’ = × ( 2,1892+2,1892 ) ×4 ×17 = 148,8750 kg
2
1
P5 = × ( 2,1892+2,1892 ) ×4 ×17 = 148,8750 kg
2
83
Karena kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap
maka dari itu dalam merencanakan kuda-kuda, sebaiknya profil kuda-
kuda yang direncanakan memiliki berat parameter yang lebih besar dari
pada berat parameter gording, yang telah direncanakan sebelumnya
yaitu sebesar 21,1 kg/m sehingga direncanakan profil dengan kode
profil C.175.175.7,5.11
Data-data profil C.175.175.7,5.11
b = 70 mm
t = 7 mm
qo = 11,2 mm
q = 22,4 mm
Ao = 14,3 cm4
Ixo=Iyo = 61,8 cm4
Sxo=Syo = 12,7 cm3
Ixo=iyo = 2,08 cm3
Kontrol:
ix = 61,8 mm ≥ 9,116 mm (Memenuhi Syarat)
q = 21,4 kg/m ≥ 21,1 kg/m (Memenuhi Syarat)
84
1195,845 kg
: = 75,34197 kg/m
15,87223 m
1
P = × (Jarak antar titik buhul sebelah kiri + Jarak antar titik buhul
2
sebelah kanan) x Beban terbagi rata
Sehingga:
1
P1 = P1’ = × ( 0+1,3683 ) ×75,34197 = 51,54503 kg
2
1
P2 = P2’ = × ( 1,3683+2,1892 ) ×75,34197= 134,0171 kg
2
1
P3 = P3’ = × ( 2,1892+2,1892 ) ×75,34197 = 164,9441 kg
2
1
P4 = P4’ = × ( 2,1892+2,1892 ) × 75,34197 = 164,9441 kg
2
1
P5 = × ( 2,1892+2,1892 ) × 75,34197 = 164,9441 kg
2
85
RV A =RV 'A=1532,885 kg
86
= 5 kg/m2 + 7 kg/m2
= 12 kg/m2
1
P = × (Jarak horizontal antar gording sebelah kiri + Jarak horizontal
2
antar gording sebelah kanan) × Beban merata plafond
Maka:
1
P1 = P1’ = × ( 0+1,25 ) × 48 = 30 kg
2
1
P2 = P2’ = × ( 1,25+2 ) × 48 = 78 kg
2
1
P3 = P3’ = × ( 2+2 ) × 48 = 96 kg
2
1
P4 = P4’ = × ( 2+2 ) × 48 = 96 kg
2
1
P5 = × ( 2+2 ) × 48 = 96 kg
2
87
Gambar III.4 Pembebanan kuda-kuda akibat beban plafond
88
halaman 25. Menurut tabel 4-1 beban hidup pada atap dengan beban pekerja
pemeliharaan memiliki beban terpusat sebesar 1,33 kN atau sebesar 135,576
kg.
Sehingga :
P1 = P1’ = 135,576 kg
P2 = P2’ = 135,576 kg
P3 = P3’ = 135,576 kg
P4 = P4’ = 135,576 kg
P5 = 135,576 kg
89
Pada perhitungan bab sebelumnya, tekanan angin yang direncanakan
pada atap ditetapkan pada pasal 28.4.4, halaman 130 SNI:1727:2013, bahwa
tekanan angin yang digunakan pada desain SPBAU untuk bangunan gedung
tertutup atau tertutup sebagian tidak boleh lebih kecil daripada 0.38 kN/m2
atau sebesar 38,736 kg/m2. Dan setelah dihitung pada bab sebelumnya,
tekanan angin yang ada pada atap memiliki besar tekanan yang lebih kecil
daripada tekanan angin minimum yang telah ditetapkan pada pasal 28.4.4 di
atas. Sehingga tekanan angin desain pada atap ini menggunakan tekanan
minimum rencana yaitu sebesar 0,38 kN/m2 atau sebesar 38,736 kg/m2,
dengan koefisien-koefisien angin sebagai berikut:
Pada atap segitiga:
Koefisien angin tekan (Cta) = 0,2 - 0,4
Koefisien angin hisap (Cha) = -0,4
Pada dinding vertikal:
Koefisien angin tekan (Ctd) = 0,9
Koefisien angin hisap (Chd = -0,4
90
Gambar III.8 Pembebanan kuda-kuda akibat beban angin tekan
kanan dan angin hisap kiri
Sehingga:
1
W1 = × ( 0+1,3683 ) × 6,783 = 18,5658 kg
2
1
W2 = × ( 1,3683+2,1892 ) ×6,783 = 48,2711 kg
2
91
1
W3 = × ( 2,1892+2,1892 ) ×6,783 = 59,4106 kg
2
1
W4 = × ( 2,1892+2,1892 ) ×6,783 = 59,4106 kg
2
1
W5 = × ( 2,1892+0 ) ×6,783 = 29,7053 kg
2
1
×tekanan angin × Area Pembebanan Kuda−kuda× Tinggi kolom
2
1
= ×34,8624 × 4 × 4
2
= 278,8991 kg
2. Pembebanan Kuda-kuda Akibat Angin Hisap
Beban Angin Hisap Merata Rencana (qWh)
Cha = -0,4
qWh = Cha × Pw × Area Pembebanan Gording
= -0,4 × 38,736 × 2,189
= -33,9215 kg/m
Sehingga:
1
W1’ = × ( 0+1,3683 ) ×−33,9215 = -92,8291 kg
2
1
W2’ = × ( 1,3683+2,1892 ) ×−33,9215 = -241,3556 kg
2
92
1
W3’ = × ( 2,1892+2,1892 ) ×−33,9215 = -297,0523 kg
2
1
W4’ = × ( 2,1892+2,1892 ) ×−33,9215 = -297,0523 kg
2
1
W5’ = × ( 2,1892+0 ) ×−33,9215 = -148,5267 kg
2
1
×tekanan angin × Area Pembebanan Kuda−kuda× Tinggi kolom
2
1
= ×−15,4944 × 4 × 4
2
= −123,9552 kg
93
z2 = W2 × Jarak Titik B ke E
= 48,2711 kg × (3 × 2,1892)
= 317,0361 kg.m
z3 = W3 × Jarak Titik C ke E
= 59,4106 kg × (2 × 2,1892)
= 260,1322 kg.m
z4 = W4 × Jarak Titik D ke E
= 59,4106 kg × (2,1892)
= 130,0661 kg.m
z5 = W5 × Jarak Titik E ke E
= 29,7053 kg × (0)
= 0 kg.m
Z=3,968 m
94
Jarak Resultan Angin Tekan ke Titik Puncak
z 1 ' + z 2 ' + z3 '+ z 4 ' + z5 '
Z'=
∑ WRt
Dimana:
z1’ = W1’ × Jarak Titik A’ ke E
= -92,8291 kg × (1,3683 + (3 × 2,1892))
= -736,7024 kg.m
95
Jarak Resultan Angin terhadap Horizontal (x) dan Vertikal (y)
Dari perhitungan di atas didapat bahwa, jarak resultan angin tekan
(Z) dan hisap (Z’) memiliki jarak yang sama sehingga, jarak resultan
angin tekan terhadap horizontal dan vertikal memiliki jarak yang
sama dengan jarak resultan angin hisap terhadap horizontal dan
vertikal.
Maka:
x = 2,600 cos 24o
= 2,375 m
y’ = 2,600 sin 24o
= 1,058 m
y = panjang batang BI + y’
= 0,5566 + 1,058
= 1,6140 m
96
∑ M I ' =0
( RV ¿ ¿ I ×12)+ ¿¿
+¿
( RV ¿ ¿ I ×12)+ ¿¿
¿
+¿
−1290,9329
RV I =
12
RV I =−107,5777 kg
∑ M I =0
−( RV ¿¿ I ' ×12)+¿ ¿
+¿
−( RV ¿¿ I ×12)+¿ ¿
¿
+¿
−9482,5306
RV I '=
12
RV I '=−679,3999 kg
Kontrol:
∑ V =0
(−WRt × cos 24 o ) + ( WRh ×cos 24o ) −RV I −RV 'I =0
(−215,3636 × cos 24 o )+ ( 1076,8179× cos 24 o )−107,5777−¿
679,3999=0
97
0=0 (OKE!)
∑ H =0
W 6+W 6 ' +WRt sin 24o +WRh sin 24 o+ RH I =0
278,8991+123,9552+(215,3636 × sin24 o )+ ¿)
+ RH I =0
RH I =−928,4318 kg
98
∑ M I =0
−( RV ¿¿ I ' ×12)−¿ ¿
−¿
−( RV ¿¿ I ×12)−¿ ¿
¿
−¿
−1290,3288
RV I '=
12
RV I '=−107,5777 kg
Kontrol:
∑ V =0
(−WRt × cos 24 o ) + ( WRh ×cos 24o ) −RV I −RV 'I =0
(−215,3636 × cos 24 o )+ ( 1076,8179× cos 24 o )−679,3999
−107,5777=0
0=0 (OKE!)
∑ H =0
−W 6−W 6' −WRt sin24 o−WRh sin 24 o + RH I =0
99
Gambar III.11 Hasil pembebanan kuda-kuda akibat beban angin
tekan kiri dan angin hisap kanan
100
III.8 Perhitungan Dimensi Kuda-kuda
Perhitungan dimensi kuda-kuda dilakukan pada tiap jenis batang, yaitu
pada batang tepi atas, batang tepi bawah, dan batang tengah kuda-kuda.
Perhitungan dapat diwakili berdasarkan batang tarik maksimum dan tekan
maksimum tiap-tiap jenis batang yang digunakan sehingga tiap jenis batang
dilakukan analisa dimensi batang tarik dan batang tekan.
Dikarenakan pada perencanaan dimensi kuda-kuda menggunakan
dimensi kuda-kuda 2L maka pada perhitungan dimensi kuda-kuda ini juga
terdapat perhitungan pelat kopel yang menjadi penghubung antara profil 2L
tersebut. Berikut dibawah ini analisa perhitungan dimensi kuda-kuda tiap
jenis batang.
101
Direncanakan profil kuda-kuda menggunakan 2L.70.70.11 dengan:
i x =19,1 mm ≥ 7,356 mm (Memenuhi syarat)
Diketahui:
Data-data profil siku tunggal L.70.70.11
- h = 70 mm
- b = 70 mm
- t = 11 mm
- T = 10 mm
- qo = 11,2 kg/m
- Ao = 14,3 cm2
- Ixo = Iyo = 61,8 cm4
- ixo = iyo = 2,08 cm
- Sxo = Syo = 12,7 cm3
- Cx = Cy = 2,13 cm
- Imin = 26 cm4
- Imax = 97,6 cm4
- imin = 1,35 cm
- imax = 2,61 cm
- Modulus Elastisitas (E) = 200000 MPa
- Modulus Geser (G) = 77200 MPa
- Mutu Baja = BJ-37 ; fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
102
- T = 10 mm
- q = 2 × qo
= 2 × 11,2
= 22,4 kg/m
- A = 2 × Ao
= 2 × 14,3
= 28,6 cm2 = 2860 mm2
- Ix = 2 × Ixo
= 2 × 61,8
= 123,6 cm4 = 1236000 mm4
T 2
- Iy = 2 ( Iyo + Ao ((y + ))
2
1
= 2 ( 61,8 + 14,3 ((2,13 + )2)
2
= 321,42 cm4 = 3214200 mm4
- ix = ixo
= 2,08 cm = 20,8 mm
Iy
- iy =
√ A
321,42
=
√ 28,6
= 3,352 cm = 33,52 mm
- Sx = 2 × Sxo
= 2 × 12,7
= 25,4 cm3 = 25400 mm3
Iy
- Sy =
b'
321,42
= 1
7+
2
= 42,86 cm3 = 42860 mm3
103
Gambar III.13 Profil Kuda-kuda 2L.70.70.11
104
2. Menghitung kuat putus pada sambungan elemen tarik
a. Shear Lag (U)
Faktor shear lag (U) untuk sambungan pada komponen
struktur tarik diatur pada tabel D3.1 halaman 29 SNI 1729-
2015, sebelum menentukan faktor shear lag yang
digunakan, maka sambungan pada batang tarik harus
direncanakan terlebih dahulu. Berikut perhitungan
sambungan baut yang akan digunakan.
105
Maka:
Ru
n=
∅ × Rn
11937,28
n=
0,75× 149590,0758
n=0,1063
Sehingga jumlah baut yang digunakan adalah 2 buah
106
Diambil perletakan baut seperti dibawah ini:
107
= 588033,6 N
3. Menghitung Block Shear
a. Identifikasi bidang geser dan bidang tarik
b. Nilai properties
Agv = 2 × (30+60) × t
= 2 × 90 × 11
= 1980 mm2
Agt = 2 × 35 × t
= 2 × 35 × 11 = 770 mm2
Anv = 2 × (90 – (1,5 × Ølubang)) × t
= 2 × (90 – (1,5 × 18)) × 11
= 1386 mm2
Ant = 2 × (35 – (0,5 × Ølubang)) × t
= 2 × (35 – (0,5 × 18)) × 11
= 572 mm2
108
= 307692 N
d. Klasifikasi block shear yang terjadi
Berdasarkan perhitungan sebelumnya, dapat dilihat bahwa
nilai putus tarik lebih kecil dari putus geser.
Putus Tarik < Putus Geser
211640 N < 307692 N
109
369369 N ≥ 58230,96 N (Memenuhi Syarat)
6. Kesimpulan
Maka profil 2L.70.70.11 aman digunakan terhadap gaya dalam
aksial tarik maksimum yang terjadi pada batang tepi atas kuda-
kuda.
110
3. Menghitung Fcr sesuai dengan kondisi batas di atas
a. Tekuk Lentur
Analisa kelangsingan elemen batang pada tiap sumbu:
Sumbu x:
K × L x 1× 2189,3
❑x = = =105,254
rx 20,8
Sumbu y:
K × L y 1 ×2189,3
❑y= = =65,305
ry 33,524
Dari analisa sumbu x dan sumbu y diatas, maka diambil
nilai yang terbesar yaitu ❑x =105,254 .Hal ini menandakan
bahwa sumbu x merupakan sumbu yang lebih dominan
mengalami tekuk lentur dari pada sumbu y sehingga yang
di pakai untuk analisa selanjutnya adalah sumbu x.
Pengecekan syarat sesuai dengan pasal E3:
K× L E
r
≤ 4,71×
fy √
200000
105,254 ≤ 4,71 ×
√ 240
105,254 ≤ 136,832
Nilai fe:
π 2 E π 2 ×200000
f e= = =178,179 MPa
KL 2 105,2542
( )
r
Maka nilai fcr-nya adalah:
fy
( )
f cr = 0,658 fe × fy
240
f cr =( 0,658 ) ×240=136,574 MPa
178,179
b. Tekuk Lentur-Torsi
111
Berdasarkan pasa E4 penampang siku ganda atau Tee,
menggunakan rumus fcr sebagai berikut:
cry
crz
crz
2
Nilai fe:
π2 E π 2 × 200000
f e= = =462,851 MPa
K Ly 2 65,3052
( )ry
- Menghitung fcrz
G×J
f crz=
Ag× ŕ 2o
112
Diperlukan parameter pendukung antara lain
t 11
d ' =b ' =d− =70− =64,5 mm
2 2
( d ' + b' ) ×t 3 ( 64,5+ 64,5 ) × 113
J=2× ( 3 ) (
=2 ×
3 )
¿ 114466 mm 4
2 2 2 I x+ I y
ŕ o =x o+ y o +
Ag
11 1236000+3214200
(
ŕ 2o =0+ 21,3−
2 )
+
2860
ŕ 2o =1805,666
Maka nilai fcrz adalah:
G×J
f crz=
Ag× ŕ 2o
77200 ×114466
f crz=
2860 ×1805,666
f crz=1711,16 MPa
- Menghitung H
x 2o + y 2o
H=1− 2
ŕ o
11
H=1−
(
0+ 21,3−
2 )
1805,666
H=0,8617
Setelah semua parameter telah dihitung maka nilai fcr adalah:
fcr=189,9003 MPa
4. Menghitung kuat nominal batang tekan
Dari perhitungan diatas diperoleh nilai fcr sebagai berikut:
113
- Fcr tekuk lentur : 136,5743 MPa
- Fcr tekuk lentur-torsi : 189,9003 MPa
Karena Fcr tekuk lentur < Fcr tekuk lentur-torsi, maka tekuk
yang terjadi pada batang tekan adalah tekuk lentur. Sehingga
kuat tekan nominalnya adalah:
Pn = Fcr × Ag
= 136,5743 × 2860
= 390602,428 N
5. Kesimpulan
Maka profil 2L.70.70.11 aman digunakan terhadap gaya dalam
aksial tekan maksimum yang terjadi pada batang tepi atas
kuda-kuda.
114
Gambar III.17 Rencana Dimensi Plat Kopel
( KLr ) =( KLr )
m 0
Dimana:
a = Jarak antar konektor (mm)
imin= Radius girasi minimum dari setiap komponen (mm)
115
sehingga perlu dihitung per batang tekannya. Untuk
memudahkan analisa maka dibuatlah tabel sebagai berikut:
Dari tabel di atas didapat bahwa, gaya yang dipikul oleh plat
kopel terbesar terdapat di batang BC dengan gaya sebesar
12,543 kg atau sebesar 123,048 N. Maka batang yang digunakan
untuk analisa dimensi pelat kopel adalah pada batang BC.
1. Menghitung kuat nominal pelat kopel berdasarkan gaya
terbesar yang dipikul oleh pelat kopel.
Berdasarkan SNI-1729-2015, pelat kopel harus cukup kaku
sehingga memenuhi syarat berikut:
Ip I min
≥ 10 ×
a L1
1
2× × tp× bp3
12 I min
≥ 10×
a 437,855
1
2× × 6 ×bp 3
12 260000
≥10 ×
52,6 437,855
0,019011 bp3 ≥ 5938,045
bp ≥ 67,8489
Sehingga digunakan bp = 80 mm
116
Gambar III.18 Rencana Perletakan Pelat Kopel
2. Menghitung kuat geser nominal
bp kn × E
tp
≤ 1,1
√ fy
Dimana:
5
kn=5+
a
() b
5
kn=5+
52,6
( ) 80
kn=12,604
Sehingga:
bp kn × E
tp
≤ 1,1
√ fy
80 12,604 ×200000
6
≤ 1,1
√ 240
13,333 ≤112,737
Maka kuat geser nominalnya adalah:
Vn = 2 × 0,6 × fy × Aw
= 2 × 0,6 × 240 × (80×6)
= 138240 N
Vn = 0,9 × Vn
= 0,9 × 138240 N
= 124416 N
Kontrol:
117
Vu
<1
Vn
123,048
<1
124416
0,000989<1 (Memenuhi Syarat)
3. Kesimpulan
Pelat kopel yang direncanakan aman terhadap gaya tekan
maksimum yang terjadi pada kopel.
III.8.2 Perhitungan Dimensi Batang Tepi Bawah
Sebelum melakukan perhitungan dimensi batang tarik dan tekan
pada batang tepi bawah, terlebih dahulu merencanakan profil yang
akan digunakan pada batang berdasarkan faktor kelangsingan elemen
tarik.
Lo
¿ ≤ 300
ix
Dimana:
Lo = Panjang Elemen Batang (mm)
ix = Jari-jari girasi atau jari-jari kelembaman profil (mm)
Diketahui:
118
Data-data profil siku tunggal L.60.60.10
- h = 60 mm
- b = 60 mm
- t = 10 mm
- T = 10 mm
- qo = 8,69 kg/m
- Ao = 11,1 cm2
- Ixo = Iyo = 34,9 cm4
- ixo = iyo = 1,78 cm
- Sxo = Syo = 8,41 cm3
- Cx = Cy = 1,85 cm
- Imin = 14,6 cm4
- Imax = 55,1 cm4
- imin = 1,15 cm
- imax = 2,23 cm
- Modulus Elastisitas (E) = 200000 MPa
- Modulus Geser (G) = 77200 MPa
- Mutu Baja = BJ-37 ; fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
- A = 2 × Ao
119
= 2 × 11,1
= 22,2 cm2 = 2220 mm2
- Ix = 2 × Ixo
= 2 × 34,9
= 69,8 cm4 = 698000 mm4
T 2
- Iy = 2 ( Iyo + Ao ((y + ))
2
1
= 2 (34,9 + 11,1 ((1,85 + )2)
2
= 192,3995 cm4 = 1923995 mm4
- ix = ixo
= 1,78 cm = 17,8 mm
Iy
- iy =
√ A
192,3995
=
√ 22,2
= 2,9439 cm = 29,4392 mm
- Sx = 2 × Sxo
= 2 × 8,41
= 17,38 cm3 = 17380 mm3
Iy
- Sy =
b'
192,3995
= 1
6+
2
= 29,5999 cm3 = 295999,92 mm3
120
Gambar III.19 Profil Kuda-kuda 2L.70.70.11
Berikut dibawah ini hasil analisa kombinasi pembebanan pada
batang tepi atas:
Tabel III.3 Hasil Kombinasi Gaya Dalam Batang Tepi Bawah
Gaya Batang (kN)
Batang Pmaks
Tarik (+) Tekan (-)
AI - -1115.553
BH 5231.973 -
GH 4276.483 -
Batang
FG 3277.367 -
Tepi
FG' 3313.067 -
Bawah
G'H' 4347.613 -
B'H' 5018.231 -
A'I' - -1115.554
Dari tabel diatas, perhitungan dimensi batang tarik dilakukan
pada batang BH dan batang tekan pada batang A’I’. Berikut dibawah
ini analisa perhitungan dimensi batang tarik dan batang tekan.
121
Faktor shear lag (U) untuk sambungan pada komponen
struktur tarik diatur pada tabel D3.1 halaman 29 SNI 1729-
2015, sebelum menentukan faktor shear lag yang
digunakan, maka sambungan pada batang tarik harus
direncanakan terlebih dahulu. Berikut perhitungan
sambungan baut yang akan digunakan.
- Estimasi jumlah baut yang direncanakan
Ru
n=
∅ × Rn
Dimana:
Rn = Kuat leleh baut yang direncanakan (N)
Ru = Gaya dalam aksial batang tarik maksimum (N)
= 51325,651 N
n = Jumlah baut yang direncanakan
Rn = Fnv × Ab
Baut yang digunakan memiliki diameter 16 mm dan
memiliki mutu baut A325. Sehingga:
1
Ab= × π ×db 2
4
1
Ab= × π ×16 2
4
Ab=201,0619 mm2
Fnv = 372 MPa
Fnt = 620 MPa
Rn = 372 × 201,0619
= 149590,0758 N
Maka:
Ru
n=
∅ × Rn
513225,651
n=
0,75× 149590,0758
n=0,4575
Sehingga jumlah baut yang digunakan adalah 2 buah
122
Gambar III.20 Posisi Rencana Sambungan Baut
123
Dari perencanaan sambungan baut diatas, didapat jumlah
baut yang digunakanan adalah 2 buat baut. Berdasarkan
tabel D3.1 halaman 29 SNI 1729-2015 jika sarana
penyambung yang digunakan lebih sedikit dari 3 sarana
penyambung maka faktor shear lag menggunakan rumus
pada kasus 2. Sehingga:
X́
U =1−
L
18,5
U =1− =0,6917
60
124
Gambar III.22 Identifikasi Bidang Geser dan Bidang Tarik
b. Nilai properties
Agv = 2 × (30+60) × t
= 2 × 90 × 10
= 1800 mm2
Agt = 2 × 30 × t
= 2 × 30 × 10 = 600 mm2
Anv = 2 × (90 – (1,5 × Ølubang)) × t
= 2 × (90 – (1,5 × 18)) × 10
= 1260 mm2
125
d. Klasifikasi block shear
Pnt = fu × A yang terjadi
Berdasarkan perhitungan sebelumnya, dapat dilihat bahwa
nilai putus tarik lebih kecil dari putus geser.
Putus Tarik < Putus Geser
155400 N < 279720 N
Sehingga kuat nominalnya adalah
Pn = (0,6 × fu × Anv + fy × Agt)
= (0,6 × 370 ×1260 + 240 × 600)
= 423720 N
4. Kontrol Kelangsingan Elemen Tarik
Lo
¿ ≤ 300
ix
2000
¿ ≤ 300
17,8
¿ 112,3595 ≤ 300 (Memenuhi Syarat)
126
6. Kesimpulan
Maka profil 2L.60.60.10 aman digunakan terhadap gaya dalam
aksial tarik maksimum yang terjadi pada batang tepi bawah
kuda-kuda.
127
K × L x 1× 2000
❑x = = =112,360
rx 17,8
Sumbu y:
K × L y 1 ×2000
❑y= = =67,937
ry 29,439
Dari analisa sumbu x dan sumbu y diatas, maka diambil
nilai yang terbesar yaitu ❑x =112,360 . Hal ini menandakan
bahwa sumbu x merupakan sumbu yang lebih dominan
mengalami tekuk lentur dari pada sumbu y sehingga yang
di pakai untuk analisa selanjutnya adalah sumbu x.
Pengecekan syarat sesuai dengan pasal E3:
K× L E
r
≤ 4,71×
fy √
200000
112,360 ≤ 4,71 ×
√ 240
112,360 ≤ 136,832
240
f cr =( 0,658 ) × 240=126,239 MPa
156,354
b. Tekuk Lentur-Torsi
Berdasarkan pasa E4 penampang siku ganda atau Tee,
menggunakan rumus fcr sebagai berikut:
128
fcr= ( f 2+Hf ) × [ 1−√ 1− 4 f( f ×+ff ×) H ]
cry crz cry
cry
crz
crz
2
Nilai fe:
π2 E π 2 × 200000
f e= = =427,682 MPa
K Ly 2 67,9372
( )ry
129
- Menghitung fcrz
G×J
f crz=
Ag× ŕ 2o
Diperlukan parameter pendukung antara lain
t 10
d ' =b ' =d− =60− =55 mm
2 2
( d ' + b' ) ×t 3 ( 64,5+55 ) × 103
J=2× ( 3 ) (
=2 ×
3 )
¿ 73333,333 mm4
2 2 2 I x+ I y
ŕ o =x o+ y o +
Ag
10 698000+1923995
(
ŕ 2o =0+ 18,5−
2 )
²+
2220
ŕ 2o =1363,3288
Maka nilai fcrz adalah:
G×J
f crz=
Ag× ŕ 2o
77200 ×73333,333
f crz=
2220 ×1363,3289
f crz=1870,532 MPa
- Menghitung H
x 2o + y 2o
H=1− 2
ŕ o
10
H=1−
(
0+ 18,5−
2
² )
1363,329
H=0,866
130
Setelah semua parameter telah dihitung maka nilai fcr adalah:
fcr=186,984 MPa
Pn = Fcr × Ag
= 126,239 × 2220
= 280249,851 N
131
d. Kesimpulan
Maka profil 2L.60.60.10 aman digunakan terhadap gaya dalam
aksial tekan maksimum yang terjadi pada batang tepi atas
kuda-kuda.
( KLr ) =( KLr )
m 0
132
a
≤ 40
imin
Dimana:
a = Jarak antar konektor (mm)
imin= Radius girasi minimum dari setiap komponen (mm)
Dari tabel di atas didapat bahwa, gaya yang dipikul oleh plat
kopel AI dan A’I’ dengan gaya sebesar 7,437 kg atau sebesar
72,957 N.
133
Berdasarkan SNI-1729-2015, pelat kopel harus cukup kaku
sehingga memenuhi syarat berikut:
Ip I
≥ 10 × min
a L1
1
2× × tp× bp3
12 I min
≥ 10×
a 625,000
1
2× × 6 ×bp 3
12 146000
≥10 ×
47 625,000
0,021277 bp3 ≥ 2336
bp ≥ 80 mm
Sehingga digunakan bp = 80 mm
134
bp kn × E
tp
≤ 1,1
√ fy
80 13,511× 200000
6
≤ 1,1
√ 240
13,333 ≤116,719
Maka kuat geser nominalnya adalah:
Vn = 2 × 0,6 × fy × Aw
= 2 × 0,6 × 240 × (80×6)
= 138240 N
Vn = 0,9 × Vn
= 0,9 × 138240 N
= 124416 N
Kontrol:
Vu
<1
Vn
72,957
<1
124416
0,000586<1 (Memenuhi Syarat)
5. Kesimpulan
Pelat kopel yang direncanakan aman terhadap gaya tekan
maksimum yang terjadi pada kopel.
135
ix = Jari-jari girasi atau jari-jari kelembaman profil (mm)
Diketahui:
Data-data profil siku tunggal L.65.65.11
- h = 65 mm
- b = 65 mm
- t = 11 mm
- T = 10 mm
- qo = 10,3 kg/m
- Ao = 13,2 cm2
- Ixo = Iyo = 48,8 cm4
- ixo = iyo = 1,91 cm
- Sxo = Syo = 10,8 cm3
- Cx = Cy =2 cm
- Imin = 20,7 cm4
- Imax = 76,8 cm4
- imin = 1,25 cm
- imax = 2,42 cm
- Modulus Elastisitas (E) = 200000 MPa
136
- Modulus Geser (G) = 77200 MPa
- Mutu Baja = BJ-37 ; fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
Iy
- iy =
√ A
137
262,6
=
√ 26,4
= 3,1539 cm = 31,5388 mm
- Sx = 2 × Sxo
= 2 × 10,8
= 21,6 cm3 = 21600 mm3
Iy
- Sy =
b'
262,6
= 1
6,5+
2
= 37,5143 cm3 = 37514,29 mm3
138
Dimensi Batang Tarik Tengah
Penyelesaian:
1. Menghitung kuat leleh penampang tarik
Pn = fy × Ag
= 240 × 2640
= 633600 N
139
n = Jumlah baut yang direncanakan
Rn = Fnv × Ab
Baut yang digunakan memiliki diameter 16 mm dan
memiliki mutu baut A325. Sehingga:
1
Ab= × π ×db 2
4
1
Ab= × π ×16 2
4
Ab=201,0619 mm2
Fnv = 372 MPa
Fnt = 620 MPa
Rn = 372 × 201,0619 x 2
= 149590,076 N
Maka:
Ru
n=
∅ × Rn
19121,3320
n=
0,75× 149590,0758
n=0,1704
Sehingga jumlah baut yang digunakan adalah 2 buah
140
Tabel III.5 Hasil Kombinasi Gaya Dalam Batang Tengah
21 BI - -1848.767
22 CH 192.335 -
29 DG 481.955 -
Batang
42 EF 1458.093 -
Vertikal
43 D'G' 426.685 -
44 C'H' 122.315 -
45 B'I' - -2866.883
Berikut dibawah ini Analisa perhitungan btang Tarik dan
tekan
141
Rn = Fnv × Ab
Baut yang digunakan memiliki diameter 16 mm dan
memiliki mutu baut A325. Sehingga:
1
Ab= × π ×db 2
4
1
Ab= × π ×16 2
4
Ab=201,0619 mm2
Fnv = 372 MPa
Fnt = 620 MPa
Rn = 372 × 201,0619 x 2
= 149590,076 N
Maka:
Ru
n=
∅ × Rn
19121,3320
n=
0,75× 149590,0758
n=0,1704
142
Diameter Baut (mm) Jarak Tepi Minimum (mm)
16 22
20 26
22 28
24 30
27 34
30 38
36 46
>36 1,25d
Diameter baut direncanakan sebesar 16 mm, sehingga
jarak tepi minimumnya adalah 22 mm.
143
20
U =1− =0,667
60
b. Nilai properties
144
Agv = 2 × (30+60) × t
= 2 × 90 × 11
= 1980 mm2
Agt = 2 × 30 × t
= 2 × 30 × 11
= 715 mm2
Anv = 2 × (90 – (1,5 × Ølubang)) × t
= 2 × (90 – (1,5 × 18)) × 11
= 1386 mm2
Ant = 2 × (30 – (0,5 × Ølubang)) × t
= 2 × (30 – (0,5 × 18)) × 11
= 517 mm2
c. Menghitung kuat putus pada bidang tarik dan geser
i. Putus Tarik
Pnt = fu × Ant = 370 × 517
= 191290 N
j. Putus Geser
Pnv = 0,6 × fu × Anv = 0,6 × 370 × 1386
= 307692 N
d. Klasifikasi block shear yang terjadi
Berdasarkan perhitungan sebelumnya, dapat dilihat bahwa
nilai putus tarik lebih kecil dari putus geser.
Putus Tarik < Putus Geser
191290 N < 307692 N
145
2671,3721
¿ ≤300
19,1
¿ 139,8624 ≤ 300 (Memenuhi Syarat)
146
65 200000
11
≤ 0,45 ×
√
240
6 ≤ 12,9904
Bila (b/t) ≤ maka penampang tergolong tidak langsing dan
memenuhi syarat.
Nilai fe:
π 2 E π 2 ×200000
f e= = =2324,932 MPa
KL 2 29 ,138²
( )r
Maka nilai fcr-nya adalah:
fy
( )
f cr = 0,658 fe × fy
240
f cr =( 0,658 ) ×240=229,851 MPa
2324,932
b. Tekuk Lentur-Torsi
Berdasarkan pasa E4 penampang siku ganda atau Tee,
menggunakan rumus fcr sebagai berikut:
cry
crz
crz
2
148
Nilai fe:
π2 E π 2 × 200000
f e= = =6339,197 MPa
K Ly 2 17,6462
( )ry
240
f cry =(0,658 ) × 240
6339,197
- Menghitung fcrz
G×J
f crz=
Ag× ŕ 2o
Diperlukan parameter pendukung antara lain
t 11
d ' =b ' =d− =65− =59,5 mm
2 2
( d ' ) × t3 ( 59,5 ) ×11 3
J=2× ( 3 ) (
=2 ×
3 )
¿ 105592,667 mm4
2 2 2 I x+ I y
ŕ o =x o+ y o +
Ag
11 976000+2626000
ŕ 2o =0+ 20− ( 2
²+) 2640
ŕ 2o =1574,644
Maka nilai fcrz adalah:
G×J
f crz=
Ag× ŕ 2o
77200 ×105592,667
f crz=
2640 ×1574,644
149
f crz=1960,9421 MPa
- Menghitung H
x 2o + y 2o
H=1− 2
ŕ o
11
H=1−
2 (
0+ 20−
² )
1574,644
H=0,866
cry
crz
crz
2
fcr= ( 236,227+1960,942
2 ×0,866 ) [ √ (236,227+1960,942) ]
× 1− 1−
4 ×236,227 × 1960,942× 0,866
2
fcr=232,068 MPa
4. Menghitung kuat nominal batang tekan
Dari perhitungan diatas diperoleh nilai fcr sebagai berikut:
- Fcr tekuk lentur : 229,851 MPa
- Fcr tekuk lentur-torsi : 232,068 MPa
Karena Fcr tekuk lentur < Fcr tekuk lentur-torsi, maka tekuk
yang terjadi pada batang tekan adalah tekuk lentur. Sehingga
kuat tekan nominalnya adalah:
Pn = Fcr × Ag
= 229,851 × 2640
= 606807,4 N
150
5. Kesimpulan
Maka profil 2L.65.65.11 aman digunakan terhadap gaya dalam
aksial tekan maksimum yang terjadi pada batang tengah kuda-
kuda.
( KLr ) =( KLr )
m 0
151
Sehingga harus memenuhi kondisi berikut:
a
≤ 40
imin
Dimana:
a = Jarak antar konektor (mm)
imin= Radius girasi minimum dari setiap komponen (mm)
Untuk memenuhi kondisi diatas, maka jarak antar konektor
maksimum adalah:
amax
=40
i min
a max=40 ×i min
a max=40 ×12,5
a max=500 mm
Dari tabel di atas didapat bahwa, gaya yang dipikul oleh plat
kopel terbesar terdapat di batang B’I’ dengan gaya sebesar
33.544 kg atau sebesar 239.0644 N. Maka batang yang
digunakan untuk analisa dimensi pelat kopel adalah pada batang
B’I’.
152
1. Menghitung kuat nominal pelat kopel berdasarkan gaya
terbesar yang dipikul oleh pelat kopel.
Berdasarkan SNI-1729-2015, pelat kopel harus cukup kaku
sehingga memenuhi syarat berikut:
Ip I
≥ 10 × min
a L1
1
2× × tp× bp3
12 I min
≥ 10×
a 278,268
1
2× × 6 ×bp 3
12 146000
≥10 ×
50 278,268
0,020 bp3 ≥ 7438,874
bp ≥ 71,9160 mm
Sehingga digunakan bp = 80 mm
153
5
kn=5+
50
( )80
kn=13
Sehingga:
bp kn × E
tp
≤ 1,1
√ fy
80 13× 200000
6
≤ 1,1
√ 240
13,333 ≤114,492
Vn = 0,9 × Vn
= 0,9 × 138240 N
= 124416 N
Kontrol:
Vu
<1
Vn
187,494
<1
124416
0,001507<1 (Memenuhi Syarat)
3. Kesimpulan
Pelat kopel yang direncanakan aman terhadap gaya tekan
maksimum yang terjadi pada kopel.
154
BAB IV
PERENCANAAN SAMBUNGAN
155
profil atau dua pelat pada kontak menerus dibagi menjadi 2 kondisi
sebagai berikut:
a. Untuk komponen struktur dicat atau komponen struktur tidak dicat
yang tidak menahan korosi, spasi tersebut tidak boleh melebihi 24
kali ketebalan dari bagian tertipis atau tidak boleh melebihi 305 mm.
b. Untuk komponen struktur yang tidak dicat dari baja yang
berhubungan dengan cuaca yang menahan korosi atmospheric, spasi
tidak boleh melebihi 14 kali ketebalan dari bagian tertipis atau tidak
boleh melebihi 180 mm.
Tabel IV.2 Jarak tepi minimum, dari pusat lubang standar ke tepi dari
bagian yang disambunng (mm)
156
Sedangkan jarak maksimum dari pusat setiap baut ke tepi terdekat dari
bagian-bagian dalam kontak tidak boleh melebihi 12 kali ketebalan dari
bagian yang disambungan atau tidak boleh melebihi 150 mm.
Diketahui:
Profil Batang AB = 2L.70.70.11
157
Profil Batang BC = 2L.70.70.11
Profil Batang BI = 2L.65.65.11
Profil Batang BH = 2L.60.60.11
Mutu Baut = A325 ; Fnt = 620 MPa
Fnv = 372 MPa
Mutu Profil Baja = BJ-37 ; Fy = 240 MPa
Fu = 370 MPa
Tebal Pelat Buhul = 10 mm
Diameter Baut (Øb) = 16 mm
Diameter Lubang (Øl) = 16+2 = 18 mm
Gaya Batang (kg)
Nama Batang
Gaya Tarik Gaya Tekan
AB 1216.848
BC - -3762.9248
BI -1848.7673
BH 5231.9726
Penyelesaian:
1. Analisa Pengaruh Critical Slip (Slip Kritis)
Rn=μ × D u ×h f ×T b × n s
Dimana:
μ = Koefisien Slip rata-rata untuk permukaan sambungan (0,3
untuk sambungan kelas A dan 0,5 untuk kelas B) diambil 0,3
untuk kelas A
D u = 1,13; Rasio rata-rata pratarik baut terhadap pratarik minimal
yang disyaratkan
T b = Gaya tarik minimum yang diperoleh dari Tabel J3.1 (SNI 1729-
2015;
Halaman 124)
158
h f = Faktor pengisi sebesar 1,0 (lebih detail lihat SNI 1729-2015;
Pasal J3.8)
n s = Jumlah bidang yang bersentuhan pada sambungan, karena
menggunakan profil siku ganda maka terdapat 2 bidang geser
Sehingga :
Rn=μ × D u ×h f ×T b × n s
Rn=0,3 ×1,13 × 1× 91000× 2
Rn=61698 N
159
Dari perhitungan sebelumnya didapat:
Rn Slip Kritis = 61698 N
Rn Kuat Baut =149590,076 N
Maka digunakan nilai Rn yang terkecil yaitu sebesar 61698 N
- Batang AB
Gaya Aksial = 1216,848 kg = 1937,2789 N
Pu 1937,28
Jumlah baut = = = 0,2579 2 baut
Ø × Rn 0,75× 61698
- Batang BC
Gaya Aksial = 3762,9248 kg = 36914,2927 N
Pu 36914,2789
Jumlah baut = = = 0,79774 2 baut
Ø × Rn 0,75× 61698
- Batang BI
Gaya Aksial = 1848,7673 kg = 18136,4068 N
Pu 18136,4068
Jumlah baut = = = 0,39193 2 baut
Ø × Rn 0,75× 61698
- Batang BH
Gaya Aksial = 5231,9726 kg = 51325,6512 N
Pu 51325,6512
Jumlah baut = = = 1,10918 2 baut
Ø × Rn 0,75× 61698
4. Analisa Block Shear
Sesuai dengan penjelasan tata letak baut diatas, dengan diameter
baut 16 mm maka:
- Jarak tepi minimum = 22 mm
- Spasi antar baut minimum = 3d = 3 (16) = 48 mm
Sehingga diambil perletakan seperti gambar dibawah ini:
Batang CD dan Batang DE
160
Nilai Properties:
Agv = (60+60) × t = (60+60) × 11 = 1320 mm2
Agt = 35 × t = 35 × 11 = 385 mm2
Anv = [(60+60) - (1,5× Ølubang)] × t
= [(60+60) - (1,5× 18)] × 11
= 1023 mm2
Ant = [35- (0,5× Ølubang)] × t
= [35- (0,5× 18)] × 11
= 286 mm2
161
0,75 ×332530 ≥ 36914,2927 N
249397,5 N ≥ 36914,2927 N (Memenuhi
syarat)
162
Kontrol syarat kekuatan:
∅ × Rn≥ Ru
Batang BI
Ru = 18136,4068 N
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×249084 ≥ 18136,4068 N
187118,3 N ≥18136,4068 N (Memenuhi
syarat)
Batang BH
Ru = 51325,6512 N
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×249084 ≥ 51325,6512 N
187118,3 N ≥51325,6512 N (Memenuhi
syarat)
163
Rn=1,2 ×lc ×t × f u ≤ 2,4 × db× t × f u
18
Rn=1,2 ×( 60− ) ×11 × 370≤ 2,4 ×16 × 11 ×370
2
Rn=249084 N ≤ 156288 N
Maka digunakan: Rn = 156288 N
- Baut no. 2
Rn=1,2 ×lc ×t × f u ≤ 2,4 × db× t × f u
Rn=1,2 × ( 60−Øl ) ×11 ×370 ≤ 2,4 ×16 × 11× 370
Rn=1,2 × ( 60−18 ) × 11 ×370 ≤ 2,4 ×16 ×11 × 370
Rn=205128 N ≥156288 N
Maka digunakan: Rn = 156288 N
164
Batang BI dan Batang BH
18
Rn=1,2 ×( 30− ) ×11 × 370≤ 2,4 ×16 × 11 ×370
2
Rn=102564 N ≤ 156288 N
Maka digunakan: Rn = 102564 N
- Baut no. 2
Rn=1,2 ×lc ×t × f u ≤ 2,4 × db× t × f u
Rn=1,2 × ( 60−Øl ) ×11 ×370 ≤ 2,4 ×16 × 11× 370
Rn=1,2 × ( 60−18 ) × 11 ×370 ≤ 2,4 ×16 ×11 × 370
Rn=205128 N ≥156288 N
Maka digunakan: Rn = 156288 N
165
Kontrol syarat kekuatan:
∅ × Rn≥ Ru
Batang BI
Ru = 18136,4 N
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×258852 ≥18136,4 N
194139 N ≥ 18136,4 N (Memenuhi syarat)
Batang DF
Ru = 51325,65 N
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×258852 ≥51325,65 N
194139 N ≥ 51325,65 N (Memenuhi syarat)
166
Batang BI dan Batang BH
Rn=0,6 × f y × A gv
Rn=0,6 × 240× 990
Rn=142560 N
Batang DF
Ru = 51325,65 N
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×142560 ≥ 51325,65 N
106920 N ≥ 51325,65 N (Memenuhi syarat)
167
Gambar IV.5 Sambungan Pada Titik Buhul B
Diketahui:
Mutu Baja Pelat = BJ-37 ; fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
Diameter Baut = 16 mm
Diameter Lubang = 16 + 2 = 18 mm
h = 60 + 60 + 60 + 20 + 60 + 60 + 60
168
= 380 mm
Tebal Pelat Buhul = 10 mm
e = 130 mm
Fnetto = (h × tpelat) – 4 × ((Dlubang × tpelat))
= (380 × 10) – 4 × ((18 × 10))
= 3080 mm2
169
- Tegangan Normal
N 5531,606 N
σN = = =1,7959
F netto 3080 mm2
- Tegangan Lentur
1 1
M × ×h 719108,8 × ×380
2 2 N
σM = = =33,01888
I netto 33539226,7 mm2
- Tegangan Geser
3 D 3 44543,98 N
τ= × = × =21,6935
2 Fnetto 2 3080 mm2
τ < 0,6 × fu
N N
21,6935 2
<0,6 × 370
mm mm2
N N
21,6935 2
<222 (Memenuhi Syarat)
mm mm2
- Tegangan Idiil
σ i =√ σ N 2+ σM 2
σ i =√ 1,7959 2+33,0188 2
N
σ i =33,0677
mm 2
N N
σ i < fu → 33,0677 2
<370
mm mm2
170
B. Sambungan Titik Buhul E
Diketahui:
Profil Batang DE = 2L.70.70.11
Profil Batang D’E = 2L.70.70.11
Profil Batang EF = 2L.65.65.11
Mutu Baut = A325 ; Fnt = 620 MPa
Fnv = 372 MPa
Mutu Profil Baja = BJ-37 ; Fy = 240 MPa
Fu = 370 MPa
Tebal Pelat Buhul = 10 mm
Diameter Baut (Øb) = 16 mm
Diameter Lubang (Øl) = 16+2 = 18 mm
Penyelesaian:
1. Analisa Pengaruh Critical Slip (Slip Kritis)
Rn=μ × D u ×h f ×T b × n s
Dimana:
μ = Koefisien Slip rata-rata untuk permukaan sambungan (0,3 untuk
sambungan kelas A dan 0,5 untuk kelas B) diambil 0,3 untuk
kelas A
171
Du = 1,13; Rasio rata-rata pratarik baut terhadap pratarik minimal
yang disyaratkan
T b = Gaya tarik minimum yang diperoleh dari Tabel J3.1 (SNI 1729-
2015;
Halaman 124)
Tabel IV.3 Gaya Pratarik Baut Minimum
Sehingga :
Rn=μ × D u ×h f ×T b × n s
Rn=0,3 ×1,13 × 1× 91000× 2
Rn=61698 N
172
Rn=F nv ×2 × Ab
Rn=372 ×2 ×201,143=149590,076 N
173
Gambar IV.7 Perletakan Sambungan Baut Pada Batang DE dan
D’E
Nilai Properties:
Agv = (60+60) × t = (60+60) × 11 = 1320 mm2
Agt = 35 × t = 35 × 11 = 385 mm2
Anv = [(60+60) - (1,5× Ølubang)] × t
= [(60+60) - (1,5× 18)] × 11
= 1320 mm2
Ant = [35- (0,5× Ølubang)] × t
= [35- (0,5× 18)] × 11
= 385 mm2
174
Ru = 22485,9 N
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×332530 ≥ 22485,9 N
249397,5 N ≥ 22485,9 N (Memenuhi syarat)
Batang D’E
Ru = 32827,3623 N
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×332530 ≥ 32827,3623 N
249397,5 N ≥ 32827,3623 N (Memenuhi syarat)
Batang EF
Nilai Properties:
Agv = (30+60) × t = (30+60) × 11 = 990 mm2
Agt = 32,5 × t = 32,5 × 11 = 357,5 mm2
Anv = [(30+60) - (1,5× Ølubang)] × t
= [(30+60) - (1,5× 18)] × 11
= 693 mm2
Ant = [32,5- (0,5× Ølubang)] × t
= [32,5- (0,5× 18)] × 11
= 258,5 mm2
175
Rn 1=( 0,6 × 370× 693 ) + ( 1 ×370 ×258,5 )
Rn 1=249491 N
Rn 2=( 0,6 × 240 ×990 ) + ( 1 ×370 ×258,5 )
Rn 2=274835 N
Karena Rn1 > Rn2 maka nilai Rn yang digunakan adalah Rn2 yaitu
sebesar 249491 N
176
- Baut no. 1
Rn=1,2 ×lc ×t × f u ≤ 2,4 × db× t × f u
18
Rn=1,2 ×( 60− ) ×11 × 370≤ 2,4 ×16 × 11 ×370
2
Rn=249084 N ≤ 156288 N
Maka digunakan: Rn = 156288 N
- Baut no. 2
Rn=1,2 ×lc ×t × f u ≤ 2,4 × db× t × f u
Rn=1,2 × ( 60−Øl ) ×11 ×370 ≤ 2,4 ×16 × 11× 370
Rn=1,2 × ( 60−18 ) × 11 ×370 ≤ 2,4 ×16 ×11 × 370
Rn=249084 N ≥ 156288 N
Maka digunakan: Rn = 156288 N
177
234432 N ≥ 22312,158 N (Memenuhi syarat)
Batang EF
178
( ∅2l )× 11 ×370 ≤2,4 × 16 ×11 ×370
Rn=1,2 × 30−
18
Rn=1,2 ×( 30− ) ×11 × 370≤ 2,4 ×16 × 11 ×370
2
Rn=102564 N ≤ 156288 N
Maka digunakan: Rn = 102564 N
- Baut no. 2
Rn=1,2 ×lc ×t × f u ≤ 2,4 × db× t × f u
Rn=1,2 × ( 60−Øl ) ×11 ×370 ≤ 2,4 ×16 × 11× 370
Rn=1,2 × ( 60−18 ) × 11 ×370 ≤ 2,4 ×16 ×11 × 370
Rn=205128 N ≥156288 N
Maka digunakan: Rn = 156288 N
179
Batang DE
Ru = 32583,4204 N
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×190080 ≥ 32583,4204 N
142560 N ≥ 32583,4204 N (Memenuhi syarat)
Batang D’E
Ru = 32827,3623 N
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×190080 ≥ 32827,3623 N
142560 N ≥ 32827,3623 N (Memenuhi syarat)
Batang EF
Rn=0,6 × f y × A gv
Rn=0,6 × 240× 990
Rn=142560 N
180
Gambar IV.11 Sambungan Pada Titik Buhul E
181
Gambar IV.12 Potongan B-B Pada Sambungan Titik Buhul D
Diketahui:
Mutu Baja Pelat = BJ-37 ; fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
Diameter Baut = 16 mm
Diameter Lubang = 16 + 2 = 18 mm
h = 60 + 60 + 60
= 180 mm
Tebal Pelat Buhul = 10 mm
e = 130 mm
Fnetto = (h × tpelat) – 2 × ((Dlubang × tpelat))
= (180 × 10) – 2 × ((18 × 10))
= 1440 mm2
182
N = D’Ey + EFy
= D’E Sin 50o + EF Sin 66o
= 2274,4299 × Sin 50o + 1458,0929 × Sin 66o
= 312,3135 kg
= 3063,7954 N
- Tegangan Normal
N 3063,7954 N
σN = = =2,1276
F netto 1440 mm2
- Tegangan Lentur
1 1
M × ×h 183827,7262× × 180
2 2 N
σM = = =4,6548
I netto 3554280 mm2
- Tegangan Geser
3 D 3 14189,0375 N
τ= × = × =14,78024
2 Fnetto 2 1440 mm2
τ < 0,6 × fu
183
N N
14,78024 2
< 0,6 ×370
mm mm 2
N N
14,78024 2
< 222 (Memenuhi Syarat)
mm mm2
- Tegangan Tarik Maksimum
N
σ =σN + σM =2,1276+4,6549=6,7824
mm2
N N
σ < fu → 6,7824 2
<370
mm mm2
- Tegangan Idiil
σ i =√ σ N 2+ σM 2
2 2
σ i =√ 2,1276 + 4,6549
N
σ i =5,1180
mm2
N N
σ i < fu → 5,1180 2
<370
mm mm2
184
Diketahui:
Profil Batang AI = 2L.60.60.10
Profil Batang HI = 2L.60.60.10
Profil Batang BI = 2L.65.65.11
Mutu Baut = A325 ; Fnt = 620 MPa
Fnv = 372 MPa
Mutu Profil Baja = BJ-37 ; Fy = 240 MPa
Fu = 370 MPa
Tebal Pelat Buhul = 10 mm
Diameter Baut (Øb) = 16 mm
Diameter Lubang (Øl) = 16+2 = 18 mm
Gaya Batang (kg)
Nama Batang
Gaya Tarik Gaya Tekan
AI - -1115.553
HI - -1848.7673
BI -1296.9939
Penyelesaian:
1. Analisa Pengaruh Critical Slip (Slip Kritis)
Rn=μ × Du ×h f ×T b × n s
Dimana:
μ = Koefisien Slip rata-rata untuk permukaan sambungan (0,3
untuk sambungan kelas A dan 0,5 untuk kelas B) diambil 0,3
untuk kelas A
Du = 1,13; Rasio rata-rata pratarik baut terhadap pratarik minimal
yang disyaratkan
185
T b = Gaya tarik minimum yang diperoleh dari Tabel J3.1 (SNI 1729-
2015;
Halaman 124)
Sehingga :
Rn=μ × Du ×h f ×T b × n s
Rn=0,3 ×1,13 × 1× 91000× 2
Rn=61698 N
186
Rn=372 ×2 ×201,143=149590,076 N
187
Batang AI dan Batang HI
Nilai Properties:
Agv = (60+60) × t = (60+60) × 10 = 1200 mm2
Agt = 30 × t = 30 × 10 = 300 mm2
Anv = [(60+60) – (1,5× Ølubang)] × t
= [(60+60) – (1,5× 18)] × 10
= 930 mm2
Ant = [30 – (0,5× Ølubang)] × t
= [30 – (0,5× 18)] × 10
= 210 mm2
Menghitung Kuat Geser Blok
Rn 1=( 0,6 ×f u × A nv ) + ( Ubs× f u × A nt )
Rn 2=( 0,6 × f y × A gv ) + ( Ubs × f u × A nt )
Karena gaya aksial yang terjadi merata, maka Ubs = 1, sehingga:
Rn 1=( 0,6 × 370× 930 ) + ( 1 ×370 ×210 )
Rn 1=284160 N
Rn 2=( 0,6 × 240 ×1200 ) + ( 1× 370 ×210 )
Rn 2=262200 N
Karena Rn1 > Rn2 maka nilai Rn yang digunakan adalah Rn2 yaitu
sebesar 262200 N
Kontrol syarat kekuatan:
∅ × Rn≥ Ru
Batang AI
Ru = 10943,5749 N
∅ × Rn≥ Ru
188
0,75 ×262200 ≥ 10943,5749 N
196650 N ≥ 10943,5749 N (Memenuhi syarat)
Batang HI
Ru = 18136,4068 N
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×262200 ≥ 18136,4068 N
19665 N ≥ 18136,4068 N (Memenuhi syarat)
Batang BI
Nilai Properties:
Agv = (60+60) × t = (60+60) × 11 = 1320 mm2
Agt = 32,5 × t = 32,5 × 11 = 357,5 mm2
Anv = [(60+60) - (1,5× Ølubang)] × t
= [(60+60) - (1,5× 18)] × 11
= 1023 mm2
Ant = [32,5- (0,5× Ølubang)] × t
= [32,5- (0,5× 18)] × 11
= 258,5 mm2
189
Rn 1=( 0,6 ×f u × A nv ) + ( Ubs× f u × A nt )
Rn 2=( 0,6 × f y × A gv ) + ( Ubs × f u × A nt )
Karena gaya aksial yang terjadi merata, maka Ubs = 1, sehingga:
Rn 1=( 0,6 × 370× 1023 ) + ( 1× 370 ×258,5 )
Rn 1=322751 N
Rn 2=( 0,6 × 240 ×1320 ) + ( 1× 370 ×258,5 )
Rn 2=298595 N
Karena Rn1 < Rn2 maka nilai Rn yang digunakan adalah Rn2 yaitu
sebesar 298595 N
190
Rn=1,2 ×lc ×t × f u ≤ 2,4 × db× t × f u
Karena terdapat 2 lubang, maka:
- Baut no. 1
Rn=1,2 ×lc ×t × f u ≤ 2,4 × db× t × f u
18
Rn=1,2 ×( 60− ) ×10 ×370 ≤ 2,4 ×16 × 10× 370
2
Rn=226440 N ≤142080 N
Maka digunakan: Rn = 142080 N
- Baut no. 2
Rn=1,2 ×lc ×t × f u ≤ 2,4 × db× t × f u
Rn=1,2 × ( 60−Øl ) ×10 ×370 ≤ 2,4 ×16 ×10 × 370
Rn=1,2 × ( 60−18 ) × 10 ×370 ≤2,4 ×16 ×10 ×370
Rn=186480 N ≥142080 N
Maka digunakan: Rn = 142080 N
Rn total = Rn1 + Rn2
= 142080 N + 142080 N
= 284160 N
Batang HI
Ru = 40088,6827 N
191
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×284160 ≥ 18136,4068 N
213120 N ≥ 18136,4068 N (Memenuhi syarat)
Batang BI
18
Rn=1,2 ×( 60− ) ×11 × 370≤ 2,4 ×16 × 11 ×370
2
Rn=249084 N ≤ 156288 N
Maka digunakan: Rn = 156288 N
- Baut no. 2
Rn=1,2 ×lc ×t × f u ≤ 2,4 × db× t × f u
Rn=1,2 × ( 60−Øl ) ×11 ×370 ≤ 2,4 ×16 × 11× 370
Rn=1,2 × ( 60−18 ) × 11 ×370 ≤ 2,4 ×16 ×11 × 370
Rn=205128 N ≥156288 N
Maka digunakan: Rn = 156288 N
Rn total = Rn1 + Rn2
= 156288 N + 156288 N
= 312576 N
192
Kontrol syarat kekuatan:
∅ × Rn≥ Ru
Batang BI
Ru = 12723,5 N
∅ × Rn≥ Ru
0,75 ×312576 ≥ 12723,5 N
234432 N ≥ 12723,5 N (Memenuhi syarat)
Batang EF
Rn=0,6 × f y × A gv
Rn=0,6 × 240× 1320
193
Rn=190080 N
194
Gambar IV.20 Potongan C-C Pada Sambungan Titik Buhul I
Diketahui:
Mutu Baja Pelat = BJ-37 ; fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
Diameter Baut = 16 mm
Diameter Lubang = 16 + 2 = 18 mm
h = 60 + 60 + 60 + 20 + 60 + 60 + 60
= 380 mm
Tebal Pelat Buhul = 10 mm
e = 130 mm
Fnetto = (h × tpelat) – 4 × ((Dlubang × tpelat))
= (380 × 10) – 4 × ((18 × 10))
= 3080 mm2
195
= 1296,99 – 1115,55 × Sin 90o – 1848,77 × Sin 74o
= 206,528 kg
= 2026,048 N
- Tegangan Normal
N 2026,0480 N
σN = = =0,6578
F netto 3080 mm2
- Tegangan Lentur
1 1
M × ×h 21351786,67 × ×380
2 2 N
σM = = =18,9967
I netto 33539226,7 mm2
- Tegangan Geser
3 D 3 3613,7297 N
τ= × = × =1,7599
2 Fnetto 2 3080 mm 2
τ < 0,6 × fu
N N
1,7599 2
<0,6 × 370
mm mm2
196
N N
1,7599 2
<222 (Memenuhi Syarat)
mm mm 2
- Tegangan Idiil
σ i =√ σ N 2+ σM 2
σ i =√ 0,65782+ 18,99672
N
σ i =19,00814
mm2
N N
σ i < fu → 19,00814 2
<370
mm mm2
197
2189,273
=
5
= 437,8545 mm
b = 80 mm
a = 52,6 mm
t = 6 mm
h = 150 mm
Imin = 260000 mm4
A = 2860 mm2
198
2. Gaya lintang yang dipikul oleh pelat kopel
Du = 0,02 × Nu = 0,02 × 36914,29 = 738,2859 N
199
N N
3,1520 2
≤139,2 (Memenuhi Syarat)
mm mm2
7. Perletakan Baut
Sesuai dengan penjelasan tata letak baut diatas, dengan diameter baut
½ in atau 12,7 mm maka:
- Jarak tepi minimum = ¾ in = 19,05 mm
- Spasi antar baut minimum = 3d = 3 (12,7) = 38,1 mm
200
Diambil perletakan seperti dibawah ini:
8. Kesimpulan
Maka sambungan pada pelat kopel dengan baut diameter 12,7 mm
dapat menahan gaya geser yang terjadi pada pelat kopel tersebut.
201
N = Pu = 2866,883 kg
= 28124,12 N
Lk = 556,5359 mm
n =1
Lk
L1 =
n
556,5359
=
1
= 4556,5359 mm
b = 80 mm
a = 50 mm
t = 6 mm
h = 140 mm
Imin = 207000 mm4
A = 2640 mm2
202
= 512000 mm4
Maka:
Ip I
≥ 10 × min
a L1
512000 207000
≥10 ×
50 556,5359
10240 ≥3719,437 (Memenuhi syarat)
203
A = 80 × 6 = 480 mm2
P 1573,553 N
τ= = =3,2782
A 480 mm2
τ ijin =0,58 × f y
τ ijin =0,58 ×240
N
τ ijin =139,2
mm2
Syarat Geser:
τ ≤ τ ijin
N N
3,2782 2
≤139,2 (Memenuhi Syarat)
mm mm 2
204
1573,553
≤31352,5253 N
2
786,77 N ≤31352,5253 N (Memenuhi Syarat)
7. Perletakan Baut
Sesuai dengan penjelasan tata letak baut diatas, dengan diameter baut
½ in atau 12,7 mm maka:
- Jarak tepi minimum = ¾ in = 19,05 mm
- Spasi antar baut minimum = 3d = 3 (12,7) = 38,1 mm
Diambil perletakan seperti dibawah ini:
8. Kesimpulan
Maka sambungan pada pelat kopel dengan baut diameter 12,7 mm
dapat menahan gaya geser yang terjadi pada pelat kopel tersebut.
205
Sambungan Pada Pelat Kopel Profil 2L.60.60.10
Pada perhitungan sebelumnya, dimensi pelat kopel yang direncanakan
memiliki ukuran yang sama pad setiap batang, sehingga hanya
diperlukan analisa sambungan pelat kopel pada batang yang memiliki
gaya yang dipikul pelat kopel terbesar saja. Pada perhitungan dimensi
pelat kopel sebelumnya, batang A’I’ memiliki pelat yang memikul gaya
terbesar. Berikut dibawah ini analisa perhitungan pelat kopel pada batang
A’I’:
Diketahui:
Profil Batang B’I’ = 2L.60.60.10
N = Pu = 1115,554 kg
= 10943,58 N
Lk = 1000 mm
n =2
Lk
L1 =
n
1000
=
2
= 500 mm
b = 80 mm
a = 47 mm
t = 6 mm
h = 130 mm
Imin = 1460000 mm4
A = 2220 mm2
206
Ip = Momen inersia pelat kopel
1
Ip = 2 × ×t × b3
12
t = tebal pelat kopel = 6 mm
b = lebar pelat kopel = 80 mm
Imin = Momen inesia elemen komponen struktur minimal
= 146000 mm4
207
= 104340 mm3
Maka:
218,8716× 104340 N
τ= =1,1869
1923995× 10 mm2
4. Gaya geser yang dipikul oleh pelat kopel (P)
P=τ × L1=1,1869 ×500=593,4803 N
Syarat Geser:
τ ≤ τ ijin
N N
1,2364 2
≤ 139,2 (Memenuhi Syarat)
mm mm2
208
1
= ×× 12,72
4
= 126,6769 mm2
Kontrol:
P
≤Vd
n
593,4803
≤31352,5253 N
2
296,7402 N ≤ 31352,5253 N (Memenuhi Syarat)
7. Perletakan Baut
Sesuai dengan penjelasan tata letak baut diatas, dengan diameter baut
½ in atau 12,7 mm maka:
- Jarak tepi minimum = ¾ in = 19,05 mm
- Spasi antar baut minimum = 3d = 3 (12,7) = 38,1 mm
209
Diambil perletakan seperti dibawah ini:
8. Kesimpulan
Maka sambungan pada pelat kopel dengan baut diameter 12,7 mm
dapat menahan gaya geser yang terjadi pada pelat kopel tersebut.
210