Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

“PENDAPATAN”

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah II

Dosen Pengampu : Nur Fadhilah Ahmad Hasibuan, SE, M.Ak

Disusun oleh :

KELOMPOK 7

1. Wardah T. Simamora (0502191024) 4. Efrida Sari (0502193251)


2. Dessy Wulandari (0502192144) 5. Haliza (0502191020)
3. Sari Wahyuni (0502193173) 6. Uci Roito Angina (0502193266)

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN AJARAN 2021 – 2022


KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena memberi penulis kenyamanan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa bantuan-Nya, tentu saja,
penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam, penulis
limpahkan kepada raja kita tercinta, Nabi Muhammad, yang kita nanti akan beralih ke syariahnya
di akhirat.

Penulis bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk kelimpahan nikmat sehat-
Nya, baik dalam bentuk kesehatan fisik dan Rohani, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih ada
banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk alasan ini, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk makalah ini, sehingga makalah ini nantinya bisa menjadi makalah
yang lebih baik. Kemudian jika ada banyak kesalahan dalam Makalah ini Penulis meminta maaf
sebesar-besarnya.Demikian, semoga Makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 19 April, 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................2

C. Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pendapatan.........................................................................................................3

B. Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan ……………....................................................6

C. Pendapatan Penjualan Barang……………………..........…….......................................8

D. Pendapatan Jasa………………………………………………………………………..10

E. Pendapatan Bunga, Royalti, dan Dividen……………………………………………..

F. Program Loyalitas Pelanggan…………………………………………………………

G. Pengungkapan…………………………………………………………………………

H. Kontrak Kontruksi Jangka Panjang…………………………………………………...

I. Analisis Laporan Keuangan…………………………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................16

B. Saran...................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Skandal akuntansi banyak yang melibatkan mark-up pendapatan. Pendapatan merupakan


pos yang cukup mudah untuk dilakukan mark-up. Tujuan perusahaan melakukannya adalah
untuk menaikkan laba melalui penyajian pendapatan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara pengakuan pendapatan secara prematur. Dalam kondisi tersebut, pendapatan sudah
diakui ketika kriteria pengakuan pendapatan belum tercapai. Akibat pengakuan laba yang lebih
saji, maka laba yang dilaporkan menjadi lebih tinggi dari seharusnya dan dapat berdampak pada
pengambilan keputusan yang tidak tepat dari para pembaca laporan keuangan perusahaan
tersebut. Praktik-praktik seperti ini dikenal dengan manajemen laba. Makalah ini menyajikan
akuntansi untuk Pendapatan dengan memberi penekanan pada titik kritikal kapan perusahaan
dapat mengakui pendapatan.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari Makalah ini adalah :

1. Apa definisi dari Pendapatan?


2. Apa itu Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan ?
3. Apa itu Pendapatan Penjualan Barang dana apa saja macam-macamnya?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan Pendapatan Jasa?
5. Bagaimana yang dimaksud dengan Pendapatan Bunga, Royalti, dan Dividen?
6. Bagaimana yang dimaksud dengan Program Loyalitas Pelanggan?
7. Bagaimana yang dimaksud dengan Pengungkapan dalam Pendapatan?
8. Bagaimana Kontrak Kontrksi Jangka Panjang dalam Pendapatan?
9. Apa itu Analisis Laporan Keuangan?
3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui definisi dari Pendapatan.


2. Untuk mengetahui Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan.
3. Untuk mengetahui Pendapatan Penjualan Barang beserta contoh transaksinya.
4. Untuk memahami Pendapatan Jasa.
5. Untuk memahami Pendapatan Bunga, Royalti, dan Dividen.
6. Untuk memahami Program Loyalitas Pelanggan.
7. Untuk mengetahui bagaimana yang dikatakan Pengungkapan dalam pendapatan.
8. Untuk memahami Kontrak Kontruksi Jangka Panjang dalam Pendapatan.
9. Untuk mengetahui Analisis Laporan Keuangan.
BAB II

PEMBAHASAN

“PENDAPATAN”

A. DEFINSI PENDAPATAN

Sesuai definisi di PSAK 23 (Revisi 2010), Pendapatan adalah arus masuk kotor dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk
tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Pendapatan adalah penghasilan yang berasal dari aktivitas normal dari suatu entitas dan merujuk
kepada istilah yang berbeda-beda seperti penjualan (sales), pendapatan jasa (fees), bunga
(interest), dividen (dividend), dan royalti (royalty).

Sesuai definisi pendapatan, perusahaan hanya mengakui pendapatan yang berasal dari
manfaat ekonomi yang diterima atau dapat diterima oleh entitas untuk entitas itu sendiri. Jumlah
yang ditagih atas kepentingan pihak lain, seperti pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bukan
merupakan pendapatan karena tidak mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan
ekuitas. Contoh lain misalnya penerimaan oleh agen. Jumlah tagihan yang meliputi hak principal
tidak dapat diakui sebagai pendapatan. Dalam hal ini jumlah pendapatan yang dapat diakui agen
adalah sebesar komisi yang diterima.

B. PENGUKURAN DAN PENGAKUAN PENDAPATAN

Pengukuran

Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Nilai
wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan dibayar
untuk mengalihkan suatu liabiitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal
pengukuran (PSAK 68 Pengukuran Nilai Wajar). Dalam banyak kasus, nilai pendapatan
biasanya dapat ditentukan dari kontrak atau kesepakatan antara entitas dengan pembeli atau
pengguna asset.
Jumlah imbalan yang diterima biasanya berupa kas atau setara kas, sedangkan jumlah kas
atau setara kas yang dapat diterima maksudnya adalah sebesar nilai yang dapat ditagihkan
(piutang). Jika penerimaan kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan
tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima. Misalnya,
entitas memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli
dengan tingkat bunga dibawah pasar sebagai imbalan dari suatu transaksi penjualan barang.

Imbalan yang diterima dari suatu transaksi penjualan dapat berupa asset non kas selain
piutang. Transaksi ini dikenal dengan barter. Misalnya, suatu entitas melakukan pertukaran aset
kendaraan. Jika imbalan yang diperoleh dari transaksi penjualan adalah berupa barang atau jasa
dengan sifat dan nilai yang serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi
yang menghasilkan pendapatan, sehingga tidak ada pendapatan yang diakui. Jika barang dijual
atau jasa diberikan untuk ditukar dengan barang atau jasa yang tidak serupa, maka transaksi
tersebut dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan. Dalam kasus tersebut,
pendapatan diakui pada nilai wajar atau jasa yang diterima.

Pengakuan Pendapatan

Permasalahan utama dalam akuntansi pendapatan adalah menentukan saat kapan


pendapatan diakui. Mengacu kepada prinsip pengakuan unsur laporan keuangan di Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDP2LK), pendapatan diakui ketika (1)
besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi akan mengalir ke dalam perusahaan dan (2)
nilai manfaat tersebut dapat diukur dengan andal. Berikut adalah penjelasan mengenai saat
kapan umumnya kedua kondisi tersebut terpenuhi untuk dapat diakui sebagai pendapatan :

1. Penjualan barang : pendapatan diakui pada saat penjualan yaitu saat penyerahan barang.
2. Pendapatan jasa : pendapatan diakui pada saat penyerahan jasa yang dapat dtagihkan.
3. Pendapatan yang berasal dari penggunaan asset (pendapatan bunga, sewa atau royalty) :
pendapatan dapat diakui pada saat berlalunya waktu atau pada saat asset digunakan.
4. Pendapatan yang berasal dari penjualan asset (selain persediaan) : umumnya pendapatan
(keuntungan dari pelepasan asset) diakui pada saat penjualan atau pertukaran.

Masalah lain yang mungkin muncul dalam pengakuan pendapatan adalah kesulitan
mengidentifikasi transaksi. Jika transaksi pendapatan bersifat kompleks, maka kriteria
pengakuan pendapatan harus diterapkan untuk masing-masing komponen. Misalnya, jika harga
penjualan dari suatu produk termasu jasa perawatan pasca-penjualan. Dalam hal ini, jumlah yang
dapat diidentifikasikan untuk jasa tersebut ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama
beberapa periode ke depan selama jasa tersebut dilaksanakan pasca penjualan.

Pengakuan Pendapatan Selain di Waktu Penyerahan Barang/Jasa

Beberapa contoh pengakuan pendapatan selain saat penyerahan adalah sebagai berikut :

1. Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan barang/jasa.


Pengakuan ini, umumnya terjadi pada kontruksi gedung. Metode akuntansi untuk
mengakui pendapatan menggunakan metode persentase penyelesaian pekerjaan.
2. Pengakuan pendapatan pada saat barang/jasa selesai, sebelum diserahkan kepada
pembeli.
Pengakuan ini banyak terjadi pada pengakuan pendapatan dari penjualan produk hasil
pertanian. Harga barang sudah ditetepkan dalam suatu kontrak, bersifat mengikat dan
tidak dapat dibatalkan.
3. Pengakuan pendapatan setelah penyerahan barang/jasa.
Pengakuan ini terjadi pada saat penyerahan barang tersebut memerlukan proses
pemasangan atau instalasi di tempat pembeli. Pada kasus semacam ini, pengakuan
pendapatan belum dapat dilakukan pada saat barang diantar ke tempat pembeli karena
masih terdapat kewajiban yang harus dilakukan oleh penjual untuk melakukan
pemasangan atau instalasi.

C. PENDAPATAN PENJUALAN BARANG

Menurut PSAK 23 (Revisi 2010) Pendapatan, entitas mengakui pendapatan dari penjualan
barang ketika semua kondisi berikut ini terpenuhi:

1. Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan
kepada pembeli.
2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang terkait dengan kepemilikan barang
tersebut atau sudah tidak lagi memiliki kendali atau kontrol yang efektif atas barang yang
dijual.
3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
4. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait transaksi tersebut akan mengalir ke
entitas.
5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan tersebut
dapat diukur dengan andal.

Peralihan resiko dan manfaat yang signifikan merupakan hal yang sangat kritikal dan
memerlukan pengujian atas keadaan transaksi tersebut. Pada umumnya, pemindahan resiko dan
manfaat terjadi pada saat yang bersamaan dengan penyerahan barang, atau penguasaan atas
barang, atau bersamaan dengan pemindahan hak milik kepada pembeli. Berikut ini adalah
beberapa jenis transaksi penjualan yang memiliki perbedaan saat pengakuan pendapatan barang.

Penjualan Bill and Hold

Penjualan Bill and Hold adalah penjualan barang dengan penundaan pengiriman barang
yang memang diminta oleh pembeli tanpa memengaruhi waktu penagihan dan kesepakatan
harga.

Sebagai ilustrasi, PT. Gema menjual perlengkapan mesin cetak kepada PT. Cetak yang
berencana membuka cabang baru di kota Bandung. Dalam kesepakatan jual beli, PT. Cetak
meminta PT. Gema tetap memegang mesin tersebut dan mengirimkannya pada saat cabang baru
sudah siap. Transaksi jual beli sudah terjadi pada saat kesepakatan ditandatangani sehingga
PT.Gema tetap melakukan penagihan seperti penjualan pada umumnya tanpa menunggu mesin
tersebut diserahkan kepada PT. Cetak. Kesepakatan jual beli semacam ini dikenal dengan istilah
Bill and Hold.

Pengakuan pendapata untuk transaksi ini tergantung situasi. PT. Gema mengakui
pendapatan pada saat kesepakatan ditandatangani, ketika (1) Kemungkinan besar penyerahan
barang akan dilakukan; (2) Pada saat penjualan diakui, barang yang dijual teridentifikasi dengan
jelas dan dalam kondisi siap diserahkan pada saat penjualan diakui; (3) Penjual menyetujui
penundaan pengiriman barang; (4) Berlaku syarat-syarat pembayaran yang biasa. Dalam kasus
diatas, semua kondisi terpenuhi, sehingga pengakuan pendapatan diakui pada saat kesepakatan
jual beli ditandatangani.

Penjualan Barang dengan Instalasi


Penjualan barang dengan Instalasi adalah penjualan barang yang ketika barang diantar
ketempat pembeli, barang tersebut masih memerlukan proses pemasangan atau instalasi terlebih
dahulu, sebelum akhirnya barang tersebut dapat digunakan oleh pembeli. Misalnya penjualan
barang-barang seperti peralatan teknologi yang memerlukan proses pemasangan/instalasi pada
pabrik atau digedung pembeli. Jika proses pemasangan bersifat sederhana misalnya hanya
membongkar kemasan dan memasang sambungan listrik atau antenna, maka pendapatan diakui
pada saat penyerahan. Namun, jika proses instalasi memerlukan proses yang cukup lama, tidak
ada pendapatan penjualan yang diakui terkait penjualan pada saat peralatan diantar ke tempat
pembeli. Pendapatan baru dapat diakui setelah instalasi dilakukan.

Penjualan dengan Pembayaran di Muka

Pembayaran yang diterima di muka sebelum barang diserahkan tidak dapat diakui
sebagai pendapatan. Penerimaan kas diakui sebagai peningkatan liabilitas. Pada saat peneriman
uang muka, diakui liabilitas pada akun pendapatan diterima dimuka.

Kas xxx

Pendapatan diterima di muka xxx

Pendapatan diakui pada saat barang telah jadi dan diserahkan kepada konsumen, dengan jurnal
sebagai berikut.

Pendapatan diterima dimuka xxx

Pendapatan Penjualan xxx

Penjualan dengan Retur

Beberapa kontrak penjualan memberi hak kepada konsumennya untuk meretur barang
yang telah dibeli dan memperoleh pengembalian uang atau pengurangan tagihan. Hak ini
biasanya diberikan kepada penjual eceran. Hak retur ini bersifat implisit atau eksplisit dan dapat
bersifat persyaratan diwajibkan . Namun ada kondisi dimana jumah retur sangat tinggi. Contoh
situasi jumlah retur tidak signifikan, misalnya ketika beberapa jenis penjualan yang menawarkan
hak retur jika konsumen merasa tidak puas dengan produk yang dijual. Dalam hal ini jumlah
retur bisa diestimasi dengan andal berdasarkan pengalaman historis. Dalam situasi tersebut,
penjualan diakui penuh dan jumlah estimasi retur dicadangkan. Jika jumlah retur cukup
signifikan dan tidak dapat diestimasi dengan andal, maka pengakuan pendapatan ditunda sampai
jumlah retur dapat diestimasi dengan andal atau sampai retur dilakukan dan batas waktu retur
terlampaui. Karena risiko dan manfaat signifikan belum beralih kepada pembeli.

Penjualan dengan Perjanjian Membeli Kembali (Buyback Agreement)

Jika perusahaan menjual barangnya kemudian terdapat perjanjian untuk membelinya


kembali pada periode waktu tertentu, apakah artinya perusahaan telah menjual barangnya?
Kesepakatan penjualan semacam ini memerlukan analisis apakah risiko dan manfaat yang
signifikan telah berpindah dari penjual kepada pembeli.

Penjualan Menggunakan Agen

Banyak perusahaan yang menjual produknya melalui perantara agen atau perantara atau
distributor. Agen bertugas memasarkan dan menyerahkan barang kepada konsumen akhur.
Produsen (prinspal) menyerahkan barang kepada agen agen menyerahkan barang kepada
onsumen akhir dan biasanya menerima komisi dari penjualan tersebut. Dalam hal ini agen hanya
mengakui pendapatan sebesar komisi, bukan harga jual penuh, karena agen tidak
menanggung resiko dan manfaat terkait penjualan tersebut. Karena agem menyerahkan kembali
penjualan kepada principal setelah dikurangi bagian komisi agen.

Menurut PSAK 23 (Revisi 2010) Pendapatan, perusahaan bertindak sebagai principal


jika menanggung dampak manfaat dan risiko signifikan terkait dengan penjualan barang.Adapun
perusahaan bertindak sebagai agen yaitu ketika perusahaan memiliki tanggung jawab utama
dalam menyediakan barang kepada konsumen atau memenuhi pesanan, perusahaan menanggung
risiko produk sbelum dan setelah pesanan, selama pengiriman atau pada saat terdapat retur
konsumen, perusahaan memilii wewenang dalam menetapkan harga, secara langsung maupun
tidak langsung, dan menanggung risiko kredit konsumen atas jumlah yang dapat diterima dari
konsumen. Lazimnya, jika suatu entitas bertindak sebagai agen, maka jumlah yang diterima
entitas ditetapkan sebelumnya. Salah satu bentuk hubungan antara principal dana gen dapat
ditemui dalam penjualan barang konsinyasi.

Penjualan Barang Konsinyasi


Dalam kesepakatan penjualan konsinyasi, consignor (produsen atau wholesaler)
mengirimkan barang kepada consignee (diler), yang bertindak sebagai agen dalam menjual
produk yang dimiliki oleh consignor. Consignor mengakui pendapatan sedangkan agen
mengakui komisi penjualan. Consignee menerima produk yang dikirim consignor dan menjaga
produk sampai terjual. Consignee menyerakan uang penjualan kepada consignor setelah
dikurangi komisi penjualan dan biaya lainnya dibebankan kepada consignor sesuai kesepakatan.

Pada penjualan konsinyasi, consignor mengakui pendapatan hanya setelah menerima


pemberitahuan penjualan dan penyerahan kas dari consignee. Consignor tetap mencatat barang
jualan sebagai persediaan yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan, sementara consignee
juga tidak mengakui persediaan konsinyasi sebagai asetnya.

D. PENDAPATAN JASA

Menurut PSAK 23 (Revisi 2020) Pendapatan, pendapatan jasa dapat diakui berdasarkan
tahap penyelesaian dengan syarat bahwa hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal, ketika
semua kondisi berikut ini terpenuhi :

1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.


2. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas.
3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diakui
secara andal.
4. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat
diukur dengan andal.

Pendapatan penjualan jasa diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas. Tingkat penyelesaian transaksi
dapat ditentukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat transaksi, seperti :

1. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan.


2. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang
dilakukan; atau
3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi
tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan hingga tanggal
tertentu yang dimasukkan sebagai biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut.

Jika hasil transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan kemungkinan kecil biaya yang
terjadi dapat dipulihkan, maka pendapatan jasa tidak dapat diakui dan biaya yang timbul sebagai
beban. Contoh pengakuan pendapatan jasa adalah sebagai berikut.

1. Jasa instalasi diakui selama periode instalasi dengan mengacu kepada tahap penyelesaian.
2. Pendapatan langganan majalah diakui dengan basis garis lurus selama periode
berlangganan.
3. Komisi agen asuransi diakui pada awal periode asuransi dimulai.
4. Jasa pengembangan perangkat lunak (software) diakui selama periode instalasi dengan
mengacu kepada tahap penyelesaian.
5. Pendapatan penjuaan tiket suatu pertunjukan diakui pada saat pertunjukan terjadi.
6. Pendapatan biaya pendidikan per semester diakui selama periode semester tersebut.

E. PENDAPATAN BUNGA, ROYALTI, DAN DIVIDEN

Pendapatan yang timbul dari penggunaan asset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalty, atau dividen diakui sebagai berikut.

1. Pengakuan pendapatan bunga mengikuti konsep akuntansi akrual. Pendapatan bunga


diakui menggunakan metode suku bunga efektif.
2. Pendapatan royalty diterima dari penggunaan asset perusahaan seperti paten, hak cipta
musik dan flim, akan diakui berdasarkan garis lurus selama periode waktu perjanjian
royalty.
3. Pendapatan dividen diakui ketika muncul hak pemegang saham untuk menerima
pembayaran dividen, yaitu tanggal pengumuman dividen.

F. PROGRAM LOYALITAS PELANGGAN

Program Loyalitas pelanggan digunakan entitas untuk memberikan insentif kepada


pelanggan untuk membeli barang atau jasa yang mereka jual. Ketika pelanggan membeli narang
atau jasa, entitas kemudian memberikan poin penghargaan kepada pelanggan (seringkali disebut
sebagai “poin”). Penghargaan tersebut dapat ditukar dengan barang atau jasa secara gratis atau
dengan potongan harga.

Perlakuan akuntansi untuk pengakuan pendapatan yang terkait dengan program loyalitas
pelanggan diatur dalam PSAK 23 Pendapatan paragraph 12 dan dibahas dalam ISAK 10
Program Loyalitas Pelanggan. Nilai wajar imbalan yang diterima atau ditagihkan sehubungan
dengan penjualan awal harus dialokasikan antara poin penghargaan dengan komponen lainnya
dari penjualan. Imbalan yang dialokasikan antara poin penghargaan diukur dengan mengacu
pada nilai wajarnya, yaitu nilai poin penghargaan tersebut jika dijual secara terpisah. Selanjutnya
entitas mengakui pendapatan pada saat poin penghargaan ditukar dan entitas telah memenuhi
kewajiban untuk memberi penghargaan. Jumlah pendapatan yang diakui berdasarkan pada
jumlah poin penghargaan yang telah diukur secara relative terhadap jumlah keseluruhan yang
diperkirakan akan ditukar.

Anda mungkin juga menyukai