Diajukan untuk memenuhi tugas UAS pada mata kuliah Ekonomi Mikro Islam
Disusun oleh :
Wardah Tuzahra
(0502191024)
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yang dapat ditarik pada makalah
ini adalah :
1. Bagaimana profil singkat PT. Pelindo II yang terjerat melakukan Pasar Monopoli?
2. Bagaimana kasus itu bisa terjadi pada PT. Pelindo II (jelaskan secara deskriprif)?
3. Apakah ciri-ciri dan faktor penyebab terbentuknya Pasar Monoli dan bagaimana
kaitannya dengan PT. Pelindo itu sendiri ?
4. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari Pasar Monopoli?
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui profil singkat PT.Pelindo yang terjerat melakukan Pasar
Monopoli.
2. Untuk mengetahui kasus itu (Pasar Monopoli) bisa terjadi pada PT.Pelindo.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dan faktor penyebab terbentuknya Pasar Monopoli
dan bagaimana kaitannya dengan PT. Pelindo itu sendiri.
4. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari Pasar Monopoli.
BAB II
PEMBAHASAN
Selama ini fungsi regulator dan operator berada pada satu tangan yaitu PT.
Pelindo. Sejak hadirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahm 2008 tentang Pelayaran hasil
regulator sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah dalam hal adalah Kementerian
Perhubungan yang kemudian dilakukan melalui Otoritas Pelabuhan (OP), sedangkan
hasil operator diberikan kepada perasahaan BUMN (Pelindo) atau perusahaan swasta.
Hal ini berdasarkan pada dua putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang
dikeluarkan setelah diberlakukan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008. Dua putusan
tersebut adalah putusan dengan perkara Nomor 02/KPPU-I/2013 tentang jasa bongkar
muat di pelabuhan Teluk Bayur dan putusan dengan perkara Nomor 12/KPPU-I/2014
tentang kewajiban penggunaan gantry lufing crane untukkegiatan bongkar muat di
pelabuhan Tanjung Priok. Dalam dua putusan tersebut PT. Pelindo adalah pihak terlapor
yang terbukti melanggar Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pada kedua putusan ditemukan
bahwa yang menjadi dasar panbelaan PT. Pelindo adalah adanya Surat yang dikeluarkan
oleh Menteri Perhubungan.
Pada kasus jasa bongkar muat di pelabuhan teluk bayur, PT. Pelindo menjadikan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: MP 98 Tahun 2011 sebagai dasar melakukan
kegiatan pengelolaan/pengoperasian terminal dan fasilitas di pelabuhan teluk bayur.
Pada kasus lain yaitu kasus penggunaan gantry lufifig crarze untuk kegiatan bongkar
muat di pelabuhan Tanjung Priok, PT.Pelindo menjadikan PP Nomor 57 Tahun 1991
tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan hdonesia II menjadi
Perusahaan perseroan, Kepmen Menteri Perhubungan No. KP 98 Tahun 201 1 tentang
Pemberian Izin Usaha kepada PT Pelindo II sebagai Badan Usaha Pelabuhan, dan Surat
Menteri Perhubungan Nomor HK 003/1/11 Phb 2011 tanggal 6 Mei 2011 perihal
pelaksanaan ketentuan undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelaysran
terhadap PT Pelabuhan Indonesia I, II, III dan IV (Persero) sebagai dasar untuk
melakukan monopoli dengan mewajibkan penggunaan gantry luffing crane untuk
kegiatan bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok. Hal-ha1 tersebut terdapat dalam
tanggapan PT. Pelindo pada 2 putusan KPPU pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Kelebihan
Kekurangan
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai persaingan usaha tidak sehat dalam jasa
bongkar muat dengan studi kasus putusan KPPU Perkara Nomor 02/KPPU-I/201 pada bab-bab
sebelumnya, maka untuk menjawab pokok permasalahan penulis menyimpulkan beberapa hal,
yaitu :
a. Penyelesaian sengketa dalam praktek persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan
perusahaan jasa bongkar muat milik PT. PELINDO II Pada Nomor Perkara 02/KPPU-
I/2013 Dengan mekanisme yang pada awalnya Komisi Pengawas menduga adanya
praktek persaingan usaha tidak sehat dalam usaha bongkar muat yang dilakukan PT.
PELINDO II, setelah itu dilakukan pemeriksaan pendahuluan, setelah ditemukan adanya
temuantemuan yang diduga mendukung benar adanya tindakan melawan Undang-
Undang No 5 Tahun 1999 maka dilaksanakan pemeriksaan lanjutan, setalah itu
mendengarkan keterangan sanksi/ pelaku dan atau memeriksa alat bukti lain, lalu
memperpanjang pemeriksaan lanjutan, hingga pada akhirnya majelis komisi
memberikan keputusan komisi, dan pemberitahuan keputusan kepada pelaku usaha
yaitu PT. PELINDO II.
Memang mengenai hukum acara persaingan usaha kurang dijelaskan secara detail
didalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, namun jika membahas mengenai
penyelesaian sengketa yang terjadi dalam persaingan usaha itu sudah pasti tidak
terlepas dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), karena segala tugas, fungsi,
wewenang dan lain sebagainya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
Yaitu dengan mekanisme laporan kepada komisi pengawas atau monitoring inisiatif
Komisi Pengawas, pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan lanjutan, mendengarkan
keterangan sanksi/ pelaku dan atau memeriksa alat bukti lain, memperpanjang
pemeriksaan lanjutan, memberikan keputusan komisi, pemberitahuan keputusan
kepada pelaku usaha, pelaksanaan keputusan komisi, pelaporan pelaksanaan keputusan
Komisi.
Hasilnya, menunjukkan bahwa bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh PT
Pelindo berupa Perjanjian Terutup berupa Tying Agreement, Penguasaan Pasar berupa
menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada
pasar bersangkutan dan menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha
pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu
dan cara KPPU membuktikan adanya pelanggaran terhadap praktek monopoli dengan
menggunakan pendekatan Rule of Reason.
b. Akibat hukum atas persaingan usaha tidak sehat dalam usaha bongkar muat yang
dilakukan PT. PELINDO II itu menimbulkan sanksi berupa Tindakan Administrasi yakni
untuk mencabut setiap klausul yang mengatur penyerahan kegiatan bongkar muat
barang kepada PT. PELINDO II dalam perjanjian-perjanjian sewa lahan di Pelabuhan
Teluk Bayur yang mengkaitkan antara penyewaan lahan dengan penggunaan jasa
bongkar muat, dan juga membayar denda sebesar Rp 4.775.377.781,00 yang harus
disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
Pemerintah. Timbulnya sanksi tersebut dikarenakan PT. PELINDO jelas melanggar Pasal
15 Ayat 2 dan Pasal 19 Huruf a dan Huruf b Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
PT. PELINDO II menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha. tindakan yang melawan hukum tentu akan
menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum yang timbul karena persaingan usaha tidak
sehat menurut Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 dapat berupa sanksi tindakan
administrasi, pokok pidana dan pidana tambahan. Sepertinya halnya dalam kasus
perkara nomor 02/KPPU-I/2013, PT.PELINDO II melakukan Perjanjian dengan pihak lain
yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu
harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok, menolak
dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang
sama pada pasar bersangkutan serta menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku
usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha
pesaingnya. Maka dari itu sanksi yang dijatuhkan oleh Majelis Komisi kepada PT.
PELINDO II sudah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, khususnya Undang-
Undang No 5 Tahun 1999.
2. Saran
a. Melihat dari kenyataan yang terjadi di Indonesia, tidak jarang juga terjadinya
pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Seperti yang terjadi dalam
Perkara Nomor 02/KPPU-I/2013, Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang
menduga PT. Pelabuhan Indonesia II melakukan kegiatan dan perjanjian yang
dilarang, namun PT. Pelabuhan Indonesia II ini merasa tidak melakukan seperti
yang dituduhkan Komisi Pengawas tersebut, karena PT. Pelabuhan Indonesia itu
merasa bahwa tindakannya sudah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku,
dan tidak termasuk dalam praktek persaingan usaha tidak sehat. Seharusnya
Komisi Pengawas lebih menjelaskan lagi secara terinci mengenai pasal demi
pasal tentang antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat kepada
masyarakat dengan melakukan sosialisasi seperti mengadakan Diklat, seminar
dan lain sebagainya, terutama kepada para pelaku usaha agar mengetahui apa
saja kegiatan dan perjanjian yang termasuk melawan hukum.
b. Mengenai pengaturan tentang praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat di Indonesia itu dirasa perlu di adakannya revisi terhadap
UndangUndangnya, karena semenjak di undangkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tersebut hingga saat ini tentu sudah terindetifikasi berbagai
kelemahannya diataranya seperti Hukum Acara Persaingan Usaha yang belum di
atur jelas dalam Undang-Undang ini dan Pemberian sanksi yang dirasa perlu di
rubah. Seiring berkembangnya waktu dan ekonomi, sanksi denda yang
dikenakan kepada pelaku usaha yang terbukti melanggar itu sangat kecil sekali
bagi para pelaku usaha saat ini. Dengan begitu diharapkan kepada pemerintah
untuk merevisi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dengan meningkatkan
pemberian sanksi dan meningkatkankan peran Komisi Pengawas Persaingan
Usaha agar praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di Indonesia ini
semakin berkurang.