Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KASUS PASAR MONOPOLI

(PT. PELABUHAN INDONESIA [PELINDO II])

Diajukan untuk memenuhi tugas UAS pada mata kuliah Ekonomi Mikro Islam

Dosen Pengampu : Ibu Gilang Rizky Dewanti, SEI, MBA

Disusun oleh :

Wardah Tuzahra

(0502191024)

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN AJARAN 2020 – 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan perkembangan, persaingan usaha, khususnya pada bidang ritel
diantara pelaku usaha semakin keras. Banyak pengusaha yang mencari cara untuk
memperoleh keuntugan yang sebesar-besarnya, keuntungan yang sangat besar tersebut
tidak dapat tercapai apabila semakin banyak pesaing didalam sebuah industri. Oleh
sebab itu banyak pengusaha yang mengharapkan adanya praktik monopoli.
Struktur pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya ada satu produsen
atau penjual saja didalam pasar tersebut. Biasanya keuntungan yang dinikmati oleh
perusahaan monopoli adalah keuntungan formal dan ini diperoleh karena terdapat
hambatan yang tangguh yang dihadapi perusahaan-perusahaan lain untuk memasuki
industry tersebut.

Untuk mengantisipasi adanya penyalahgunaan terhadap praktik monopoli


Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Praktek
Antimonopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dunia persaingan usaha harus dijaga
dari praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, oleh karena itu diatur Undang-
Undang nomor 5 tahun 1999 yang harus dipatuhi oleh para pelaku usaha. Dengan
hadirnya undang-undang tersebut dan lembaga yang mengawasi pelaksanaannya, yaitu
KPPU, diharapkan para pelaku usaha dapat bersaing secara sehat sehingga seluruh
kegiatan ekonomi dapat berlangsung lebih efisien dan memberi manfaat bagi
konsumen. Namun, pada kenyataannya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat ini masih banyak terjadi sebagai contoh PT Pelindo II yang telah terbukti
melakukan monopoli dalam kegiatan bongkar-muat di Pelabuban Teluk Bayur pada
tahun 2013 silam.
Perkara PT Pelindo II (Persero) diawali dari inisiatif KPPU untuk menyelidiki
pelanggaran Undang-Undang Anti Monopoli di pasar bersangkutan dengan melihat
pasar produk yaitu pasar produk berupa jasa bongkar muat barang bagi penyewa lahan
PT Pelindo II (Persero) dan pasar geografiknya yaitu pelabuhan Teluk Bayur, Sumatra
Barat. Maka permasalahannya adalah bagaimana bentuk pelanggaran yang dilakukan
oleh PT. Pelindo II berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang larangan
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan bagaimana KPPU membuktikan
adanya pelanggaran terhadap praktek monopoli. Untuk menjawab permasalahan
tersebut, maka saya akan membuat penjelasan lebih lanjut dalam Makalah ini.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yang dapat ditarik pada makalah
ini adalah :
1. Bagaimana profil singkat PT. Pelindo II yang terjerat melakukan Pasar Monopoli?
2. Bagaimana kasus itu bisa terjadi pada PT. Pelindo II (jelaskan secara deskriprif)?
3. Apakah ciri-ciri dan faktor penyebab terbentuknya Pasar Monoli dan bagaimana
kaitannya dengan PT. Pelindo itu sendiri ?
4. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari Pasar Monopoli?

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui profil singkat PT.Pelindo yang terjerat melakukan Pasar
Monopoli.
2. Untuk mengetahui kasus itu (Pasar Monopoli) bisa terjadi pada PT.Pelindo.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dan faktor penyebab terbentuknya Pasar Monopoli
dan bagaimana kaitannya dengan PT. Pelindo itu sendiri.
4. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari Pasar Monopoli.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PROFIL PT. PELINDO II

PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau sering dikenal dengan Pelindo II adalah


Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang logistik, secara spesifik pada
pengelolaan dan pengembangan pelabuhan. Saat ini, Pelindo 2 telah mengoperasikan
12 Pelabuhan yang terletak di 10 Provinsi Indonesia. Dari Sumatera Barat hingga Jawa
Barat, Pelindo 2 menjadi salah satu BUMN strategis dimana seluruh pelabuhan yang
dikelola memiliki posisi yang signifikan dalam keterhubungan jaringan perdagangan
internasional berbasis transportasi laut. Perusahaan yang dibentuk oleh Pemerintah
sejak tahun 1960 ini telah berubah status usaha dari PN sejak pendiriannya berlanjut
menjadi Perum pada tahun 1983 dan akhirnya menjadi Perseroan Terbatas pada tahun
1992. Perubahan status usaha itu tak lepas dari gegap gempitanya pelindo 2 untuk
menjalankan fungsinya sebagai pelaksana teknis kegiatan logistik dibidang
kepelabuhanan, yaitu membangun Pelabuhan terbesar di Indonesia, Tanjung Priok.
Pencapaian sukses pernah diraih perusahaan ini sebagai The Best Port Practices in Asia-
Pacific Region pada Tahun 1980 an.
Namun, tidak lepas juga akibat tidak adanya perkembangan signifikan dalam
kegiatannya membuat Pelindo tertinggal dan terkucil. Meski cukup ironis untuk
diketahui, Pelindo 2 tidak malu untuk menghadapi perubahan dan bergerak bersama
dengan perubahan dengan berubah. Kawasan pelabuhan diperluas, fasilitas pelabuhan
diperbarui dan tata kelola manajemen perusahaan dirombak total untuk menciptakan
gerak usaha yang lebih adaptabel, resilien dan progresif dalam perkembangannya
sebagai pengelola pintu perdagangan Indonesia. Kini, setelah menjalani serangkaian
penataan, revitalisasi dan transformasi, Pelindo 2 hadir menjadi pengelola dan
pengembang kegiatan logistik, tidak hanya sekadar pelabuhan tetapi juga berbagai
usaha yang terkait dengan logistik sebagai energi perdagangan Indonesia.

B. PENJELASAN KASUS PT. PELINDO II

Komisi Pengawasan Persaingan Usaha ( KPPU) menyatakan, PT Pelindo II terbukti


melakukan monopoli kegiatan bongkar-muat di Pelabuban Teluk Bayur. Atas
pelanggaran itu, Komisi menjatuhkan sanksi denda Rp 4,77 miliar dan membatalkan
beberapa perjanjian yang dibuat oleh perusahaan pelat merah itu dalam sidang.
melalui Undang-Undang Nomor: 2 1 Tahun 1992 tentang Pelayaran, pemerintah
Indonesia memberikan kepercayaan kepada PT. Pelindo yang merupakan Badan Usaha
Milik Negara untuk ixelakukan pengusahaan pada sektor pelabuhan. Ini adalah bentuk
penguasaan negara terhadap pelabuhan yang merupakan sektor penting bagi negara
Indonesia dan terkait dengm hajat hidup orang banyak.
Penunjukan Badan Usaha Milik Negara untuk melahkan pengusaha pada sektor
pelabuhan yang dalam hal ini adalah PT. Pelindo merupakan bentuk monopoli yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Monopoli yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia bukanlah hal yang di larang. Hal ini sesuai dengan Pasal 50 huruf a dm Pasal 5
1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun i 999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Oleh karena itu berdasarkan arnanah pasal-pasal
tersebut pada pelaksanaan pengusahaan pelabuhan PT. Pelindo dapat melakukan
monopoli.
Pada pelaksanaannya, pemberian wewenang pengusaha pelabuhan dan
monopoli oleh PT. Pelindo ternyata tidak efisien. Hal ini dapat dilihat dari putusan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang memperlihatkan adanya praktik monopoli
yang menyebabkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat oleh PT. Pelindo. Akibat dari
praktik monopoli yang dilakukan oleh PT. Pelindo, PT. Pelindo dilaporkan oleh pelaku
usaha lain dalam sektor pelabuhan karena dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999. Ada 4 putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang coba penulis
analisis. Berdasarkan putusan-putusan tersebut PT. Pelindo terbilkti melanggar Undmg-
Undang Nomor 5 Tahun 1999. Putustin-putusan tersebut adalah:
1. Putusan Perkara No. 01/KPPU-L/2004 Kasus Tentang TCK (Terminal Curah Kering)
di Pelabuhan Belawan
2. Putusan Perkara No. 05/KPPU-L/2007 tentang Tender Pengerukan Alur Pelayaran
Pelabuhan Belawan.
3. Putusan Perkara No. 02/KPPU-I/2013 tentang Jasa Bongicar Muat di Pelabuhan
Teluk Bayur.
4. Putusan Perkara No. 12/KPPU-I/2014 tentang Kewajiban Penggunaan Gantry
Lufting Crane untuk Kegiatan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok.

Selama ini fungsi regulator dan operator berada pada satu tangan yaitu PT.
Pelindo. Sejak hadirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahm 2008 tentang Pelayaran hasil
regulator sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah dalam hal adalah Kementerian
Perhubungan yang kemudian dilakukan melalui Otoritas Pelabuhan (OP), sedangkan
hasil operator diberikan kepada perasahaan BUMN (Pelindo) atau perusahaan swasta.

Pengaturan Otoritas Pelabuhan sebagai regulator dalam sektor pelahuhan sesuai


dengan Pasal 1 angka 26 dan 27, Pasal 81 ayat (2) dan (3) Undang-Undang No. 17 Tahun
2008, serta Pasal 38 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009. Berdasxkan
pengahiran sebagaimana yang disebutkan, Otoritas Pelabuhan adalah lembaga
pemerintah di Pelabuhan yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendaiian dan
pengawasan kegiatan kepelabuhanyang diusahakan secara komsrsial. Sedangkan untuk
hal yang sama dalam sektor pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial
dilaksanakan oleh Unit Penyelenggaraan Pelabuhan.

Sebelum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 diubah menjadi Undang-


Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, PT. Pelindo sebagai pemegang hasil
regulator dan operator memegang hak monopoli terhadap pelabuhan-pelabuhan
komersil di Indonesia. Akan tetapi semenjak hadirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2008 tentang Pelayaran, secara tegas hak monopoli yang dimiliki oleh PT. Pelindo
dicabut. Sebagai konsekuensi dari pencabutan hak monopoli yang dipilih oleh PT.
Pelindo sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang sebelumnya, pihak swasta,
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau BUMN lain dengan membentuk Badm Usaha
Pelabuhan (BUP) dapat mengusahakan pelabuhan di dalam wilayah pelabuhan di
Indonesia dengan melakukan kerjasama pengelolaan wilayah kerja pelabuhan bersama
dengan penyelenggara pelabuhan. Lebih lanjut PT. Pelindo berubah status menjadi
aktor murni sebagai pelaku usaha yang harus siap bersaiiing dengd pihak-pihak lain
sebagaimana yang telah disebutkan diatas.

Adapun pasal-pasal dalml Uodang-Ufidang Nomor 17 Tahun 2008 yang


menegaskan dihapuskmnya inonopoli pada pengusahaan pelabuhan dapat kita temukan
antzra lzin pada Pasal 1 angka 28, Pasal 1 angka 60, Pasal 91 ayat (I), Pasal 91 ayat (5),
dan Pasai 92. Pada prakteknya walaupun Undmg-Undang Nomor 2 1 Tahun 1992 telah
diubah menjadi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang secara
tegas telah mencabut hak monopoli PT. Pelindo, namun masih saja terjzdi monopoli
yang dilakukan oleh PT. Pelindo.

Hal ini berdasarkan pada dua putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang
dikeluarkan setelah diberlakukan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008. Dua putusan
tersebut adalah putusan dengan perkara Nomor 02/KPPU-I/2013 tentang jasa bongkar
muat di pelabuhan Teluk Bayur dan putusan dengan perkara Nomor 12/KPPU-I/2014
tentang kewajiban penggunaan gantry lufing crane untukkegiatan bongkar muat di
pelabuhan Tanjung Priok. Dalam dua putusan tersebut PT. Pelindo adalah pihak terlapor
yang terbukti melanggar Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pada kedua putusan ditemukan
bahwa yang menjadi dasar panbelaan PT. Pelindo adalah adanya Surat yang dikeluarkan
oleh Menteri Perhubungan.

Pada kasus jasa bongkar muat di pelabuhan teluk bayur, PT. Pelindo menjadikan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: MP 98 Tahun 2011 sebagai dasar melakukan
kegiatan pengelolaan/pengoperasian terminal dan fasilitas di pelabuhan teluk bayur.
Pada kasus lain yaitu kasus penggunaan gantry lufifig crarze untuk kegiatan bongkar
muat di pelabuhan Tanjung Priok, PT.Pelindo menjadikan PP Nomor 57 Tahun 1991
tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan hdonesia II menjadi
Perusahaan perseroan, Kepmen Menteri Perhubungan No. KP 98 Tahun 201 1 tentang
Pemberian Izin Usaha kepada PT Pelindo II sebagai Badan Usaha Pelabuhan, dan Surat
Menteri Perhubungan Nomor HK 003/1/11 Phb 2011 tanggal 6 Mei 2011 perihal
pelaksanaan ketentuan undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelaysran
terhadap PT Pelabuhan Indonesia I, II, III dan IV (Persero) sebagai dasar untuk
melakukan monopoli dengan mewajibkan penggunaan gantry luffing crane untuk
kegiatan bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok. Hal-ha1 tersebut terdapat dalam
tanggapan PT. Pelindo pada 2 putusan KPPU pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran.

C. CIRI-CIRI DAN FAKTOR PENYEBAB TERBENTUKNYA PASAR MONOLI


Ciri-ciri Pasar Monopoli
Arwin dalam bukunya Pengantar Ekonomi Mikro (2020), menjelaskan bahwa
pasar monopoli memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan pasar persaingan sempurna,
yaitu:
 Industri satu perusahaa.
Barang atau jasa yang dihasilkan tidak dapat dibeli dari tempat lain.Seperti
halnya PT. Pelindo adalah satu satu nya perusahaa pelabuhan peninggalan
Belanda (persero) yang ada di Indonesia. Para pembeli tidak punya pilihan lain
jika ingin membeli produk tersebut. Para pembeli tidak dapat berbuat sesuatu
dalam menentukan syarat jual-beli.
 Tidak ada barang pengganti yang serupa.
Barang yang diperjualbelikan dalam pasar monopoli tidak bisa digantikan dengan
barang lain. Barang tersebut menjadi satu-satunya produk dan tidak dapat
ditemukan di perusahaan lain yang identik.
 Perusahaan lain sulit masuk dalam industry.
Keuntungan yang didapat perusahaan pasar monopoli tidak mendorong
perusahaan lain untuk ikut dalam industri tersebut, yang disebabkan banyak
hambatan yang kuat. Seperti PT. Pelindo sendiri yang haya berdiri dengan satu
perusahaan saja, walaupun memiliki beberapa cabang tetapi tetep dengan nama
yang sama. Ciri ini menjadi penyebab utama perusahaan memiliki kekuatan
monopoli. Jika ciri ini tidak ada, maka banyak perusahaan lain yang masuk dalam
industri yang sama dan perusahaan monopoli tidak ada.
 Perusahaan di pasar monopoli sebagai penentu harga
Hal ini karena perusahaan yang ada di pasar monopoli merupakan satu-satunya
yang ada di pasar tersebut. Sehingga harga ditentukan secara penuh oleh
penjual.
 Promosi iklan kurang dibutuhkan Perusahaan dalam pasar monopoli menjadi
satu-satunya produsen di pasar, maka secara otomatis pembeli akan membeli
produknya. Sehingga perusahaan sama sekali tidak membutuhkan iklan untuk
promosi. Seperti halnya PT. Pelindo yang telah banyak dikenal masyarakat.

Faktor Terjadinya Pasar Monopoli

1. Perusahaan Mempunyai Sumber Daya Eksklusif


Jika suatu perusahaan atau organisasi bisnis mempunyai dan menguasai sumber
daya yang tidak dimiliki dan dikuasai oleh organisasi bisnis lainnya, maka hal
tersebut berarti organisasi bisnis yang menguasai sumber daya tersebut lah yang
dapat menghasilkan produk. Oleh karena itu, di pasar organisasi bisnis tersebutlah
yang hanya bisa memproduksi dan menjual suatu produk tertentu. Contohnya
seperti, NASA dari Amerika Serikat yang membuat roket. Sebelum Cina dan
konsorsium Inggris dan Prancis bisa membuat roket untuk membawa satelit ke orbit-
nya, NASA pada saat ini me-monopoli untuk usaha ini. Dalam contoh tersebut dapat
disimpulkan bahwa NASA mempunyai kemampuan efisiensi yang masih belum bisa
ditiru, penguasaan bahan baku, dan penguasaan teknologi serta tenaga ahli.
2. Kebijakan Pemerintah / Hak Eksklusif
Pemerintah tentunya dapat memberikan hak kepada suatu organisasi atau
perorangan untuk melakukan monopoli. Seperti halnya PT. Pelindo sebelum
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 diubah menjadi Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran, PT. Pelindo sebagai pemegang hasil regulator dan
operator memegang hak monopoli terhadap pelabuhan-pelabuhan komersil di
Indonesia. Tujuan pemerintah tersebut supaya organisasi bisnis atau perorangan
tersebut untuk memproduksi suatu produk yang dianggap penting bagi pemasukan
industri dalam negeri. Oleh karena hal tersebut pemerintah akan memberikan
jaminan dalam bentuk peraturan dengan tenggang waktu yang relatif lama. Artinya
selama masa pemberian hak monopoli tersebut, hanya organisasi bisnis atau
perorangan yang ditunjuk saja lah yang bisa menghasilkan, menyediakan, dan
menggandakan suatu produk.
3. Amanat Undang – Undang
Di Indonesia terdapat beberapa produk atau sumber daya yang hanya dikuasai
atau di monopoli oleh negara. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 ayat 2, menyebutkan
bahwa: “Cabang – cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.” Berdasarkan UUD 1945 Pasar 33
ayat 3, menyebutkan bahwa: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalam nya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar – besar
kemakmuran rakyat.”
Ke 2 pasal tersebut berarti bahwa negara menguasai dalam bentuk atau dengan
melalui perusahaan negara yang ditunjuk untuk mengelolanya, dengan ketentuan
harga dan juga kebijakan pemasaran berada di tangan pemerintah. Contoh dari
perusahaan negara yang melakukan monopoli adalah PT PLN, PT. Pelindo
(pelabuhan) dan sebagainya.
4. Dapat Menikmati Skala Ekonomi
Pada saat sekarang ini perkembangan teknologi berkembang sangat pesat,
hampir pada seluruh bidang ekonomi memanfaatkan teknologi. Pemanfaatan
teknologi tersebut akan membuat proses produksi menjadi lebih efisien, yang hanya
bisa dilakukan jika jumlah produksi yang dilakukan besar dan meliputi hampir semua
produksi yang dibutuhkan di dalam pasar.
Kondisi tersebut menjelaskan bahwa suatu organisasi bisnis atau perorangan
hanya akan bisa menikmati skala ekonomi maksimal jika tingkat produksinya besar.
Pada saat organisasi bisnis atau perorangan telah berhasil mencapai kondisi yang
dimana biaya produksi mencapai minimal dam jumlah produksi hampir menyamai
jumlah permintaan yang ada di pasar. Maka dengan begitu organisasi bisnis atau
perorangan tersebut dapat menurunkan harga barangnya jika melakukan produksi
dalam jumlah besar. Hal tersebut akan menyebabkan organisasi bisnis atau
perseorangan yang baru atau masih kecil tidak akan bisa untuk bersaing dengan
organisasi bisnis atau perseorangan yang sudah mempunyai modal besar dan sudah
berpengalaman.
D. KELEBIHAN DAN KEKURAN PASAR MONOPOLI

Kelebihan

Perusahaan yang melakukan monopoli mendapatkan keuntungan yang


1 besar, sehingga mempunyai dana yang cukup untuk melakukan penelitian
dan pengembangan.

2 Terdapat efisiensi usaha, karena skala produksi yang dilakukan besar.

3 Menghindari berbagai produk tiruan dan pesaing yang tidak bermanfaat.

4 Mendorong pemakaian berbagai mesin yang mempunyai teknologi tinggi


atau mendorong adanya inovasi.

5 Terjadinya kesinambungan stabilitas perusahaan.

Kekurangan

1 Menyebabkan distribusi pendapatan menjadi tidak merata.

2 Hak eksklusif yang diberikan kepada suatu organisasi bisnis atau


perorangan tunggal tidak menjamin penetapan harga pada tingkat rendah.

3 Masyarakat tidak mempunyai banyak pilihan dalam melakukan konsumsi


barang dan jasa, hanya terbatas pada hasil produksi dari perusahaan
yang melakukan monopoli.

4 Terdapat pelecehan terhadap konsumen.

5 Tidak adanya persaingan dapat menyebabkan rendahnya kualitas dan


juga kuantitas produk yang diproduksi.

6 Mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat atau konsumen

BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai persaingan usaha tidak sehat dalam jasa
bongkar muat dengan studi kasus putusan KPPU Perkara Nomor 02/KPPU-I/201 pada bab-bab
sebelumnya, maka untuk menjawab pokok permasalahan penulis menyimpulkan beberapa hal,
yaitu :

a. Penyelesaian sengketa dalam praktek persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan
perusahaan jasa bongkar muat milik PT. PELINDO II Pada Nomor Perkara 02/KPPU-
I/2013 Dengan mekanisme yang pada awalnya Komisi Pengawas menduga adanya
praktek persaingan usaha tidak sehat dalam usaha bongkar muat yang dilakukan PT.
PELINDO II, setelah itu dilakukan pemeriksaan pendahuluan, setelah ditemukan adanya
temuantemuan yang diduga mendukung benar adanya tindakan melawan Undang-
Undang No 5 Tahun 1999 maka dilaksanakan pemeriksaan lanjutan, setalah itu
mendengarkan keterangan sanksi/ pelaku dan atau memeriksa alat bukti lain, lalu
memperpanjang pemeriksaan lanjutan, hingga pada akhirnya majelis komisi
memberikan keputusan komisi, dan pemberitahuan keputusan kepada pelaku usaha
yaitu PT. PELINDO II.
Memang mengenai hukum acara persaingan usaha kurang dijelaskan secara detail
didalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, namun jika membahas mengenai
penyelesaian sengketa yang terjadi dalam persaingan usaha itu sudah pasti tidak
terlepas dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), karena segala tugas, fungsi,
wewenang dan lain sebagainya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
Yaitu dengan mekanisme laporan kepada komisi pengawas atau monitoring inisiatif
Komisi Pengawas, pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan lanjutan, mendengarkan
keterangan sanksi/ pelaku dan atau memeriksa alat bukti lain, memperpanjang
pemeriksaan lanjutan, memberikan keputusan komisi, pemberitahuan keputusan
kepada pelaku usaha, pelaksanaan keputusan komisi, pelaporan pelaksanaan keputusan
Komisi.
Hasilnya, menunjukkan bahwa bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh PT
Pelindo berupa Perjanjian Terutup berupa Tying Agreement, Penguasaan Pasar berupa
menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada
pasar bersangkutan dan menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha
pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu
dan cara KPPU membuktikan adanya pelanggaran terhadap praktek monopoli dengan
menggunakan pendekatan Rule of Reason.

b. Akibat hukum atas persaingan usaha tidak sehat dalam usaha bongkar muat yang
dilakukan PT. PELINDO II itu menimbulkan sanksi berupa Tindakan Administrasi yakni
untuk mencabut setiap klausul yang mengatur penyerahan kegiatan bongkar muat
barang kepada PT. PELINDO II dalam perjanjian-perjanjian sewa lahan di Pelabuhan
Teluk Bayur yang mengkaitkan antara penyewaan lahan dengan penggunaan jasa
bongkar muat, dan juga membayar denda sebesar Rp 4.775.377.781,00 yang harus
disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
Pemerintah. Timbulnya sanksi tersebut dikarenakan PT. PELINDO jelas melanggar Pasal
15 Ayat 2 dan Pasal 19 Huruf a dan Huruf b Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
PT. PELINDO II menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha. tindakan yang melawan hukum tentu akan
menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum yang timbul karena persaingan usaha tidak
sehat menurut Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 dapat berupa sanksi tindakan
administrasi, pokok pidana dan pidana tambahan. Sepertinya halnya dalam kasus
perkara nomor 02/KPPU-I/2013, PT.PELINDO II melakukan Perjanjian dengan pihak lain
yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu
harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok, menolak
dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang
sama pada pasar bersangkutan serta menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku
usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha
pesaingnya. Maka dari itu sanksi yang dijatuhkan oleh Majelis Komisi kepada PT.
PELINDO II sudah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, khususnya Undang-
Undang No 5 Tahun 1999.

2. Saran
a. Melihat dari kenyataan yang terjadi di Indonesia, tidak jarang juga terjadinya
pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Seperti yang terjadi dalam
Perkara Nomor 02/KPPU-I/2013, Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang
menduga PT. Pelabuhan Indonesia II melakukan kegiatan dan perjanjian yang
dilarang, namun PT. Pelabuhan Indonesia II ini merasa tidak melakukan seperti
yang dituduhkan Komisi Pengawas tersebut, karena PT. Pelabuhan Indonesia itu
merasa bahwa tindakannya sudah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku,
dan tidak termasuk dalam praktek persaingan usaha tidak sehat. Seharusnya
Komisi Pengawas lebih menjelaskan lagi secara terinci mengenai pasal demi
pasal tentang antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat kepada
masyarakat dengan melakukan sosialisasi seperti mengadakan Diklat, seminar
dan lain sebagainya, terutama kepada para pelaku usaha agar mengetahui apa
saja kegiatan dan perjanjian yang termasuk melawan hukum.
b. Mengenai pengaturan tentang praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat di Indonesia itu dirasa perlu di adakannya revisi terhadap
UndangUndangnya, karena semenjak di undangkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tersebut hingga saat ini tentu sudah terindetifikasi berbagai
kelemahannya diataranya seperti Hukum Acara Persaingan Usaha yang belum di
atur jelas dalam Undang-Undang ini dan Pemberian sanksi yang dirasa perlu di
rubah. Seiring berkembangnya waktu dan ekonomi, sanksi denda yang
dikenakan kepada pelaku usaha yang terbukti melanggar itu sangat kecil sekali
bagi para pelaku usaha saat ini. Dengan begitu diharapkan kepada pemerintah
untuk merevisi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dengan meningkatkan
pemberian sanksi dan meningkatkankan peran Komisi Pengawas Persaingan
Usaha agar praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di Indonesia ini
semakin berkurang.

Anda mungkin juga menyukai