: EDO IRANDA N
NIM
: 8111413332
JURUSAN/PRODI
: ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2016
ABSTRAK
Edo Iranda Novatama
IMPLIKASI PT PELINDO DALAM JASA KEPELABUHAN TERHADAP
HUKUM PERSAINGAN USAHA
Tahun 2016
Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang diberi pelimpahan dari Pemerintah untuk bertindak
sebagai penyelenggara pelabuhan dan terhadap badan usaha penyelenggara
kegiatan pelabuhan lainnya dapat diikutsertakan atas dasar kerja sama dengan
BUMN (PT (Persero) Pelabuhan Indonesia). Dengan pengaturan ini terlihat
bagaimana kegiatan kepelabuhan pada era sebelum berlakunya Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran seluruh pengusahaan kegiatan
kepelabuhan dilakukan atas kendali dari BUMN atau dengan kata lain seluruh
pengusahaan kegiatan kepelabuhan dilakukan dengan monopoli dari BUMN. PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia merupakan perusahaan cabang produksi jasa
kepelabuhan yang sangat penting bagi negara dan juga menguasai hajat hidup
orang banyak, sehingga PT (Persero) Pelabuhan Indonesia haruslah dikuasai oleh
negara. Kemudian sebagai perusahaan yang menguasai hajat hidup orang
banyak, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia dalam hukum persaingan usaha
mendapat pengecualian yang dituangkan dalam Pasal 51 Undang-Undang nomor
5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.
Artinya monopoli yang dilakukan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia adalah
monopoli yang diperbolehkan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat (Monopoly by
law).
KATA PENGANTAR
Tak lupa penulis selalu panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas
segala kuasa dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Kerja Lapangan dengan judul IMPLIKASI PT PELINDO DALAM
JASA KEPELABUHAN TERHADAP HUKUM PERSAINGAN USAHA .
Laporan ini disusun untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa yang telah
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang di PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang.
Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Dr. Rodiah, S.Pd., S.H., M.Si, Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang.
2. Ibu Dr. Martitah, M.Hum, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang.
3. Ibu Tri Andari Dahlan, S.H., M.Kn, Dosen Pembimbing selama Praktik Kerja
Lapangan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
4. Bapak Tri Suhardi, General Manager PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung
Emas Semarang.
5. Bapak Nanang Julianto, Asisten Manager SDM dan Hukum PT Pelindo III
(Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang.
6. Mas Adi Nurcahya, Biro Hukum PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung
Emas Semarang, selaku pembimbing lapangan PKL.
7. PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang secara keseluruhan
yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa.
8. Untuk teman-teman kelompok PKL yang telah memberikan dukungan secara
moril dalam penyelesaian Laporan PKL.
9. Orang Tua dan keluarga besar saya yang telah memberikan dorongan penuh
secara materiil maupun spiritual.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN. ii
ABSTRAK..
iii
KATA PENGANTAR. iv
DAFTAR ISI... v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....
B. Rumusan Masalah...
C. Tujuan..
D. Manfaat
36
B. Saran.
36
DAFTAR PUSTAKA..
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kegiatan diskusi
Gambar 2 : Saat Penyerahan mahasiswa PKL
Gambar 4 : Saat penyerahan plakat kenang-kenanagan kepada PT Pelindo III
(Persero) cabang Tanjung Emas Semarang dan penarikan
Gambar 5 : Bersama pembimbing lapangan mitra saat penarikan mahasiswa PKL
Arti lambang :
Singkatan :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini Dalam era perdagangan bebas saat ini dimana setiap
negara saling berlomba- lomba untuk meproduksi dan mendistribusikan
produk negaranya ke negara lain, sehingga semakin banyak tantangan yang
dihadapi dalam dunia usaha, antara lain persaingan usaha antar pengusaha
baik pengusaha dalam negeri maupun dari luar negeri. Persaingan usaha yang
mengarah kepada persaingan produk atau komoditi dan tarif akan mengacu
pada liberalisasi perdagangan dunia yang bebas dan adil (free trade and fair
trade). Untuk itu hendaknya negara Indonesia mempersiapkan diri baik dari
segi pengusahaan oleh pelaku usaha, komoditas maupun perangkat hukum
atau perundang-undangan. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dan
berpengaruh bagi perekonomian Indonesia, terutama karena letak Indonesia
yang strategis berada diantara 2 benua yaitu benua Asia dan Australia serta
negara kita memiliki jumlah penduduk yang besar, sehingga menjadi pangsa
pasar bagi perdagangan dunia.
Sebaliknya, perdagangan yang lancar dan perindustrian yang tumbuh
dan berkembang membutuhkan jasa pelabuhan yang semakin meningkat yang
akan mengakibatkan perkembangan pelabuhan. Bagi negara-negara yang
sedang berkembang peranan pelabuhan dijelaskan oleh J.A Raven bahwa:
pelabuhan memainkan peranan penting dalam perkembangan ekonomi, jelas
terlihat bahwa banyak negara berkembang di mana pelabuhan dapat berfungsi
secara bebas dan efisien telah mencapai kemajuan yang pesat. Keberadaan
pelabuhan memberikan ruang bagi perusahaan dalam kegiatan penyedia jasa
usaha, sedangkan perusahaan yang tergabung dalam asosiasi pengguna jasa
pelabuhan antara lain importir, eksportir dan pelayaran yang jumlahnya lebih
10
11
bagi
negara
diatur
dengan
dengan Pasal 33 ayat (2) UUD 1945. Selain itu juga akan terjadi
pelanggaran terhadap Pasal 51 undang-undang nomor 5 tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat,
dimana PT (Persero) Pelabuhan Indonesia adalah sebuah BUMN dan
diperbolehkan untuk melakukan praktek monopoliMaka rumusan
masalah yang Penulis ambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan hukum terhadap Monopoli ?
2. Bagaimana PT. Pelindo III Cabang Tanjung Emas sebagai Badan
Usaha Milik Negara ( BUMN ) dikecualikan untuk dapat
melakukan praktik Monopoli atas pengusahaan jasa kepelabuhan
di Pelabuhan Tanjung Emas?
Berdasarkan hal tersebut diatas, Penulis menilai perlu adanya
kajian. Maka dari itu Penulis menuangkan hal tersebut dalam bentuk Laporan
PKL dengan judul IMPLIKASI PT PELINDO DALAM JASA
KEPELABUHAN TERHADAP HUKUM PERSAINGAN USAHA
2. Pelaksana
Tanggal
Hari Kerja
Waktu
laporan PKL melalui buku-buku. Hal ini terkait mengenai objek penelitian
proses penyelesaian perkara. Selain laporan tertulis, untuk kepentingan
penelitian juga digali berbagai informasi dan refrensi dari bermacam-macam
sumber pustaka baik dari buku, maupun media massa dan digital.
3. Wawancara
Penulis juga mencari data dengan melakukan kegiatan aktif melakukan
Tanya jawab dengan pihak instansi tempat Praktik Kerja Lapangan yaitu
dengan biro hukum PT Pelindo III (Persero) cabang Tanjung Emas Semarang,
selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan Koperasi TKBM
Pelabuhan Tanjung Emas.
BAB II
PAPARAN DAN ANALISIS LAPORAN
A. Pekerjaan dan Kegiatan
1. Selayang pandang PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Emas
Semarang
PT Pelindo III (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara
yang bergerak dalam bidang jasa kepelabuhanan. PT Pelindo III (Persero)
atau Pelindo III memiliki tugas, wewenang, dan tanggungjawab dalam
mengelola pelabuhan umum pada 7 wilayah propinsi Indonesia, meliputi
Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bali.
PT Pelindo III (Persero) memiliki peran kunci untuk
menjamin kelangsungan dan kelancaran angkutan laut. Dengan
tersedianya prasarana transportasi laut yang memadai, PT Pelindo III
(Persero) mampu menggerakkan dan menggairahkan kegiatan ekonomi
negara dan masyarakat.
10
Hari/Tanggal
1 Senin, 18 Juli 2016
Kegiatan
Perkenalan Awal
11
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Perkenalan perusahaan
Diskusi pertama
Rekap Surat Perjanjian
Rekap Surat Perjanjian
Rekap Surat Perjanjian
Rekap Surat Perjanjian
Rotasi Divisi
Membuat Perjanjian
Membuat Perjanjian
Diskusi tentang kepelabuhan
Diskusi lanjutan
Kunjungan ke pelabuhan
13
14
15
16
17
penumpang
Analisis Pelelangan
Analisis Pelelangan
Analisis Pelelangan
Analisis Pelelangan
Kunjungan ke pelabuhan
Diskusi
20 2016
Senin, 15 Agustus
Diskusi
21 2016
Selasa, 16 Agustus
Peringatan HUT RI 71
22 2016
Peringatan HUT RI 72
23 Rabu, 17 Agustus 2016 LIBUR
Kamis, 18 Agustus
24 2016
Jum'at, 19 Agustus
Analisis Perjanjian
25 2016
Senin, 22 Agustus
Analisis HPL
26 2016
Selasa, 23 Agustus
Analisis HPL
27 2016
Kunjungan Pelabuhan
28 Rabu, 24 Agustus 2016 Diskusi Laporan Akhir
Kamis, 25 Agustus
29 2016
Diskusi Lanjutan
12
Jum'at, 26 Agustus
30 2016
Penarikan
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengaturan Hukum Mengenai Monopoli
Monopoli seringkali dianggap sebagai struktur pasar yang tidak
efisien. Monopolis membatasi output-nya (memproduksi dalam jumlah
yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah output yang seharusnya
diproduksi dalam pasar kompetitif) dan mengenakan harga yang tinggi
bagi konsumen tanpa takut akan kehilangan konsumennya. Jumlah output
yang lebih sedikit ini disebabkan karena apabila monopolis menambah
jumlah output-nya satu unit saja maka hal tersebut akan mengurangi
keuntungan yang ia dapat. Oleh karena itu, monopolis tidak akan
menaikkan jumlah output-nya dan hak tersebut menyebabkan alokasi
terhadap sumber daya akan menjadi tidak efisien.
Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran yang dapat
mengakibatkan monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat tersebut
dapat terjadi antara lain dengan cara (tetapi bukan satu-satunya cara) apa
yang dapat kita sebut sebagai presumsi monopoli. Presumsi monopoli
tersebut menyatakan bahwa oleh hukum dianggap telah terjadi suatu
monopoli dan atau persaingan tidak sehat, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya, dalam hal terpenuhinya salah satu dari kreteria berikut ini:
(1) Produk yang bersangkutan belum ada substitusinya;
(2) Pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha
produk yang sama;
(3)
13
dan negatif. Aspek positif dan negatif tersebut sebagian besar akan
ditentukan oleh tujuan yang diletakkan. Artinya, baik persaingan maupun
monopoli dapat dikatakan positif apabila didorang oleh tujuan yang positif
pula. Misalnya, monopoli yang ditujukan untuk melindungi sumber daya
yang vital dari eksploitasi banyak pihak yang semata-mata ingin
mendapatkan keuntungan bisa dianggap sebagai monopoli yang baik.
Sebaliknya, persaingan buta yang dilakukan tanpa memperhatikan lagi
pertimbangan-pertimbangan
14
15
masyarakat membutuhkan
16
17
diperlukan
masyarakat
18
tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Pasal 51
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dapat diuraikan dalam
beberapa unsur sebagai berikut :
1. Monopoli
2. Pemusatan Kegiatan
3.
Produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai
hajat hidup orang banyak.
19
daerah,
20
penting bagi Negara yang pelaksanaannya diatur oleh undangundang dan diselenggarakan oleh BUMN dan/atau badan/lembaga
lain yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah. Perhitungan
ekonomi memperlihatkan bahwa monopoli alamiah yang
dilakukan oleh suatu perusahaan jelas akan lebih menguntungkan
apalagi bila hal tersebut berhubungan dengan hajat hidup
orang banyak dan industri yang vital.
Pasal 50 dan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat yang merupakan dasar hukum pemberlakuan
pengecualian praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
terhadap BUMN dijadikan satu dalam Bab IX mengenai
Ketentuan Lain dimana ketentuan tersebut dapat memberikan
makna yang sedikit lebih rendah dibandingan dengan bab-bab lain
yang memiliki judaul yang lebih jelas dan spesifik. Dari judul Bab
IX tentang Ketentuan Lain mengindikasikan pembuat undangundang tidak mempunyai pemikiran yang mendasar.
Ketentuan tersebut juga mencakup tujuan dan filosofis
yang mendasari pengecualian diberikan. Filosofi dalam Pasal 51
lebih mendasar dibandingkan pasal 50 karena isinya berkaitan
dengan Pasal 33 UUD 1945 yaitu monopoli dan atau pemusatan
kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Filosofinya adalah adanya dasar pemikiran pengaturan ekonomi
yang untuk kesejahteraan hidup orang banyak atau bentuk
ekonomi yang mau dikembangkan oleh bangsa ini, yaitu ekonomi
yang bersifat kekeluargaan. Dengan kata lain, filosofi Pasal 51
adalah untuk mendorong ekonomi kekeluargaan dan suatu
pengamanan pada kepentingan yang lebih besar daripada
21
jasa apa saja yang dapat dikatakan menguasai hajat hidup orang banyak.
Dalam UUD 1945 dikatakan bahwa cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara. Kalimat dikuasai bisa diartikan dimiliki, tetapi
bisa juga sebagai diatur. Unsur diatur dalam undang-undang bila
dikaitkan dengan kehadiran peraturan tentang BUMN yaitu UndangUndang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN dapat menghilangkan
kesimpangsiuran tentang eksistensi BUMN. Akan tetapi, bila dikaitkan
dengan ketentuan pengecualian pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, undang-undang ini tidak mengatur tentang hal tersebut, terutama
22
tersebut.
23
24
25
sebagai berikut:
a.
159
26
bukan
melalui
personal
penguasa
terganjal
27
karena itu sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, kepentingan hajat
hidup orang banyak tersebut harus diutamakan. Monopoli dalam bidang
kegiatan kepelabuhan dianggap tidak lagi memuaskan karena belum
mampunya PT (Persero) Pelabuhan Indonesia memberikan pelayanan yang
memadai dan melindungi kepentingan konsumennya. Sudah seharusnya
pemerintah melalui Otoritas Pelabuhan sebagai penyelenggara pelabuhan,
meningkatkan kualitas PT (Persero)
28
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sektor pelabuhan menyangkut hajat hidup orang banyak, oleh
karena itu sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, kepentingan hajat
hidup orang banyak tersebut harus diutamakan. Monopoli dalam bidang
kegiatan kepelabuhan dianggap tidak lagi memuaskan karena belum
mampunya PT (Persero) Pelabuhan Indonesia memberikan pelayanan yang
memadai dan melindungi kepentingan konsumennya. Sudah seharusnya
pemerintah melalui Otoritas Pelabuhan sebagai penyelenggara pelabuhan,
meningkatkan kualitas PT (Persero)
B. Saran
Diharapkan dengan kehadiran Undang-Undang Pelayaran yang baru
ternyata bisa meningkatkan daya saing pelabuhan Indonesia di dunia
30
31
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Permenhub Nomor: PM 53 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 60 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari Dan Ke
Kapal
5.
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan
WAWANCARA
Adi Nurcahya, Biro Hukum PT Pelindo III (Persero) cabang Tanjung
Emas Semarang
32
LAMPIRAN
33