Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Transportasi merupakan kebutuhan yang amat pokok dan penting dalam

menunjang sistem perekonomian suatu wilayah dalam memberikan layanan

terhadap manusia, barang, dan jasa. Sebagai alat, transportasi berperan penting

dalam memberikan layanan mulai dari pengangkutan hingga ke tempat tujuan

dengan aman. Maka hal tersebut dapat tercapai apabila diimbangi dengan

penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan juga menunjang bagi

keberlangsungan kegiatan yang ada. Salah satu transportasi yang memegang

peranan penting dalam dunia perdagangan adalah transportasi yang dilakukan

melalui laut.
Transportasi laut merupakan bagian penting dalam sistem transportasi

nasional oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan yang lebih baik lagi

agar dapat mewujudkan kawasan nusantara yang memudahkan rakyat dalam

melakukan perdagangan barang dan jasa. Angkutan laut memegang perananan

yang teramat penting dalam hal sarana perhubungan yang mengangkut barang-

barang dan penumpang yang kira-kira 70% dari seluruh angkutan, sisanya adalah

dilayani oleh angkutan darat dan angkutan udara. Maka dari itu pengangkutan

barang dari transportasi laut haruslah dilakukan dengan baik (Setiono, 2011).
Pengangkutan barang dari transportasi laut tentunya membutuhkan alat baik

itu mekanis maupun non mekanis. Peralatan yang digunakan dalam bongkar muat

juga memiliki beberapa kriteria yang telah ditentukan. Menurut Iswanto (2016)

terdapat tiga kategori alat menurut kepentingan yaitu: 1) Jenis peralatan untuk
kegiatan bongkar muat petikemas khususnya di terminal petikemas meliputi Ship

to shore (STS) Container Crane (CC), Rail Mounted Gantry Crane (RMGC)

RTG, Reach stacker, Top Loader, side loader, HMC, dan Head Truck; 2) Jenis

peralatan yang digunakan dalam bongkar muat General Cargo meliputi : Kran

Darat/Mobile Crane, Kran Apung/ Barge Crane Tongkang bararng, Tongkang

Air/BBM, Forklift, Truck Tronton, Mabile Truck, Kereta dorong (Hand Truck/

Gerobag dorong (platform), Alat Pemadam Kebakaran; 3) Jenis peralatan yang

digunakan dalam bongkar muat muatan curah : Hopper, Conveyor. Peralatan baik

itu mekanis maupun non mekanis yang mendukung dapat menjadikan

produktivitas kegiatan bongkar muat petikemas semakin meningkat.


Apabila sistem operasional di lapangan dikelola dengan baik maka dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas lapangan. Aktivitas bongkar muat di

lapangan tidak hanya berpangkal pada sumber daya manusianya saja, baik itu

operator alat maupun sumber daya manusia yang bersifat administratif tetapi

faktor sarana dan prasarana sangat erat kaitannya. Misalnya, ketersediaan alat

bongkar muat seperti Rubber Tyre Gantry Crane (RTG), Reach Stacker, Head

Truck, Chassis, System dan lainnya serta kesiapan alat tersebut dituntut untuk

selalu dalam kondisi prima setiap saat (Umagapi, Amonalisa, & Lesmini,

2016:382).
Keberadaan pelayanan yang bergerak di bidang perusahaan jasa

pengangkutan maupun perusahaan jasa memiliki peran yang amat penting. Hal

tersebut adalah dikarenakan penanganan bongkar muat barang harus sesuai

dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Kebanyakan dari perusahaan

bongkar muat hanya mementingkan keuntungan dan jarang memikirkan mengenai


dampak apabila bongkar muat dilakukan dengan tidak aman dan tidak benar

sesuai dengan ketentuan. Maka dalam hal ini peralatan penunjang baik mekanis

maupun non mekanis menjadi amat penting dalam proses pengangkutan barang.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan pelabuhan adalah

PT. Pelindo III Tanjung Perak Surabaya (Persero), atau lebih dikenal dengan

sebutan Pelindo 3 merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang bergerak dalam jasa layanan operator terminal pelabuhan. Perusahaan

dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan III

Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Peraturan tersebut ditandatangani oleh

Presiden Ke-2 Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 19 Oktober 1991.

Selanjutnya, pembentukan Pelindo 3 dituangkan dalam Akta Notaris Imas

Fatimah, S.H., Nomor : 5, tanggal 1 Desember 1992 sebagaimana telah

mengalami beberapa kali perubahan hingga perubahan terakhir dalam Akta

Notaris Yatiningsih, S.H, M.H., Nomor: 72, tanggal 10 Juli 2015.Sebagai operator

terminal pelabuhan, Pelindo 3 mengelola 43 pelabuhan dengan 16 kantor cabang

yang tersebar di tujuh propinsi di Indonesia meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur,

Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, dan

Kalimantan Selatan. Keberadaan Pelindo 3 tak lepas dari wilayah Indonesia yang

terbentuk atas jajaran pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke. Sebagai jembatan

penghubung antar pulau maupun antar negara, peranan pelabuhan sangat penting

dalam keberlangsungan dan kelancaran arus distribusi logistik. Pelayanan terbaik

dan maksimal merupakan komitmen Pelindo 3 untuk menjaga kelancaran arus

logistik nasional. Komitmen itu tertuang dalam visi perusahaan Berkomitmen


Memacu Integrasi Logistik dengan Layanan Jasa Pelabuhan yang Prima.

Mendukung visi tersebut, Pelindo 3 menetapkan strategi-strategi yang dituangkan

dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) yang dievaluasi setiap 4

(empat) tahun sekali. Pelindo 3 memiliki komitmen yang kuat dalam mewujudkan

visi dan misi perusahaan. Oleh karenanya, setiap tindakan yang diambil oleh

perusahaan selalu mengacu pada tata kelola perusahaan yang baik (Good

Corporate Governance). Perusahaan juga menerbitkan pedoman etika dan

perilaku (Code of Conduct) sebagai acuan bagi seluruh insan Pelindo 3 mulai dari

Komisaris, Direksi, hingga Pegawai untuk beretika dan berperilaku dalam proses

bisnis serta berperilaku dengan pihak eksternal. Perangkat lain yang mendukung

Pelindo 3 dalam meraih visi dan misi perusahaan adalah penghayatan nilai-nilai

Budaya Perusahaan. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa,

mengutamakan kepuasan pelanggan adalah menjadi prioritas. Customer Focus

menjadi budaya perusahaan yang pertama harus tertanam dalam diri setiap insan

Pelindo 3, dilanjutkan oleh Care dan budaya perusahaan yang ketiga adalah

Integrity. Kini, Pelindo 3 menjadi salah satu BUMN besar di Indonesia dengan

tingkat jumlah aset yang meningkat setiap tahunnya. Pelindo 3 juga menjadi

segelintir BUMN yang memasuki pasar global. Hal ini membuktikan bahwa

Pelindo 3 memiliki daya saing yang tinggi dan menjadi perusahaan berkelas

internasional.
Terminal Jamrud Selatan merupakan salah satu terminal yang ada di PT.

Pelindo III yang menjalankan bisnis inti sebagai penyedia fasilitas jasa

kepelabuhanan, memiliki peran kunci dalam menjamin kelangsungan dan

kelancaran angkutan laut. Terminal Jamrud Selatan memiliki luas sekitar 1,2 Ha
dengan panjang dermaga sebesar 800 M. Dermaga Jamrud dibangun pada tahun

1915. Terminal ini merupakan salah satu fasilitas utama Pelabuhan Tanjung Perak

yang melayani kapal penumpang, general cargo internasional dan interinsuler.

Maka dari itu Jamrud merupakan terminal yang tersibuk. Terminal Jamrud Selatan

saat ini terasa memiliki fasilitas minim, terutama pada alat penunjang non

mekanis yang digerakkan oleh Shore Crane sering mengalami trouble pada mesin

karena kurangnya perawatan pada mesin. Berikut ini adalah gambar dari fasilitas

mekanis dan non mekanis yang diambil oleh peneliti di lapangan.

Gambar 1.1 Alat Penunjang Non Mekanis dalam Proses Pengangkatan


Gambar 1.2 Alat Penunjang Non Mekanis

Gambar 1.3 Alat Penunjang Mekanis

Gambar 1.4 Alat Penunjang Mekanis


Berdasarkan gambar di atas maka dapat terlihat bahwa peralatan penunjang

yang ada di Terminal Jamrud Selatan kurang mendapatkan perawatan di mana

terlihat bahwa peralatan terlihat berkarat dan hal tersebut dapat menjadi pemicu

kurangnya produktivitas kegiatan bongkar muat petikemas pada Terminal Jamrud


Selatan PT. Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya. Berdasarkan

pemaparan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Penggunaan Alat Penunjang Mekanis dan Non Mekanis

Terhadap Produktivitas Kegiatan Bongkar Muat Petikemas di Terminal

Jamrud Selatan PT. Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

rumusan masalah pada penelitian ini adalah:


1. Apakah penggunaan alat penunjang mekanis berpengaruh terhadap

produktivitas kegiatan bongkar muat petikemas di Terminal Jamrud

Selatan PT. Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya?


2. Apakah penggunaan alat penunjang non mekanis berpengaruh

terhadap produktivitas kegiatan bongkar muat petikemas di Terminal

Jamrud Selatan PT. Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak

Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat penunjang mekanis

terhadap produktivitas kegiatan bongkar muat petikemas di Terminal

Jamrud Selatan PT. Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak

Surabaya.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat penunjang mekanis

terhadap produktivitas kegiatan bongkar muat petikemas di Terminal

Jamrud Selatan PT. Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak

Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teori
Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi para

mahasiswa mengenai alat penunjang mekanis dan non mekanis, dan

produktivitas kegiatan bongkar muat petikemas.


2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian dapat diaplikasikan mengenai alat penunjang

mekanis dan non mekanis, dan produktivitas kegiatan bongkar muat

petikemas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori


2.1.1. Petikemas
2.1.1.1. Pengertian Petikemas
Petikemas merupakan suatu kotak besar terbuat dari bahan campuran baja

dan tembaga (antikarat) dengan pintu yang dapat terkunci dan pada tiap sisi-sisi

dipasang suatu piting sudut dan kunci putar sehingga antara satu petikemas

dengan petikemas lainnya dapat digunakan dengan mudah disatukan atau

dilepaskan (Nurmia, Fitriyah, & Burhanudin, 2018:1650). Petikemas adalah suatu

kemasan yang dirancang dengan khusus dengan ukuran tertentu, yang dapat

dipakai kembali dan dimanfaatkan untuk menyimpan juga sekaligus mengangkut

muatan yang ada di dalamnya. Filosofi yang ada dibalik petikemas adalah

membungkus dan membawa muatan dalam peti-peti yang sama dan membuat

semua kendaraan dapat mengangkutnya sebagai satu kesatuan, baik itu kendaraan

yang berupa kapal laut, kereta api, truck maupun angkutan lainnya (Yulianto &

Setiono, 2013:42).
Berdasarkan Customs Convention on Containers 1972 yang dikutip oleh

Nurmia, Fitriyah dan Burhanudin (2018:1650) bahwa yang dimaksud dengan

petikemas/container adalah alat untuk mengangkut barang yang :


1. Seluruh atau sebagiannya tertutup sehingga menyerupai bentuk peti

yang didalamnya dimaksudkan untuk diisi barang yang akan diangkut.


2. Berbentuk permanen dan kokoh sehingga dapat dipergunakan

berulang kali untuk mengangkut barang.


3. Dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengangkutan

barang dengan suatu kendaraan tanpa terlebih dahulu dibongkar.


4. Dibuat sedemikian rupa untuk langsung dapat diangkut, khususnya

apabila dipindah dari satu ke lain kendaraan.


5. Dibuat sedemikian rupa sehingga mudah diisi dan dikosongkan.
6. Mempunyai ukuran bagian dalam sebesar 1 m atau lebih.

2.1.1.2. Jenis-Jenis Petikemas


Petikemas menurut Yulianto dan Setiono (2013:43) memiliki berbagai jenis

di antaranya adalah general cargo, thermal, tank, dry bulk, platform, dan special.

Di mana semuanya akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:


1. General cargo, adalah petikemas yang dipakai untuk mengangkut

muatan umum
2. Thermal, yaitu petikemas yang dilengkapi dengan pengatur suhu

untuk muatan tertentu


3. Tank, yaitu tangki yang ditempatkan dalam kerangka petikemas yang

digunakan untuk muatan cair maupun gas.


4. Dry bulk, yaitu general purpose container yang digunakan khusus

untuk mengangkut muatan curah


5. Platform, yaitu petikemas yang terdiri dari lantai dasar
6. Special, yaitu petikemas yang khusus dibuat untuk muatan tertentu,

seperti petikemas untuk muatan ternak atau muatan kendaraan.

2.1.2. Peralatan Bongkar Muat Petikemas


Peralatan yang digunakan dalam kegiatan bongkar muat akan ditentukan

oleh barang apa yang akan dibongkar dalam kondisi bagaimana barang itu saat

akan dibongkar. Menurut Iswanto (2016:59) ada 3 kategori alat yang digunakan

menurut kepentingan yaitu:


1. Untuk Peralatan bongkar muat Petikemas
Jenis peralatan untuk kegiatan bongkar muat petikemas khususnya di

terminal petikemas meliputi Ship to shore (STS) Container Crane (CC),

Rail Mounted Gantry Crane (RMGC) RTG, Reach stacker, Top Loader, side

loader, HMC, dan Head Truck.


2. Untuk Peralatan bongkar muat General Cargo
Jenis peralatan yang digunakan dalam bongkar muat General Cargo

meliputi: Kran Darat/Mobile Crane, Kran Apung/ Barge Crane Tongkang

barang, Tongkang Air/BBM, Forklift, Truck Tronton, Mobile Truck, Kereta

dorong (Hand Truck/ Gerobag dorong (platform), Alat Pemadam Kebakaran


3. Untuk Peralatan Bongkar Muat Muatan Curah
Jenis peralatan yang digunakan dalam bongkar muat muatan curah :

Hopper, Conveyor
Ketika sebuah kapal mendarat di pelabuhan, tentunya awak kapal harus

segera menurunkan muatannya. Tidak jarang, muatan yang dibawa oleh kapal-

kapal itu tidaklah ringan. Bisa berupa kontainer atau peti kemas, atau bisa juga

berupa alat transportasi yang dikirim via laut. Tentunya, semua ini tidak bisa

diturunkan hanya dengan mengandalkan tenaga manusia saja. Butuh alat bantu

berupa alat berat untuk bisa menurunkan dan memindahkannya. Menurut

Nurhadini, Rafie, dan Indrayadi (2018) jenis alat berat yang digunakan dalam

proses bongkar muat ialah sebagai berikut:


1. Harbour Mobile Crane (HMC), alat bongkar muat di pelabuhan /

crane yang dapat berpindah-pindah tempat serta memiliki sifat yang

flexible sehingga bisa digunakan untuk bongkar/muat container

maupun barang-barang curah / general cargo dengan kapasitas

angkat / SWL (safety weight load) sampai dgn 100 ton.


2. Reach Stacker, Alat yang dapat bergerak yang memiliki spreader

digunakan untuk menaikkan atau menurunkan (lift on / lift off)

container di dalam CY (container yard) atau Depo Container.


3. Fork Lift, alat yang dapat bergerak yang memiliki spreader digunakan

untuk menaikkan atau menurunkan (lift on / lift off) container di dalam

CY (container yard) atau Depo Container.


4. Rubber Tyred Gantry, alat bongkar muat container yang dapat

bergerak dalam lapangan penumpukan atau CY yang berfungsi untuk

menaikkan atau menurunkan container dari dan ke atas trailer atau

sebaliknya dalam area stack atau penumpukan sesuai dengan block,

slot, row dan tier.


5. Container Crane, alat bongkar muat container yang dipasang

permanen dipinggir dermaga dengan menggunakan rel sehingga dapat

bergeser yang berfungsi untuk bongkar muat container dengan

jangkauan atau row yang cukup jauh.

2.1.3. Produktivitas Kegiatan Bongkar Muat


Bongkar muat merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka untuk

memindahkan barang dari darat ke kapal, atau dari kapal ke darat dengan atau

tanpa menggunakan tongkang muat (Raino, 2018:7). Pada dasarnya bongkar

muat petikemas dari dan ke kapal itu sendiri didefinisikan sebagai pekerjaan untuk

membongkar petikemas dari atas deck kapal lalu menempatkannya ke atas

dermaga ataupun ke dalam tongkang dan juga sebaliknya memuat dari atas

dermaga atau dari dalam tongkang dan menempatkannya ke atas deck kapal

dengan menggunakan derek kapal (Yulianto & Setiono, 2013:43).

2.2. Penelitian Terdahulu


1. Setiono (2011)
Penelitian yang dilakukan oleh Setiono (2011) berjudul

“Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan

Produktivitas Kerja Terminal Jamrud Utara PT. Pelindo III Tanjung Perak

Surabaya”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, namun pada jurnal

hanya dijelaskan mengenai teori-teori dan juga hasil daari penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Dalam meningkatkan produktivitas kerja, Terminal

Jamrud Utara melakukan berbagai upaya yaitu: 1) menambah alat bongkar

muat; 2) Melatih SDM; 3) Memberikan pengawasan yang terus menerus; 4)

Jarak antara sisi dermaga dengan lokasi penumpukan harus sekecil

mungkin; 5) lokasi penumpukan sudah disiapkan sebelumnya; 6) sepanjang

jarak perjalanan harus bebas dan mudah dilalui oleh kendaraan; 7)

kendaraan dalam kondisi baik; 8) pengemudi memiliki keterampilan yang

baik. Sedangkan kegiatan yang dilakukan Terminal Jamrud Utara sebagai

terminal operator antara lain adalah: 1) Stevedoring, 2) Cargodoring; 3)

Receiving atau Delivery Operation.


2. Gunawan, Suhartono, dan Sianto (2008)
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu model kuantitatif

yang dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang memberikan

pengaruh secara signifikan terhadap produktivitas bongkar muat. Metode

yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan adalah metode regresi

linier berganda dengan dummy variable. Jumlah sampel yang digunakan

untuk analisis ini adalah seluruh kapal petikemas milik PT Pelayaran

Meratus yang sandar di Dermaga Berlian Surabaya selama 12 (dua belas)

bulan, yang dimulai dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Desember

2006. Respon yang digunakan adalah data realisasi dengan satuan jumlah

kontainer per jam. Prediktor awal yang diduga memiliki pengaruh terhadap

produktivitas adalah jumlah gank/kelompok buruh pelabuhan, alat bongkar

muat, ratio full empty, total berat kontainer, dan waktu proses bongkar muat.

Dilakukan 4 tahap untuk analisis model regresi yang telah diperoleh. Uji
serentak (menggunakan P-value), uji individu (uji t), uji Glejser dan uji

residual serta model akhir terbaik yang diperoleh. Diperoleh kesimpulan

bahwa faktor berat merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap

semua kapal.
3. Purnomo dan Rumambi (2016)
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

ship operation, kesiapan alat bongkar muat dan pelatihan terhadap

produktivitas bongkar muat petikemas di PT. JICT, secara sendiri-sendiri

maupun bersama-sama. Metode yang digunakan Probability Sampling, dan

cara penarikan sampel menggunakan metode proporsionate stratified

random sampling dengan jumlah populasi 300 dan sampel yang ditarik 30

responden sesuai dengan persyaratan minimum secara statistik. Data primer

yang diperoleh melalui item-item pernyataan dalam kuesioner

dikelompokkan menurut jenis variabelnya baik variabel bebas maupun

variabel terikat dan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Data ini

diuji validitas dan reabilitas selanjutnya dianalisis melalui analisis korelasi,

uji koefesien determinasi, uji regresi, uji t dan uji F untuk pengujian

hipotesis. Selanjutnya diperoleh kesimpulan: Secara parsial hasil hipotesis

menunjukkan bahwa variabel ship operation yang paling berpengaruh

terhadap produktivitas bongkar muat pada PT. JICT sebesar 0.690 atau

69.0%. Sedangkan secara bersama-sama dinyatakan bahwa, ada pengaruh

signifikan antara ship operation, dan kesiapan alat secara bersama-sama

terhadap produktivitas bongkar muat dengan nilai hubungan sebesar 0,545

atau 54,5%. Ada pengaruh signifikan ship operation dan pelatihan secara
bersama-sama terhadap produktivitas bongkar muat dengan nilai hubungan

sebesar 0,612 atau 61.2%. Ada pengaruh signifikan dari kesiapan alat dan

pelatihan secara bersama-sama terhadap produktivitas bongkar muat dengan

nilai hubungan sebesar 0,240 atau 24.0%. secara bersama-sama antar ketiga

variabel bebas ship operation, kesiapan alat dan pelatihan terhadap variabel

terikat produktivitas bongkar muat terdapat pengaruh positif dan signifikan

dengan nilai hubungan sebesar 0,615 atau 61.5%, serta ditunjukkan nilai

Fhitung = 27.122 dengan probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha

diterima, hal ini menunjukkan bahwa ship operation (X1), kesiapan alat

(X2), dan pelatihan (X3) secara bersama-sama memberikan pengaruh atau

kontribusi signifikan terhadap besaran tingkat produktivitas bongkar muat

(Y).

2.3. Hubungan Antar Variabel


2.3.1 Pengaruh Penggunaan Alat Penunjang Mekanis terhadap

Produktivitas Bongkar Muat Petikemas


Peralatan yang digunakan dalam kegiatan bongkar muat akan ditentukan

oleh barang apa yang akan dibongkar dalam kondisi bagaimana barang itu saat

akan dibongkar. Jenis peralatan yang digunakan dalam bongkar muat General

Cargo meliputi : Kran Darat/Mobile Crane, Kran Apung/ Barge Crane Tongkang

barang, Tongkang Air/BBM, Forklift, Truck Tronton, Mabile Truck, Kereta

dorong (Hand Truck/ Gerobag dorong (platform), Alat Pemadam Kebakaran

(Iswanto, 2016:59). Harbour Mobile Crane (HMC), alat bongkar muat di

pelabuhan / crane yang dapat berpindah-pindah tempat serta memiliki sifat yg

flexible sehingga bisa digunakan untuk bongkar/muat container maupun barang-


barang curah / general cargo dengan kapasitas angkat / SWL (safety weight load)

sampai dengan 100 ton (Nurhadini, Rafie, & Indrayadi, 2018).


Bongkar muat merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka untuk

memindahkan barang dari darat ke kapal, atau dari kapal ke darat dengan atau

tanpa menggunakan tongkang muat (Raino, 2018:7). Pada dasarnya bongkar

muat petikemas dari dan ke kapal itu sendiri didefinisikan sebagai pekerjaan untuk

membongkar petikemas dari atas deck kapal lalu menempatkannya ke atas

dermaga ataupun ke dalam tongkang dan juga sebaliknya memuat dari atas

dermaga atau dari dalam tongkang dan menempatkannya ke atas deck kapal

dengan menggunakan derek kapal (Yulianto & Setiono, 2013:43).


H1 : Penggunaan Alat Penunjang Mekanis berpengaruh positif terhadap

produktivitas bongkar muat petikemas

2.3.2 Pengaruh Penggunaan Alat Penunjang Non Mekanis terhadap

Produktivitas Bongkar Muat Petikemas


Petikemas merupakan suatu kotak besar terbuat dari bahan campuran baja

dan tembaga (antikarat) dengan pintu yang dapat terkunci dan pada tiap sisi-sisi

dipasang suatu piting sudut dan kunci putar sehingga antara satu petikemas

dengan petikemas lainnya dapat digunakan dengan mudah disatukan atau

dilepaskan (Nurmia, Fitriyah, & Burhanudin, 2018:1650). Petikemas adalah suatu

kemasan yang dirancang dengan khusus dengan ukuran tertentu, yang dapat

dipakai kembali dan dimanfaatkan untuk menyimpan juga sekaligus mengangkut

muatan yang ada di dalamnya. Filosofi yang ada dibalik petikemas adalah

membungkus dan membawa muatan dalam peti-peti yang sama dan membuat

semua kendaraan dapat mengangkutnya sebagai satu kesatuan, baik itu kendaraan
yang berupa kapal laut, kereta api, truck maupun angkutan lainnya (Yulianto &

Setiono, 2013:42).
Bongkar muat merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka untuk

memindahkan barang dari darat ke kapal, atau dari kapal ke darat dengan atau

tanpa menggunakan tongkang muat (Raino, 2018:7). Pada dasarnya bongkar

muat petikemas dari dan ke kapal itu sendiri didefinisikan sebagai pekerjaan untuk

membongkar petikemas dari atas deck kapal lalu menempatkannya ke atas

dermaga ataupun ke dalam tongkang dan juga sebaliknya memuat dari atas

dermaga atau dari dalam tongkang dan menempatkannya ke atas deck kapal

dengan menggunakan derek kapal (Yulianto & Setiono, 2013:43).

2.4. Kerangka Konseptual

Penggunaan Alat
Penunjang Mekanis

Produktivitas Bongkar
Muat Petikemas
Penggunaan Alat
Penunjang Non
Mekanis

Gambar 2.1

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang

menyajikan tahap lebih lanjut dari observasi. Setelah memiliki seperangkat skema

klasifikasi, peneliti kemudian mengukur besar atau distribusi sifat-sifat tersebut di

antara anggota-anggota kelompok tertentu. Dalam hal ini muncul peranan teknik-
teknik statistik seperti distribusi frekuensi, tendensi sentral, dan dispersi (Silalahi,

2012:27-28). Jenis penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian kausal. Penelitian

kausal merupakan penelitian yang meneliti hubungan sebab akibat antara dua

variabel atau lebih, sehingga dapat menjelaskan dampak perubahan variasi nilai

dalam suatu variabel terhadap perubahan variasi nilai dalam satu atau lebih

variabel lain (Silalahi, 2012:33).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian ini akan dilakukan di PT. Pelindo III (Persero) Cabang

Tanjung Perak Surabaya.


Alamat perusahaan ????????????????
Waktu penelitian kapan ?????????????????????????????

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen di mana peneliti

tertarik (Silalahi, 2012:253). Populasi dapat berupa organisme, orang-orang atau

sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan

yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak

secara mendua. Penelitian ini menggunakan populasi penelitian yang merupakan

perusahaan pelabuhan. Di mana populasi penelitian ini merupakan Karyawan PT.

Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak Surabaya yang berjumlah ??????.

3.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive random sampling adalah

pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012).


Berapa Jumlah samplenya ? sebutkan

3.4. Sumber Data


3.4.1. Data Primer
Menurut Silalahi (2012:289), data primer adalah data yang dikumpulkan

dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi. Data primer yang diperoleh dalam

penelitian ini adalah hasil kuesioner dari responden.


Tambahkan lagi pembahasannya ....................................................

3.4.2. Data Sekunder


....................................................................... tambahkan

3.5. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
..............................................................................
2. Dokumentasi
..........................................................................
3. Kuesioner
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara menyebarkan atau memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawab (Sugiyono,

2012:102). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal likert.

Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel (Sugiyono, 2012:93). Menurut Sugiyono (2012:93), skala

likert mempunyai lima kategori, dari Sangat Setuju (SS) sampai dengan

Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun skor yang diberikan pada setiap skala

item adalah:
a. Sangat setuju diberi skor 5
b. Setuju diberi skor 4
c. Ragu-Ragu diberi skor 3
d. Tidak setuju diberi skor 2
e. Sangat tidak setuju diberi skor 1

3.6. Teknik Analisis


3.6.1 Uji Validitas
Validitas merupakan dua bagian yaitu bahwa instrumen pengukuran adalah

mengukur secara aktual konsep dalam pertanyaan dan bukan beberapa konsep

yang lain, serta bahwa konsep dapat diukur secara akurat. Uji ini digunakan untuk

mengukur validitas dari hasil jawaban kuesioner yang menunjukkan kedalaman

pengukuran suatu alat ukur. Ketentuan yang diterapkan adalah bahwa sebuah item

kuesioner dinyatakan valid jika nilai r memiliki tingkat signifikan kurang dari 5%

(Silalahi, 2012:246).

3.6.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah derajat sejauh mana ukuran menciptakan respon yang

sama sepanjang waktu dan lintas situasi. Uji reliabilitas digunakan untuk

mengukur konsistensi responden dalam menjawab kuesioner. Uji reliabilitas akan

dilakukan dengan menggunakan uji statistik cronbach’s alpha (a) dengan

ketentuan bahwa variabel yang diteliti dinyatakan reliabel apabila nilai cronbach’s

alpha (a) adalah di atas 0,6.

3.6.3 Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda

(multiple regression analysis) adalah satu teknik statistik yang dapat digunakan

untuk menganalisa hubungan antara satu variabel dependen tunggal dan beberapa

variabel independen. Model regresi linier berganda dalam penelitian ini disusun

menggunakan nilai koefisien regresi unstandardized B (untuk analisis pengaruh

simultan) dan standardized beta (untuk analisis pengaruh parsial). Rumus regresi

linier berganda adalah sebagai berikut:


Y= β0+β1 X1+β2 X2+β3 X3+e
Keterangan:
Y : Produktivitas Kegiatan Bongkar Muat
β0 : Koefisien konstanta
β1,β2, β3 : Koefisien regresi
X1 : Penggunaan Alat Penunjang Mekanis
X2 : Penggunaan Alat Penunjang Non Mekanis
e : Error
Persamaan ini diuji menggunakan uji asumsi klasik untuk memeriksa error

dan memastikan kelayakan dari model yang diuji. Uji asumsi klasik terdiri dari 4

uji yaitu:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu data normal

atau tidak. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dengan variabel terikat mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji

normalitas dinyatakan normal apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05.

Uji yang dilakukan untuk melihat normalitas adalah dengan menggunakan

uji Kolmogorov-Smirnov.
2. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi variabel independen. Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi variabel independen. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi

adalah sebagai berikut 1) mempunyai angka toleransi lebih dari 0,10; 2)

mempunyai nilai VIF yang kurang dari 10.


3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Suatu regresi dikatakan heterokedastisitas apabila diagram pancar

residual membentuk pola tertentu. Regresi dikatakan terbebas dari

heterokedastisitas dan memenuhi persyaratan asumsi klasik jika diagram

panccar residual tidak membentuk suatu pola tertentu.


4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan uji asumsi yang digunakan untuk

mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Uji autokorelasi ini dilakukan dengan

menggunakan metode Durbin Watson Test. Dikatakan tidak ada autokorelasi

apabila nilai Durbin-Watson berada diantara dU dan (4-dU).


3.6.4 Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menunjukkan besarnya

sumbangan variabel X terhadap variabel Y. Nilai R2 atau r² berada di antara

0 dan 1 yang mempunyai arti yaitu bila R2 atau r² = 1, artinya menunjukkan

variabel bebas mampu menjelaskan variable terikat 100% dan pendekatan

model yang digunakan adalah tepat. Bila R2 atau r² = 0, artinya

menunjukkan bahwa variabel bebas tidak mampu menjelaskan variable

terikat. Semakin tinggi nilai R2 atau r² dan atau semakin mendekati 1, maka

semakin baik model yang digunakan.


2. Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Uji t (test significance individual parameter) digunakan untuk menguji

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Adapun

langkah-langkah dalam uji t ini adalah sebagai berikut:


a. Membuat hipotesis, yaitu:
H0 : Variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat.


H1 : Variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap

variabel terikat.
b. Menetapkan besarnya nilai α (level of significance) yaitu 0,05.
c. Mengambil keputusan dengan ketentuan:
1) Jika nilai signifikansi menurut hasil perhitungan lebih

besar daripada nilai level of significance, maka H0

diterima dan H1 ditolak.


2) Jika nilai signifikansi menurut hasil perhitungan lebih

kecil daripada nilai level of significance, maka H0 ditolak

dan H1 diterima.

3. Uji Hipotesis Simultan (Uji F)


Uji F merupakan pengujian dalam statistik yang digunakan untuk

menguji besarnya pengaruh semua variabel dependen secara berganda

terhadap variabel independen. Adapun langkah-langkah dalam uji F ini

adalah sebagai berikut:


a. Membuat hipotesis, yaitu:
H0 : Variabel bebas secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat.


H1 : Variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel terikat.


b. Menetapkan besarnya nilai α (level of significance) yaitu 0,05.
c. Mengambil keputusan dengan ketentuan:
1) Jika nilai signifikansi menurut hasil perhitungan lebih

besar daripada nilai level of significance, maka H0

diterima dan H1 ditolak.


2) Jika nilai signifikansi menurut hasil perhitungan lebih

kecil daripada nilai level of significance, maka H0 ditolak

dan H1 diterima.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, H., Suhartono, & Sianto, M. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Produktivitas Bongkar Muat Kontainer di Dermaga
Berlian Surabaya (Studi Kasus PT. Pelayaran Meratus). Widya Teknik, 79-
89.

Iswanto. (2016). Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Intensitas dan Aktivitas


Suatu Tinjauan Empirik. Jurnal Ilmu-Ilmu Kemaritiman, Manajemen, dan
Transportasi, 55-70.

Nurhadini, A., Rafie, & Indrayadi, M. (2018). Optimasi Pelayanan Bongkar Muat
Petikemas di Pelabuhan Dwikora Pontianak. Universitas Tanjungpura, 1-
11.

Nurmia, Fitriyah, N., & Burhanudin. (2018). Kontribusi Terminal Petikemas


Palaran dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda. E
Journal Ilmu Pemerintahan, 1647-1660.

Purnomo, R., & Rumambi, F. (2016). Pengaruh Ship Operation, Kesiapan Alat
Bongkar Muat dan Pelatihan terhadap Produktivitas Bongkar Muat di PT.
Jakarta International Container Terminal. Jurnal Magister Manajemen, 69-
102.

Raino, R. (2018). Optimalisasi Countainer Crane (CC) untuk Kegiatan Bongkar


Muat pada PT. Kaltim Kariangau Terminal. Tugas Akhir, 1-41.

Setiono, B. (2011). Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat untuk


Meningkatkan Produktivitas Kerja Terminal Jamrud Utara PT. Pelindo III
Tanjung Perak Surabaya. Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhan ,
68-90.

Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Umagapi, B., Amonalisa, S., & Lesmini, L. (2016). Kualitas Pelayanan Dokumen
dan Kecepatan Bongkar Muat General Cargo. Jurnal Manajemen
Transportasi dan Logistik , 379-386.

Yulianto, M., & Setiono, B. (2013). Efektifitas Bongkar Muat Petikemas terhadap
Kelancaran Arus Barang di PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI)
Cabang Tanjung Perak Surabaya. Jurnal Aplikasi Pelayaran dan
Kepelabuhanan, 38-49.

Catatan:

1. Hipotesis belum ada, silahkan dibuat Hipotesisnya


berdasarkan Rumusan Masalah.

2. Definisi Operasional Variabel belum ada, silahkan


tambahkan dulu.

Anda mungkin juga menyukai