Anda di halaman 1dari 6

DIKAR & ASSOCIATE

LAW OFFICES
Jl. Kenangan, Indonesia
Jakarta
Telp : (021) 212500
Email : dikar.law@gmail.com

01/AP/V/2018 Jakarta, 1 Mei 2018

Kepada
Yth. Direktur PT. Angkasa Pura II
Soekarno-Hatta International Airport Building,
Benda,Kota Tangerang, Banten 15216

LEGAL OPINION

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan permintaan PT. Angkasa Pura II untuk memberikan pendapat hukum
terhadap Putusan Pengawas Persaingan Usaha No. 03/KPPU-I/2017, dengan ini kami sampaikan
sebagai berikut:

A. FAKTA HUKUM

1. Bahwa PT. Angkasa Pura II, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Penyediaan
Fasilitas Terminal untuk Pelayanan Kargo dan Pos yang dikirim (Outgoing) dan Diterima
(Incoming) melalui Bandara Kualanamu yang berkedudukan di Kantor Pusat PT.
Angkasa Pura II, Gedung 600, Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang

2. Bahwa berdasarkan PT. Angkasa Pura II adalah Badan Usaha Milik Negara yang diberi
wewenang untuk melaksanakan penyelenggaraan, pengelolaan, pengusahaan, dan
pengembangan beberapa bandar udara di Indonesia.

3. Bahwa terdapat beberapa kebijakan Angkasa Pura II yang dianggap oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menjadi unsur dari praktik monopoli, yaitu sebagai
berikut:
- Bahwa PT Angkasa Pura II memberlakukan Daerah Keamanan Terbatas (DKT)
mulai tanggal 1 Mei 2014 yang mana dengan pemberlakuan DKT, maka diatur
ketentuan bahwa untuk memasuki DKT disyaratkan harus memiliki izin
masuk/pas bandara dan bagi yang tidak memiliki pas bandara, dapat
memanfaatkan jasa pelayanan yang diberikan kepada Mitra Usaha Lini 2
(kawasan pergudangan).

4. Bahwa dengan berlakunya DKT, penerima kargo harus mengambil kargonya melalui
Mitra Usaha Lini 2 dan dikenakan biaya sebesar Rp350,00/kg ditambah biaya
administrasi Rp5.000,00/SMU.

5. Bahwa Mitra Usaha Lini 2 adalah perusahaan yang menyewa ruangan di kawasan
pergudangan (area publik) Bandar Udara Kualanamu.

6. Bahwa PT Angkasa Pura II juga mempersyaratkan perusahaan yang diperkenankan untuk


melakukan pengambilan kargo incoming dari terminal kargo (Lini 1) adalah Mitra Usaha
Lini 2 yang mendapat persetujuan terlebih dahulu dari perusahaan
penerbangan/pengangkut barang.
7. Bahwa Regulated Agent (RA) PT Apollo Kualanamoo mulai beroperasi pada tanggal 1
September 2015.

8. Bahwa terhitung sejak tanggal tersebut, PT Angkasa Pura II menghentikan pemeriksaan


kargo dengan x-ray di terminal kargo (Lini 1) dan hanya menerima kargo berangkat
(outbond) yang telah diperiksa di Regulated Agent.

9. Bahwa apabila kebijakan-kebijakan tersebut diatas dianggap sebagai unsur praktik


monopoli, Angkasa Pura II sebagai BUMN diperbolehkan untuk melakukannya karena
hal itu diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

10. Bahwa pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengakui kewenangan negara
dalam memberikan hak monopoli kepada BUMN dan/atau badan/lembaga yang dibentuk
atau ditunjuk pemerintah untuk menyelenggarakan monopoli atas barang dan/atau jasa
yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Bahwa setelah melihat kasus posisi diatas maka isu hukum yang dapat diambil adalah:
1. Bahwa PT Angkasa Pura II merupakan Badan Usaha Milik Negara yang diperbolehkan
untuk melakukan monopoli karena mempengaruhi hajat hidup orang banyak.
2. Bahwa PT Angkasa Pura II melakukan persyaratan perusahaan yang diperkenankan
untuk melakukan pengambilan kargo incoming dari terminal kargo (Lini 1) adalah Mitra
Usaha Lini 2 yang mendapat persetujuan terlebih dahulu dari perusahaan
penerbangan/pengangkut barang.
3. Bahwa PT Angkasa Pura II melakukan penghentian pemeriksaan kargo dengan X-Ray di
terminal kargo (Lini 1) dan hanya menerima kargo berangkat yang telah diperiksa di
Regulated Agent.

C. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat (2);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Bandar Udara;
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 73.

D. ANALISIS

1. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (2) menyatakan bahwa “ cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara” secara jelas menyiratkan bahwa penguasa perekonomian terkait
hasil kekayaan alam harus berpatok kepada kepentingan bersama dan untuk kemakmuran
rakyat yang berdasarkan kepada keadilan. Mengingat bahwa PT angkasa pura adalah
salah satu badan usaha milik negara maka PT angkasa pura diperbolehkan melakukan
monopoli selama masih menyangkut kepentingan bersama.
2. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
pasal 50 huruf a menyatakan bahwa “Yang dikecualikan dari ketentuan undang-undang
ini adalah: a. perbuatan dan/atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;”,
Di mana PT Angkasa Pura II merupakan BUMN yang dapat melakukan tindakan a quo,
yang diperintahkan Pemerintah untuk melakukan Tindakan Praktik Monopoli apabila
bertujuan untuk memperbaiki perusahaan tersebut atau negara. Maka dari itu, hal ini
harus dilaksanakan karena merupakan amanat dari Pemerintah.
3. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
pasal 51 berbunyi: “Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang
banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara diatur dengan undang-
undang dan diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau badan atau
lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah.”
Di mana PT Angkasa Pura II diperbolehkan melakukan Praktik Monopoli dengan
penguasaan pangsa pasar karena PT Angkasa Pura II merupakan perusahaan BUMN serta
memenuhi kepentingan negara dan masyarakat luas walaupun merugikan pelaku usaha
lain yang berhubungan.
4. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
bahwa BUMN dapat melakukan Restrukturisasi berupa monopoli untuk menyehatkan
BUMN agar beroperasi lebih baik. Pasal 73 menyebutkan Restruksturisasi meliputi:
a. Restrukturisasi sektoral yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kebijakan
sektor dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Restrukturisasi perusahaan/korporasi yang meliputi :
1) peningkatan intensitas persaingan usaha, terutama di sektor-sektor yang
terdapat monopoli, baik yang diregulasi maupun monopoli alamiah;
2) penataan hubungan fungsional antara pemerintah selaku regulator dan
BUMN selaku badan usaha, termasuk di dalamnya penerapan prinsip-
prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan menetapkan arah dalam
rangka pelaksanaan kewajiban pelayanan publik.
3) restrukturisasi internal yang mencakup keuangan, organisasi/ manajemen,
operasional, sistem, dan prosedur.

5. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi


Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan bahwa berdasarkan Pasal 26
ayat (1) yang berbunyi “Penyelenggaraan bandar udara untuk umum dan pelayanan
navigasi penerbangan dilakukan oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dapat
dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan untuk maksud tersebut
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Pemerintah memberikan
mandat kepada PT Angkasa Pura II untuk dapat melakukan praktik monopoli.

E. KESIMPULAN & SARAN

Atas Putusan yang dijatuhkan oleh KPPU No : 03/KPPU-I/2017 atas pelanggaran


Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terkait Praktek
Monopoli oleh PT. Angkasa Pura II, dikarenakan PT. Angkasa Pura II merupakan
BUMN yang diperbolehkan untuk memonopoli usaha dan Bandara Udara Kualanamu
merupakan daerah kewenangan penyelenggaraan, pengelolaan, pengusahaan dan
pengembangan dan telah dimilikinya lisensi Badan Usaha Bandar Udara. Maka, kami
selaku kuasa hukum menyarankan untuk PT. Angkasa Pura II untuk mengajukan
keberatan terhadap KPPU Perkara No : 03/KPPU-I/2017

Hormat kami,

Penasehatn Hukum
Dikar & Associate

Anda mungkin juga menyukai