DISUSUN OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2019
ANALISIS KASUS
1. Duduk perkara
a. Terdapat laporan yang masuk ke KPPU (Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha) dengan dugaan pelanggaran praktek monopoli dan
persaingan tidak sehat oleh PT Angkasa Pura II (Persero) dalam
Penyediaan Fasilitas Terminal untuk Pelayanan Kargo dan Pos yang
dikirim (outgoing) dan diterima (incoming) melalui Bndara
Kualanamu, Medan, Sumatera Utara.
b. Dimana dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999. berawal dari pemberlakuan DKT mulai
tanggal 01 Mei 2014 sehingga menyebabkan kenaikan tarif jasa kargo
tersebut.
c. Komisi Pengawas Persaingan Usaha ( KPPU) memutus PT Angkasa
Pura II bersalah atas dugaan praktik monopoli dalam penyediaan
fasilitas terminal untuk pelayanan kargo dan pos di Bandara
Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara.
d. Majelis Komisi memutus terlapor (AP II) terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 17 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Praktik Monopoli.
e. AP II terbukti melakukan penyalahgunaan posisi monopoli terhadap
pengguna jasa terkait layanan dan pengiriman kargo maupun pos di
Bandara Kualanamu.
f. Majelis juga mendapati adanya tarif ganda atau double charge ketika
berjalannya Regulated Agent untuk kargo outgoing dan berlakunya
Daerah Keamanan Terbatas (DKT) untuk kargo incoming.
2. Pelanggaran
Dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II adalah :
a. Pasal 1 angka 2 UU no.5 tahun 1999 “Praktek Monopoli adalah
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebihpelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang
dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan dapat merugikan kepentngan umun”.
b. Pasal 1 angka 6 UU no.5 tahun 1999 “Persaingan usaha tidak sehat
adalah persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melwan hukum atau menghambat
persaingan usaha.”
c. Pasal 17 ayat (1) dan (2) UU no.5 tahun 1999
1) “Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.”
2) “Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada
substitusinya; atau
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang
sama; atau
c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.”
3. Pertimbangan Komisi
Menimbang bahwa sebelum memutus, Majelis Komisi mempertimbangkan
hal-hal yang memberatkan dan meringankan dalam perkara a quo, sebagai
berikut:
4. Sanksi
a. Menghukum PT Angkasa Pura II (Persero) untuk membayar denda
sebesar Rp 6.538.612.000 (enam milyar lima ratus tiga puluh delapan
juta enam ratus dua belas ribu rupiah) yang harus disetor ke kas
Negara.
b. Memerintahkan PT Angkasa Pura II (Persero) untuk melakukan
penurunan tariff pengiriman kargo dan pos.
Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi
dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
apabila:
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada subtitusinya
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam
persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama atau
c. satu pelaku usah atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang dan jasa
tertentu.
Dalam kasus ini PT Angkasa Pura II (Persero) melakukan penguasaan
terhadap penyediaan layanan jasa kargo dan pos di bandara kualanamu dan
mengharuskan semua barang yang masuk dan keluar menggunakan fasilitas
seluruhnya milik PT Angkasa Pura II (Persero). Unsur penguasaan dari pasal
telah tepenuhi.
5. Analisis Putusan
Untuk membuktikan telah terjadi atau tidak terjadi pelanggaran terhadap Pasal
17 ayat 1 dan 2 UU Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi
mempertimbangkan unsurunsur sebagai berikut: