Anda di halaman 1dari 6

Analisis Putusan KPPU Nomor 3/KPPU-I/2017

DISUSUN OLEH :

Aldinsyah Muhammad (1302016066)

Rimba Fatuhilah (1302016082)

Mata Kuliah: Hukum Antimonopoli dan Persaingan Usaha

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS YARSI

JAKARTA

2019
ANALISIS KASUS

1. Duduk perkara
a. Terdapat laporan yang masuk ke KPPU (Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha) dengan dugaan pelanggaran praktek monopoli dan
persaingan tidak sehat oleh PT Angkasa Pura II (Persero) dalam
Penyediaan Fasilitas Terminal untuk Pelayanan Kargo dan Pos yang
dikirim (outgoing) dan diterima (incoming) melalui Bndara
Kualanamu, Medan, Sumatera Utara.
b. Dimana dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999. berawal dari pemberlakuan DKT mulai
tanggal 01 Mei 2014 sehingga menyebabkan kenaikan tarif jasa kargo
tersebut.
c. Komisi Pengawas Persaingan Usaha ( KPPU) memutus PT Angkasa
Pura II bersalah atas dugaan praktik monopoli dalam penyediaan
fasilitas terminal untuk pelayanan kargo dan pos di Bandara
Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara.
d. Majelis Komisi memutus terlapor (AP II) terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 17 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Praktik Monopoli.
e. AP II terbukti melakukan penyalahgunaan posisi monopoli terhadap
pengguna jasa terkait layanan dan pengiriman kargo maupun pos di
Bandara Kualanamu.
f. Majelis juga mendapati adanya tarif ganda atau double charge ketika
berjalannya Regulated Agent untuk kargo outgoing dan berlakunya
Daerah Keamanan Terbatas (DKT) untuk kargo incoming.

2. Pelanggaran
Dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II adalah :
a. Pasal 1 angka 2 UU no.5 tahun 1999 “Praktek Monopoli adalah
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebihpelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang
dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan dapat merugikan kepentngan umun”.
b. Pasal 1 angka 6 UU no.5 tahun 1999 “Persaingan usaha tidak sehat
adalah persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melwan hukum atau menghambat
persaingan usaha.”
c. Pasal 17 ayat (1) dan (2) UU no.5 tahun 1999
1) “Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.”
2) “Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada
substitusinya; atau
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang
sama; atau
c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.”

3. Pertimbangan Komisi
Menimbang bahwa sebelum memutus, Majelis Komisi mempertimbangkan
hal-hal yang memberatkan dan meringankan dalam perkara a quo, sebagai
berikut:

a. Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan tidak ada hal-hal yang


memberatkan bagi PT Angkasa Pura (Persero)
b. Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan hal-halyang meringankan bagi
Pt Angkasa Pura II (Persero), yaitu PT Angkasa Pura II (Persero), telah
bersikap kooperatif dengan selalu hadir dan berlaku sopan selama proses
persidangan, maka Majelis Komisi memberikan peringanan denda sebesar
10% (sepuluh persen).

4. Sanksi
a. Menghukum PT Angkasa Pura II (Persero) untuk membayar denda
sebesar Rp 6.538.612.000 (enam milyar lima ratus tiga puluh delapan
juta enam ratus dua belas ribu rupiah) yang harus disetor ke kas
Negara.
b. Memerintahkan PT Angkasa Pura II (Persero) untuk melakukan
penurunan tariff pengiriman kargo dan pos.
Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi
dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
apabila:
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada subtitusinya
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam
persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama atau
c. satu pelaku usah atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang dan jasa
tertentu.
Dalam kasus ini PT Angkasa Pura II (Persero) melakukan penguasaan
terhadap penyediaan layanan jasa kargo dan pos di bandara kualanamu dan
mengharuskan semua barang yang masuk dan keluar menggunakan fasilitas
seluruhnya milik PT Angkasa Pura II (Persero). Unsur penguasaan dari pasal
telah tepenuhi.

5. Analisis Putusan

Untuk membuktikan telah terjadi atau tidak terjadi pelanggaran terhadap Pasal
17 ayat 1 dan 2 UU Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi
mempertimbangkan unsurunsur sebagai berikut:

a. Unsur Pelaku Usaha


Yang dimaksud unsur pelaku usaha dalam perkara ini adalah PT
Angkasa Pura II (persero) dengan anak usahanya dibidang kargo dan
jasa (Mitra Lini 2)
b. Unsur Penguasaan Atas Produksi dan/atau Pemasaran Barang dan/atau
Jasa
Pasar Produk bagian Tentang Pasar Bersangkutan, adalah jasa
kebandarudaraan dan jasa terkait Bandar Udara, khususnya terkait
dengan penyediaan dan/atau pengembangan fasilitas terminal untuk
pelayanan angkutan kargo dan pos, serta penanganan kargo dan pos
(termasuk namun tidak terbatas pada jasa pemeriksaan dan
pengendalian keamanan kargo dan pos).
c. Unsur Mengakibatkan Praktik Monopoli dan/atau Persaingan Usaha
Tidak Sehat
PT Angkasa Pura II (Persero) dalam perkara melakukan serangkaian
kegiatan usaha dari hulu ke hilir terkait proses penerimaan, keamanan,
serta pengiriman kargo dimana PT Angkasa Pura II (Persero) melalui
Mitra Lini 2, sebagai Regulated Agent, menempati posisi dominan
karena merupakan agen, namun karena posisi dominan yang dimiliki
PT Angkasa Pura Logistik sebagaimana diuraikan di atas. Perilaku PT
Angkasa Pura II yang bertindak sebagai pengelola terminal kargo,
sebagai Regulated Agent sebagai bentuk praktik monopoli yang
berakibat pada pengenaan tarif ganda (double charge) kepada
pengguna jasa, hal tersebut dapat dikategorikan sebagai tindakan yang
menghambat persaingan usaha.

Selain itu, terdapat fakta-fakta yang menunjukan bahwa PT Angkasa Pura II


(Persero) telah melakukan tindak monopoli dan persaingan usaha yang tidak
sehat seperti memberi syarat penyedia jasa yang boleh masuk ke daerah
kawasan terbatas hanya mitra usaha lini 2 yang merupakan anak usaha dari PT
Angkasa Pura II (Persero) hal ini mengakibatkan adanya biaya tambahan
sebesara RP350,00/KG ditambah biaya administrasi RP.5000,00/SMU
ditambah lagi tarif incominh sebesar rp 800,00/KG .

Selain itu, PT Angkasa Pura II (Persero) meminta kepada kantor otoritas


bandara wilayah II Medan untuk menjadikan kargo lini 1 sebagai DKT.
Pemberlakuan ini dilakukan sejak tanggal 10 Juni 2014. Pasca memberlakuan
DKT yang baru terdapat surat dari dari beberapa airlines dan perusahaan
penyedia jasa layanan kargo dan pos yang menyatakan keberatan akan hal
tersebut. Semua mitra PT Angkas Pura II itu akhirnya bekerjasama dengan PT
angkasa Pura untuk menyewa gudang di lahan PT Angkasa Pura II (Persero)
disertakan invoice pembayaran sewa gudang mereka.

Dengan adanya fakta-fakta yang terlampir dan juga terpenenuhinya unsur


pelanggaran dalam kasus tersebut putusan yang dinyatakan KPPU ini benar
adanya.

6. Pada Putusan Perkara Nomor 3/KPUU-I/2017, Terlapor yaitu PT Angkasa


Pura II mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai