Anda di halaman 1dari 5

PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT: STUDI KASUS PRAKTEK

MONOPOLI PT ANGKASA PURA II (PERSERO) DALAM


PENYEDIAAN FASILITAS TERMINAL UNTUK PELAYANAN KARGO
DAN POS YANG DIKIRIM (OUTGOING) DAN DITERIMA
(INCOMING) MELALUI BANDARA KUALANAMU

Fario Kambu (041611133192)

Galuh Mcdiara Said (041711133008)

Wahyu Setyorini (041711133022)

FAKULTAS EKONOMIDAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT: STUDI KASUS PRAKTEK
MONOPOLI PT ANGKASA PURA II (PERSERO) DALAM
PENYEDIAAN FASILITAS TERMINAL UNTUK PELAYANAN KARGO
DAN POS YANG DIKIRIM (OUTGOING) DAN DITERIMA
(INCOMING) MELALUI BANDARA KUALANAMU

Dunia usaha saat ini terus mengalami persaingan yang ketat. Munculnya usaha-usaha
baru yang memiliki ciri hampir sama dengan sedikit perbedaan telah menjamur. Karena
banyaknya usaha-usaha yang bermunculan tingkat persaingan terus meningkat yang
mengakibatkan adanya perilaku-perilaku dari para pelaku usaha baik dengan cara yang sehat
maupun tidak.
Di era modern ini para pelaku usaha dapat menggunakan teknologi dalam
meningkatkan produktivitas serta mengurangi biaya serta efisiensi waktu. Peranan teknologi
dalam dunia bisnis yaitu semua pekerjaan akan lebih cepat dan akurat. Penerapan teknologi
informasi yang efektif akan mengurangi biaya yang tidak diharapkan dan dapat meningkatkan
fleksibilitas. Hal ini akan terlihat dalam alur bisnis yang menjadi lebih terorganisir dan
tersentralisasi.
Para pengusaha serangkali melakukan persaingan secara tidak sehat. Perilaku
pengusaha yang bersaing secara tidak sehat mengakibatkan kerugian bagi konsumen. Negara
wajib melindungi konsumen melalui peraturan perundang-undangan untuk mengatur
persaingan antar pelaku usaha serta perlindungan kepada konsumen. Di Indonesia persaingan
usaha tidak sehat diatur dalam UU No. 5 Tahun 1999. Sedangkan Institusi yang mengawasi
disebut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). UU No. 8 Tahun 1999 digunakan
sebagai undang-undang Perlindungan Konsumen
Di Indonesia sering juga terjadi persaingan tidak sehat oleh para pelaku usaha salah
satunya yaitu berperilaku monopoli. Padahal praktek monopoli dilarang yang sudah jelas
terdapat di pasal 17 Undang-Undang No 5 tahun 1999. Pasal tersebut menyatakan bahwa
“Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik tidak monopoli dan atau persaingan
tidak sehat”.
PT Angkasa Pura II (Persero) selaku Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam
bidang usaha pelayanan jasa kebandar udaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di
wilayah Indonesia bagian barat menyediakan layanan berbasis aplikasi dengan nama
“Electronic Point of Sales” (e-POS) yang meliputi perangkat software, link (koneksi jaringan
internet), dan terminal client (hardware). Layanan e-POS adalah layanan aplikasi berbasiskan
Internet Protocol yang difungsikan untuk melakukan pencatatan dan pelaporan secara real
time kegiatan transaksi, pengelolaan system inventory, serta monitoring kegiatan bisnis retail
sehinggakegiatan bisnis dapat berjalan dengan cepat dan mampu mengantisipasi permintaan
konsumen. Walaupun sebagai salah satu BUMN PT Angkasa Pura II juga diduga melalukan
praktik monopoli. PT Angkasa Pura II sebagai praktek monopoli dalam penyediaan fasilitas
terminal untuk pelayanan kargo dan pos yang dikirim (outgoing) dan diterima (incoming)
melalui Bandara Kualanamu.
Kasus Perkara Praktek Monopoli PT. Angkasa Pura II (Persero)
Pasar produk PT.Angkasa Pura yang diperkirakan adalah jasa kebandarudaraan dan
jasa terkait Bandar Udara, khususnya terkait dengan penyediaan dan/atau pengembangan
fasilitas terminal untuk pelayanan angkutan kargo dan pos, serta penanganan kargo dan pos
(termasuk namun tidak terbatas pada jasa pemeriksaan dan pengendalian keamanan kargo dan
pos). Dengan pasar geografis adalah Bandar Udara Kualanamu Medan. Aktivitas jasa
penyediaan faasilitas terminal dan pergudangan untuk pelayaanan angkutan kargo dan pos
terdiri dari dua kegiatan yaitu pelayanan untuk kargo outgoing dan kargo incoming.
Ketika berjalannya Regulated Agent untuk kargo outgoing terdapat pengenaan tarif
ganda (double charge), dan berlakunya Daerah Keamanan Terbatas (DKT) untuk kargo
incoming. Terdapat perilaku penyalahgunaan posisi monopoli (abused of monopoly power)
yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II (Persero) terhadap pengguna jasa terkait pelayanan
dan pengiriman kargo dan pos yang justru tidak menciptakan kondisi yang efektif dan efisien
dalam kegiatan usaha.
Tarif yang dikenakan pada pengiriman kargo (outgoing) dan pos internasional pada
bandara udara Kualanamu dikenakan tarif sewa Gudang terminal kargo sebesar Rp950,00/kg
dan pos pesawat udara sebesar Rp300,00/kg da tarif pelayanan Gudang sebesar Rp650,00/Kg.
Tarif yang dikenakan pada penerimaan kargo (incoming) dan pos internasional pada
bandara udara Kualanamu dikenakan tarif sewa Gudang terminal kargo sebesar
Rp1.150,00/kg dan pos pesawat udara sebesar Rp300,00/kg da tarif pelayanan Gudang
sebesar Rp850,00/Kg.Terdapat tambahan biaya pengiriman kargo dan penerimaan kargo
masing-masing sebesar Rp350,00/Kg yaitu dari semula Rp800,00/Kg menjadi
Rp1.150,00/Kg. adanya penambahan biaya pengirimaan dan penerimaan kargo yang dipicu
oleh adanya penerapan DKT dan Regulated Agent tidak mempengaruhi jumlah kargo yang
dikirim melaui Terminal Kargo Bandara Udara Kualanamu.
Persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh Angkasa Pura II adalah dengan
mengakses lebih terminal Gudang penyimpanan hingga ke Lini I karena perusahaan
Angkasa Pura merupakan perusahaan dengan cangkupan wewenang lebih di badara udara.
Ekspedisi Muatan Pesawat udara (EMPU) lainnya hanya dapat mengakses sampai ke Lini
II, sedangkan Empu Angkasa Pura Logistik (AP Log) dapat mengakses sampai ke Lini I.
Hal ini membuat AP Log dapat memperoleh barangnya dengan cepat, dibandingkan
dengan EMPU yang lain, karena peran AP Log sebagai operator Terminal Kargo dan
posisinya berada di Lini I. Hal tersebut membuat pengguna jasa EMPU selain AP Log
mengajukan protes karena mereka dikenakan tarif ganda setelah adanya pemberlakuan
kebijakan Regulated Agent.
Hasil Keputusan dan Denda
Berdasarkan hasil keputusan melalui musyawarah dalam Sidang Majelis Komisi yang
dilakukan pada hari Kamis, 19 April 2018 yang kemudian dibacakan di muka persidangan
yang terbuka bagi umum pada hari Selasa tanggal 24 April 2019. Persidangan tersebut
dilakukan dan dihadiri oleh Majelis Komisi yaitu Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D,
sebagai Ketua Majelis Komisi, Dr. Sukarmi, S.H., M.H., dan Kamser Lumbanradja, M.B.A.
masing-masing sebagai Anggota Majelis Komisi, dengan dibantu oleh Ita Damayanti
Wulansari, S.E., Sulastri Ambarianti S.H., dan Danil Pratama, S.H. masing-masing sebagai
Panitera memutuskan bahwa
1. Pihak terlapor: PT Angkasa Pura II (Persero) terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Pasal 17 ayat (1) dan (2) yaitu, “Pelaku
usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau
jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.” Pasal 17 ayat 1 dan pasal 17 ayat 2 yang berbunyi “Pelaku usaha patut diduga
atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau
jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha
barang dan atau jasa yang sama; atau
c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima
puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.”
2. Pihak terlapor yaitu PT Angkasa Pura II (Persero) dihukum dengan membayar denda
sebesar Rp6.538.612.000 yang harus disetor ke Kas Negara. Denda tersebut sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha. Pembayaran dilakukan melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).
3. PT Angkasa Pura II (Persero) diperintahkan untuk melakukan penurunan penetapan tarif
pengiriman (outgoing) kargo dan pos. Hal tersebut memperhitungkan kegiatan yang hilang
setelah diambil alih oleh Regulated Agent (RA) serta proses pengambilan (incoming) kargo
dan pos di Bandar Udara Kualanamu tanpa melalui Mitra Usaha PT Angkasa Pura II (Persero)
di Lini II dikembalikan.
4. PT Angkasa Pura II (Persero) diperintahkan untuk melaporkan dan menyerahkan salinan
bukti pembayaran denda tersebut ke KPPU.
Simpulan
Persaingan usaha tidak sehat dapat merugikan berbagai pihak dan negara telah
mengatur terkait pelanggaran usaha tidak sehat. Praktek monopoli termasuk kasus
pelanggaran persaingan tidak sehat. Berdasarkan studi kasus pelanggaran praktek monopoli
oleh PT Angkasa Pura II, perusahaan tersebut terbukti melanggar dan dikenai sanksi denda
setelah melalui tahap penyelidikan dan pemeriksaan.

REFERENSI

http://www.kppu.go.id/docs/UU/UU_No.5.pdf
http://www.kppu.go.id/id/
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20170614/16/662783/praktik-
monopoli-angkasa-pura-logistik-didenda-rp655-miliar

Anda mungkin juga menyukai