Anda di halaman 1dari 10

Kelompok 2 :

Chrisye L Lumbangaol
(13116074)
Diana Fitria S (13116075)
Ekaristi Sihombing (13116079)
Nurul Ainun F (13116088)
Rekha Hutauruk (13116089)
Siti Wahyuni Mursalim (13116095)
POSTAL
LOGISTIK
IMPLIKASI PAKET
KEBIJAKAN EKONOMI
IX BAGI OPERATOR
LOGISTIK
INTRODUCTION

Pada Januari 2016, pemerintah


Indonesia mengeluarkan
paket kebijakan ekonomi IX.
Dalam bidang logistik,
pemerintah memfokuskan
pada pembenahan sektor
logistik untuk meningkatkan
efisiensi, daya saing, dan
5 jenis usaha yang dideregulasi :

Pengembangan usaha jasa penyelenggaraan pos


komersial

Penyatuan pembayaran jasa-jasa


kepelabuhanan secara elektronik (single billing)

Sinergi BUMN membangun agregator/konsolidator ekspor


produk UKM,geographical inidications, dan ekonomi kreatif

Sistem pelayanan terpadu kepelabuhan secara


elektronik

Penggunaan mata uang rupiah untuk transaksi


kegiatan transportasi
IMPLIKASI BAGI OPERATOR
LOGISTIK
Pengembangan usaha jasa penyelenggaraan pos
komersial

Operator logistik menyambut baik Paket Kebijakan Ekonomi IX


khususnya terkait dengan pengembangan usaha jasa
penyelenggaraan pos komersial. Pada era Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) ini dan digitalisasi yang menguat,
potensi e-commerce semakin besar. Hal ini dipandangnya
karena ada kecenderungan masyarakat mulai mengandalkan
transaksi secara online. Sekalipun transaksinya dilakukan
secara online, jasa pengirimannya tetap mengandalkan jasa
logistik.

Dalam paket ini, Peraturan Menkominfo No. 32 Tahun 2014


akhirnya diubah dengan Peraturan Menkominfo No. 9 Tahun
2015 yang mana menetapkan besaran tarif jasa pos
komersial harus lebih tinggi dan tarif layanan pos universal
yang ditetapkan pemerintah. Regulasi sebelumnya memang
membuat biaya pengiriman pos oleh swasta menjadi lebih
mahal. Perubahan ini pun diharapkan mampu mendorong
Penyatuan pembayaran jasa-jasa
kepelabuhanan secara elektronik (single billing)

Keinginan pemerintah untuk menerapkan single billing di


pelabuhan disambut baik oleh para operator logistik. Karena
melalui langkah tersebut, pembayaran akan lebih mudah dan
efisien. Sejauh ini pembayaran di pelabuhan memang tidak
jadi satu. Ada beberapa pos yang proses pembayarannya
harus dilakukan di luar lokasi pelabuhan atau bahkan pada
pihak ketiga. Contohnya, ketika kontainer dipindahkan di
lahan penumpukan, maka pembayaran dilakukan di luar
terminal. Akibatnya, waktu yang diperlukan untuk
mengurusnya relatif lebih lama karena tidak berada di satu
lokasi. Dampak selanjutnya, waktu tunggu di pelabuhan
menjadi semakin lama.

Dengan penerapan single billing tersebut akan sangat


membantu dalam memangkas masa tunggu di pelabuhan
dan mampu mengefisiensikan biaya dan waktu untuk
memperlancar arus barang di pelabuhan.
Sinergi BUMN membangun agregator/konsolidator
ekspor produk UKM,geographical indications, dan
ekonomi kreatif

Bisnis agregator bisa menjadi salah satu solusi permasalahan


panjangnya rantai pasok dan logistik pangan di Indonesia.
Kebijakan ini sangat strategis dan bisa
menumbuhkembangkan wirausahawan-wirausahawan baru
yang potensial. Konsep bisnis agregator adalah menggunakan
aplikasi online yang menciptakan yang menciptakan
marketplace, tempat semua pemasok dan pengguna bertemu
dalam wadah yang sama. Dengan terkumpulnya pemasok
dengan konsumen dalam laman itu, perantara secara
otomatis bisa terpotong sehingga rantai pasok bisa lebih
pendek dan harga pangan juga bisa lebih transparan.

Untuk pengembangan sektor UKM, para agregator diperlukan


para pelaku UMKM agar bisa tercipta standar yang hampir
sama dan membawa produk-produk UMKM dalam negeri ke
level lebih tinggi. Pasalnya, mereka itu adalah para pelaku
usah yang bisa menjadi hub dan fasilitator bagi para UKM
Sistem pelayanan terpadu kepelabuhan secara
elektronik

Untuk meningkatkan kecepatan pelayanan, efektifitas, dan


kinerja serta meminimalisasi waktu dan biaya yang
diperlukan dalam seluruh kegiatan lalu lintas ekspor impor,
pemerintah membuat suatu sistem elektronik yang
terintegrasi secara nasional yang disebut INSW (Indonesia
National Single Window).

Sesuai amanat dalam paket kebijakan ekonomi IX, INSW


sedang berusaha mengintegrasikan sistem Inaport.
Inaportnet akan mengintegrasikan sistem informasi
kepelabuhan yang standar dalam melayani kapal dan barang
untuk kegiatan ekspor impor maupun domestik, sehingga
kegiatan perdagangan akan lebih cepat, efisien, dan
transparan. Dengan adanya Inaportnet ini, para operator
logistik yang merencanakan kegiatan bongkar muat untuk
muatan di kapal tidak harus datang ke instansi pemerintah
untuk melakukan clearance, atau dengan kata lain
Penggunaan mata uang rupiah untuk transaksi
kegiatan transportasi

Para operator logistik menyambut baik paket kebijakan


ekonomi IX tentang pembenahan sektor logistik terutama
kewajiban penggunaan mata uang rupiah dalam setiap
transaksi. Pembayaran beberapa kegiatan logistik seperti
transportasi laut dan pergundangan masih menggunakan tarif
dalam bentuk mata uang asing yang dikonversikan ke dalam
mata uang rupiah dengan besaran kurs yang ditentukan oleh
masing-masing pemberi jasa. Adapun, ketentuan kurs yang
digunakan di atas kurs Bank Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai