Anda di halaman 1dari 2

Penerapan digitalisasi system di sektor industri Logistik, Pelabuhan dan sektor pelayaran diyakini

sebagai solusi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya logistic Nasional.
Karena itu upaya penerapan digitalisasi dalam sektor pelayanan perlu didukung dalam menghadapi
persaingan global.  Sebagai regulator, pemerintah terus bekerja keras untuk mewujudkan sistem
logistik yang efektif, transparan dan efisien melalui berbagai upaya baik peningkatan kualitas SDM di
pelabuhan maupun pemanfaatan teknologi informasi yang terintegrasi.
Meningkatan teknologi informasi ini menjadi salah satu arah kebijakan Ditjen Perhubungan Laut tahun
2020 sehingga perlu dilakukan modernisasi pelabuhan berbasis teknologi informasi dalam
mendukung logistik nasional atau yang sering disebut digitalisasi pelabuhan.
Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R Agus H Purnomo, dalam sambutan
tertulisnya dibacakan Kasubdit Sistem Informasi dan Sarpras Angkutan Laut, Sukirno Dwi Susilo,
pada pembukaan acara Diskusi Media “Peluang dan Tantangan Digitalisasi Logistik” yang
diselenggarakan Forum Wartawan Maritim Indonesia (Forwami), Selasa (5/3/2019) di Jakarta.
“Salah satu bentuk nyata dari digitalisasi pelabuhan ialah melalui penerapan sistem Inaportnet versi
2.0 dan Delivery Order Online yang diharapkan dapat menurunkan biaya logistik di pelabuhan,
meningkatkan kelancaran arus barang, transparansi dan percepatan pelayanan sehingga menjadi
lebih mudah dan murah,” katanya
Saat ini, Kementerian Perhubungan telah mengembangkan sistem inaportnet di 16 pelabuhan yang
menjadi salah satu program Quick Win kementerian tersebut di tahun 2018. 
“Pemerintah berkomitmen mendukung tumbuh kembang industri logistik nasional, memberikan
kemudahan kepada pelaku usaha melalui penerapan sistem online yang terintegrasi dan deregulasi
peraturan untuk kemudahan usaha serta melakukan perbaikan sistem layanan dan kinerja
pelabuhan,” pungkasnya.
Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, Capt Hermanta menilai digitalisasi logistik akan mampu
menurunkan biaya sehingga memberikan keuntugan bagi para pengusaha.
“Sekalipun saat ini masih terdapat kendala kemampuan sumber daya manusia dan teknologi, tapi
digitalisasi harus terus dilakukan, mengingat sejumlah negara lain sudah menjalankan,” paparnya.
Capt.Hermanta mencontohkan dalam kunjungan ke sejumlah negara, digitalisasi logistik telah banyak
memberikan keuntungan kepada pengusaha dan bahkan sudah dijalankan cukup lama dan terus
ditingkatkan kemajuan teknologinya. Di samping itu, katanya, digitalisasi logistik juga mendorong
pengusaha mendapatkan layanan kepengurusan dokumen yang lebih cepat tanpa harus menunggu
lama.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto menyebutkan tingginya
biaya pengurusan dokumen selama ini menjadi keluhan yang dihadapi pengusaha pelayaran. Hal
tersebut bisa membuat tarif angkutan menjadi mahal tidak memiliki daya saing. Karena itu pihaknya
berharap agar pemerintah memberikan fasilitas kemudahan berupa regulasi yang bisa membuat
biaya pengiriman barang menjadi lebih murah.
Carmelita Hartoto mengatakan,terkait program digitalisasi logistik, hal tersebut akan memicu sejumlah
keuntungan yang diperoleh dalam bisnis pelayaran seperti kargo yang sedang berlayar bisa terlacak,
rantai pasok dari hulu hingga hilir bisa terlihat, termasuk merekam informasi tentang kapal. "
Digitalisasi menjadikan otomasi dokumen dan jadwal pelayaran bisa mudah diketahui.” ungkapnya.
Dalam rangka mendorong percepatan digitalisasi, perusahaan pelayaran anggota INSA sektor
kontainer, kini tengah mengembangkan  sistem aplikasi pengiriman petikemas (booking online).
Dengan sistem ini, menurutnya, sangat efisien dan mendatangkan benefit bagi pengguna jasa karena
pelayanan dilakukan 24 jam dalam 7 hari kerja (24/7),  untuk reservasi dan kepastian pelayanan.
Namun  yang lebih penting dari sistem pelayanan online ialah  transparansi harga pengiriman barang.
Jadwal dan pelayanan. Memiliki peluang besar dalam  mencari beragam informasi yang dibutuhkan
saat booking berlangsung   serta mempercepat proses transaksi.
Menyambut tekad pemerintah melakukan digitalisasi logistik khususnya di pelabuhan. Marlamd S Y
Asisten Deputi General Manager dari IPC Pelindo II Cabang Panjang pada kesempatan itu
meyampaikan pihaknya terus berupaya melakukan pembenahan infrastruktur maupun digitalisasi.
Tahun 2019 ini, misalnya, Pelabuhan Panjang telah melaksanakan IT Roadmap yang sudah
dijalankan dari tahun 2018 dan ditargetkan selesai tahun 2020 yang akan datang. 
Pendapat senada juga diungkapkan Ketua Umum DPP Assosiasi Logistik dan Forwading  Indonesia
(ALFI) Yukki  Nugrahawan Hanafi. Menurutnya, digitalisasi logistik menjadi sebuah kebutuhan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Yukki mengatakan tanpa  mengadopsi teknologi yang ada saat ini, sulit untuk berkompetisi  dan di
kawasan ASEAN.Indonesia  masih tertinggal. Bahkan bila infrastruktur  yang kini tengah dibangun
pemerintah selesai dikerjakan, hanya mampu memangkas  biaya tidak lebih dari 2,5  persen.
“ALFI meyakini, bila  infrastruktur  pemerintah selesai dikerjakan  diikuti implementasi digitalisasi, 
biaya logistik yang ada saat ini bisa kembali terpangkas hingga menjadi 17 persen dari total GDP,”
ungkapnya dengan optimis.
Optimisme itu, menurut Yukki, tidak berlebihan mengingat ALFI sendiri telah melakukan survei  biaya
logistik  di tahun 2016 dan 2017 yang mencatat  23,5 persen dari total gross domestic product (GDP)
atau  menurun dibanding sebelumnya  yang rata-rata 25 persen.
“Agar target penurunan biaya logistik tercapai, para pelaku usaha sedah seharusnya berkolaborasi
dalam menghadapi tantangan persaingan global pada  era digitalisasi saat ini, di samping
pembenahan total melalui modernisasi pelabuhan,” katanya.
Sinergitas
Ketua Umum DPP Asosiasi Keagenan Kapal Indonesia (ISAA) Juswandi Kristanto berharap
digitalisasi logistik didukung infrastruktur utama maupun pendukung sehingga proses
pelaksanaannya berjalan dengan baik. Di samping itu kepastian tindakan-tindakan yang akan
dilakukan jika terjadi gangguan pada sistem sehingga tidak menghambat pada pelayanan.
“Kami mengharapkan sinergitas dan juga kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan di sektor
logistik agar program digitalisasi ini berjalan dengan baik,” harapnya.
Ketua Umum DPP Asososiasi Pengusaha Truk Indonesia(Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan
pihaknya berharap digitalisasi dapat menekan biaya logistik dari dan ke pelabuhan di atas 10%,
sedangkan penghematan biaya operasional pengusaha truk bisa di atas 25%. Apalagi, menurutnya,
implementasi sistem digitalisasi dalam bisnis angkutan barang telah menjadi keharusan bagi
pengusaha truk mengingat Pelindo II akan mengoperasikan layanan seluruh pelabuhannya dengan
sistem otomatisasi secara penuh.
Meski demikian, sejauh ini digitalisasi logistik masih menghadapi sejumlah kendala antara lain
dukungan ketersediaan infrastruktur seperti teknologi dan komunikasi, ketersediaan infrastruktur dan
jaringan yang handal, terbatasnya jangkauan jaringan pelayanan non seluler, serta kebiasaan
menggunakan sistem manual dalam transaksi logistik. 
“Untuk mengatasi hal itu, Aptrindo mengusulkan agar dilakukan pemanfaatkan platform sistem
operasi virtual bersama untuk mengatasi hambatan investasi teknologi, serta peningkatan kapasitas
SDM,” pungkas Tarigan. 

Anda mungkin juga menyukai