Webinar yang diadakan oleh KAGAMA yang berjudul “Potret Masa Depan Industri Logistik
di Era Disrupsi” bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN melalui
YouTube Channel Kompas dan Zoom Meetings. Webinar diadakan pada 23 November pukul
14.00-16.00 WIB. Keynote speech dan opening speech dibawakan oleh Erick Tohir (Menteri
BUMN) dan Ganjar Pranowo (Ketua Umum KAGAMA). Narasumber dalam acara ini yaitu Budi
Karya Sumadi (Menteri Perhubungan), Arif Suhartono (Direktur Utama Pelindo), Aviliani
(Ekonom INDEF), Yukki Nugrahawan Hanafi (Ketua Umum ALFI, Moderator dibawakan oleh
Haryo Damardono (Wartawan Harian Kompas).
Pembahasan yang pertama yaitu arah kebijakan utama transportasi laut 2020-2024 yang
meliputi sebagai berikut:
Biaya logistic Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara - negara lain, salah
satu penyebabnya adalah operasional Pelabuhan yang masih belum optimal. Dilihat dari GDP
setiap negara yang diambil pada tahun 2015 rata – rata GDP setiap negara yaitu 12%. Sedangkan
GDP Indonesia yang diambil pada tahun 2019 mencapai 23%. Biaya logistic yang tinggi ini
disebabkan oleh 5 isu utama, yaitu: Regulasi pemerintah yang tidak kondusif. Contohnya seperti
lead time clearence pelanggan yang lama di Pelabuhan. Efisiensi value chain darat yang rendah.
Contohnya seperti kurangnya akses layanan jalan, kereta dan tracking. Efisiensi value chain
maritime yang rendah. Contohnya seperti pelayaran yang sangat terfragmentasi dan besarnya
penggunaan kapal kecil. Operasi dan infrastruktur pelabuhan tidak optimal. Contohnya seperti
waktu turaround yang lama dan infrastruktur Pelabuhan yang tidak mencukupi. Supply demand
tidak seimbang. Contohnya seperti permintaan yang terkonsentrasi di jawa menyebabkan peti
kemas kosong.
Tantangan implementasi kebijakan yang dihadapi meliputi sumber daya manusia, dukungan
dasar peraturan untuk melindungi pergerakan dan keputusan yang diambil, penetapan aplikasi
sehingga didapatkan komitmen dari semua pihak, dan kolaborasi antar lembaga yang memiliki
perbedaan sudut pandang. Penyebab tingginya biaya logistik di Indonesia dikarenakan belum
optimalnya layanan dan infrastruktur transportasi menyebabkan rendahnya performa dan
penambahan waktu layanan, terpusatnya produksi barang di Indonesia perlu dicover dengan biaya
tambahan untuk pengiriman, dan maish rendahnya reliabilitas jasa logistik di Indonesia
menyebabkan cargo owner memegang inventori lebih tinggi dari titik optimal. Rantai logistik yang
belum optimal disebabkan karena rendahnya kinerja pelabuhan akibat ketidakcukupan
infrastruktur pelabuhan dan belum efisiennya service level pelabuhan, jaringan pelayaran yang
belum optimal karena rute pelayaran, ukuran kapal, dan cargo load yang belum optimal, dan
ketidakefisiensi transportasi darat dan tidak seimbangnya kargo karena rendahnya konektivitas
antara pelabuhan dan industry. Peran pelabuhan untuk mendorong efisiensi rantai pasok dilakukan
melalui sinergi dan integrasi Pelindo mendorong peningkatan kinerja pelabuhan dan efisiensi
pelabuhan di seluruh pelabuhan Pelindo di Indonesia, jaringan pengiriman terintegrasi akan
mendorong efisiensi rantai dengan biaya ekonomi yang lebih baik, dan peningkatan konektivitas
hinterland melalui pembangunan basic infrastruktur dan peningkatan konektivitas infrastruktur ke
kawasan industri atau end user. Potensi pengurangan biaya logistik dari integrasi dan transportasi
melalui 3 inisiatif strategi yaitu pengembangan konektivitas dan industri melalui pengembangan
konektivitas intermodal dan penguatan standarisasi pelabuhan dan pengembangan kawasan di 7
pelabuhan utama, penguatan jaringan pelayaran melalui peningkatan efektivitas jaringan
pendulum tol laut, dan sinergi pelabuhan dengan inetgrasi terminal peti kemas di 7 pelabuhan
utama.