Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS MUTU PELAYANAN BONGKAR MUAT BARANG DI PELABUHAN MALAHAYATI

LAPORAN TUGAS AKHIR (LTA)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Kelengkapan Akademik Untuk Mencapai

Gelar Ahli Madya Pelayaran

Oleh:

IHSAN SAHRI

NIT: 2121583

JURUSAN:

KETATALAKSANAAN PELAYARAN NIAGA DAN KEPELABUHANAN

AKADEMI MARITIM ACEH DARUSSALAM (AM-AD)

BANDA ACEH

2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya serta yang telah memberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran sampai
dengan penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA) yang berjudul “Analisis Mutu Pelayanan Bongkar
Muat Barang di Pelabuhan Malahayati” ini selesai. Shalawat serta salam semoga senantiasa 
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya
seluruh umat Islam hingga akhir zaman.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Ahli Madya Pelayaran. Tanpa bantuan, bimbingan, motivasi dan doa dari berbagai
pihak penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini tidak akan selesai dengan baik. Oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang baik
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu terwujudnya Laporan Tugas Akhir (LTA) ini.
Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada:
1.    Bapak dr. Dedi Gunawan selaku Ketua Yayasan Perguruan Haji Bakry (YPHB) Banda Aceh 1992.
2.    Ibu Hj. Dra. Husna Ali, M.Pd selaku Direktur Akademi Maritim Aceh Darussalam (AM-AD) Banda
Aceh.
3.    Bapak Dr. H. M. Bakry Usman, M.Si selaku Pembimbing I
4.    Bapak Drs. Mahadi Bahtera, M.Si selaku Pudir I Akademi Maritim Aceh Darussalam (AM-AD)
Banda Aceh dan sebagai Pembimbing II.
5.    Bapak dan Ibu dosen Akademi Maritim Aceh Darussalam Banda Aceh.
6.    Seluruh Staf Akademik, Akademi Maritim Aceh Darussalam (AM-AD) Banda Aceh.
7.    Seluruh pegawai Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Malahayati.
8.    Bapak dan Ibu tersayang yang dengan sabar mendidik dan selalu memberikan yang terbaik.
Terima kasih atas doa, air mata, senyum dan motivasinya yang selalu dapat meneduhkan dan
menenangkan jiwa dalam keadaan apapun.
9.        Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
maupun saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga penyusunan Laporan
Tugas Akhir (LTA) ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta ilmunya dapat dikembangkan lebih
luas lagi.

Banda Aceh,   Oktober 2015


Penulis,

IHSAN SAHRI
NIT : 2121583
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C.     Tujuan Penulisan.................................................................................... 3
D.    Manfaat Penulisan................................................................................. 3
E.     Metode Pengumpulan Data................................................................... 3
F.      Sistematika Penulisan............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Transportasi Laut................................................................................... 6
B.     Pelabuhan............................................................................................... 8
C.     Pengertian Mutu.................................................................................... 13
D.    Pelayanan............................................................................................... 17
E.     Bongkar Muat........................................................................................ 21
BAB III TINJAUAN UMUM
A.    Sejarah Singkat Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan Kelas IV Malahayati............................................................ 24
B.     Struktur Organisasi................................................................................ 26
C.     Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Klasifikasi........................................... 32

D.    Visi dan Misi Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan


Kelas IV Malahayati.............................................................................. 33
BAB IV PEMBAHASAN
A.    Analisis Mutu Pelayanan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan
Malahayati............................................................................................. 34
B.     Kualitas Proses Pelayanan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan
Malahayati............................................................................................. 35
C.     Kendala-Kendala dalam Kegiatan Bongkar Muat Barang di
Pelabuhan Malahayati............................................................................ 36
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................................ 39
B.     Saran...................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi membutuhkan jasa angkutan yang cukup serta memadai. Tanpa adanya
transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan
dalam usaha pengembangan ekonomi dari suatu negara. Dalam meningkatkan mutu pelayanan
bongkar muat barang perlu adanya petikemas yang lebih baik dan memadai sehingga dalam
melaksanakan bongkar muat di pelabuhan dapat berjalan dengan lancar. Pengangkutan dengan
menggunakan petikemas pada saat ini masih terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan
kebutuhannya terutama permintaan akan jasa petikemas meningkat dengan cepat disebabkan oleh
pertumbuhan tekhnologi angkutan laut (Sistem Angkutan Petikemas).

Untuk menghadapi Globalisasi dunia saat ini dibutuhkan sarana penunjang maupun prasarana di
bidang angkutan laut yang terdiri dari kapal petikemas dan terminal petikemas. Seiring dengan
pertumbuhan petikemas yang begitu pesat dewasa ini dalam bidang industri transportasi laut,
membawa dampak positif untuk perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa bongkar muat.
Dengan memperhatikan kondisi tersebut dan mengidentifikasikan peluang pasar yang mempunyai
potensi dan prospek yang cukup besar untuk pelayanan jasa tersebut.

General Manajer PT. Pelindo I (Persero) Cabang Malahayati menyatakan Harbour Mobile


Crane (HMC) yang didatangkan dari Jerman akan mulai beroperasi pada Tahun 2015 ini. Dengan
hadirnya Harbour Mobile Crane (HMC) tersebut nantinya maka aktivitas bongkar muat dan kegiatan
ekspor berbagai komoditas melalui pelabuhan tersebut akan meningkat. Dan saat ini sudah ada
perusahaan multinasional yang telah menyatakan komitmennya untuk memanfaatkan pelabuhan
Malahayati dan mengirimkan hasil produksinya ke sejumlah negara. Kemudian berbagai infrastruktur
pendukung dan sumber daya manusia di lingkungan perusahaan akan terus dibenahi guna
meningkatkan aktivitas di pelabuhan Malahayati.

Karena berdasarkan pengamatan pada saat ini bongkar muat di pelabuhan Malahayati masih
terdapat beberapa kesenjangan atau ketidaksesuaian antara praktek lapangan dengan prosedur
yang telah ditetapkan. Sehingga mengakibatkan kualitas sedikit menurun terhadap pelayanan
bongkar muat barang di pelabuhan Malahayati. Semua itu disebabkan karena beberapa tenaga kerja
bongkar muat (TKBM) kurang disiplin dalam menggunakan alat keselamatan pada saat melakukan
proses kegiatan bongkar muat. Tetapi bila kita lihat dari peralatan bongkar muat yang ada di
pelabuhan Malahayati dinilai sudah cukup baik dan memadai.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik dan termotivasi untuk membahas lebih dalam lagi tentang :
“ANALISIS MUTU PELAYANAN BONGKAR MUAT BARANG DI PELABUHAN MALAHAYATI”.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yang pokok dalam
pembahasan laporan penelitian ini yaitu meliputi:

1.         Bagaimana kualitas pelayanan bongkar muat barang di pelabuhan Malahayati?

2.         Bagaimana proses bongkar muat barang di pelabuhan Malahayati?

3.         Apa saja kendala-kendala yang terdapat dalam kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan
Malahayati?

C.      Tujuan Penulisan

1.         Untuk mengetahui kualitas pelayanan bongkar muat barang di pelabuhan Malahayati.

2.         Untuk mengetahui proses kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan Malahayati.

3.         Untuk mengetahui kendala-kendala dalam kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan


Malahayati.

D.      Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini yaitu :

1.         Bagi pemerintah/pelabuhan Malahayati diharapkan dapat menjadi masukan bagi kantor


kesyahbandaran dalam meningkatkan mutu pelayanannya.

2.         Bagi masyarakat melalui Karya Tulis ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk
mengetahui hakikat dan manfaat pelayaran.

3.         Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi acuan dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya,
terutama peneliti-peneliti yang relevan.

E.       Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian laporan ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu
menggambarkan suatu keadaan atau suatu kondisi yang objektif. Metode ini dilakukan:

1.        Penelitian Lapangan

Dalam hal pengumpulan data-data di lapangan penulis menggunakan dua cara penulisan yaitu:

a.         Wawancara (Interview) yaitu mengadakan wawancara langsung dengan pimpinan dan


pegawai yang terkait dalam bidang bongkar muat barang di pelabuhan Malahayati.

b.         Pengamatan (Observasi) yaitu untuk menguatkan data-data atau keterangan yang penulis


dapatkan dari pengamatan secara langsung di objek penelitian.

2.        Penelitian Perpustakaan (Library Research)

Yaitu suatu penelitian perpustakaan dengan cara melakukan analisa berbagai macam jenis informasi
ilmiah melalui bacaan yang relevan dengan pokok pembahasan yang dikaji. Dalam hal ini penulis
mengumpulkan data melalui buku-buku dan sumber-sumber lainnya.
F.       Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini diuraikan bab demi bab sesuai dengan isi dari sebuah laporan:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan tentang Transportasi, Pelabuhan, Pengertian Mutu, Pelayanan dan Bongkar
Muat.

BAB III TINJAUAN UMUM

Dalam bab ini diuraikan tentang tinjauan umum pada Kantor Kesyahbandaran dan  Otoritas
Pelabuhan  Kelas IV  Malahayati  yang  meliputi sejarah singkat kantor

struktur organisasi, kedudukan tugas, fungsi dan klasifikasi kemudian visi  dan  misi.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini merupakan penjelasan dari penelitian yang menguraikan tentang kualitas pelayanan bongkar
muat barang di pelabuhan Malahayati dan untuk mengetahui proses bongkar muat barang di
pelabuhan Malahayati serta kendala-kendala yang terdapat dalam kegiatan bongkar muat barang di
pelabuhan Malahayati.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir, yang menuliskan tentang kesimpulan dan saran dari pembahasan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.      Transportasi Laut

Transportasi Laut Merupakan kegiatan memindahkan barang dan penumpang dari suatu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan kendaraan air yang memiliki bentuk dan jenis tertentu
(Tjakranegara, 1995:1). Moda transportasi laut terdiri atas seluruh bentuk moda transportasi yang
beroperasi di air (laut, sungai, atau danau). Jenis moda transportasi air ini secara fisik sama sehingga
pembagian bentuk modanya tidak sebanyak dan serumit transportasi darat (Miro, 2011:34). Dari
segi pelayaran niaga (shipping), transportasi diartikan sebagai pengangkutan muatan melalui air
dengan menggunakan alat pengangkut air seperti, kapal, tongkang dan lain-lain kecuali kapal perang
atau kapal yang digunakan untuk tujuan perang.

Nasution (2003:104-105) mengemukakan 3 (tiga) tugas utama manajemen transportasi ialah:

1.        Menyusun rencana dan program untuk mencapai tujuan dan misi organisasi secara
keseluruhan;

2.        Meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan;

3.        Dampak sosial dan tanggung jawab sosial dalam mengoperasikan angkutan.

Ketiga tugas ini selalu harus dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan dalam tindakan manajerial
yang sama. Ini berarti bahwa tugas yang akan diselesaikan itu direncanakan terlebih dahulu untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Pengendalian operasi mencakup penggunaan teknik manajemen
yang mendorong orang mencapai sasaran dari suatu pelaksanaan tertentu. Transportasi dibutuhkan
karena keberadaan pusat-pusat produksi yang letaknya berbeda dengan pusat-pusat konsumsi.
Perbedaan ini menyangkut kelainan nilai hasil produksi daerah asal untuk dijual ke daerah tujuan
guna mempertinggi nilai barang hasil produksi.

Indonesia sebagai negara maritim, laut harus di pandang sebagai potensi yang dapat di daya
gunakan semaksimal mungkin sehingga dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi negara,
termasuk dalam sektor transportasi. Ketidakmampuan untuk memanfaatkan potensi laut dalam
bentuk suatu sistem transportasi yang mampu menjembatani berbagai pelosok daerah di tanah air
akan banyak menimbulkan kerugian, sebaliknya jika mampu mewujudkan suatu sistem transportasi
laut yang handal, banyak manfaat yang dipetik, bahkan tidak hanya sekedar efisiensi namun juga
keutuhan wilayah dan integritas nasional akan terjaga.

Sebagai suatu sistem transportasi laut yang merupakan bagian dari sistem transportasi nasional
didukung oleh elemen kegiatan angkatan laut, kepelabuhan, kelaiklautan kapal, kenavigasian, serta
penjagaan dan penyelamatan yang saling berinteraksi secara terpadu guna mewujudkan tersedianya
angkutan laut yang efektif dan efesien.
Kegiatan angkutan laut mencakup peralatan sistem dan jaringan serta pengembangan armada
angkutan laut nasional dan internasional. Kegiatan kepelabuhan mencakup peralatan sistem jaringan
prasarana dan operasional ke pelabuhan nasional dan internasional. Kegiatan kelaiklautan kapal
mencakup penegakan konvensi internasional dalam masalah kelaiklautan kapal antara negara dan
wilayah. Kegiatan kenavigasian mencakup penataan sistem dan jaringan lalu lintas laut nasional dan
internasional.

Penyelenggaraan transportasi laut saat ini menghadapi ancaman akibat masih rendahnya kinerja dan
daya saing transportasi laut nasional yang dapat dilihat dari indikasi bisnis angkutan laut nasional
yang masih kurang berkembang, pelayanan jasa kepelabuhan yang relatif masih rendah dan
keselamatan transportasi laut yang masih memprihatinkan akibat kurang seriusnya dalam
melaksanakan peraturan-peraturan keselamatan baik dari sektor kapal, perusahaan pelayaran dan
pemerintah yang terkait. Permasalahan ini berakumulasi mengakibatkan penyelenggaraan 
transportasi yang high cost dan high risk.

B.       Pelabuhan

Secara umum pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar
muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Pelabuhan (Port)
adalah tempat berlabuh dan/atau tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan air lainnya,
menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang dan hewan serta merupakan daerah
lingkungan kerja kegiatan ekonomi. Pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan
kegiatan pemerintahan merupakan sarana untuk menyelenggarakan pelayanan jasa kepelabuhanan
sebagai penunjang penyelenggaraan angkutan laut (Salim, 1993:110).

Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian pelabuhan mencakup pengertian sebagai prasarana


dan sistem, yaitu pelabuhan adalah suatu lingkungan kerja terdiri dari area daratan dan perairan
yang dilengkapi dengan fasilitas tempat berlabuh dan bertambatnya kapal, untuk terselenggaranya
bongkar muat serta turun naiknya penumpang, dari suatu moda transportasi laut (kapal) ke moda
transportasi lainnya, atau sebaliknya. Selain itu, dari pengertian pelabuhan di atas, maka fungsi
pokok pelabuhan yaitu sebagai tempat yang aman berlabuh kapal dan sebagai terminal transfer
barang dan penumpang, pada dasarnya fungsi pelabuhan mempunyai arti yang lebih luas, yaitu
sebagai interface, link, gateway, dan industry entity.

Peraturan Pemerintah RI No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan
adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi. Sedangkan pengertian kepelabuhanan adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam
melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu
lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan berlayar, serta tempat perpindahan intra
dan/atau antar moda transportasi.

Suatu pelabuhan dapat dikatakan efektif dan efesien apabila kapal tidak menunggu lama di laut,
dapat melakukan bongkar muat dengan cepat dan lancar (quick dispacht), serta didukung dengan
fasilitas peralatan atau sarana dan prasarana yang memadai karena hal tersebut sangat penting bagi
perusahaan pelayaran (Gultom, 2006:8).

Bila dilihat bahwa pelabuhan memiliki beberapa jenis, jenis pelabuhan dapat dibagi menurut:

1.        Alamnya

Menurut alamnya, pelabuhan laut dibagi menjadi 2 (dua) pelabuhan yaitu:

a.         Pelabuhan Terbuka, adalah pelabuhan dimana kapal-kapal bisa masuk dan merapat secara
langsung tanpa bantuan pintu-pintu air. Pelabuhan di Indonesia pada umumnya adalah pelabuhan
terbuka.

b.         Pelabuhan Tertutup, adalah pelabuhan dimana kapal-kapal yang masuk harus melalui
beberapa pintu air. Pelabuhan ini dibuat pada pantai dimana terdapat perbedaan pasang surut yang
besar dan waktu pasang surutnya berdekatan.

2.        Pelayanannya

Menurut sasaran pelayanannya, dibagi menjadi 2 (dua) pelabuhan yaitu:

a.         Pelabuhan Umum, adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat


umum. Penyelenggara pelabuhan umum adalah unit pelaksana teknis/satuan kerja pelabuhan
dan/atau usaha pelabuhan.

b.         Pelabuhan Khusus, adalah pelabuhan yang dikelola untuk kepentingan sendiri guna
menunjang kegiatan tertentu. Pengelola pelabuhan khusus adalah Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota atau Badan Hukum Indonesia yang memiliki izin mengelola pelabuhan
khusus (KM 55 Tahun 2002).

3.        Lingkup Pelayaran yang Dilayani

Menurut lingkup pelayaran yang dilayani, sesuai PP No. 69 Tahun 2001 tentang kepelabuhanan pasal
5 dan 6, peran dan fungsi pelabuhan dibagi menjadi:

a.         Pelabuhan Internasional Hub, adalah pelabuhan utama primer yang berfungsi melayani
kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah besar dan
jangkauan pelayaran yang sangat luas serta merupakan simpul dalam jaringan transportasi laut
internasional.

b.         Pelabuhan Internasional, adalah pelabuhan utama sekunder yang berfungsi melayani


kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan
pelayanan yang luas serta merupakan simpul dalam jaringan transportasi laut internasional.
c.         Pelabuhan Nasional, adalah pelabuhan utama tersier yang berfungsi melayani kegiatan dan
alih muat angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah menengah serta merupakan simpul
dalam jaringan transportasi tingkat provinsi.

d.        Pelabuhan Regional, adalah pelabuhan pengumpan primer yang berfungsi melayani kegiatan
dan alih muat angkutan laut nasional dalam jumlah yang relatif kecil serta merupakan pengumpan
dari pelabuhan utama.

e.         Pelabuhan Lokal, adalah pelabuhan pengumpan sekunder yang berfungsi melayani kegiatan
angkutan laut regional dalam jumlah kecil serta merupakan pengumpan pada pelabuhan utama
dan/atau pelabuhan regional.

4.        Kegiatan Perdagangan Luar Negeri

Menurut kegiatan perdagangan luar negeri yang dilayani, jenis pelabuhan dapat dibagi menjadi 2
(dua) yaitu:

a.         Pelabuhan Impor, adalah pelabuhan yang melayani masuknya barang- barang dari luar negeri.

b.         Pelabuhan Ekspor, adalah pelabuhan yang melayani penjualan barang-barang ke luar negeri.

5.        Kapal yang Diperbolehkan Singgah

Menurut kapal yang diperbolehkan singgah, jenis pelabuhan dibagi menjadi 2 (dua) pelabuhan yaitu:

a.         Pelabuhan Laut, adalah pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan dapat
disinggahi oleh kapal-kapal dari negara sahabat.

b.         Pelabuhan Pantai, adalah pelabuhan yang tidak terbuka untuk perdagangan dengan luar
negeri dan hanya dapat dipergunakan oleh kapal-kapal dari Indonesia.

6.        Wilayah Pengawasan Bea Cukai

Dari segi pembagian wilayah bea cukai, jenis pelabuhan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

a.         Custom Port, adalah pelabuhan yang berada di bawah pengawasan Bea Cukai.

b.         Free Port, (Pelabuhan Bebas), adalah pelabuhan yang berada di luar pengawasan Bea Cukai.

7.        Kegiatan Pelayarannya

Dilihat dari segi kegiatan pelayarannya, pelabuhan dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

a.         Pelabuhan Samudera, adalah pelabuhan yang memiliki daerah pelayaran seperti pelabuhan
Tanjung Priok di Jakarta dan Tanjung Perak di Surabaya.

b.         Pelabuhan Nusantara, adalah pelabuhan yang memiliki daerah pelayaran seperti pelabuhan
Banjarmasin di Kalimantan Selatan.
c.         Pelabuhan Pelayaran Rakyat, adalah pelabuhan yang memiliki pelayaran  seperti pelabuhan
Sunda Kelapa di Pasar Ikan Jakarta.

8.     Perannya dalam Pelayaran

 Menurut perannya dalam pelayaran, pelabuhan dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu:

a.         Pelabuhan Transito, adalah pelabuhan yang mengerjakan transhipment cargo.

b.         Pelabuhan Ferry, adalah pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan dua tempat


dengan sistem rool on dan rool off dengan membawa penumpang dan kendaraan.

Perkembangan pelabuhan akan sangat ditentukan oleh perkembangan aktivitas perdagangannya.


Semakin ramai aktivitas perdagangan di pelabuhan tersebut maka akan semakin besar pelabuhan
tersebut. Perkembangan perdagangan juga mempengaruhi jenis kapal dan lalu lintas kapal yang
melewati pelabuhan tersebut. Oleh karena itu, setiap negara berusaha membangun dan
mengembangkan pelabuhannya sesuai dengan tingkat keramaian dan jenis perdagangan yang
ditampung oleh pelabuhan tersebut. Dengan demikian, perkembangan pelabuhan akan selalu seiring
dengan perkembangan ekonomi negara.

C.      Pengertian Mutu

Mutu (quality) adalah keinginan pelanggan/kepuasan pelanggan. Yang mungkin selama ini paling
kurang dikelola. Dalam kenyataan, istilah manajemen mutu (quality management) jarang digunakan
sampai tahun 1980-an; melainkan, istilah dan pengendalian mutu (quality control), dan kemudian
kepastian mutu (quality assurance) yang digunakan. Lebih dari itu, sampai baru-baru ini terdapat
kesadaran yang cukup bahwa obyek mutu adalah, pertama-tama proses berikutnya (Tunggal,
1992:1). Manajemen mutu merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain (pemasaran,
sumber daya manusia, keuangan, dan lain-lain). Dalam kenyataannya, penyelidikan mutu adalah
suatu penyebab umum (common cause) yang alamiah untuk mempersatukan fungsi-fungsi usaha.

Pada tahun 1980-an deklarasi karakteristik kesadaran mutu menghasilkan beberapa butir penting
adalah:

1.        Mutu adalah kunci untuk kebanggaan, produktivitas, kemampulabaan. Dengan menekankan


pada mutu pertama-tama, yang lain secara logis akan mengikuti.

2.        Aktivitas mutu yang berhasil memerlukan kepemimpinan manajerial, tidak hanya pernyataan
komitmen.

3.        Suatu orientasi konsumen dan pelanggan adalah yang utama, dan kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) adalah tujuan mutu.

4.        Manajemen, tenaga kerja, dan pemerintahan harus semuanya harus mendukung perbaikan
mutu, apabila suatu bangsa berharap menjadi suatu kompetitor dunia yang efektif.

5.        Pengendalian mutu (quality control) mempunyai kepentingan strategis dalam mencapai


kepemimpinan produk dan jasa.
6.        Perbaikan mutu adalah suatu tanggung jawab pribadi dari kita semua dan merupakan suatu
usaha yang terus menerus yang dijalankan dengan tujuan yang dapat diukur.

Ekspektasi pelanggan bisa dijelaskan melalui atribut-atribut mutu atau hal-hal

yang sering disebut sebagai dimensi mutu. Oleh karena itu mutu atau jasa adalah sesuatu yang
memenuhi atau melebihi ekspektasi pelanggan dalam delapan dimensi mutu. Kedelapan dimensi
mutu itu adalah:

a.         Kinerja (Performance), merupakan tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk;

b.        Estetika (Aesthetic), berhubungan dengan penampilan wujud produk;

c.         Kemudahan perawatan dan perbaikan (Service Ability), berhubungan dengan tingkat


kemudahan merawat dan memperbaiki produk;

d.        Keunikan (Features), menunjukan karakteristik produk yang berbeda secara fungsional dari
produk sejenis;

e.         Reliabilitas (Reliability), berhubungan dengan probabilitas produk dan jasa menjalankan


fungsi dimaksud dalam jangka waktu tertentu;

f.         Durabilitas (Durability), menunjukan umur manfaat dari fungsi produk;

g.        Tingkat kesesuaian (Quality of Conformance), menunjukan ukuran mengenai apakah sebuah


produk atau jasa telah memenuhi spesifikasinya;

h.        Pemanfaatan (Fitness of use), menunjukan kecocokan dari sebuah produk menjalankan


fungsi-fungsi sebagaimana yang diiklankan.

          Mutu (kualitas) dan kepuasan pelanggan merupakan hal yang terpenting bagi setiap orang
dalam perusahaan atau organisasi yang berorientasi pelanggan. Banyak manajer (Pimpinan
Organisasi) yang merasa bahwa keberhasilan memuaskan pelanggan bisa berarti, mungkin:

1)        Memperoleh sikap yang berorientasikan pelanggan;

2)        Keterlibatan seluruh staf dalam organisasi, bukan terbatas pada staf garis depan yang
menghadapi secara langsung para pelanggan;

3)        Pengawasan atau pencatatan keluhan;

4)        Kesadaran kualitas;

5)        Jalinan hubungan yang akrab dengan para pemasok;

6)        Kelompok kerja;

7)        Pelatihan yang menyeluruh;

8)        Prolehan produk yang tepat;

9)        Penguatan dan keterlibatan pada semua jenjang jabatan;


10)    Pemberian insetif dan penghargaan yang sesuai;

11)    Tekad untuk meningkatkan pelayanan yang terus menerus;

12)    Penetapan aturan main dan bermacam standar secara cermat.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan pelanggan secara berkesinambungan, satu pendekatan yang
diterapkan memang terkait dengan banyak elemen yang diuraikan di atas. Inilah yang disebut
dengan Total Quality Management (TQM), atau Manajemen Mutu Terpadu.

Bill Creechh dalam B. Boediono (2003:144) berpendapat bahwa Total Quality Management (TQM)


harus mempunyai 4 (empat) kriteria, yaitu:

a)        Kesadaran akan mutu dan berorientasi pada mutu;

b)        Program harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat untuk membawa mutu sumber daya
manusia;

c)        Program harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan wewenang di


semua tingkat, terutama pada garis depan;

d)       TQM harus diterapkan secara menyeluruh  sehingga semua prinsip, kebijakan, dan kebiasaan
mencapai setiap sudut dan celah organisasi.

D.      Pelayanan

Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu untuk
memberikan kepuasan dan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan/konsumen
(Kasmir, 2006:275). Dalam pelayanan harus diperlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar
terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan (Produk), baik berupa
barang ataupun jasa. Hasil pelayanan berupa jasa tidak dapat diinventarisasi, tidak dapat ditumpuk
atau digudangkan, melainkan hasil tersebut diserahkan secara langsung kepada pelanggan atau
konsumen. Dalam hal pelayanan diberikan dengan tidak optimal maka pelayanan tidak dapat
diulangi, karena pelayanan diberikan secara langsung kepada pelanggan. Sedangkan pelayanan
umum terkait dengan tugas aparatur pemerintah, baik pemerintah tingkat pusat maupun daerah,
termasuk BUMN dan BUMD. Oleh karena itu, pengertian pelayanan umum menurut Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Men-PAN) No. 81 tahun 1993 adalah segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah,
dan di lingkungan badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang  dan  atau  jasa,  baik
dalam  rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat

maupun   dalam   rangka   pelaksanaan   ketentuan   peraturan   perundang-undangan.

Dari pengertian pelayanan umum di atas, terkait beberapa istilah sebagai berikut:

1.        Instansi Pemerintah
Instansi pemerintah Adalah sebutan kolektif yang meliputi satuan kerja atau satuan organisasi suatu
departemen, lembaga pemerintah bukan departemen, instansi pemerintah lainnya, baik instansi
pemerintah di tingkat pusat maupun pemerintah di daerah, termasuk BUMN dan BUMD.

2.        Tata Laksana

Tata laksana adalah segala aturan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah yang
menyangkut tata cara, prosedur, dan sistem kerja dalam melaksanakan kegiatan yang berkenaan
dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan dan pembangunan di bidang pelayanan
umum.

3.        Tata Kerja

Tata kerja adalah cara-cara pelaksanaan kerja yang efesien mungkin mengenai suatu tugas dengan
mengingat segi-segi tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga, waktu, ruang, dan biaya yang tersedia.

4.        Prosedur Kerja

Prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukan
adanya urutan tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka
penyelesaian sesuatu bidang tugas.

5.        Sistem Kerja

Sistem kerja adalah rangkaian tata kerja dan prosedur suatu kebulatan pola kerja tertentu dalam
rangka mencapai hasil kerja yang diharapkan.

6.        Wewenang

Wewenang adalah hak aparatur penyelenggaraan pelayanan umum untuk mengambil tindakan
dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat
dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Membicarakan
pelayanan berarti membicarakan suatu proses kegiatan yang konotasinya lebih kepada hal yang
abstrak (Intangible).

Beberapa pakar yang memberikan pengertian mengenai pelayanan diantaranya adalah Moenir dan
Pasolong, pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok
dan/atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. Ada yang
mendefinisikan pelayanan sebagai kegiatan pemberian jasa dari satu pihak ke pihak lain, dimana
pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah dan dengan etika yang
baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerima.

Mengemukakan, pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam satu kumpulan atau
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
Selanjutnya  pelayanan merupakan suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara
seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan.
Sedangkan definisi yang lebih rinci yaitu pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas
yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan
karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan
untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.

Adapun ciri-ciri pelayanan yang baik yaitu:

a.         Tersedia Karyawan yang Baik

Karyawan yang melayani pelanggan, merupakan faktor penentu utama kesuksesan perusahaan
selama melayani pelanggan. Kenyamanan pelanggan sangat tergantung dari petugas yang
melayaninya. Petugas harus ramah, sopan, dan menarik. Di samping itu petugas harus cepat
tanggap, menyenangkan, serta pintar.

b.        Tersedia Sarana dan Prasarana

Dalam melayani pelanggan hal lain yang juga penting diperhatikan adalah sarana dan prasarana yang
dimiliki perusahaan.

c.         Bertanggung Jawab

Petugas yang baik harus bertanggung jawab kepada setiap pelanggan sejak awal hingga selesai
dalam menjalankan kegiatan pelayanan.

d.        Mampu Melayani secara Cepat dan Tepat

Petugas dituntut untuk mampu melayani secara cepat dan tepat, dan diharapkan melakukan
pekerjaan sesuai prosedur. Serta tidak membuat kesalahan, dalam arti pelayanan yang diberikan
sesuai dengan keinginan pelanggan.

e.         Mampu Berkomunikasi

Petugas harus  mampu  berbicara  dengan  baik  kepada  setiap pelanggan.

f.         Memiliki Pengetahuan dan Kemampuan

Seorang  petugas  dituntut  untuk  memiliki  pengetahuan dan kemampuan tertentu. Perlu
pendidikan khusus mengenai kemampuan dan pengetahuannya untuk menghadapi pelanggan atau
kemampuan dalam bekerja.

E.       Bongkar Muat

Bongkar muat adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar muat barang dari dan ke
kapal di pelabuhan untuk semua jenis komoditas termasuk ternak yang dibongkar atau dimuat dari
dan ke kapal (Suyono, 2003:319). yang meliputi beberapa kegiatan seperti: stevedoring, cargodoring,
dan receiving/delivery:

1.        Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga/tongkang/truk atau


memuat barang dari dermaga/tongkang/truk kedalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka
kapal dengan menggunakan Derek kapal atau Derek darat.
2.        Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala-jala di dermaga dan
mengangkut dari dermaga ke gudang/lapangan penumpukan barang/atau sebaliknya.

3.        Receiving/Delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/tempat


penumpukan di gudang/lapangan penumpukan dan menyerahkan  sampai  tersusun  diatas
kendaraan  di  pintu  gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya.

Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 tahun 2012, yang dimaksud dengan perusahaan
bongkar muat (PBM) adalah badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan
dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal. Adapun tenaga kerja bongkar
muat (TKBM) adalah semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan
pekerjaan bongkar muat di pelabuhan. Penyedia jasa bongkar muat adalah perusahaan yang
melakukan kegiatan bongkar muat dan dengan menggunakan tenaga kerja bongkar muat (TKBM)
dan peralatan bongkar muat.

Kegiatan usaha bongkar muat barang dilakukan oleh badan usaha yang didirikan khusus untuk
bongkar muat barang di pelabuhan wajib memiliki izin usaha, dan pelaksanaan kegiatan usaha
bongkar muat barang dilaksanakan dengan menggunakan peralatan bongkar muat oleh tenaga kerja
bongkar muat di pelabuhan. Serta peralatan bongkar muat harus memenuhi persyaratan laik operasi
dan menjamin keselamatan kerja.

Adapun alat-alat bongkar muat yang ada di pelabuhan adalah    sebagai berikut:

a.         HMC (Harbour Mobile Crane) yaitu alat bongkar muat di pelabuhan yang dapat berpindah-
pindah tempat serta memiliki sifat yang flexible sehingga bisa digunakan untuk bongkar muat
container maupun barang-barang curah/generalcargo dengan kapasitas angkat sampai dengan 100
ton.

b.        RS (Reach Stacker) yaitu alat yang dapat bergerak yang memiliki spreader digunakan untuk
menaikkan/menurunkan (Lift on/Lift off) container di dalam CY (Container Yard) atau Depo
Container.

c.         FL (Fork Lift) yaitu alat yang dapat bergerak dan memiliki garpu yang digunakan untuk
menaikkan/menurunkan (Lift on/Lift off) container dalam suatu tempat yang memiliki kapasitas
mengangkat sampai dengan 32 ton.

d.        RTG (Rubber Tyred Gantry) yaitu alat bongkar muat yang dapat bergerak  dalam lapangan
penumpukan yang berfungsi untuk menaikkan/menurunkan container dari dan ke atas trailer atau
sebaliknya dalam penumpukan sesuai dengan block, slot, row dan tier.

e.         CC (Container gantry Crane) yaitu alat bongkar muat yang di pasang permanen di pinggir
dermaga dengan menggunakan rel sehingga dapat bergeser yang berfungsi untuk bongkar muat
container dengan jangkauan yang cukup jauh.
BAB III

TINJAUAN UMUM

A.      Sejarah Singkat Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Malahayati

Kementerian Perhubungan secara resmi melakukan perubahan nomenklatur pada unit pelaksana
teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) kantor administrator
pelabuhan (ADPEL) secara resmi berganti nama menjadi kantor kesyahbandaran dan otoritas
pelabuhan. Selain perubahan nomenklatur, kemenhub juga menetapkan peningkatan kelas pada
empat kantor otoritas pelabuhan (OP) dan kantor kesyahbandaran yang selama ini sudah ada di
pelabuhan utama menjadi kantor otoritas pelabuhan kelas utama dan kantor kesyahbandaran kelas
utama. Kantor kesyahbandaran utama dan kantor otoritas pelabuhan utama itu berada di pelabuhan
Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan dan Makassar. Sedangkan kantor kesyahbandaran dan
otoritas pelabuhan meliputi 96 lokasi di pelabuhan yang diusahakan secara komersil.

Peraturan Menteri Perhubungan (PM) No.34 Tahun 2012 tentang organisasi dan tata kerja kantor
kesyahbandaran kelas utama, PM No.35 tahun 2012 tentang organisasi dan tata kerja kantor otoritas
pelabuhan kelas utama, sedangkan perubahan nama pada kantor administrator pelabuhan di lokasi
pelabuhan yang diusahakan secara komersil didasari PM. No.36 tahun 2012 tentang organisasi dan
tata kerja kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan. Untuk di Aceh sendiri bahwa sejak
pelabuhan di buka memang sudah ada syahbandar tetapi masih dinamakan dengan Detasemen
KPLP. Kemudian pada tahun 1982 kembali perubahan nama menjadi administrator pelabuhan
Malahayati Aceh Besar, dan pada tahun 2012 dari penggabungan KPLP syahbandar berubah menjadi
KSOP Malahayati.

Kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan kelas IV Malahayati adalah kantor yang memiliki unit
pelaksana teknis di lingkungan kementerian perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada menteri perhubungan melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut di pelabuhan yang
melaksanakan fungsi keselamatan dan ketertiban pelayaran serta pengawasan dan penegakan
hukum di bidang pelayaran. Wilayah-wilayah pelabuhan di Indonesia  yang tergolong kelas IV adalah
sebagai berikut:

1.        KSOP Malahayati;

2.        KSOP Pangkalan Susu;

3.        KSOP Tembilahan;

4.        KSOP Rengat;

5.        KSOP Pangkal Batam;


6.        KSOP Tegal;

7.        KSOP Probolinggo;

8.        KSOP Padangbai;

9.        KSOP Bima;

10.    KSOP Kumai;

11.    KSOP Kota Baru;

12.    KSOP Nunukan;

13.    KSOP Gorontalo;

14.    KSOP Tolitoli;

15.    KSOP Merauke;

16.    KSOP Manokwari.

B.       Struktur Organisasi

Organisasi secara statis dapat diartikan suatu wadah atau tempat kerjasama untuk melaksanakan
tugas-tugas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Sedangkan organisasi secara dinamis
dapat diartikan sebagai suatu proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Struktur organisasi adalah untuk membantu pencapaian tujuan organisasi
dengan lebih efektif dan efesien.

Dalam pelaksanaan kegiatan kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan kelas IV Malahayati,
sebagai penunjang untuk pencapaian tujuan juga memiliki organisasi untuk pembagian tugas dan
wewenang yang jelas guna mencapai tujuan kantor dalam melaksanakan kegiatan. Struktur
organisasi kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan kelas IV Malahayati adalah sebagai
berikut:

1.        Tata Usaha

Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan keuangan, kepegawaian dan umum,
hukum dan hubungan masyarakat serta pelaporan kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan.

Tata Usaha mempunyai fungsi:

a.         Pengelolaan urusan keuangan, pelaporan sistem akutansi instansi (SAI) serta pengelolaan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP);

b.         Pelaksanaan urusan kepegawaian, pembinaan dan pengembangan jabatan fungsional, surat


menyurat, kearsipan, kerumah tanggaan dan umum;

c.         Pelaksanaan pertimbangan dan bantuan hukum, serta hubungan masyarakat.


2.        Status Hukum dan Sertifikasi Kapal

Status hukum dan sertifikasi kapal mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeriksaan, pengujian
dan sertifikasi kelaiklautan, keselamatan kapal, pencegahan pencemaran dari kapal dan manajemen
keselamatan kapal, serta penetapan status hukum kapal.

Status hukum dan sertifikasi kapal mempunyai fungsi:

a.         Pelaksanaan pengukuran, pendaftaran, balik nama dan hipotik kapal serta penyiapan
penetapan surat tanda kebangsaan;

b.         Pelaksanaan penilikan rancang bangun, pengawasan pembangunan dan perombakan


serta dock kapal;\

c.         Pelaksanaan pemeriksaan nautis, teknis, radio dan elektronika serta perlengkapan kapal;

d.        Pelaksanaan perhitungan dan pengujian stabilitas kapal dan percobaan berlayar;

e.         Pelaksanaan pemeriksaan peralatan pencegahan pencemaran dan pembersihan tangki serta


verifikasi manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal;

f.          Penyiapan bahan penerbitan sertifikasi keselamatan, pencegahan pencemaran dari kapal dan
manajemen keselamatan kapal.

3.        Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli

Keselamatan berlayar, penjagaan dan patroli mempunyai tugas pokok melaksanakan pengawasan
tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur pelayaran, pemanduan dan penundaan kapal,
penerbitan surat persetujuan berlayar, kegiatan alih muat di perairan pelabuhan, salvage dan
pekerjaan bawah air, bongkar muat barang berbahaya, barang khusus, pengisian bahan bakar,
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang,
pembangunan fasilitas pelabuhan, pengerukan dan reklamasi, pelaksanaan bantuan pencarian dan
penyelamatan (Search And Rescue/SAR), pengendalian dan koordinasi penanggulangan pencemaran
dan pemadaman kebakaran di pelabuhan, pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim,
pelaksanaan pemeriksaan dan verifikasi sistem keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan,
pemeriksaan pendahuluan pada kecelakaan kapal, penegakan hukum di bidang keselamatan dan
keamanan pelayaran serta pelaksanaan koordinasi kegiatan pemerintahan di pelabuhan yang terkait
dengan pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan
pelayaran.

Keselamatan pelayaran, penjagaan dan patroli mempunyai fungsi:

a.         Penilikan pemenuhan persyaratan pengawakan kapal;

b.         Penyiapan bahan penerbitan dokumen kepelautan, perjanjian kerja laut dan penyijilan awak
kapal serta perlindungan awak kapal;

c.         Pelaksanaan pengawasan tertib bandar dan tertib berlayar, lalu lintas keluar masuk kapal,
pergerakan kapal (Shifting), pemanduan dan penundaan kapal;
d.        Pelaksanaan pengawasan pemenuhan persyaratan kelaiklautan kapal;

e.         Pelaksanaan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar;

f.          Pelaksanaan pengawasan kapal asing (Port State Control) dan Flag State Control;

g.         Pelaksanaan penjagaan, pengamanan dan penertiban embarkasi dan debarkasi penumpang di


pelabuhan;

h.         Pelaksanaan pengawasan kegiatan bongkar muat barang khusus dan barang berbahaya dan
pengisian bahan bakar serta limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), pembangunan fasilitas
pelabuhan serta pengerukan dan reklamasi;

i.           Pelaksanaan patroli di perairan pelabuhan, pengawasan dan pengamatan terhadap


keselamatan kapal yang masuk keluar pelabuhan, kapal sandar dan berlabuh;

j.           Penyiapan bahan koordinasi dan pemberian bantuan pencarian dan penyelamatan (Search
And Rescue/SAR), penanggulangan pencemaran laut serta pencegahan dan pemadaman kebakaran
di perairan pelabuhan serta pengawasan perlindungan lingkungan maritim;

k.         Pelaksanaan pengawasan kegiatan alih muat di perairan pelabuhan, salvage dan pekerjaan


bawah air;

l.           Pelaksanaan pemeriksaan dan verifikasi sistem keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan;

m.       Penyiapan bahan pemeriksaan pendahuluan pada kecelakaan kapal;

n.         Pelaksanaan penyidikan tindak pidana di bidang pelayaran sesuai dengan peraturan


perundang-undangan.

4.        Lalu Lintas, Angkutan Laut dan Usaha Kepelabuhanan

Lalu lintas, angkutan laut dan usaha Kepelabuhanan mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengaturan lalu lintas kapal keluar masuk pelabuhan melalui pemanduan kapal, penjaminan
keamanan dan ketertiban, kelancaran arus barang di pelabuhan, pengawasan penggunaan lahan
daratan dan perairan pelabuhan serta daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan
pelabuhan, penyediaan dan pengaturan penggunaan lahan daratan dan perairan pelabuhan,
penyediaan dan pemeliharaan penahan dan sarana bantu navigasi pelayaran, penjaminan dan
pemeliharaan kelestarian lingkungan di pelabuhan, penyusunan rencana induk pelabuhan, daerah
lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan, dan pengusulan tarif, serta
penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan yang diperlukan oleh pengguna jasa yang
belum disediakan oleh badan usaha pelabuhan, pemberian konsensi atau bentuk lainnya kepada
badan usaha pelabuhan untuk melakukan kegiatan pengusahaan di pelabuhan dan penyiapan bahan
penetapan dan evaluasi standar kinerja operasional pelayanan jasa kepelabuhanan.

Lalu lintas, angkutan laut dan usaha kepelabuhanan mempunyai fungsi:

a.         Penyiapan bahan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan lalu lintas dan
angkutan laut, tenaga kerja bongkar muat serta pengawasan kegiatan keagenan dan perwakilan
perusahaan angkutan laut asing;
b.         Penyiapan bahan penjaminan kelancaran arus barang serta keamanan dan ketertiban di
pelabuhan;

c.         Penyiapan bahan pengaturan dan penyelenggaraan lalu lintas kapal keluar/masuk pelabuhan
melalui pemanduan kapal;

d.        Penyiapan bahan pengawasan dan evaluasi penerapan standar penggunaan peralatan


kegiatan bongkar muat serta tenaga kerja bongkar muat (TKBM);

e.         Penyiapan bahan rencana, program penyediaan, pengaturan lahan daratan dan perairan
pelabuhan, penyediaan dan pemeliharaan penahan gelombang, kolam pelabuhan, alur pelayaran,
dan jaringan jalan, sarana bantu navigasi pelayaran serta penyusunan rencana induk pelabuhan
serta daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan;

f.          Penyiapan bahan penjaminan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan di pelabuhan;

g.         Penyiapan bahan penyusunan program pembangunan dan pemeliharaan sarana dan


prasarana pelayanan jasa kepelabuhanan yang belum disediakan oleh badan usaha pelabuhan,
desain konstruksi fasilitas pokok pelabuhan dan fasilitas penunjang kepelabuhanan;

h.         Pelaksanaan pengawasan penggunaan lahan daratan dan perairan pelabuhan serta daerah
lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan;

i.           Penyiapan bahan penetapan dan evaluasi standar kinerja operasional pelayanan jasa
kepelabuhanan;

j.           Penyiapan bahan pengaturan, pengendalian, pengawasan fasilitas dan operasional


pelabuhan, serta penggunaan lahan daratan dan perairan di pelabuhan;

k.         Penyiapan bahan pemberiaan rekomendasi persetujuan lokasi pelabuhan, pengelolaan


terminal untuk kepentingan sendiri serta peningkatan kemampuan terminal dan operasional
pelabuhan 24 (dua puluh empat) jam;

l.           Penyiapan bahan pemberian konsensi atau bentuk lainnya kepada badan usaha pelabuhan
serta penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan yang belum disediakan oleh Badan Usaha
Pelabuhan;

m.       Penyiapan bahan penyusunan dan pengusulan tarif penggunaan daratan dan/atau perairan,
fasilitas pelabuhan serta jasa kepelabuhanan yang disediakan oleh kantor otoritas pelabuhan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

n.         Penyiapan bahan analisa dan evaluasi pembangunan penahan gelombang, kolam pelabuhan
dan alur pelayaran, jaringan jalan, sarana bantu navigasi pelayaran serta sarana dan prasarana
pelayanan jasa kepelabuhanan yang diperlukan oleh pengguna jasa yang belum disediakan oleh
badan usaha pelabuhan.

o.         Penyiapan bahan penyusunan, pengendalian dan pengawasan sistem dan prosedur


pelayanan jasa kepelabuhanan, usaha jasa terkait dengan kepelabuhanan dan angkutan di perairan
serta penyediaan dan pengelolaan sistem informasi angkutan di perairan dan sistem informasi
pelabuhan.

C.      Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Klasifikasi

Kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
kementerian perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut. Dan kantor kesyahbandaran  dan otoritas pelabuhan dipimpin oleh seorang
kepala. kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengawasan, dan penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran, koordinasi
kegiatan pemerintahan di pelabuhan serta pengaturan, pengendalian dan pengawasan kegiatan
kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial.

D.      Visi dan Misi Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Malahayati

1.    Visi

Terwujudnya penyelenggaraan transportasi laut nasional yang efektif, efesien dan berdaya saing.
Serta memberikan nilai tambah sebagai infrastruktur dan tulang punggung kehidupan berbangsa dan
bernegara.

2.    Misi

a.       Menyelenggarakan kegiatan angkutan di perairan dalam rangka memperlancar arus


perpindahan orang dan/atau barang melalui perairan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib,
teratur, nyaman dan berdaya guna;

b.      Menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan yang handal dan berkemampuan tinggi, menjamin


efisiensi dan mempunyai daya saing global untuk menunjang pembangunan nasional dan daerah
yang berwawasan nusantara;

c.       Menyelenggarakan keselamatan dan keamanan angkutan perairan dan pelabuhan;

d.      Menyelenggarakan perlindungan lingkungan maritim di perairan nusantara;

e.       Melaksanakan konsolidasi peran masyarakat dunia usaha dan pemerintah melalui


restrukturisasi dan reformasi peraturan.
BAB IV

PEMBAHASAN

A.      Kualitas Pelayanan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Malahayati

Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari wawancara langsung, bahwa kualitas pelayanan bongkar
muat barang di pelabuhan Malahayati dinilai sudah cukup baik, Karena saat ini perlengkapan alat
bongkar muat di pelabuhan Malahayati semakin berkembang dan semakin canggih. Setelah sekian
lama pelabuhan Malahayati menantikan alat bongkar muat petikemas, akhirnya sekarang tiba di
dermaga pelabuhan Malahayati. Alat canggih yang bernama Harbour Mobile Crane (HMC) tersebut
merupakan buatan jerman dengan biaya puluhan miliar rupiah, Harbour Mobile Crane ini tergolong
salah satu alat bongkar muat petikemas yang terbaik, karena dapat bergerak lincah di dermaga dan
di lapangan penumpukan. Alat bongkar muat petikemas ini merupakan alat vital yang sangat
dibutuhkan untuk membongkar petikemas dari dermaga ke kapal dan sebaliknya, sehingga
keberadaannya sangat mendukung suatu pelabuhan yang disandari kapal petikemas.

Dengan dimilikinya alat Harbour Mobile Crane di pelabuhan Malahayati menjadikan kawasan ini
menjadi pintu perekonomian terdepan di kawasan nusantara, dan dengan sarana ini pula pelabuhan
Malahayati ini semakin dapat menjalankan fungsinya memajukan perekonomian di daerah ini,
karena pengangkutan barang dengan petikemas menekan biaya logistik dibanding sarana angkutan
lainnya. Selain telah memiliki perlengkapan bongkar muat petikemas juga didukung dengan
infrastruktur jalan yang sangat bagus, badan jalan yang telah lebar dan sangat terawat, kondisi  ini
diakui  karena  dukungan  pemerintah provinsi Aceh yang sangat

berkeinginan memajukan pelabuhan. Peralatan bongkar muat Harbour Mobile Crane dapat


menangani bongkar muat petikemas sebanyak 20 hingga 30 box petikemas/jam. Dengan
kemampuan ini pelabuhan Malahayati akan menjadi pelabuhan yang dapat melayani kapal
petikemas dari antar pulau maupun internasional. Serta ditargetkan di tahun 2016 pelabuhan
Malahayati akan dipadati dengan petikemas hingga ribuan box.

Dari pembahasan diatas dapat diambil penjelasan bahwa dengan hadirnya Harbour Mobile Crane di
pelabuhan Malahayati maka segala aktivitas kegiatan bongkar muat barang dapat berjalan dengan
lancar, serta kualitas pelabuhan Malahayati menjadi lebih baik. Sebagai pelabuhan yang disinggahi
kapal dengan pelayaran dalam dan luar negeri pelabuhan ini memberikan jasa pelayanan barang
domestik dan juga memberikan pelayanan barang untuk komoditi eksport/import. Dengan
dukungan instansi yang terkait, seperti: Bea dan Cukai, Instansi Karantina Hewan dan Tumbuhan,
kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan kelas IV Malahayati akan memberikan kemudahan
proses pelayanan, terutama dalam proses Administrasi dokumen muatan kapal, baik eksport/import
atau domestik.
B.       Proses Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Malahayati

Berdasarkan pengamatan di lapangan ada beberapa proses kegiatan bongkar muat barang yang
dilakukan di pelabuhan Malahayati, yang meliputi kegiatan sebagai berikut:

1.         Stevedoring, yaitu kegiatan pembongkaran barang muatan kapal dari atas kapal ke atas
dermaga, atau kegiatan pemuatan barang dari atas dermaga ke atas kapal.

2.         Cargodoring, yaitu kegiatan pemindahan barang yang telah di bongkar di atas dermaga ke
lokasi gudang-gudang.

3.         Receiving, yaitu proses penerimaan barang yang akan di muat di kapal oleh pihak pelabuhan
dari pihak pemilik barang atau pihak yang diberikan kewenangan, barang yang diterima akan di
simpan dalam gudang sampai dengan waktu pemuatan ke atas kapal.

4.         Delivery, yaitu proses penyerahan barang yang di simpan di gudang dari hasil pembongkaran
muatan kapal oleh pihak pelabuhan kepada pemilik barang atau pihak yang diberi kewenangan.

5.         Truck Loosing, yaitu proses pemindahan barang hasil pembongkaran muatan kapal dari atas
ke dermaga oleh pemilik barang atau pihak yang diberi kewenangan ke lokasi diluar area pelabuhan.

C.      Kendala-Kendala dalam Kegiatan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Malahayati.

Adapun yang menjadi kendala atau penghambat proses kegiatan bongkar muat di pelabuhan
Malahayati adalah sebagai berikut:

1.         Cuaca Buruk

Cuaca juga menjadi salah satu faktor/kendala yang menghambat jalannya proses bongkar muat
barang di pelabuhan, karena proses kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan harus didukung
dengan cuaca yang baik. Bila kondisi cuaca yang tidak memungkinkan maka segala aktivitas di
pelabuhan tidak dapat dilakukan dengan cepat dan lancar, bahkan aktivitas berhenti  sampai cuaca
kembali normal seperti biasa. Cuaca adalah keadaan udara yang terjadi pada waktu dan daerah
tertentu yang relatif sempit dan dalam waktu yang pendek). Cuaca itu terbentuk dari gabungan
unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa saja. Misalnya: pagi hari, siang hari atau
sore hari, dan keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Sifatnya
adalah mudah berubah, berlaku untuk waktu yang terbatas dan meliputi daerah yang sempit. Di
Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan
cuaca hasil analisis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), departemen perhubungan. Untuk
negara-negara yang sudah maju perubahan cuaca sudah diumumkan setiap jam dan sangat akurat
(tepat).

2.         Kurangnya Kedisiplinan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) dalam Melaksanakan Kegiatan
Bongkar Muat di Pelabuhan
Berdasarkan pengamatan dilapangan bahwa ada beberapa tenaga kerja bongkar muat (TKBM) yang
kedapatan tidak menggunakan alat keselamatan/perlengkapan pada saat melakukan proses kegiatan
bongkar muat, padahal alat-alat keselamatan telah disediakan sesuai dengan yang ditetapkan. Hal ini
mengakibatkan pekerjaan yang dilakukan terkadang kurang maksimal, dan resiko bisa terjadi
terhadap pekerja yang melanggar ketentuan tersebut. Tetapi pihak pelabuhan selalu mengawasi
tenaga kerja bongkar muat (TKBM) ketika melakukan proses kegiatan bongkar muat, bagi tenaga
kerja bongkar muat (TKBM) yang memang tidak menggunakan perlengkapan sesuai aturan ada
sanksi-sanksi/peringatan terhadap tenaga kerja bongkar muat (TKBM) tersebut, serta dilakukan
pembinaan sampai dengan waktu yang ditentukan. Semua ini bertujuan demi meningkatkan sumber
daya manusia (SDM) yang handal di pelabuhan Malahayati agar tidak menurunkan mutu dan kualitas
dari pelabuhan tersebut. Masalah-masalah yang dihadapi terus dilakukan perbaikan-perbaikan ke
arah yang lebih baik dan maju, serta dari hari ke hari juga pelabuhan Malahayati terus melakukan
perubahan dan berharap mampu bersaing dengan pelabuhan-pelabuhan yang ada di Indonesia
khususnya di Aceh sendiri.
BAB V

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dari penelitian ini dapat di ambil kesimpulan
sebagai berikut:

1.         Mutu dan kualitas pelayanan bongkar muat di pelabuhan malahayati dinilai sudah cukup baik
bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, karena dilihat dari berbagai fasilitas dan
infrastruktur kini mulai diperbaiki dan dibenahi secara terus menerus.

2.         Pelabuhan Malahayati sekarang sudah memiliki alat bongkar muat petikemas yang canggih
yang bernama Harbour Mobile Crane (HMC) alat terbaik yang merupakan buatan jerman.

3.         Sekarang pelabuhan Malahayati dapat menjadikan kawasan ini menjadi pintu perekonomian
terdepan di kawasan nusantara.

4.         Pelabuhan Malahayati menargetkan di tahun 2016 pelabuhan akan dipadati dengan


petikemas hingga ribuan box.

B.       Saran

Mengacu pada kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1.         Untuk pihak pelabuhan Malahayati agar selalu mengawasi tenaga kerja bongkar muat (TKBM)
pada saat melakukan kegiatan dilapangan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat
merugikan pihak pelabuhan dan tenaga kerja bongkar muat (TKBM) itu sendiri.

2.         Kepada pelabuhan Malahayati agar selalu memberikan pelayanan-pelayanan yang terbaik


kepada konsumen, serta selalu menjaga dan mempertahankan mutu dan kualitas dari pelabuhan
Malahayati sendiri.

3.         Untuk kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan kelas IV Malahayati agar selalu
menjaga dan mengawasi keselamatan, keamanan dan ketertiban di pelabuhan guna menciptakan
pelayaran yang aman.

4.         Kepada instansi-instansi yang terkait di pelabuhan senantiasa harus selalu memperhatikan


fasilitas-fasilitas yang ada, dimana bila terdapat salah satu fasilitas yang kurang baik/rusak, pihak
pelabuhan harus segera melakukan perbaikan/pembenahan agar proses kegiatan bongkar muat
barang tidak terganggu dan dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Miro, Fidel. 2011. Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta: Erlangga.

Nasution, M. Nur. 2003. Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

B. Boediono. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Salim, Abbas. 1993. Manajemen Transportasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Tunggal, Widjaja Amin. 1992. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Rineka Cipta.

Gultom, Elfrida. 2006. Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan Ekonomi


Nasional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Tjakranegara, Soegijatna. 1995. Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang. Jakarta: Rineka


Cipta.

Suyono, R.P. 2003. SHIPPING : Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut (Edisi Keempat).
Jakarta: PPM.

M. Hikmat, Mahi. 2011. Metode Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Bandung:
Graha Ilmu.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No : PM 60 Tahun 2014


tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang dari dan ke Kapal.

Peraturan Menteri Perhubungan No : PM 34 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran Utama.

Peraturan Menteri Perhubungan No : KM. 21 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Pelayanan
Kapal, Barang dan Penumpang pada Pelabuhan Laut yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Kantor Pelabuhan.

AT. Mayangpuspa. 2009. Bab II Biaya Mutu, 2.1 Mutu, 2.1.1 Pengertian Mutu, (Online),
(http://www.e-journal.uajy.ac.id/654/3/2EM6485.pdf, diakses 12 Oktober 2015).

U. Chairi. 2012. Bab II Tinjauan Pustaka, II.1 Landasan Teori, II.1.1 Konsep Pelayanan,(Online),


(http://www.repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1601/bab%2011.pdf, diakses 12
Oktober 2015).

B. Soamole. 2012. Pengertian Umum Angkutan Laut, (Online), (http://www.e-


journal.uajy.ac.id/331/3/2MT501735.pdf, diakses 15 Oktober 2015).
M. Heatubun. 2013. Bab II Tinjauan Pustaka, Pengertian Pelabuhan, (Online), (http://www.e-
journal.uajy.ac.id/3880/3/2TS12403.pdf, diakses 15 Oktober 2015).

Anda mungkin juga menyukai