Anda di halaman 1dari 12

Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 ….........................................................

ANALISA PUTUSAN KPPU NOMOR 05/ KPPU- I/2012 TENTANG PRAKTIK DISKRIMINASI DALAM
TENDER EXPORT PIPELINE FRONT END ENGINEERING & DESIGN CONTRACT (NO C732791)

ANALYSIS OF KPPU DECISION NUMBER 05 / KPPU-I/2012 ABOUT TENDER PRACTICE


DISCRIMINATION OF EXPORT PIPELINE FRONT END ENGINEERING & DESIGN
CONTRACT (NO C732791)

Riska Anggraeni, Ikarini Dani Widiyanti, Nuzulia Kumala Sari


Hukum Perdata Ekonomi, Fakultas Hukum, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail: ikaegif@yahoo.co.id

Abstrak

Mencermati Undang-undang No. 5 tahun 1999 terdapat dua aspek fundamental yang melatarbelakangi yaitu
aspek hukum yang merujuk pada kepastian hukum dan aspek ekonomi yang condong pada finansial, keduanya
tidak dapat dipisahkan dalam mewujudkan prekonomian nasional yang lebih baik. Suatu persaingan dibutuhkan
untuk memotivasi pelaku usaha dalam meningkatkan prekonomian nasional, namun akan berdampak negatif
apabila dilakukan dengan cara mendiskriminasi salah satu pelaku usaha dari keseluruhan pelaku usaha yang ada.
Sebagaimana diatur dalam pasal 19 huruf d Undang-undang No. 5 tahun 1999 mengenai diskriminasi pelaku
usaha tertentu. Putusan KPPU Nomor 05/ KPPU- I/2012 didalam amar putusannya Chevron Indonesia company
selaku panitia pengada tender di sanksi sebesar membayar denda sebesar Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah) karena telah melakukan praktik diskriminasi dalam tender export pipeline front end engineering
& design contract (No C732791), dengan meloloskan PT. Woerly Person Indonesia dan menggurkan PT. Wood
Group Indonesia dengan mekanisme dan ketentuan yang sama yaitu tidak adanya konsistensi dalam penawaran.
PT. Woerly Indonesia telah konsisten melakukan penawaran dengan tidak merubah subustansi penawaran yang
ada, jabatan Lead dan Senerior mempunyai konsekuensi keahlian yang berbeda namun tenaga ahli yang
dituliskan dalam penewaran tekhnis dan penawaran komersia merupakan orang yang sama sehingga kesalahan
penulisan Lead dan Senior tidak dapat dikategorikan in-kosistensi penawaran dari PT. Woerly Person Indonesia.
Kata Kunci: Diskriminasi, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Rule Of Reason

Abstract

Observing the Law No . 5 Of 1999 there were two fundamental aspects behind that aspect of the law that refers
to the rule of law and economic aspects of the financial skew , both of them can not be separated in realizing a
better national economic. A competition is needed to motivate entrepreneurs in improving national economy, but
it will have a negative impact if it is done in a way to discriminate against one of the businesses of the existing
overall business actors . As set forth in Article 19 paragraph d of Law No. . 5 of 1999 regarding discrimination
of certain businessmen . Commission's Decision No. 05 / KPPU - I/2012 within the ruling Chevron Indonesia
company as the committee supplier tender in a penalty of a fine of Rp . 2,500,000,000.00 ( two billion five
hundred million rupiah ) for committing discriminatory practices in tendering export pipeline front end
engineering and design contract ( No. C732791 ) , by passing the PT . Person Woerly dethroen Indonesia and
PT. Wood Group Indonesia with mechanisms and similar provisions is no consistency in supply . PT . Woerly
Indonesia has consistently made an offer with no change subustansi offerings, Lead and Senerior positions have
different skills but the consequences expert technical and written in demand komersial offers the same person so
writing errors and Senior Lead can not be categorized in- kosistensi offers from PT . Person Woerly Indonesia.
Keywords:Aquisitions, Commission for the Supervision of Business Competition, Rule Of Reason

Pendahuluan berpartisipasi dan ikut menikmati dalam pembangunan di


berbagai sektor ekonomi. Persaingan usaha atau kompetensi
Kemajuan dunia ekonomi tidak dapat dilepaskan dari antar para pelaku usaha dalam merebut pasar adalah hal
perkembangan dunia industri dan pembangunan dalam suatu yang sangat biasa. Hal itu menjadi tidak biasa manakala
negara. Kemajuan yang telah dicapai oleh Indonesia selama persaingan tersebut dilakukan dengan cara yang curang
ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (unfair), dengan tujuan untuk menghalangi pelaku usaha
dengan peluang-peluang usaha yang tercipta. Namun patut lain untuk bersaing (barrier to entry). Tentunya hal tersebut
disadari bahwa peluang usaha yang ada selama ini belum bertentanga sebagaimana yang di amanahkan oleh UUD
mampu membuat seluruh rakyat Indonesia dapat
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14
Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 …......................................................... 2

Negara Republik Indonesia tahun 1945 (selanjutya disebut oleh Undang-Undang No. 5 tahun 1999. Sebagaimana yang
Undang-undang 1945) dalam pasal 33 ayat 4 menyebutkan: dilakukan oleh PT.Chevron Indonesia Company terhada
“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas peserta tender PT. Wood Group Indonesia, adapun perkara
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi ini telah diputus oleh KPPU dengan Nomor 05/KPPU-
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, I/2012. Bahwa objek perkara adalah Tender Export Pipeline
kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan Front End Engineering & Design Contract (No. C732791) di
kesatuan ekonomi nasional.” Lingkungan PT.Chevron Indonesia Company.
Bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki PT. Chevron Indonesia Company adalah perusahaan yang
kesempatan yang sama yang harus diberikan kepada warga bergerak dibidang eksplorasi dan produksi energi Indonesia
negaranya untuk berpartisipasi, kegiatan tersebut harus dimulai pada tahun 1924, didirikan berdasarkan perjanjian
dijalankan atas dasar transparansi, tidak merupakan faktor kemitraan antara Unocal Indonesia Ltd dan Unocal Canada
kedekatan atau faktor-faktor yang lain yang dapat memicu Limited berdasarkan Perjanjian Kemitraan tertanggal 22
adanya diskriminasi terhadap pelaku usaha lainnya. November 1994, PT. Chevron Indonesia Company telah
Salah satu bentuk tindakan yang dapat mengakibatkan menjadi produsen minyak mentah dan panas bumi terbesar
persaingan tidak sehat adalah tindakan diskriminasi dalam di Indonesia dan memasarkan minyak mentah, bahan bakar
tender, yang merupakan salah satu bentuk kegiatan yang mentah lain dan minyak bumi olahan kepada Pertamina
dilarang oleh Undang-Undang. Tender atau lelang yaitu perusahaan minyak dan gas bumi milik pemerintah
merupakan bentuk kegiatan yang banyak mendapat Indonesia.
perhatian bagi para pelaku bisnis, dikarenakan dapat Proses Tender Export Pipeline Front End Engineering &
menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kegiatan Design Contract (No C732791) yang diadakan
perekonomian suatu perusahaan, dimasa lalu sebelum dilingkungan PT. Chevron Indonesia Company ini, dimulai
Indonesia memiliki Undang-Undang yang khusus pada tanggal 24 Nopember 2009, karena kegiatan
menangani masalah persaingan usaha, kegiatan tender perusahaan yang dikerjakan dibidang pengeboran minyak
dilakukan dengan tidak transparan, hampir semua proyek mentah dan panas bumi maka ketentuan PTK 007 Revisi 1
negara maupun swasta hanya dikerjakan oleh kalangan (selanjutnya disebut PTK 007 Revisi 1) yang diterbitkan
perusahaan tertentu saja, namun sejak Indonesia berbenah oleh Badan Pengelola Minyak Dan Gas (selanjutnya disebut
dan mulai memahami akan pentingnya suatu persaingan BP Migas) telah menerbitkan surat No.
yang sehat maka dibentuklah Undang-Undang No. 5 tahun 1789/BPD3000/2009/S7 tanggal 18 Nopember 2009 perihal
1999 tentang Larangan praktek Monopoli dan Persaingan persetujuan rencana pengadaan “Export Pipeline Front End
Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut Undang-Undang Engineering & Design” (Nomor: C732791).
No. 5 tahun 1999), dimana pelaku usaha mendapatkan Bahwa pelaksanaan tender itu sendiri dilaksanakan pada
kesempatan yang sama dalam melaksanakan suatu proyek tanggal 7 April 2010, yang diikuti oleh 9 (sembilan) peserta
yang transparan dan akuntabilitas. Undang-Undang ini namun pada akhirnya gugur dan menyisahkan 2 (dua)
memberikan kesempatan yang sama kepada perusahaan- peserta tender yaitu PT Worley Parsons Indonesia dan PT
perusahaan baik BUMN maupun swasta untuk Wood Group Indonesia yang keduanya lolos pada tahap
melaksanakan suatu pekerjaan atau proyek yang kebanyakan tekhnis, namun pada tahap komesial PT. Wood Gruop
bergerak dibidang pengadaan barang atau penyedia jasa, Indonesia gugur sehingga tender dimenangkan oleh PT.
tidak hanya itu seiring kesadaran masyarakat akan suatu Worley Person Indonesia , didalam putusan KPPU No.
persaingan yang sehat, Komisi Pengawas Persaingan Usaha 5/KPPU-I/2012, telah terjadi praktek diskriminasi
(yang selanjutnya disingkat KPPU) yang merupakan sebagaimana terkandung dalam pasal 19 huruf d Undang-
lembaga pengawas Independen yang di tunjuk oleh Undang- Undang No. 5 tahun 1999 yang dilakukan oleh PT. Chevron
undang sebagai komisi yang mengawasi dibidang Indonesia Company yaitu Terlapor I terhadap PT Wood
persaingan usaha, dari publikasi yang dikemukakan, Group Indonesia, dengan dugaan meloloskan PT. Worley
lembaga ini cukup terkenal dengan sebutan primadona Parsons Indonesia sebagai pemenang yang mana KPPU
tender. Dalam hal ini yang dimaksud dengan tender adalah menduga dilakukan dengan cara diskriminasi sebagaimana
tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pada pasal 19 huruf d Undang-Undang No. 5 tahun 1999,
pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk karena KPPU menilai bahwa PT. Worley Parsons Indonesia
menyediakan jasa. Pada tender yang menjadi objek pada dasarnya juga tidak konsisten terhadap penawarannya.
penawarannya adalah penyedia barang dan/atau jasa yang
Diskriminasi sebagaimana dalam ketentuan pasal 19 huruf d
belum ada, dan pada umumnya yang menjadi pemenangnya
Undang-Undang No. 5 tahun 1999 menyebutkan:
adalah peserta tender dengan penawaran yang paling rendah.
Selama ini permasalahan persengkongkolan dalam tenderlah “Pelaku Usaha dilarang melakukan satu atau beberapa
yang menempati urutan tertinggi di KPPU begitu juga kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha, yang
dalam perkara ini dimana dalam dugaannya Chevron dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
Indonesia Company dan PT Person Indonesia diduga persaingan usaha tidak sehat berupa: (d) melakukan praktek
melanggar ketentuan dalam pasal 22 dan pasal 19 huruf d diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu”
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 , namun pada Adanya dugaan atas praktek diskriminasi sebagaimana telah
pembuktiannya Persengkokonglan tender sebagaimana disebut diatas terhadap putusan KPPU Nomor 05/ KPPU-
dalam pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tidak I/2012, bahwa Chevron Indonesia Company diduga telah
terbukti yang tebukti sebagaimana dalam putusan KPPU No. melakukan tindakan diskriminatif terhadap peserta tender
5/KPPU-I/2012 adalah bahwa Chevron Indonesia yaitu pada prebid meeting tertanggal 7 April 2010. PT.
Melanggar ketentuan pasal 19 huruf d Undang-undang No. 5 Chevron Indonesia Company selaku panitia penyalenggara
tahun 1999. Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa melaksanakan tender melalui dua tahap penyelenggaraan
tindakan diskriminasi dalam proyek tender juga dilarang yaitu penawaran tekhnis dan penawaran komersial, bahwa
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14
Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 …......................................................... 3

dari Putusan No. 5/KPPU-I/2012 diketahui PT. Chevron 3. Untuk mengetahui dan memahami akibat hukum yang
Indonesia Company tidak pernah menjelaskan konsistensi diakibatkan oleh putusan tersebut terhadap pelaku usaha dan
penawaran tekhnis dan penawaran komersial akan masyarakat.
menyebabkan gugurnya perserta apabila tidak konsisten
terhadap penawaran. Ketidak konsistenan yang dilakukan Metode Penelitian
oleh peserta tender PT Wood Group Indonesia tidak Didalam penelitian membutuhkan suatu metode penelitian
menjadikan Terlapor II juga didiskualifikasi sementara yang tepat. Metode penelitian merupakan faktor penting
Terlapor II dinilai juga tidak konsisten. dalam penulisan atau penyusunan karya tulis ilmiah agar
Berdasarkan latar belakag Tersebut, maka penulis pengkajian dan penganalisaan terhadap objek penelitian
mengambil judul skripsi “ANALISA PUTUSAN KPPU dapat dilakukan dengan benar dan optimal. Metode
NOMOR 05/ KPPU- I/2012 TENTANG PRAKTIK penelitian dalam penulisan karya ilmiah dapat digunakan
DISKRIMINASI DALAM TENDER EXPORT PIPELINE untuk menggali, mengolah, dan merumuskan bahan-bahan
FRONT END ENGINEERING & DESIGN CONTRACT hukum yang diperioleh sehingga mendapat data yang sesuai
(NO C732791)” dengan kebenaran ilmiah untuk menjawab isu hukum yang
dihadapi. Oleh karena itu menentukan metode penelitian
1.2 Rumusan Masalah yang tepat sengat dibutuhkan pemahaman oleh penulisanya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di Tipe Penelitian


atas, maka permasalahan yang akan ditulis dalam penulisan Tipe penelitian yang digunakan dalam skripsi ini
skripsi ini antara lain: adalah yuridis normatif yang berarti penelitian ini difok-
1. Bagaimanakah bentuk Diskriminasi persaingan usaha uskan untuk mengkaji penerapan-penerapan, kaidah-kaidah,
yang tidak sehat yang terdapat didalam tender Export atau norma-norma dalam hukum positif yang berlaku. Tipe
Pipeline Front End Engineering & Design Contract penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara mengkaji
(No C732791)? berbagai aturan hukum yang bersifat formil seperti un-
2. Bagaimanakah mekanisme pelaksanaan tender Export dang-undang, peraturan-peraturan serta literatur yang berisi
Pipeline Front End Engineering & Design Contract konsep-konsep teoritis yang kemudian dihubungkan dengan
(No C732791)? permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.1
3. Apakah Akibat Hukum terjadinya praktek diskriminasi
dalam tender Export Pipeline Front End Engineering & Pendekatan Masalah
Design Contract (No C732791)? Pendekatan yang digunakan dalam peneltian ini
adalah pendekatan Undang-Undang (Statute Approach)
yaitu dilakukan dengan menelaah semua Undang-undang
Tujuan Penelitian
dan regulasi yang bersangkutan degan isu hukum yang
Agar memperoleh tujuan yang diharapkan dalam
sedang ditangani, yang dicari adalah konsistensi dan kese-
penulisan skripsi ini, maka perlu untuk menetapkan tujuan
suaian antara suatu perundang-undangan dengan Un-
penelitian. Tujuan penelitian skripsi ini adalah meliputi 2
dang-undang yang lainnya, hasil telaah tersebut merupakan
(dua) macam yaitu tujuan umum dan tujuan khusus:
suatu argumen untuk memecahkan isu hukum yang dihad-
api. , pendekatan konseptual (Conceptual Aparoach) adalah
Tujuan Umum
pendekatan yang beranjak dari Perudang-Undangan dan
Tujuan secara umum dari penulisan skripsi ini ada-
doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum. Pen-
lah:
ulis akan menemukan ide-ide yang melahirkan penger-
1. Untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas dan tian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan as-
persyaratan akademis untuk mendapatkan gelar Sarjana
as-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jember;
Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin
2. Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan ilmu tersebut merupakan sandaran bagi penulis dalam memban-
dan pengetahuan hukum yang diperoleh dari perkuliahan gun suatu argumentasi hukum. dan penedekatan kasus
yang bersifat teoritis dan praktik yang selanjutnya akan (Case Aprroach) adalah pendekatan yang perlu memahami
dikembangkan sesuai dengan realita yang ada di tentang ratio deciedendi,yaitu alasan-alasan hukum yang di-
masyarakat; gunakan oleh hakim untuk sampai kepada putusannya, men-
3. Untuk memberikan kontribusi dan sumbangan urut Goodheart, ratio deciedendi dapat diketemukan dengan
pemikiran yang berguna bagi masyarakat pada memeperhatikan fakta materiil. Fakta-fakta tersebut berupa
umumnya dan khususnya bagi mahasiswa Fakultas orang, tempat, waktu dan segala yang memperhatikannya
Hukum Universitas Jember serta Almamater. asalkan tidak terbukti sebaliknya.

Tujuan Khusus Sumber Bahan Hukum


Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penulisan Bahan hukum merupakan sarana dari suatu penulisan
skripsi ini adalah : yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang ada
1. Untuk mengetahui dan memehami pelaksanaan praktek sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang se-
diskriminasi dalam tender Export Pipeline Front End harusnya. Adapun sumber bahan hukum yang digunakan
Engineering & Design Contract (No C732791 ; dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Bahan Hukum Primer
2. Untuk mengetahui dan memehami dalam tender Export
Pipeline Front End Engineering & Design Contract (No 1
C732791) terhadap peraturan yang berlaku; Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Jakarta:
Kencana Prenada Media, hlm. 29.
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14
Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 …......................................................... 4

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum Untuk menarik hasil analisis yang digunakan
yang bersifat auturitatif artinya mempunyai otoritas. adalah metode deduktif yang berarti suatu yang berpangkal
Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, dari hal yang umum ke hal yang khusus. Yang nantinya
catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan dapat mencapai suatu mencapai suatu tujuan dalam
perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.2 Ada- penulisan skripsi ini yaitu menjawab pertanyaan yang telah
pun yang termasuk dalam bahan hukum primer yang dirumuskan, sehigga nantinya dapat memberika preskripsi
akan dipergunakan dalam mengkaji setiap permasala- mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan dapat
han dalam penulisan skripsi ini adalah: diterapkan.6

1. Undang-Undang No 5 tahun 1999 tentang Larangan PEMBAHASAN


praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
1. Praktik Persaingan Usaha Tidak Sehat Pada
2. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan tender Export Pipeline Front End
Perseroan Terbatas. Engineering & Design Contract (No C732791).
3. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. Persaingan usaha tidak sehat sendiri dapat diartikan
Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 19 Huruf D sebagai persaingan usaha yang tidak ujur. Menurut Janus
(Praktek Diskriminasi) Undang-Undang No. 5 Tahun Sidabalok praktik bisnis yang tidak jujur dapat diartikan
1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan sebagai segala tingkah laku yang tidak sesuai dengan itikan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. baik, kejuuran didalam berusaha. Perbuatan ini termasuk
4. Putusan Komisi Pengawas Persaingan usaha Perkara dalam perbuatan melawan hukum7
Nomor 05/KPPU-I/2012. Aspek ekonomi dan aspek hukum merupakan kajian satu
paket dalam penegakan hukum persaingan usaha, pelaku
b. Bahan Hukum Sekunder usaha cenderung condong pada keuntungan sehingga sedikit
Sumber bahan hukum sekunder adalah hukum yang banyak bisnis yang dilakukuan terkadang memepunyai
diperoleh dari semua publikasi tentang hukum yang bukan kocondongan bertentangan dengan ketentuan undang-
merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang undang.
hukum tersebut meliputi literatur ilmiah, buku-buku, kamus Berikut ini adalah pihak-pihak yang terlibat didalam
hukum, jurnal hukum, serta komentar-kementar atas putusan pelaksanaan kegiatan tender Export Pipeline Front End
pengadilan yang bertujuan untuk mempelajari isu pokok Engineering & Design Contract (No C732791):
permasalahan yang dibahas. 3 1. Chevron Indonesia Company (sebagai perusahaan
c. Bahan Non Hukum penyelenggara tender) Sebagai Terlapor I.
Bahan non hukum sebagai penunjang dari sumber
bahan hukum primer dan sekunder, bahan hukum yang Peserta Tender: 8
memberikan petunjuk maupun memberikan penjelasan ter- 1. PT Worley Parsons Indonesia (Perusahaan Pemenang
hadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan non hukum Tender): Sebagai Terlapor II.
dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas wawasan 2. PT Bechtel Indonesia (Peserta tender yang gugur pada
penelitian. Bahan-bahan non hukum dapat berupa laporan tahap I)
penelitian non hukum atau jurnal non hukum sepanjang 3. PT Technip Indonesia (Gugur pada saat tahap evaluasi
mempunyai relevansi dengan tema penulisan skripsi ini.4 Teknis)
4. Konsorsium PT Petrofac IKPT International dan PT
Analisa Bahan Hukum Inti Karya Persada Tehnik-Deep Sea Group Ltd. (Gugur)
Analisa bahan hukum merupakan suatu cara yang 5. Konsorsium PT Erraenersi Konstruksindo dan Antares
digunakan untuk menentukan jawaban atas pokok Offshore LLC (Gugur)
permasalahan yang timbul dari fakta hukum, proses tersebut 6. PT Noble Denton Utama (Gugur)
dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: 7. PT Wood Group Indonesia (Lolos sampai tahap II)
a. mengindentifikasi fakta hukum dan mengeliminir hal- 8.Konsorsium PT EJJV Engineering Indonesia dan Project
hal yang tidak relevan untuk menetapkan isu hukum Associates, Inc.(Gugur)
yang hendak dipecahkan; 9. Konsorsium PT Singgar Mulia dan OPE Malaysia
b. pengumpulan bahan-bahan hukum yang sekiranya (Gugur)
dipandang mempunyai relevansi juga bahan-bahan non Proses Tender FEED menggunakan beberapa tahapan
hukum; yaitu tahapan administrasi sekaligus teknis dan tahapan
c. melakukan telah atas permasalahan yang akan dibahas komersial. Dari tahapan administrasi dan tekhnis pada
yang diajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah tanggal 30 Agustus 2010 diumumkan bahwa Terlapor II dan
dikumpulkan; PT Wood Group Indonesia lulus pada tahap 1.
d. menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi dalam Berawal dari monitoring yang dilakukan oleh sekertariat
menjawab permasalahan yang ada; komisi KPPU terhadap pelaku usaha dibidang pengadaan
e. memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang barang dan jasa dalam hal ini berkaitan dengan pengadaan
telah dibangun di dalam kesimpulan.5 konsultasi Export Pipeline Front End Engineering &
6
2
Ibid, Hal. 206.
Ibid, Hal. 141. 7
Racmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia,
3
Ibid., hlm. 155. Sinar Grafikaa, Jakarta.2013, Hlm.88
4
Ibid., hlm. 155.
5
Ibid, hlm. 171. 8
Putusan Kppu Nomor 05/ KPPU- I/2012
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14
Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 …......................................................... 5

Design Contract (No C732791) dilingkungan Chevron pelaksanaan tender Export Pipeline Front End Engineering
Indonesia Company maka berdasarkan hasil rapat komis & Design Contract (No C732791). Pada pelaksanaan tender
pada tanggal 31 Juli 2012 perlu untuk ditindak lanjuti sebagaimana yang telah diduga didalam putusan tersebut,
ketahap pemeriksaan pendahuluan. tentunya dapat menghambat pelaksanaan jalannya usaha itu
Dari putusan KPPU No. 5/KPPU-I/2012 majelis hakim sendri. Bahwa dalam sidang majelis Komisi I, Chevron
KPPU memutuskan bahwa Chevron Indonesia Company Indonesia Company dan PT Worley Parsons Indonesia
(sebagai perusahaan penyelenggara tender) sebagai (selanjutnya disebut Terlapor) diduga telah melanggar Pasal
penyelenggara tender melakukan praktik diskriminasi 19 huruf d dan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5
pelaku usaha tertentu sebagaimana dalam pasal 19 huruf d Tahun 1999, yaitu :
Undang-undang No. 5 tahun 1999. a. Dugaan Adanya Diskriminasi Perlakuan
Tentang dugaan pelanggaran Pasal 19 Huruf d tentang
1.2 Bentuk Persaingan Usaha Tidak Sehat Pada diskriminasi perlakuan yaitu:
Pelaksanaan Tender Export Pipeline Front End Pasal 19 huruf d:
Engineering & Design Contract (No C732791). “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa
Menurut Johny Ibrahim Undang-undang No. 5 tahun kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha
1999 pada dasarnya dirancang untuk menciptakan Level lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
Playing Field (kesempatan berusaha yang sama bagi semua monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa :
warga negara).9 Sejalan dengan hal tersebut menurut a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu
Kenneth M Davidson persaingan yang sehat dalam ekonomi untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar
pasar bebas memberikan empat keuntungan yaitu: 10 bersangkutan; atau
1.Persaingan akan memberikan harga yang kompetitif b. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha
2.Adanya peningkatan kualitas hidup oleh karena inovasi pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha
yang terus menerus dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau
3.Mendorong dan meningkatkan mobilitas masyarakat c. memibatasi peredaran dan atau penjualan barang dan
4.Adanya efisiensi baik produktif maupun alokatif atau jasa pada pasar bersangkutan; atau
Export Pipeline Front End Engineering & Design d. melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha
Contract (No C732791) merupakan pelaksanan tender tertentu.
dalam pengadaan jasa konsultasi dan pengadaan jasa yang Sebagaiman penilaian dan analisa majelis komisi terkait
bersifat kompleks, hal ini merupakan investasi perusahaan dengan adanya pelanggaran terhadap pasal 19 huruf d
asing yang baru dan belum pernah dilakukan di Indonesia. tentang praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha yang
Dari hal tersebutlah maka pelaksanaan tender yang dilakukan oleh Chevron Indonesia Company dan PT
dilakukan masih belum menemukan mekanisme yang tepat Worley Parsons Indonesia terdapat tiga indikator yang
artinya adalah pelaksanaan tender dilakukan dengan regulasi disangkakan yaitu mengenai Metode Evaluasi Komersial,
yang belum mengatur kegiatan kompleks. Dari sisi Investasi Kesalahan Penyebutan Nama Posisi Jabatan “senior” dan
yang dilakukan oleh perusahaan ini, tentunya dapat “lead” dan in-konsistensi Evaluasi Penawaran Komersial.
memberikan keuntungan sebagaimana yang dikemukakan Berikut uraian mengaenai masing-masing indikator pada
Kenneth diantaranya akan mendorong dan meningkatkan kasus diskriminasi dalam persaingan usaha sebagai berikut:
mobilitas masyarakat, inovasi yang menguntungkan serta a. Tentang Metode Evaluasi Komersial, pada pokoknya:
adanya alih teknologi yang akan meramaikan industri baru 1. Investigator menyatakan metode evaluasi komersial tidak
dibidang pengeboran minyak dan gas bumi. diatur dan dijelaskan secara detail di dalam IKPP.
Dalam Undang-undang No.5 tahun 1999 praktik
2. Investigator menyatakan Terlapor I tidak dapat
diskriminasi termasuk dalam kegiatan yang dilarang,
menunjukkan dan menjelaskan apakah metode evaluasi
Kegiatan yang dilarang diatur dalam pasal 17 sampai pasal
komersial sebagaimana yang digunakan Terlapor I dalam
24 Undang-undang No. 5 tahun 1999 sebagai berikut:
tender yang dilakukan dengan membandingkan Estimated
1.Kegiatan Monopoli
Cumulative CTR Value and Man Hour Summary yang telah
2.Kegiatan Monopsoni
terisi tabel ekspatriat dan nasional dengan Tabel Minimum
3. Kegiatan penguasaan pasar
Key Personel, benar diatur secara detail di dalam IKPP/ITB.
a. Menolak dan/atau menghalangi persaingan
3.Investigator menyatakan Terlapor I tidak pernah
b. Menghalangi konsumen pesaing
menjelaskan kepada peserta tender terkait kepatuhan dan
c. Membatasi peredaran dan/atau penjuala produk
konsistensi antara dokumen penawaran teknis dengan
d.Diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu
dokumen penawaran komersial sebagai kriteria metode
4. Kegiatan jual beli rugi (dumping)
evaluasi dokumen penawaran komersial yang dapat
5.Kegiatan memanipulasi biaya
mengakibatkan diskualifikasi peserta tender.
6. Kegiatan persengkongkolan
a. Tender
b. Kesalahan penyebutan nama posisi jabatan “Senior” dan
b. Rahasia Perusahaan
Lead”
c. Menghambat produksi dan/atau pemasaran
Bahwa Majelis Komisi berpendapat adanya pemahaman
Pada kasus praktik persaingan usaha tidak sehat
yang berbeda oleh Terlapor II dan PT Wood Group
sebagaimana putusan KPPU No. 5/KPPU-I/2012 tentang
9 Indonesia terhadap pencantuman Key Personnel dalam
------------------, Persekongkolan Tender Pengadaan posisi “lead” atau “senior” pada disiplin jabatan Pipeline
Liquid Crystal Display (LCD) Dalam Prespektif Hukum Engineer (Deepwater) dan Pipeline Engineer (Shallow
Persaingan Usaha (Studi Putusan KPPU No. 04/KPPU- Water) sebagaimana tercantum dalam Estimated Cumulative
L/2007). Hlm 30. CTR Value and Man Hour Summary akan memberikan
10
Devi Meyliana.Opcit. Hlm 15
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14
Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 …......................................................... 6

konsekuensi yang berbeda pada penilaian Terlapor I ketika tentang pedoman Pasal 19 huruf d namun langsung
melakukan evaluasi komersial dengan merujuk pada posisi termasuk ketetuan pelaku usaha lain pada penjabaran unsur
“lead” yang berakibat diloloskannya Terlapor II dan ke tiga.
digugurkannya PT Wood Group Indonesia dalam evaluasi Menurut penulis unsur ini merupkan unsur mandiri yang
komersial harus dijelaskan secara rinci yang memiliki konsekuensi
hukum berbeda dengan unsur pelaku usaha lain yang
c.Tentang In-Kossistensi terdapat pada unsur ketiga dalam pasal 19 huruf d
Bahwa pada pokonya adanya dugaan inkossitensi, karena sebagaimana diatur dalam Pedoman peraturan komisi
Majelis Komisi Terlapor I tidak konsisten dalam pengawas persaingan usaha Nomor 3 tahun 2011 Tentang
menerapkan metode evaluasi penawaran komersial dimana Pedoman pasal 19 huruf d (praktek diskriminasi) Undang-
dengan metode evaluasi yang sama, Terlapor I Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek
mendiskualifikasi PT Wood Group Indonesia atas in- monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Sehingga dalam
konsistensi antara penawaran teknis dengan penawaran unsur inilah yang akan dibuktikan apakah kegiatan
komersialnya, sedangkan Terlapor II yang juga tidak dilakukan sendiri oleh Terlapor I atau kagiatan dilakukan
konsisten antara penawaran teknis dengan penawaran bersama-sama dengan Terlapor II.
komersial justru tetap diloloskan, bahkan ditetapkan menjadi Jika dilihat dari petitum putusan KPPU bahwa dalam hal
pemenang tender meskipun sepatutnya juga didiskualifikasi ini yang disangkakan dalam pasal 19 huruf d Undang-
sebagaimana PT Wood Group Indonesia. Undang No. 5 Tahun 1999 adalah Terlapor I. Namun
1.3 Pemenuhan Unsur Praktik Diskriminasi dalam Undang- menurut penulis subjek hukum harus dipaparkan secara jelas
Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek karena pada dasarnya kedudukan Terlapor I berbeda dengan
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Terlapor II, Terlapor I sebagai penyelenggara tender dan
Sebagaimana dugaan yang dipaparkan sebelumnya, Terlapor II sebagai pesrta tender.
penjabaran unsur dalam menginterpretasikan isi Pasal 19
huruf d dapat diuraikan dalam unsur-unsur sebagai berikut: 3. Unsur pelaku Usaha Lain
1. Unsur Pelaku Usaha Pelaku usaha lain adalah pelaku usaha yang melakukan
Sebagaimana diuraikan dalam Pasal 1 butir 5 Undang- satu atau beberapa kegiatan secara bersama-sama pada pasar
undang Nomor 5 tahun 1999, pelaku usaha adalah: bersangkutan. Pelaku usaha lain menurut penjelasan Pasal
”Setiap orang perorangan atau badan usaha baik yang 17 ayat 2 huruf b Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang adalah pelaku usaha yang mempunyai kemampuan bersaing
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan yang signifikan dalam pasar bersangkutan.
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik Sebagaimana yang dimaksud pelaku usaha lain
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, dalam perkara ini adalah Terlapor II sebagai pemenang
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang tender yang berada dalam pasar bersangkutan yang sama
ekonomi.” dengan PT Wood Group Indonesia keduanya merupakan
Pelaku usaha yang dimaksud dalam pelanggaran ini adalah dua perusahaan yang lolos pada tahap teknis. Sehingga
badan usaha yaitu Terlapor I dan Terlapor II. unsur pelaku usaha lain terpenuhi.
Terlapor I yaitu Chevron Indonesia Company merupakan
badan usaha yang berbentuk badan hukum yang 4. Unsur Melakukan Satu Atau Beberapa Kegiatan
didirikan di Indonesia berdasarkan Perjanjian Kemitraan Unsur melakukan satu atau beberapa kegiatan ialah satu atau
antara Unocal Indonesia Ltd dan Unocal Canada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam bentuk kegiatan
Limited berdasarkan Perjanjian Kemitraan tertanggal 22 secara terpisah ataupun beberapa kegiatan sekaligus yang
November 1994. ditujukan untuk menyingkirkan pelaku usaha pesaing.
Terlapor II yaitu PT Worly Parsons Indonesia merupakan Didalam posita majelis komisi memeberi pertimbangan
badan usaha yang berbentuk badan hukum yang hukum yaitu “Terlapor I tidak konsisten dalam menerapkan
didirikan dan melakukan kegiatan usaha dalam wilayah metode evaluasi penawaran komersial dimana dengan
hukum negara Republik Indonesia berdasarkan Akta metode evaluasi yang sama, Terlapor I mendiskualifikasi PT
Pendirian Nomor 17 tanggal 6 Desember 1995 yang Wood Group Indonesia atas in-konsistensi antara penawaran
dibuat dengan Notaris. teknis dengan penawaran komersialnya, sedangkan Terlapor
Sehingga dengan demikian unsur pelaku usaha terpenuhi II yang juga tidak konsisten antara penawaran teknis dengan
karena keduanya merupakan badan usaha yang berbentuk penawaran komersial justru tetap diloloskan, bahkan
badan hukum berkedudukan di Indonesia dan melakukan ditetapkan menjadi pemenang tender a quo meskipun
kegiatan dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik sepatutnya juga didiskualifikasi sebagaimana PT Wood
Indonesia. Group Indonesia”11 sehingga menurut hemat penulis unsur
2. Unsur melakukan Baik Sendiri Maupun Bersama yang dimaksudkan disini adalah melakukan satu kegiatan
Kegiatan yang dilakukan sendiri oleh pelaku usaha saja, karena berkaitan hanya dengan Inkonsistensi yang
merupakan keputusan dan perbuatan independen tanpa diduga dilakukan oleh terlapor I.
bekerja sama dengan pelaku usaha yang lain. Kegiatan yang Bahwa sebagaimana basis yang disetujui oleh peserta adalah
dilakukan secara bersama-sama merupakan kegiatan yang penggunaan Hypothetical Man Hour yang diberikan pada
dilakukan oleh beberapa pelaku usaha dalam pasar saat klarifikasi teknis untuk dimasukkan dalam penawaran
bersangkutan yang sama dimana pelaku usaha mempunyai komersial sebagai metode evaluasi teknis terhadap peserta
hubungan dalam kegiatan usaha yang sama. tender. Ketentuan konsistensi antara CTRs penawaran
Dalam hal ini didalam pertimbangan hukum putusan teknis, Estimated Cumulative CTR Man Hour penawaran
KPPU No. 5/KPPU-I/2012 tidak dipaparkan secara mandiri komersial, dan Key Personnel sebagai metode evaluasi
unsur kedua ini, sebagaimana dalam pedoman 3 tahun 2011 11 Putusan KPPU hlm 157
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14
Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 …......................................................... 7

komersial juga tidak terdapat dalam ketentuan IKPP dalam jelas tidak mempunyai justifikasi secara ekonomi karena
Lampiran Metode Evaluasi Komersial, dan tidak pernah haraga tawaran yang lebih rendah tidak menjadi tolak ukur
disampaikan kepada Peserta Tender. 12 Menurut penulis yang diputuskan oleh panitia tender, namun konsistensi
unsur ini kurang memenuhi. walaupun metode evaluasi yang diberikan oleh PT Wood Group Indonesia pada saat
komersial sendiri belum diatur secara konferensip didalam penawaran tekhnis berbeda dengan penawaran komersial.
IKPP, namum konsistensi penawaran juga merupakan Mengenai ketidak konsistenan yang juga diduga terhadap
bagian dari penilaian. Bila boleh dianalogikan yaitu terlapor II yaitu karena disebabkan penyebutan “Lead ” dan
misalnya saja dalam tender proyek pembuatan jembatan, “Senior” . Pada dasarya jabatan ”Lead” adalah lebih tinggi
harga yang ditawarkan Perusahaan A memang cenderung dan memerlukan kemampuan teknis yang lebih baik dari
rendah dengan menawarkan besi yang akan dipakai diimpor pada jabatan ”Senior”. Sehingga menurut penulis akan
dari Amerika, namun setelah lolos seleksi Perusahan A mempunyai konsekuensi pekerjaan yang berbeda.
mengubah ketentuan besi yang akan di impor dari Thailand Namun dari penjelasan penjelasan Terlapor I mengenai
(dimana notabennya thailang negara pengimpor beras). adanya perbedaan antara penyebutan istilah antara Lead
Enginner dan Senior Enginner dalam hal posisi Pipeline
5. Unsur Melakukan Praktek Diskriminasi Engineer adalah pada dasarnya posisi Lead Engineer dan
Praktek diskriminasi merupakan tindakan atau Senior Engineer hanya perbedaan istilah penyebutan saja
perlakuan dalam berbagai bentuk yang berbeda yang karena yang dimaksud Terlapor I adalah Lead Engineer,
dilakukan oleh satu pelaku usaha terhadap pelaku usaha dimana yang dinilai oleh Terlapor I hanya untuk posisi Lead
tertentu. Engineer saja sebagai orang yang dianggap penting (posisi
Kegiatan melakukan praktek diskriminasi terhadap Key Personnel) dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga
pelaku usaha tertentu merupakan penentuan perlakuan Terlapor I hanya akan meminta nama dan curriculum vitae
dengan cara yang berbeda mengenai persyaratan pemasokan kepada para peserta tender untuk posisi Lead Engineer.
atau persyaratan pembelian barang dan atau jasa. Segala Sebagaimana ketidakkonsistenan yang terdapat dalam
macam perlakuan yang berbeda terhadap pelaku usaha penilaian dokumen PT Wood Group Indonesia adalah pada
tertentu, dapat termasuk dalam cakupan Pasal 19 huruf d. saat tahap teknis, PT Wood Group Indonesia menyampaikan
Tetapi apakah diskriminasi tersebut termasuk yang dilarang hanya ada 1 (satu) orang ekspatriat untuk posisi Project
atau tidak, merupakan wilayah Rule Of Reason dimana Manager dan Lead Engineer namun pada saat tahap
KPPU perlu membuktikan motif dan dampaknya. Praktek komersial terdapat perubahan komposisi dimana pada posisi
diskriminiasi yang dapat diputus dilarang oleh Pasal 19 Project Manajer yang awalnya 1280 untuk ekspatriat
huruf d diartikan sebagai perbuatan yang tidak mempunyai menjadi dipecah 640 : 640 untuk ekspatriat dan nasional.
justifikasi secara sosial, ekonomi, teknis maupun Sehingga menjadi pertanyaan Terlapor I adalah 640 untuk
pertimbangan efisiensi lainnya. nasional itu akan dikerjakan oleh siapa, karena telah terjadi
Mengenai ketidak konsistenan yang juga diduga terhadap perubahan komposisi dari komitmen teknis PT Wood Group
terlapor II yaitu karena disebabkan penyebutan “Lead ” dan Indonesia sendiri yang untuk ekspatriat awalnya satu orang
“Senior” . Pada dasarya jabatan ”Lead” adalah lebih tinggi ekspatriat dengan Man Hour 1280.14 Sehingga menurut
dan memerlukan kemampuan teknis yang lebih baik dari penulis alasan ini cukup masuk akan jika dilihat dari tabel
pada jabatan ”Senior”. penawaran dari peserta tender yaitu:
Pendekatan Rule Of Reason ialah pendekatan hukuman 1. PT Worley Person Indonesia
terhadap tuduhan ini harus mempertimbangkan situasi dan Tabel 4
kondisi kasus. Karenanya perbuatan yang dituduhkan
tersebut harus diteliti terlebih dahulu, apakah perbuatan itu
telah membatasi persaingan secara patut atau tidak patut.
Untuk itu, penggugat harus menunjukkan akibat yang
ditimbulkan dari perjanjian, kegiatan, dan posisi dominan
yang telah menghambat persaingan atau menyebabkan
kerugian.13
Dengan dasar pembuktian bahwa jika melihat hakekat
pelaksanaan tender adalah untuk mendapatkan harga yang
lebih rendah memang dapat dibenarkan, sebagaimana juga
menurut L Budi Kagramanto, ruang lingkup tender meliputi:
1. Tawaran untuk mengajukan harga rendah untuk
memborong suatu pekerjaan;
2. Tawaran mengajukan harga rendah untuk pengadaan
barang;
3. Tawaran untuk mengajukan harga rendah untuk
mennyediakan jasa.
Namun apakah lantas akan dibenarka apabila kualitas yang
diberikan tidak sama pada penerapannya. Sebagaimana juga
bahwa Praktek diskriminiasi yang dapat diputus dilarang
oleh Pasal 19 huruf d diartikan sebagai perbuatan yang tidak Tabel Penawaran PT Worley Person Indonesia
mempunyai justifikasi secara sosial, ekonomi, teknis
maupun pertimbangan efisiensi lainnya. Hal ini memang Sumber: Putusan KPPU No.5/KPPU-I/2012. Halaman 77
12
Pedoman pasal 19 huruf d
14
13
Mustafa Kamal Roka, Op.Cit. Hlm 78 ] Putusan KPPU halaman 77
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14
Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 …......................................................... 8

2. Dugaan ketidak konsistenan PT Worley Indonesia


pada tahap Evaluasi Komersial (kesimpulan yang diberikan
pada tabel merupakan pembuktian yang diberikan KPPU).
Tabel 5
Tabel Dugaan Ketidak Konsistenan PT Worley Indonesia

penawaran tahapan teknis berbeda dari Key Personel


dimana pada huruf E untuk posisi Pipeline Senior Engineer
(Deepwater) adalah Pauk Lomaz sementara pada penawaran
komersial tidak konsisten yaitu Davis Sze Wei Teck/Akshah
Sumber: Putusan KPPU No.5/KPPU-I/2012. Halaman Bashah serta jika dilihat man hour yang ditawarkan
keseluruhan man hour 1280 jam di kerjakan oleh nasional
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yang dijadikan pada kolom ekpariat tidak ada, sementara yang
KPPU untuk memutus adanya dugaan perlakuan dicamtumpak pada Key Personel adalah nama ekspariat baik
diskriminasi adalah penulisn pada kolom jabatan jika dari tahapan penawaran teknis dan komersial.
dibandingkan dengan tawaran pada teknis (gambar Dari tabel yang ada memang terdapat inkosistensi yang
sebelumnya) mengenai nama atau Key Personel, pembagian dilakukan Oleh PT Wood Group Indonesia, namun
Man hour yang diajukan sama, yang diajukan adalah sama sebagaimana yang diputuskan KPPU mengenai perlakuan
baik teknis maupun komersial. Menanggapi kesimpulan yang berbeda dengan tidak mendiskualifikasi Terlapor II
pada kolom kesimpulan penulis berpendapat jelas karena penyebutan pada title Senior dan Lead, namun juga
mencamtumkan 1 (satu) orang nama saja yang merupakan perlu dilihat bahwa nama-nama yang diajukan pada kolom
atau dianggap penanggung jawab dari kesluruhan man Hour penawaran pada tahap tekhnis Terlapor I sama dengan
dati tiap Key Personel. Sehingga penulis mengangap penawaran pada tahap Komersial sehingga menurut penulis
sebagaimana tabel yang ada Terlapor I Konsisten. konsekuansi pekerjaan dan yang dikerjakan akan sama.
3. PT Wood Group Indonesia
Tabel 6 6. Unsur Persaingan Usaha Tidak Sehat
Tabel Penawaran PT Wood Group Indonesia Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang No. 5 tahun
1999:
“Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar
pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara
tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.”
Dengan tidak terbukti adanya praktek diskriminasi
sebagaimana diuraikan sebelumnya pada unsur diskriminasi
maka unsur ini juga tidak terbukti. Karena tidak terbukti
persaingan yang tidak sehat dalam hal ini dalam bentuk
diskriminasi perlakuan yang dilakukan Terlapor I
sebagaimana putusan KPPU ini.

1.3 Bentuk Pertimbangan Komisi Dalam Putusan KPPU


Nomor 05/ KPPU- I/2012
Sebagai salah satu peraturan perundang-undangan yang
dibuat untuk “Sosial engineering” bagi masyarakat dunia
usaha pada umumnya, dan para pelaku usaha khususnya,
Undang-undang No. 5 tahun 1999 dilengkapi dengan
Sumber: Putusan KPPU No.5/KPPU-I/2012. Halaman 78 berbagai macam aturan mengenai sanksi-sanksi yang dapat
dikenakan bagi mereka yang melanggar ketentuan Undang-
4. Tawaran tahap evaluasi komersial undang[]15. Serta untuk memastikan tercapainya tujuan
Tabel 7 sebagaimana ditentukan dalam pasal 3 undang-undang No. 5
Tabel Dugaan Ketidak Konsistenan PT Wood Group tahun 1999, maka penegakan hukum didalam persaingan
Indonesia usaha dilaksanakan oleh KPPU, selaras dengan kewenangan
KPPU yaitu dibidang penegakan hukum, termasuk
Sumber: Putusan KPPU No.5/KPPU-I/2012. Halaman 80 penyelidikan alat bukti, penyidikan dan pemeriksaan
Didalam tabel dapat diketahui jika membandingkan 15Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja,1999, Seri Hukum
keduanya antara tahap tawaran tekhnis dan komersial, pada Bisnis Anti Monopoli,Rajawali Pers. Hlm 63
kolom ke 3 (Tiga) jika dibandingkan dengan huruf E pada
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14
Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 …......................................................... 9

perkara. Selain itu komisi juga mempunyai tugas untuk dasar dari tender, artinya dalam tender suatu pekerjaan
memberikan saran dan rekomendasi, memebuat laporan meliputi pemborongan, pengadaan, dan penyediaan17
kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden Republik Didalam kasus tender Export Pipeline Front End
Indonesia serta melakukan penilaian terhadap kegiatan Engineering & Design Contract (No C732791) pada
usaha dan perjanjian-perjanian yang dianggap dapat prinsipnya merupakan pemilihan pengadaan jasa konsultasi.
menimbulkan terjadinya monopoli dan persaingan uasaha Pengadaan jasa konsultasi secara khusus mengatur
tidak sehat.16 pemasukan dokumen penawaran dengan sistem 2 (dua)
Wewenang KPPU terkait dengan putusan tercantum dalam sampul sebagaimana ketentuan angka 6 Bab XII tentang
pasal 36 huruf (j), huruf (k) dan huruf (l). Dalam pasal 36 Metoda dan Tata Cara Pengadaan Jasa Konsultansi PTK 007
huruf (j) dijelaskan bahwa KPPU berhak untuk memutuskan Revisi 1 Tahun 2009:
dan menetapkan ada tidaknya kerugian di pihak pelaku Pemasukan Dokumen Penawaran
usaha dan di masyarakat luas, huruf (k) memberikan “Pemasukan dokumen penawaran dilakukan dengan
kewenangan kepada KPPU untuk memberitahukan putusan sistim 2 (dua) sampul, kecuali jasa konsultasi
yang sudah ditetapkan oleh Komisi kepada pelaku usaha perorangan dapat menggunakan sistim 1 (satu)
yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Undang- sampul, disampaikan kepada Panitia Pengadaan/Tim
undang ini dan pasal 36 hururf (l) yang merupakan Internal sesuai dengan tempat dan jadwal waktu yang
kewenangan KPPU menjatuhkan sanksi yang berupa ditetapkan”
tindakan administratif kepada pelaku usaha yang dijatuhi Sebagaimana ketentuan pedoman yang dikeluarkan
oleh putusan KPPU. oleh BPMIGAS Pedoman Tata Kerja No. 007 REVISI-
Sebagaimana yang menjadi putusan atas Perkara No. 1/PTK/IX/2009 yang telah diubah kedalam Pedoman Tata
5/KPPU-I/2012 yang juga meruakan kewenangan KPPU Kerja No. 007 REVISI-II/PTK/I/2011 Tentang Pedoman
untuk memeutus, yaitu: Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kerja Sama.
1. Menyatakan bahwa Terlapor I terbukti secara sah dan Bahwa mekanisme yang dilaksanakan adalah sebagai
meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf d Undang- berikut:
Undang Nomor 5 Tahun 1999; Gambar 2.
2. Menyatakan bahwa Terlapor II tidak terbukti Mekanisme Pelaksanaan Teder Export Pipeline Front End
melanggar Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor Engineering & Design Contract (No C732791)
5 Tahun 1999;
3. Menyatakan bahwa Terlapor I dan Terlapor II
tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999;
4. Memerintahkan Terlapor I, membayar denda
sebesar Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan
Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan
Usaha).
Jenis sanksi yang diberikan merupakan sanksi tindakan
administratif sebagaimana dalam poin 4 (empat) adanya Sehingga sebagaimana diuraikan seblumnya dan penulis
perintah pembayaran denda sebesar Rp. 2.500.000.000,00 berkesimpulan mekanisme pelaksanaan teder Export
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sebagimana juga diatus Pipeline Front End Engineering & Design Contract (No
dalam pasal 47 huruf g Undang-undang No. 5 Tahun 1999. C732791) ini telah sesuai dengan pedoman yang
Namun sebagaimana analisis yang dilakukan oleh penulis dikeluarkan oleh BPMIGAS Pedoman Tata Kerja No. 007
maka ketentuan dalam putusan ini tidak dapat berlakukan REVISI-1/PTK/IX/2009 yang telah diubah kedalam
kepada Chevron Indonesia Company karena diskriminasi Pedoman Tata Kerja No. 007 REVISI-II/PTK/I/2011
terhadap pelaku usaha yang di diduga juga tidak memiliki Tentang Pedoman Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor
cukup bukti. Kerja Sama.

2. Mekanisme Pelaksanaan Tender Export Pipeline 3 Akibat Hukum Persaingan Usaha Tidak Sehat Pada
Front End Engineering & Design Contract (No C732791) Pelaksanaan Tender Export Pipeline Front End
Engineering & Design Contract (No C732791).
Tender menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Akibat hukum ialah akibat suatu tindakan yang dilakukan
adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu untuk memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh
pekerjaan, mengadakan barang-barang, atau menyediakan pelaku dan yang diatur oleh hukum.
jasa. Terdapat tiga terminologi berbeda untuk menjelaskan Wujud dari akibat hukum yaitu:
pengertian tender yaitu pemborongan, pengadaan, dan
penyediaan. Tiga terminologi tersebut menjadi pengertian 17
Yakub Adi Krisanto, Terobosan Hukum Putusan KPPU
dikutip dari Tri Anggraini Implementasi Perluasan Istilah
Tender Dalam Pasal 22 Undnag-undang Nomor 5 Tahun
16
Abdul R Saliman dkk, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan
Teori & Contoh Kasus, Kencana, 2007. Hlm 240. Usaha Tidak Sehat.
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14
Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 …......................................................... 1

a.Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu keadaan masuk dalam tahap tekhnis ialah PT. Worley Person
hukum Indonesia dan PT. Wood Group Indonesia, tidak ada
b Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan kenaikan harga yang membatasi persaingan karena, melihat
hukum, antara dua atau lebih subjek hukum dimana hak dan dari substansi tender itu sendiri adalah memilih nilai
kewajiban satu subjek hukum berhadapan dengan hak dan terrendah dari penawaran yang diberikan oleh pantitia tender
kewajiban yang lain. dengan konsistensi penawaran dua tahap sebagaimana juga
c. Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang telah disetujui oleh BPMIGAS. Pembuktian untuk jawaban
melawan hukum. B, penulis beranggapan efisiensi yang dilakukan oleh
Praktik persaingan usaha tidak sehat secara garis besar Chevron Indonesia Company ialah dalam hal penulisan
merupakan sutu tindakan yang mempunyai akibat hukum Lead dan Senior sebagaimana pula menjadi salah satu
merugikan bagi banyak pihak, baik pelaku usaha sejenis, rujukan KPPU dalam menentukan tindakan diskriminasi
pemerintah, masyarakat dan konsumen. Tindakan yang dilakukan, penulisan lead dan senior tidak mempunyai
diskriminasi pelaku usaha sebagaimana diputuskan oleh dampak signifikan mengingat sebelumnya telah dilakukan
KPPU dalam putusan No. 5/KPPU-I/2012 merupakan Bidder Commitmen Workshop FEED pada tanggal 7
praktik persaingan usaha tidak sehat yang menyebabkan September 201019 bahwa telah dipaparkan kepada peserta
terjadinya praktik monopoli. Praktik monopoli sebagaimana mengenai adanya kesalahan tersebut. Dengan adanya
ketentuan dalam pasal 19 huruf d adalah pemusatan kesalahan tersebut maka pada tahap evaluasi teknis
kekuasaan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang diubahlah posisi Senior menjadi Lead, karena perubahan
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran tersebut pula hal ini dianggap tidak konsisten, namun bahwa
atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan penulis beranggapan berbeda sebagaimana pembuktian yang
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan disampaikan oleh Terlapor I, bahwa pelaksanaan tender
kepentingan umum, baik dari segi ekonomi, sosial dan lain- yang kompeleks dengan mekanisme dua tahap
lain yang bertentangan dengan kebijakan antimonopoli dimungkinkan adanya penyesuaian tekhnis Saksi Arief
sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 5 tahun Sukma Wijaya merujuk pada pada ketentuan PTK 007
1999. Revisi 1 Buku 2, Bab XI di dalam pasal 7.2 yang
ekonomi yang memiliki kecenderungan berubah semakin menjelaskan mengenai pengertian Sistem Dua Sampul yaitu:
cepat. Salah satunya adalah dengan menganalisa melalui 20
pendekatan yang ada didalam hukum persaingan usaha yaitu “7.1.1. Sistem ini dianjurkan untuk pekerjaan yang
diantaranya dengan Rule Of Reason. lingkup kerja dan/atau spesifikasi teknisnya sudah pasti
Salah satu karakter utama dari analisa menggunakan namun memerlukan evaluasi teknis yang mendalam.
pendekatan Rule Of Reason adalah adanya analisis dampak. Dalam proses ini tidak boleh dilakukan negosiasi teknis
Terdapat berbagai situasi yang menghubungkan, dan/atau penambahan dokumen penawaran.
penyalahgunaan dan akibat. Sebagaimana juga untuk Sementara pemahaman mengenai Sistem Dua Tahap
memutuskan perkara yang masuk dalam kategori diatur dalam Pasal 7.3 yang menyatakan:
pendekatan Rule Of Reason termasuk dalam perkara ini “7.3.1. Sistem ini dianjurkan dalam pengadaan Pekerjaan
yaitu pada pelaksanaan tender Export Pipeline Front End Bersifat Kompleks, menggunakan sistem desain yang
Engineering & Design Contract (No C732791), dimana tidak/belum standar sehingga mungkin akan banyak
dalam putusannya terbukti melakukan pelanggaran pasal 19 memerlukan penyesuaian teknis. Pemasukan dokumen
huruf d Undang-undang No. 15 Tahun 1999. penawaran pada sistem ini dilakukan dengan dua tahap.”
Kegiatan pengadaan tender sangat rentang terhadap
terjadinya suatu persengkongkolan, diskriminasi maupun Untuk menjawab pertanyaan C, bahwa efesiensi,
rasa tidak senang terhadap pelaku usaha tertentu yang sebagaimana pula diungkapkan dalam pernyataan B, maka
didasari atas suatu alasan yang tidak logis maupun didasari penulis menganalogikan bahwa hal tersebut termasuk
atas hanya keuntungan semata yang menyebabkan pelaku efesiensi, bahwa pada dasarnya tender dilakaukan untuk
usaha lain tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk menentukan 1 (satu) pemenang tender tidak ada pemenang
bersaing. tender nomer 2 (dua) dan 3 (tiga), begitu pula pada saat
Menurut Susanti Adi Nugroho, untuk menentukan Rule Of terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan tender, maka yang
Reason, maka alat uji yang memungkinkan untuk diterapkan digugat ialah pemenang tender untuk dituntut mengganti
yaitu dengan mempertanyakan hal dibawah ini yaitu 18 rugi dan/atau melaksanakan tender sampai selesai dengan
a Apakah pembatasan perdagangan tersebut membatasi ketentuaan tertetu yang telah memperoleh kekeuatan hukum
output dan menaikan harga? yang inkrah dari pengadilan. Dalam hal ini penulis ingin
b. Apakah manfaat efesiensi melebihi akibat antikompetitif memeparkan bahwa diloloskannya PT Worley Person
yang mungkin timbul? Indonesia memang sudah sesuai dengan mekanisme yang
c. Apakah pembatasan tersebut sepatutnya diperluka untuk ada.
mencapai tujuan efeseinsi? Akibat secara umum persaingan usaha tidak sehat pada
Maka jika menjawab pertanyaan tersebut pelaksanaan tender dimungkinkan mengakibatkan kerugian
sebagaimana pula telah dipaparkan dalam analisa unsur baik bagi perekonomian negara maupun bagi pelaku usaha
pada Sub Bab 3.2.1 bahwa pendekatan Role Of Reason sejenis ataupun pelaku usaha yang didiskriminasi dalam
memerlukan analisa terhadap dampak yang diakibatkan dari pelaksanaann tender. Kerugian bagi perekonomian suatu
persaingan usaha tidak sehat. Bahwa pada jawaban A tidak negara sebagai contoh misalnya dapat mengakibatkan
terdapat pembatasan perdagangan terhadap pelaksanaan terjadinya inefisinsi alokasi, inefisiensi produksi,
tender ini, teder telah dilaksakanan dengan mekanisme menghambat inovasi dan penemuan teknologi baru. Didalam
tender umum yang diikuti banyak peserta diantaranya yang 19
Ibid Hlm. 107
18
] Susanti Adi Nugroho, Op.Cit.Hlm 739 20
Putusan KPPU No. 5/ KPPU-I/2012. Hlm 112
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14
Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 …......................................................... 1

investasi asing yang banyak menjadi perhatian sebagaimana fakta yang ada bahwa pelaksanaan tender ini
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah dilaksanakan secara transparan dan diikuti oleh 9
investasi langsung, (sembilan) peserta dengan menggunakan sistem gugur
Hal ini tidak akan terwujud dan akan mengurungkan atas konsistensi penawaran dan ketententuan penawara
minat investor apabila kurang adanya kepastian hukum dan yang sesuai sebagaimana yang dimiliki oleh panitia tender
regulasi yang jelas di negara tempat investor asing akan yaitu mengenai harga, Jam kerja dan lain-lain. Kesalahan
menanamkan modalnya. Karena selain faktor Moneter, penulisan Lead dan Senior ditahap evaluasi tekhnis dan
Kondisi politik, Keamanan, regulasi, Investor juga sangat kemudian diperbaiki oleh panitia tender hal ini sudah
memperhatikan mengenai kepastian hukum yang dihasilkan sesuai dengan PTK 007 Revisi 1 Buku 2, Bab XI di dalam
oleh hakim-hakim bila terjadi permaslaahan dibidang bisnis pasal 7.2 dikeluarkan oleh BPMIGAS yang menjelaskan
yang berdampak pada kepercayaan investor terhadap mengenai pengertian Sistem Dua Sampul dengan
kepastian hukum di Indonesia. menggunakan sistem desain yang tidak/belum standar
sehingga dimungkin akan banyak memerlukan
Kesimpulan penyesuaian teknis. Pasal 19 Undang-undang No. 5 tahun
1999 dikaji menggunakan pendekatan Rule Of Reason
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka yaitu analisa mengenai dampak, dalam hal ini menurut
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: KPPU berdampak pada digugurkannya PT Wood Group
1. Bentuk kegiatan yang dilarang dan diduga Indonesia, penulis beranggapan berbeda pelaku usaha
dalam putusan No. 5/KPPU-I/2012 tentang pengadaan pesaing yaitu PT Wood Group Indonesia yang tersingkir
tender Export Pipeline Fornt End Engineering & Desine dari pasar bersangkutan hal ini dikarenakan penawaran
Contract (No C732791) yaitu: yang diberikan oleh PT Wood Group Indonesia tidak
a Diskriminasi perlakukan terhadap pelaku usaha tertentu konsisten, sementara PT Worley person Indonesia
sebagaimana dalam pasal 19 huruf d, didalam amar Konsisten terhadap penawaran yang ada dan memiliki
putusannya Chevron Indonesia Company terbukti bersalah pemahaman yang baik dalam pengajuan penawarannya.
melanggar ketentuan tersebut, namun didalam
pembuktiannya perlakukan diskriminasi yang dilakukan
terhadap PT Wood Group Indonesia atas ketidak Saran
konsistenan memang terbukti, karena berdasarkan
pembuktian yang ada PT Wood Group Indonesia memang
1. KPPU melalui Undang-undang No. 5 tahun 1999
tidak konsisten terhadap penawaran yang dilakukan atas
berperan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,
tahap teknis dan komersial. Sementara PT Worley Person
pengambil keputusan serta mengubah perilaku pelaku usaha
Indonesia konsisten mengenai Key Personel yang
dalam rangka mewujudkan iklim persaingan usaha yang
diberikan pada tahap teknis dan komersial sama. Sehingga
sehat. Sehingga dunia usaha akan terhindar dari perilaku
dengan diloloskannya PT Worley Person Indonesia sudah
praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat,
benar adanya sesuai dengan ketentuan yang ada.
sehingga KPPU dituntut lebih meningkatkan lagi kenerjanya
b. Mengenai dugaan adanya pelanggaran pasal 22 Undang-
untuk melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana
undang No. 5 tahun 1999 penulis sepakat dengan amar
yang telah diamanahkan Undang-undang No. 5 tahun 1999.
putusan KPPU dan tidak perlu lagi dijelaskan secara
2. Perlunya Peraturan Pelaksana atau pedoman mengenai
terperinci.
mekanisme tender tersendiri yang dikeluarkan oleh KPPU
c. Sebagaimana analisis yang dilakukan oleh penulis maka
mengingat KPPU hanya memeiliki Peraturan pelaksana
ketentuan dalam putusan ini tidak dapat diberlakukan
terkait tender hanya pada Pedoman pada pasal 22 tentang
kepada Chevron Indonesia Company karena diskriminasi
persekongkolan tender yang dirasa penulis kurang untuk
terhadap pelaku usaha yang di diduga tidak memiliki
menjadi dasar hukum keputusan KPPU dalam memutus
cukup bukti.
perkara tender. Selain itu pula mengenai regulasi yang ada
2. Mekanisme pengadaan barang dan jasa pada Export
hanya terbatas pada pelaksanaan tender dilingkungan
Pipeline Front End Engineering & Design Contract (No
pemerintah yaitu Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang
C732791) dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap tekhnis
pengadaan barang/Jasa Pemerintah. Dengan
dan tahap komersial ini telah sesuai dengan mekanisme
mempertimbangan terhadap putusan ini, dimana mekanisme
berdasarkan ketentuan yang telah dikeluarkan dalam
yang ada dikembalikan kepada Institusi pemberi keputusan
Pedoman Tata Kerja No. 007 REVISI-1/PTK/IX/2009
terhadap pelaksanaan tender, maka saran penulis adalah
2009 yang telah diubah kedalam Pedoman Tata Kerja No.
perlu adanya lebih banyak studi komperatif terhadap
007 REVISI-II/PTK/I/2011 Tentang Pedoman Pengelolaan
pelaksanaan tender yang memungkinkan adanya sutu
Rantai Suplai Kontraktor Kerja Sama yang dikeluarkan
regulasi yang mengatur tentang mekanisme tender baik
oleh BPMIGAS selaku pemberi izin tekait investasi.
swasta maupun pemerintah.
3.Tindakan diskriminasi pelaku usaha tertentu sebagaimana
3. Masyarakat dan pelaku usaha juga harus berperilaku aktif
yang dijatuhkan kepada PT. Chevron Indonesia Company
dalam ikut serta mewujudkan persaingan usaha yang sehat.
didalam amar putusan KPPU No. 5/KPPU-I/2012 yaitu
Selain itu juga masyarakat dan pelaku usaha juga dapat
akibat hukumnya berupa penjatuhan sanksi administratif
mengawasi kinerja KPPU agar keputusan yang dikeluarkan
berupa denda yang harus dibayarkan kepada Negara.
KPPU dapat memenuhi rasa kepastian hukum baik bagi
Namun penulis beranggapan berbeda, bahwa ketentuan
masyarakat maupun pelaku usaha sehingga akan berdampak
dalam pelaksanaan tender ini dirasa tidak melanggar
juga pada kondisi prekonomian nasional yang kodusif.
ketentuan prinsip-prinsip persaingan yang sehat sehingga
tidak mempunyai akibat hukum bagi pelaku usaha lain
maupun akibat hukum dengan adanya penjatuhan sanksi,
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14
Riska Anggraeni et al., Analisa Putusan Kppu Nomor 05/ Kppu- I/2012 …......................................................... 1

Ucapan Terima Kasih Sentosa Sembiring. Hukum Dagang. Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti, 2004.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang Soeroso R. Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: Sinar
tua dan keluarga besar penulis yang telah mendukung, Grafika, 1995.
mendoakan, dan memberikan motivasi kepada penulis Susanti Adi Nugroho. Hukum Persaingan usaha Di Indone-
selama ini, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada sia, dalam Praktik dan Penerapan Hukumnya.
dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Jember terutama Jakarta: Kencana, 2012.
kepada dosen pembimbing dan pembantu pembimbing yang Winarno. Perumusan Asas Keseimbangan Kepentingan
telah memberikan inspirasi, motivasi, dan bimbingan kepada Dalam Uu No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan
penulis hingga terselesaikannya artikel ilmiah ini. Tidak Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
lupa kepada ketua penguji dan sekretaris penguji yang telah Sehat Serta Penerapan Hukumnya Dalam Putusan
menguji dan memberikan pengarahan demi perbaikan Hakim Atas Perkara Persaingan Usaha, Tesis .2009.
skripsi ini.
B. Peraturan Perundang-Undangan:
Daftar Bacaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kitab Undang-Undang No 5 Tahun 1999 tentang Larangan
A. Buku-Buku Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Abdul Rasyid Saliman dkk. Hukum Bisnis Untuk Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Perusahaan Teori & Contoh Kasus. Jakarta : Terbatas.
Kencana, 2007. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 19 Huruf D (Praktek
Anti Monopoli. Jakarta: Rajawali Pers, 1999. Diskriminasi) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Arus Akbar S dan W B Ilyas. Pokok-Pokok Hukum Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Bisnis,Salemba Empat, 2011. Tidak Sehat.
Galuh Puspaningrum. Hukum Persaingan Usaha Perjanjian Pedoman Tata Kerja No. 007 REVISI-1/PTK/IX/2009 yang
dan Kegiatan yang dilarang dalam hukum persainga telah diubah kedalam Pedoman Tata Kerja No. 007 REVISI-
usaha di Indonesia. Jember: Aswaja Presindo 2013. II/PTK/I/2011Tentang Pedoman Pengelolaan Rantai Suplai
Hermansyah. Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Kontraktor Kerja Sama yang Dikeluarkan Oleh Badan
Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu dan Minyak Gas Bumi
2009.
Johnny Ibrahim. Hukum Persaingan Usaha : Filosofi, Teori C.Artikel – dari Majalah/Koran/Jurnal
dan Implikasi Penerapannya di Indonesia. Malang: Anna Maria Tri Anggraini, Implementasi Perluasan Istilah
Bayumedia Publishinf, 2009. Tender dalam Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
LubisA.F, A.M.T. Anggraeni,K.Toha, L.B. Kagramanto,M. Larangan Prakt ik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Hawin, N.N Sirait, Sukarmi, S. Maarif danU. Silalahi, Sehat. Jurnal. KPPU Vol 2009.
2009,Hukum Antara Teks & Konteks Persaingan Made Warka, Ketidak sinkronan Hukum Menghambat
Usaha, Jakarta, Komisi Pengawas Persaingan Usaha Investasi, Jurnal,2007.
dan Deutsche Gesellschaft für Technische Diunduhdari:http://madewarka.blogspot.com/2012/02/ketida
Zusammenarbeit (GTZ) GmbH. ksinkronan-hukum menghambat.htm pada tanggal
M Udin Silalahi. Perusahaan Saingan Mematikan & 8/01/2014.
Bersekongkol, Bagaimana Cara Memenangkan. Rikrik Rizkiyana, Vovo Iswanto,Edwin Aditya Rachman,
Jakarta : Gramedia, 2007. Penegakan Hukum Persaingan Usaha: Kajian terhadap
Mustfa Kamal Rokan. Hukum Persaingan Usaha Teori dan Hukum Acara dan Pelaksanaan Putusan KPPU. Makalah.
Praktiknya di Indonesia. Jakarta: Rajagarindo persada, Disampaikan dalam Lokakarya Penelitian Komisi Hukum
2012. Nasional RI Tahun.2011.
Rachmadi Usman. Hukum Persiangan Usaha Di Indonesia. Sukarmi. Peran Kepolisian Republik Indonesia
Jakarta: Sinar Grafika, 2013. DalamPenegakan Hukum Persaingan Usaha. Jurnal
Rudi M. Simamora, Hukum Minyak dan Gas Bumi. Jakarta : Persaingan usaha edisi 4 tahun 2010.
Djambatan, 2000.

Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014, I (1): 1-14

Anda mungkin juga menyukai