PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI : TAHUN 2014
Perencanaan Kontrak (Bidang Pengembangan Sistem Transmisi)
• Aspek Keuangan/Perbankan
8
• Penyimpangan Pada Pekerjaan/Kontrak Konstruksi Dan Aspek
9 Hukumnya
A. Dasar Hukum
Kepdir PLN No. 222/2012 tentang CDA
B. Tujuan CDA (Pasal 2)
Membakukan pelaksanaan dan tahapan Kesepakatan Diskusi Kontrak
Menyeragamkan pemahaman atas prosedur dan pelaksanaan Kesepakatan Diskusi
Kontrak sehingga dapat meminimalisir permasalahan yang akan timbul di kemudian
hari dalam pelaksanaan kontrak
1. Sejak kontrak ditandatangani dan dipenuhi 1. Sejak kontrak ditandatangani dan dipenuhi
kondisi preseden antara lain namun tidak kondisi preseden antara lain namun tidak
terbatas pada Site Possesion/Penyerahan terbatas pada Site Possesion/Penyerahan Lahan
Lahan untuk proyek pembangkit dan gardu untuk proyek pembangkit (proyek transmisi
induk (proyek transmisi tidak perlu), yang tidak perlu), yang dalarn hal ini dapat berupa
dalam hal ini dapat berupa penyerahan secara penyerahan secara sebagian/parsial,
sebagian/parsial ketersediaan pendanaan baik Loan Agreement
(LA) dan SLA nya telah mendapat persetujuan
2. Sedangkan Penerbitan Letter of Credit sehingga berlaku efektif, termasuk dokumen
(L/C Opening) tidak dapat dipakai sebagai kontrak telah mendapat persetujuan dari
persyaratan kontrak efektif Lender
Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi Apabila penyedia gagal pada uji coba
teknis dan penyedia membahas dan pertama, maka harus diselenggarakan
Pada saat kontrak dinyatakan kritis menyepakati besaran kemajuan fisik yang SCM Tahap II yang membahas dan
direksi pekerjaan menerbitkan surat harus dicapai oleh penyedia dalam menyepakati besaran kemajuan fisik
peringatan kepada penyedia dan periode waktu tertentu (uji coba pertama) yang harus dicapai oleh penyedia
selanjutnya menyelenggarakan Rapat yang dituangkan dalam berita acara SCM dalam periode waktu tertentu (uji coba
Pembuktian/Show Case Meeting (SCM) Tahap I kedua) yang dituangkan dalam berita
acara SCM Tahap II
ff
3 Mendatangkan personil-personil
Penyedia Barang/Jasa (Penyedia) ,harus : 1. Perpanjangan waktu Kontrak atas pertimbangan yang
1. Segera dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum layak dan wajar
dalam SPMK 2. Pertimbangan yang layak dan wajar (Justifikasi) antara
2. Melaksanakan pekerjaan sesuai program mutu, dan lain adalah sebagai berikut:
ketentuan kontrak a. Pekerjaan tambah
3. Menyelesaikan pekerjaan selambat-lambatnya sesuai b. Perubahan desain
ketentuan kontrak c. Keterlambatan yang disebabkan oleh Pengguna
4. Membayar denda apabila pekerjaan tidak selesai Barang/Jasa
sesuai ketentuan kontrak, bukan akibat Keadaan Kahar d. Masalah yang timbul di luar kendali penyedia
Barang/Jasa dan/atau
e. Keadaan Kahar
G. Amandemen Kontrak 3. Perpanjangan jangka waktu kontrak sekurang-
kurangnya sama dengan waktu terhentinya kontrak
akibat Keadaan Kahar
1. Amandemen/Perubahan kontrak dapat dilaksanakan 4. Perpanjangan waktu pelaksanaan kontrak,Pengguna
apabila disetujui oleh Para pihak, meliputi: atau wakilnya (Direksi Pekerjaan) harus melakukan
a. Menambah dan/atau mengurangi volume/jenis penelitian dan evaluasi terhadap usulan tertulis yang
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak atau diajukan oleh penyedia untuk meneliti kelayakan
b. Mengubah spesifikasi tekhnis pekerjaan, lingkup usulan perpanjangan waktu pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan 5. Persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan kontrak
atau dituangkan dalam Amandemen Kontrak
c. Mengubah jadwal pelaksanaan atau
d. Adanya perubahan ketentuan-ketentuan
peraturan perundangan–undangan yang berlaku
kebutuhan
Cara
kontrak
2. Lampiran-lampiran
3. Syarat-syarat khusus
kontrak
4. Spesifikasi teknis
5. Gambar-gambar kontrak
WAKTU
Metode
Jadwal
Harus dibuat jelas, kapan pekerjaan dimulai dan kapan harus selesai. Kegunaanya
adalah untuk :
Harus dibuat jelas dan tegas supaya jangan mempunyai dampak hukum
dan sengketa antara pengguna Barang/Jasa dengan Penyedia
Barang/Jasa pada saat pelaksanaan pekerjaan.
A. DENDA KETERLAMBATAN
Denda merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada penyedia jasa karena wanprestasi (harus diatur
secara jelas dalam Kontrak supaya jangan mempunyai dampak hukum )
Besarnya denda yang diberikan kepada penyedia jasa atas setiap hari keterlambatan penyelesaian pekerjaan
adalah sebesar 1/1000 sejak hari keterlambatan dan maksimal 5% dari nilai kontrak atau nilai bagian kontrak
(harus diatur dalam kontrak supaya jangan mempunyai dampak hukum)
a. 1/1000 (satu per seribu) dari sisa harga bagian kontrak yang belum dikerjakan, apabila bagian pekerjaan yang
sudah dilaksanakan dapat berfungsi (telah diserahkan terima dan difungsikan oleh Pengguna Barang/Jasa)
(contoh perhitungan kasus 1)
b. 1/1000 (satu per seribu) dari harga kontrak, apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum berfungsi
(contoh perhitungan kasus 2 )
c. Kemudian bagaimana cara menghitung jumlah hari keterlambatan? Karena besaran denda dihitung berdasarkan
jumlah hari keterlambatan dikalikan dengan 1/1000 dari harga kontrak atau bagian kontrak (contoh perhitungan
pada kasus 3 )
d. Ada kalanya pada kasus lain dapat terjadi perbedaan tata cara perhitungan denda keterlambatan, bagaimana
pula cara menghitung denda keterlambatan, yang mana masa akhir kontrak pekerjaan dimaksud belum selesai
dan progress fisik haru mencapai 80% kemudian Penguna Barang/Jasa dan Penyedia jasa bersepakat untuk
memperpanjang waktu pelaksanaan selama 30 hari kalender. Setelah melalui pemeriksaan atas kelayakan
perpanjangan waktu yang tertuang di dalam Amandemen Kontrak ternyata diketahui bahwa perpanjangan waktu
tersebut tidak termasuk kategori kelayakan untuk pemberian perpanjangan waktu (contoh perhitungan pada
kasus 4)
4. Penyelesaian Perselisihan
(Settlement Of Dispute)
5. Keadaan Memaksa
Satu hal yang perlu diingat bahwa penghentian sementara tidak sama dengan
pengakhiran perjanjian/pemutusan kontrak walaupun keadaan di lapangan yang terjadi
sama, yaitu seluruh kegiatan pekerjaan terhenti.
- Simple - Inspiring - Performing - Phenomenal -
7.2 Aspek Hukum
2. PENGAKHIRAN PERJANJIAN DAN PEMUTUSAN PERJANJIAN (KONTRAK)
1) Perjanjian yang dibuat oleh para pihak , jangka waktu berlakunya telah berakhir
2) Perjanjian yang dibuat oleh para pihak, dilakukan pengakhiran dengan kesepakatan oleh Para pihak
walaupun jangka waktu kontrak belum berakhir.
3) Prestasi dalam kontrak telah dilaksanakan
4) Putusan Hakim yang memutus kontrak berakhir berdasarkan gugatan yang diajukan oleh satu pihak
dalam kontrak.
Pemutusan Perjanjian (Kontrak) dalam pasal Dokumen Pengadaan atau dalam kontrak harus diatur secara
jelas dan tegas antara lain yaitu :
1) Alasan-alasan kontrak dapat dilakukan pemutusan oleh Pengguna Barang/Jasa dan oleh Penyedia
Barang/Jasa
2) Hak-hak para pihak (Penyedia Jasa/Pengguna Jasa) untuk memutuskan kontrak harus jelas
disebutkan
3) Konsekuensi hukum yang timbul, termasuk hak dan kewajiban para pihak setelah kontrak dilakukan
pemutusan (sebagai contoh cara pembayaran denda (jika ada), Jaminan pelaksanaan dicairkan, cara
pelunasan uang muka (jika ada) kapan pengguna barang/jasa meninggalkan lokasi proyek, dan lain-
lain yang dianggap perlu.
4) cara pemberitahuan mengenai pemutusan kontrak
5) Tanggal berlaku efektif pemutusan kontrak
- Simple - Inspiring - Performing - Phenomenal -
7.2 Aspek Hukum
Ganti Rugi/Denda Ketelambatan dalam setiap kontrak harus diatur secara jelas dan
cara perhitungannya (sebagai acuan dapat dilihat pada penyampaian selanjutnya)
Harus diatur secara jelas, jika denda keterlambatan telah mencapai 5 % dari Nilai
kontrak, Kontrak dapat diputus oleh Pengguna Barang/Jasa
5. KEADAAN MEMAKSA
Yang dimaksudkan dengan keadaan memaksa adalah keadaan yang terjadi di luar
kehendak/kemampuan Penyedia Jasa maupun Pengguna barang/Jasa.
Contohnya adalah tindakan/kemauan Tuhan (Act of God) seperti banjir, tanah longsor, gunung
meletus, halilintar; atau tindakan dari Pemerintah atau pihak lain, misalnya kebijakan moneter,
peperangan, pemberontakan, huru-hara, pemogokan umum, wabah penyakit, dan tindakan lain di
luar kekuasaan para pihak.
Semua ketentuan mengenai hal ini harus jelas disebutkan termasuk tata cara pemberitahuan,
penanggulangan atas kerusakan, dan tindak lanjut setelah kejadian tersebut.
Yang penting diketahui adalah bahwa keadaan memaksa ini erat kaitannya dengan masalah
asuransi, lebih-lebih lagi pada masa akhir-akhir ini.
Sebagai contoh, perusahaan asuransi tidak begitu saja dapat menerima banjir atau tanah longsor
sebagai keadaan memaksa. Karena belum tentu kedua kejadian tersebut memang benar-benar
tindakan Tuhan tetapi karena ulah manusia (ingat jalan tol ke Bandara Soekarno-Hatta yang banjir
akibat penataan ruang di sekitarnya keliru atau tidak memenuhi syarat).
Dalam sistem FIDIC hal-hal seperti ini disebut dengan istilah Special Risk.
Yang dimaksud di sini adalah hukum yang berlaku bagi kontrak tersebut. Hukum yang berlaku harus
dicantumkan dalam kontrak untuk mengantisipasi apabila timbul perselisihan/sengketa.
Apabila dalam kontrak tidak ditentukan hukumnya dan kemudian timbul sengketa, sulit untuk
menyelesaikannya karena tidak tahu hukum apa/negara mana yang dipakai. Dalam kontrak konstruksi
di Indonesia di mana para pihak (Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa) sama-sama orang Indonesia,
ketentuan mengenai hukum yang berlaku ini umumnya tidak dicantumkan dengan anggapan pastilah
yang berlaku Undang-undang Republik Indonesia.
Namun Peraturan Pemerintah No.29/2000 Pasal 23 ayat 6 dengan tegas mengatakan bahwa kontrak
kerja harus tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia. Ini berarti walaupun salah satu pihak dalam
kontrak (Penyedia Jasa atau Pengguna Jasa) adalah orang/perusahaan asing, kontrak konstruksi tetap
harus tunduk pada hukum Indonesia.
Dalam kontrak konstruksi di mana para pihaknya berasal dari 2 (dua) negara mungkin saja mereka
sepakat menetapkan bahwa hukum yang berlaku adalah hukum negara ketiga. Misalnya, kontrak anrara
Perusahaan Amerika Serikat dan Perusahaan Filipina memilih hukum yang berlaku adalah Hukum
Singapura dengan alasan penyelesaian sengketa akan diselesaikan oleh Lembaga Arbitrase Singapura.
Namun proyek-proyek Pemerintah yang menggunakan dana pinjaman dari luar negeri (loan)
kontrak-kontraknya biasanya dibuat dalam bahasa Inggris.
Di sinilah sering timbul masalah karena umumnya kita kurang menguasai bahasa Inggris.
Walaupun mungkin kita cukup fasih berbahasa Inggris sehari-hari, perlu disadari bahasa
Inggris yang dipakai untuk kontrak tidak selalu sama dengan pengertian sehari-hari.
Misalnya kata shall dalam pengertian sehari-hari adalah “akan sedang” dalam kontrak berarti
"harus". The Owner shall pay the Contractor berarti Pengguna Jasa harus (bukan akan)
membayar Penyedia Jasa .
Seharusnya dinyatakan bahwa walaupun kontrak dibuat dalam 2 (dua) bahasa yang berlaku
hanya 1 bahasa (Indonesia)
Hal ini biasa disebut dengan istilah "The Ruling Language" atau "The language of the contract
is English and Indonesian. In the event there is a discrepancy or the ambiguity, the Indonesia
version will prevail”
Jadi walaupun kontrak dibuat dalam versi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, apabila terjadi
perbedaan arti/penafsiran, yang berlaku adalah versi bahasa Indonesia
8. DOMISILI
Kesepakatan mengenai domisili (tempat kedudukan) para pihak dalam suatu kontrak ditentukan
antara lain dengan maksud apabila timbul perselisihan/ sengketa, permasalahannya akan
diselesaikan oleh Pengadilan
Apabila disepakati dalam kontrak bahwa pilihan penyelesaian sengketa adalah arbitrase maka
penetapan domisili tidak diperlukan
Banyak kontrak yang walaupun telah memilih arbitrase sebagai pilihan penyelesaian sengketa masih
tetap mencantumkan domisili
Ini adalah suatu kekeliruan yang justru menimbulkan sengketa. Jika benar-benar terjadi sengketa,
sulit menyelesaikannya karena pada saat salah satu pihak mengajukan perselisihan ke arbitrase,
pihak lain menyatakan keberatan dan minta perselisihan diselesaikan melalui Pengadilan. Arbitrase
pun biasanya akan menolak untuk menyelesaikan kasus ini
Oleh karena itu, setelah menetapkan pilihan sengketa melalui arbitrase, domisili tidak perlu
dicantumkan dalam kontrak.
₋ Harus diberikan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada Pengguna Barang/Jasa dalam rangka
pengambilan uang muka dengan nilai 100% dari besanya uang muka
Jaminan Uang ₋ Nilai jaminan Uang Muka dapat dikurangi secara proporsional sesuai dengan pencapaian
prestasi pekerjaan dan masa berlaku Jaminan Uang Muka sekurang-kurangnya sejak tanggal
Muka persetujuan pemberian uang muka sampai dengan tanggal penyerahan pertama pekerjaan
(PHO)
₋ Harus diberikan kepada Pengguna Barang/Jasa setelah pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
₋ Pengembalian Jaminan Pemeliharan dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
setelah masa pemeliharaan selesai dan pekerjaan diterima dengan baik sesuai dengan
Jaminan ketentuan kontrak
Pemeliharaan ₋ Masa berlaku Jaminan Pemeliharaan sekurang-kurangnya sejak tanggal Serah Terima
Pertama Pekerjaan (PHO) sampai dengan tanggal Penyerahan Akhir Pekerjaan (Final Hand
Over/FHO)
3. KORESPONDENSI
Diperlukan untuk tertib administrasi mengenai informasi antara para pihak agar semuanya dapat
didokumentasikan. Wakil para pihak, alamat serta bentuk-bentuk korespondensi yang disepakati seperti
teleks, faksimile, e-mail, surat biasa harus diatur agar informasi-informasi tersebut dapat diakui
keabsahannya
5. Mark Up Harga
Mark up- harga
Simplepada
- Inspiring - Performing
suatu pekerjaan - Phenomenal
konstruksi - proses penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
dimulai dari
11. Aspek Hukum Terhadap Penyimpangan Pada
Proyek Konstruksi
1. CIDERA JANJI ATAU WANPRESTASI DALAM KONTRAK
2. MARK UP HARGA
Untuk jenis penyimpangan berupa Mark Up harga atau lazimnya dapat dikategorikan
memenuhi unsur perbuatan melawan hukum yang telah ditetapkan di dalam UU Tindak
Pidana Korupsi No 31/1999 sebagaimana yang telah diubah dengan UU No 20/2011,
pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan Negara atau perekonomian negara.
3. PENGATURAN PELELANGAN
Untuk penyimpangan yang berupa pengaturan pelelangan dapat dikategorikan perbuatan
melakukan praktik-praktik monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat sesuai
dengan Undang UU No 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat untuk ditindaklanjuti sesuai peraturan perundangan
Untuk mengantisipasi, mencegah dan mengurangi timbul aspek hukum, teknis dan administrasi dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi disarankan antara lain sebagai berikut :
1. Prinsip Dasar dalam Pengadaan Barang/Jasa : efisiensi, efektif, terbuka, transparan, adil/tidak
diskrimintatif, akuntabel (Kepdir PLN 305/2010 dan perubahannya) serta mempedomani ketentuan-
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Kontrak yang sudah dibuat disosialisasikan dan dijelaskan aspek hukum, tekhnis, administrasi,
keuangan, perpajakan kepada Direksi pekerjaan, pengawas lapangan, konsultan, penyedia Barang/Jasa
3. Kebiasaan setelah kontrak ditandatangani, Kontrak tidak pernah di lihat, tidak diperhatikan dan tidak
tahu keberadaan Kontrak, ada masalah hukum dan audit/pemeriksa baru di cari keberadaan Kontrak
4. Kontrak, dan Dokumen pengadaan selama pekerjaan berjalan dan setelah selesai kontrak harus
disimpan rapi dan teratur
5. Jika diperlukan, tidak ada salahnya pengguna Barang Jasa / atasan pengguna barang/Jasa melakukan
pertemuan setidaknya sekali tiga bulan dengan seluruh penyedia jasa, Direksi pekerjaan, konsultan dan
pihak yang terkait dengan kontrak dalam lingkungan wilayahnya, untuk memberikan pengarahan,
saling tukar pendapat, mendengarkan masukan, dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
kontrak, sehingga kontrak dapat berjalan sesuai dengan maksud dan tujuannya.
6. Khusus untuk jaminan pelaksanaan banyak kasus (jaminan tidak bisa dicairkan, palsu, dan berbeda-
beda formatnya) disarankan supaya seluruh jaminan (Bank Garansi) harus mempedomani Kepdir PLN
No 1036/2011 Tentang Pedoman Penerbitan, Pemeriksaan Keabsahan Pengajuan Klaim Atas Bank
Garansi dan Kepdir PLN No : 317. 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Jaminan/ Bank Garansi di
Lingkungan PLN.
7. Dalam Pembuatan kontrak harus dibuat jelas dan diperhatikan serta dipedomani Dokumen
Pengadan, peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan aspek hukum, tekhnis dan keuangan.
CONTOH KASUS 2