Anda di halaman 1dari 14

BALADA MENJADI EXPAT (Part-1)

Halo kawan-kawan profesional linkedin !

Kali ini saya ingin berbagi tentang pengalaman saya bekerja di luar negeri, dimana hampir 70%
pengalaman bekerja di industry migas yang saya jalani sejak tahun 2007 hingga saat ini diperoleh di luar
negri, dengan harapan semoga kawan2 yang berniat bekerja diluar negri bisa mengambil manfaat dari
kisah ini. Setelah dibaca artikel dibawah ini, mungkin saya bisa merangkum kunci sukses menjadi expat
menjadi 4 kata kunci; good attitude, networking, love your job and continues learning !

Sebenarnya bekerja diluar negri tidak terbayang dibenak pikiran saya sebelumnya. Awalnya setelah
menamatkan kuliah di Teknik Sipil ITB (dan sempat bekerja sebentar di perusahaan Jakarta bernama
DECORIENT), pada bulan September 2001 saya diterima bekerja di perusahaan asing asal Amerika yang
beroperasi di Batam, bernama PT McDermott Indonesia. Di perusahaan ini pertama kali saya meniti karir
di industri migas sebagai structural engineer. Disini juga saya bisa mengenal budaya kerja bersama
dengan orang asing dari berbagai negara seperti Amerika, Inggris, Philipina, India dan negara lainnya.
Selain itu saya juga belajar bagaimana menempatkan diri (good attitude) bekerja sama dengan orang2
dari berbagai latar belakang disiplin ilmu agar tujuan proyek bisa dicapai dengan sukses !

Alhamdulillah, berbekal dari bekerja di PT McDermott Indonesia, yang memiliki sistem bekerja cukup
professional seperti standard operating procedure (SOP) yang telah mapan dalam melakukan pekerjaan
spesialisasi saya sehari-hari. Ini kelak akan menjadi bekal saya dalam meniti karir di industri migas yang
syarat dengan profesionalisme dan punya standar tinggi. Berikut ini salah satu foto kenangan yang saya
simpan saat saya menyelesaikan salah satu proyek yg selalu saya kenang (ketiga dari kanan adalah Pak
Emha, bos saya di construction engineering), proyek prestisius berjenis SPAR yang kelak menjadi modal
saya menjadi expat hehehe.

Pada bulan Mei 2005, kondisi PT McDermott Indonesia Batam sedang lesu mendapatkan proyek2 baru
sehingga banyak pegawai2 yang kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Saya waktu itu termasuk dari
kawan2 yang masih bertahan di McDermott Batam. Saat slowdown itu, saya sempatkan menjalin
silaturahmi dengan beberapa kolega dari McDermott Jakarta yang saat itu sempat datang karena proyek
ConocoPhillips Belanak, termasuk Presiden Direktur PT McDermott Indonesia Bapak Basuki Harjo
Sukatmo dan juga Pak Hedianto dari Engineering Departemen di McDermott Jakarta. Saya diajak pak
Basuki ke Jakarta untuk menghadiri pengajian spiritual di rumahnya beserta pak Hedianto dan beberapa
kawan dari McDermott Batam. Dari perkenalan inilah kelak akan membuka kunci memasuki bidang yang
saya impikan saat kuliah di ITB dulu, yaitu menjadi structural engineer betulan hehe. Selain itu saya
bersama kawan2 di McDermott Batam juga mengaktualisasikan diri ke kegiatan KMI di lapangan (KMI
adalah Komunitas Migas Indonesia, didirikan almarhum Pak Budi Swastioko) seperti KMI goes to campus
dll. Sedangkan di mailing list grupnya saya diberi amanah menjadi salah satu Moderator Bidang Keahlian
Struktur di milis KMI. Tentu saja dengan background saya di construction engineering, sementara
anggota milis KMI kebanyakan dari Jakarta yang memiliki latar belakang structural design/engineering
tentu membuat saya selaku moderator harus rajin membaca (continues learning bahasa kerennya
hehehe) dan belajar memahami bahasa2 orang structural design dari pertanyaan2 yang kerap muncul di
milis KMI sehingga saya bisa tepat menjawab pertanyaan2nya hehehe. Cukup seru juga pengalaman
disini, tentunya menambah luas lagi networking saya di industry migas. Jadi perlu di catat ya, dengan
good attitude, continues learning sama silaturahmi (networking), inshaAllah ada jalan-jalan kebaikan
dan kemudahan dikemudian hari. Salah satu hal yang sangat saya syukuri adalah awal karir saya di
bidang structural engineering adalah dibesarkan di Fabrication Yard, dimana sebagai engineer saya bisa
melihat sendiri antara design drawing dengan produk akhirnya yaitu struktur yang bisa diskalakan antara
di kertas dan kenyataan di lapangan.

Beberapa waktu setelah PHK besar terjadi, ada agensi dari Malaysia yg melakukan walk-in interview di
Batam untuk perusahaan Malaysia berlokasi di Johor bernama MMHE (waktu itu namanya masih MSE).
Saya dan beberapa kawan yang masih bertahan di McDermott Batam, coba2 ikut walk-in interview itu di
salah satu hotel di Batam dan Alhamdulillah banyak diantara kami diterima (termasuk saya) di MMHE.
Disinilah awalnya saya merintis bekerja sebagai expat di Malaysia. Waktu itu saya belum banyak
memiliki networking sehingga tidak banyak tahu bagaimana melakukan negosiasi gaji beserta paket
benefit untuk bekerja sebagai expat. Jurusnya cukup simple waktu itu, asalkan minimal dua kali lebih
besar dari yang saya dapat di Batam maka saya akan deal dengan Agen. Secara Batam ke Johor juga
sangat dekat, sekitar 45 menitan ditempuh dengan kapal feri.

Bekerja sebagai expat di luar negri, secara umum ada dua jalurnya. Pertama melalui agency tenaga
kerja. Cara ini biasanya cukup cepat prosesnya dan tawaran gaji juga cukup bagus (*gajinya lump sum
alias all in one, kita terima duit bersih tiap bulan dan ngurus sendiri keperluan sehari2 tinggal di luar
negri termasuk mengalokasikan untuk tabungan). Sedangkan cara kedua adalah direct hire (langsung
dengan end user Company). Cara ini biasanya agak lamban prosesnya, cuman secara struktur gaji lebih
teratur dan terjamin serta mendapatkan benefit langsung dari Company. Waktu itu tax umumnya masih
ditanggung Agen/Company sehingga negosiasi saya waktu itu ingin mendapatkan gaji bersih (net salary),
karena gak mau pusing ngitung2 pajak di negri orang. Namun aturan sekarang di Malaysia (beberapa
bulan lalu interview dgn salah satu EPC Contractor di Kuala Lumpur), agen tidak bisa memberikan net
salary. Mereka menawarkan gaji kotor (gross salary) dan kita pihak pekerja yang disuruh menghitung
sendiri pajak tiap bulannya. Sehingga negosiasi gaji kita perlu lebih teliti karena pertimbangan adanya
pengurangan untuk pajak. Kawan2 bisa cek ke teman yang sudah lebih dulu bekerja disana, bagaimana
cara mereka memperhitungkannya dan juga bisa tanya berapa rata2 pajak bulanannya kalo gaji grossnya
sekian (misal sekitar 25-28% pajak bulanannya untuk senior engineer dll).

Tentang pengalaman singkat saya selama bekerja di MMHE, saya ditugaskan di proyek deep water
pertama Malaysia yaitu Kikeh Project (terdiri dari FPSO Conversion dan SPAR, seperti yang pernah saya
kerjakan di McDermott Batam). Kalo di McDermott Batam spesialisasi saya bekerja sebagai
constructiong engineer yaitu structural engineer yg menganalisis dan mendisain kerekayaan konstruksi
dari erection/lifting, stacking, assembly, weighing, transportation, hingga loadout ke barge. Nah saat di
MMHE uniknya waktu awal2 disana saya banting setir sebentar bertugas seperti project engineer
(disebut production engineer kalo di McDermott Batam). Walau diluar ekspektasi saya saat wawancara
dulu dengan MMHE, namun karena saya punya keinginan terus belajar (continuous learning), saya
terima dengan lapang dada dan terus semangat mengemban amanah baru ini (good attitude) hingga
Alhamdulillah banyak orang memberi appresiasi kalo profesi baru saya ini cukup sukses diselesaikan.
Hingga suatu waktu ada pergantian pimpinan di departemen kami, lalu pemimpin baru itu mereview lagi
CV2 para pegawai (*bahkan cukup ekstrim juga kondisi waktu itu, kalo gak meet requirement
departemen maka karyawan akan di-phk) dan Alhamdulillah saya bisa kembali ke dunia spesialisasi saya.
Waktu itu saya bertugas sebagai FE analyst untuk erection Kikeh SPAR Hull menggunakan software
NASTRAN dan juga untuk menganalisa technical room lifting untuk FPSO-nya. Buat saya cukup advance
juga pengalamannya, belajar hal baru dalam disain struktur, yaitu cylindrical shell structure (SPAR) dan
flat plated structure (Technical Room). Kelak ilmu ini juga sangat berharga dalam melanjutkan karir saya
bidang disain rekayasa struktur anjungan lepas pantai (Offshore Structure Design). Love your job !

Berikut ini salah satu foto kenangan yang saya simpan saat mayoritas kawan2 Indonesia di MMHE pada
mau bubaran (alias resign). Yang kedua dari kiri (berdiri) adalah Pak Rustam Effendi, yang menjadi
Project Manager untuk Kikeh FPSO conversion.

Sekitar akhir 2005, PT McDermott Indonesia kembali mendapatkan proyek2 baru termasuk di Jakarta
Office. Waktu itu kawan2 Indonesia yang di MMHE banyak ditarik balik ke McDermott Batam. Saya juga
termasuk mendapatkan tawaran balik. Namun karena cita-cita mendalam saya ingin belajar design lebih
serius dan mendalam (love your job), waktu itu saya memilih bekerja di McDermott Jakarta (Engineering
Office). Saya diwawancarai oleh Bu Muljati (baju merah difoto dibawah ini) melalui phone call. Dari sini
saya tahu kalo teknologi phone call bisa jadi satu cara menjaring karyawan tanpa harus melalui face-to-
face interview, karena jarak yang jauh dan fleksibilitas waktu. Tentunya kesuksesan saya interview
dengan McDermott Jakarta juga didukung adanya networking yang telah saya lakukan sebelumnya
sebagaimana tadi telah saya ceritakan. Saya masih simpan sebuah foto dibawah ini waktu team
McDermott Jakarta mengadakan team gathering (sebelah kanan saya adalah pak Hedianto).
BALADA MENJADI EXPAT (Part-2: Technip KL)
Alasan utama saya memilih McDermott Jakarta Office adalah karena saya masih merasa kurang dalam
ilmu tentang offshore structural design (continuous learning). Alhamdulillah di McDermott Jakarta kita
mendapatkan proyek Kepodang (Petronas) dan Su Tu Den (Cuu Long Joint Cooperation Company) dan
saya bisa belajar design dari kedua proyek itu ditambah beberapa pekerjaan kecil dari proyek Kerisi.
Yang cukup unik, karena McDermott Batam waktu itu sangat sibuk mereka meminta bantuan ke
McDermott Jakarta bila ada available engineer yang bisa ditugaskan ke Batam. Terpilihlah saya beserta 3
teman engineer untuk tugas kesana. Waktu itu saya diminta mengerjakan stacking analysis dengan
metoda multi-tier rigging untuk upper deck CPP-nya proyek Arthit (PTTEP). It is quite challenging (bisa
lihat foto pas eksekusinya dibawah ini), dengan berat 1100 MT menggunakan Asian Hercules. Hehehe…
menarik juga bisa reunian sama teman2 lama di McDermott Batam (networking) sekaligus
mengaplikasikan ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan di Jakarta untuk keperluan stacking analysis itu. Oh
iya…di McDermott Indonesia waktu itu merupakan keharusan hanya menggunakan software MicroSAS
untuk offshore structural design, sehingga waktu itu saya kurang familiar dengan software struktur yang
lebih worldwide seperti SACS.
Hal yang cukup menantang kerja di Jakarta (tahun 2005-2007) adalah berhadapan dengan kemacetan
lalu lintas yang cukup menantang kesabaran dan juga menggerogoti kesehatan, saya sempat batuk-
batuk dalam waktu lama karena sering kena asap kendaraan ditengah kemacetan Jakarta. Walau saya
biasanya pergi dan pulang menggunakan bus akap (antar kota antar propinsi) dan malah kadang2 bos
saya menawari pulang bersama sekalian karena area perumahannya gak terlalu berjauhan (terkadang
lucu juga bos saya yang nyetir dan saya disebelahnya malah sering ketiduran hehe). Belum sampai 2
tahun bekerja di Jakarta terasa juga gimana capeknya kerja di Jakarta hehehe. Dan puncaknya hingga
suatu waktu sekitar pertengahan tahun 2007 saat kesibukan proyek di McDermott Jakarta mulai
menurun, beberapa teman ada yang mengajukan resign. Kemudian kita yang masih di Jakarta
kedatangan Engineering Manager McDermott Asia Pasifik yang melakukan Town Hall meeting
menjelaskan kondisi perusahaan dan visi misi ke depannya. Salah satu point speechnya yang saya ingat
adalah akan menjadikan kantor di Singapura sebagai centernya Asia Pasifik dan kantor di Jakarta akan
diarahkan ke bidang rekayasa Transportation & Installation (T&I). Hal ini membuat saya galau bin risau
karena saya sedang full concentration menimba ilmu design terutama analisa-analisa in-service dan
advance analisis yang belum pernah saya lakukan dalam karir saya. Sehingga saya mengambil ancang-
ancang untuk mencari peluang belajar di tempat lain yang bisa mengakomodasi cita2 saya, sambil saya
juga belajar software SACS sama teman2 engineer di Jakarta sebagai persiapan membuka peluang
bekerja di luar McDermott (continuous learning).

Nah…waktu itu ada tawaran interview di PT Technip Indonesia dan saya menindaklanjutinya. Yang
meninterview adalah HOD dan senior engineer. Selepas interview, mereka memberitahukan bahwa
Anda diterima dan nanti siap apa tidak bila ditugaskan ke Technip Kuala Lumpur. Tugasnya 3 bulan
dengan status single, lalu kembali ke Indonesia (break) dan setelah itu lanjut lagi tugasnya. Spontan dan
penuh confidence saya katakan ke mereka, kenapa saya tidak dihire Technip Kuala Lumpur aja secara
memang nanti pekerjaannya disana dan daripada repot bolak balik Jakarta-Kuala Lumpur. Mereka
mengatakan apa betul mau hire disana, terus saya jawab “why not?”. Mereka mengatakan ok nanti
Anda akan diinterview telepon sama HOD Technip Malaysia, tunggu aja dan kalo dia ok baru anda
berangkat kesana. Wow…seru juga ni, diluar bayangan saya akan belajar design ke Malaysia. Jadi ingat
petualangan jadi expat di Johor hehehe. Ok lah akhirnya saya coba quick research mempersiapkan diri
dan cari tau rate terkini untuk posisi yang ditawarkan melalui direct hire contract (bukan lewat agen
seperti pengalaman pertama waktu di MMHE Johor). Interview pun dilakukan dengan Dr Teo dan
Alhamdulillah saya diterima sebagai offshore structural engineer di Technip Malaysia dengan gaji 1.5 kali
dari McDermott Jakarta. Surprisingly and makes me very proud, di Technip Malaysia saya ditugaskan di
tim proyek Gumusut Kakap – Topsides Detailed Design (NTE weight is about 24,000MT), what an
amazing project ! Proyek itu adalah second deepwater projectnya Malaysia (berjenis semi Submersible
platform) setelah Kikeh Project (berjenis Spar+FPSO) yang pernah saya kerjakan waktu di MMHE Johor
dulu. Sehingga sekarang hampir komplit pengalaman terlibat di proyek-proyek deepwater platform
(floating structures) selain dari conventional fixed structures.

Jujur saja di proyek Gumusut Kakap ini saya setengah berjudi, karena saya masih minim pengetahuan
tentang software SACS (cuman modal belajar sebentar sama teman2 di Jakarta) dan masih newbie di
jagat kerekayasaan offshore structure. Ibarat bondo nekat (bonek), saya jabanin aja dan yang penting
berpikir selalu positif dan tetap semangat terus belajar hal-hal baru (good attitude) and as quickly as
possible karena proyeknya kan sudah tahap detailed engineering. Luckily, waktu itu proyeknya sempat
diberhentikan hampir 3 bulan karena concern sama weight growthnya. Akhirnya kesempatan selama 3
bulan ini benar2 saya manfaatkan belajar SACS dan prosedur2 disain di Technip sehingga saya siap
masuk ke medan pertempuran sebenarnya, ciee…hehehe. Di tim Gumusut ini anggotanya cukup multi-
nasional; Leadnya Carl Pedersen dari Denmark dan deputy leadnya Marcello dari Brazil. Lalu ada
spesialis WCR Brian Moorey dari Inggris dan sisanya kawan2 dari Asia. Selain menambah pengalaman
dibidang disain offshore structure (*malah bisa belajar USFOS juga dan Abaqus), pengalaman paling
menarik adalah kesempatan belajar menjadi leader. Di gumusut project, ada 4 module topside (East,
West, North and Process) dan masing2 module dikomandoi seorang sub-lead. Saya waktu itu banyak
mendapatkan tugas disain di module East dan West. Karena sikap antusias, proaktif dan kemauan
belajar terus (good attitude), lead dan deputy leadnya menyukai cara saya bekerja sehingga saya
mendapatkan banyak kesempatan bikin analisa2 yang belum pernah saya lakukan sebelumnya dan juga
kesempatan grow-up di project team. Padahal secara pengalaman di disain, saya masih newbie. Tidak
hanya menjadi structural engineer, namun saya diberi beberapa engineers under my supervision untuk
menyelesaikan scope tugas yang lebih besar. Inilah akhirnya pas tahun kedua kontrak di Technip
Malaysia, saat negosiasi kontrak baru saya mendapatkan bargain posisi bagus hingga mendapatkan 35%
increment (sedikit dibawah ekspektasi saya minta 50%). Saya ingat sekali waktu itu Lead saya yang
bilang; “I want you and you can ask HOD whatever you want and I want you to stay”.

So kawan2…kalo mau sukses jadi expat seperti itu, trust me …. with good attitude (seperti proactive,
anthusiastic, quick self-learner dan positive thinking) dan continues learning, you will get what you want
and even beyond your expectation ! (foto dibawah ini pas foto bareng sebelum saya pindah ke Petronas)

Sampai disini dulu kawan2, nantikan episode petualangan berikutnya yang tentunya lebih seru dan lebih
menarik.
BALADA MENJADI EXPAT (Part-3: Company Man - Petronas)
Suatu waktu saat saya masih bekerja di MMHE Johor, saya dan isteri pernah berkunjung ke Kuala
Lumpur dan sowan ke KLCC. Kami sempatkan juga waktu itu main ke Taman KLCC dan saat itu saya
masih ingat kalau isteri saya di atas taman pernah berkata: “Bang, suatu saat nanti mungkin kita bisa
tinggal di dekat Twin Tower ini”. Dan ternyata Allah kabulkan keinginan dia pada bulan Juni 2009 yaitu
saya diterima di Petronas Kuala Lumpur, setelah mengikuti walk-in interview di sebuah hotel. Saya
masih ingat waktu itu yang menginterview En Azam (salah satu Custodian Structure di PCSB) yang
sedang mencari seorang naval architech yg bisa hydrodynamic untuk deepwater project dan memilih CV
saya untuk posisi itu. Padahal saya jelas2 bukan seorang naval architect hehehe, namun dia akhirnya
mengatakan…ok lah pak, tak pa. Kita interview saja lah untuk posisi Structural dan kita lihat nanti.
Alhamdulillah akhir cerita…saya diterima sebagai Senior Structural Engineering di PCSB.

(Note: ada satu hal penting bila kita bekerja di Malaysia, jangan lupa meminta “Letter of No Objection”
dari Company tersebut bila kita keluar. Karena Company baru akan meminta surat ini dan kita bisa jadi
gagal join dengan Company tersebut Company yang lama tidak memberi surat itu. So..baik2lah kalo
pamitan dengan perusahaan lama (good attitude).)

Setelah saya bekerja sebagai structural engineer di Kontraktor (Fabricator) dan Konsultan (Design), saya
memiliki target berikutnya ingin bekerja sebagai Company Man (Client). Karena menurut saya bekerja di
Client akan mendapatkan pengalaman keseluruhan dari industry migas yaitu sejak sebuah field (setelah
study dari team sub-surface) ditemukan potensi migas hingga migasnya diekstraksi di anjungan lepas
pantai hingga disalurkan ke darat melalui pipeline (pipa bawah laut). Termasuk juga bagaimana
menjalani proses birokrasinya sehingga proposalnya disetujui oleh Lembaga Yang Berwenang (di
Malaysia namanya PMU, di Indonesia namanya SKK MIGAS). Tentunya ini akan melengkapi ilmu2 design
yang telah saya miliki dari McDermott dan Technip. Jadi selain pekerjaan technical akan banyak juga
pekerjaan2 managerial … menarik bukan ?

Bekerja sebagai structural engineer di Petronas (PCSB) ada dua kategori. Kategori pertama adalah
ditugaskan di Head Quarter (HQ) Kuala Lumpur dengan peran untuk supporting proyek2 Petronas di
Malaysia maupun manca Negara. Sedangkan kategori kedua adalah ditugaskan langsung di tim proyek
Petronas. Alhamdulillah saya pernah merasakan kedua kategori itu.

Saat saya ditugaskan di head quarter, saya mendapatkan kesempatan bertugas ke luar kota seperti ke
Miri (di Sarawak) dan ke Kinabalu (di Sabah) serta ke Kerteh (Peninsular). Selain itu saya juga sempat
ditugaskan mengunjungi Nippon Steel di Thailand. Dan hal yang menarik saya juga pernah ditugaskan ke
Offshore Sarawak, di Kumang Cluster, selama 16 hari untuk misi khusus hehehe. Saat perginya saya naik
helicopter (penumpangnya cuman saya sendiri di dampingi sama pilot dan co-pilot doank hehehe) dan
selama 16 hari di Offshore saya merasakan bagaimana bekerja di material barge, di DP vessel dan di
Crane barge dengan ditransfer pake boat karet. Wah seru lah bisa merasakan semua jenis barge/vessel
hehehe. Lalu setelah misi selesai saya pulang menggunakan kapal boat. Gak terasa berat badan saya
naik 6 kg saat balik ke Kuala Lumpur. Yah..begitulah menjadi Client, banyak kesempatan tugas ke
berbagai tempat dan juga menjalani misi-misi khusus yang unik … yang belum tentu bisa didapatkan
kalau hanya bekerja di Kontraktor atau Konsultan. Dibawah ini salah satu foto ketika saya mengunjungi
sebuah platform petronas di wilayah peninsular Malaysia (Bekok Field).
Hampir separuh masa kerja saya di Petronas, kebanyakan berhubungan dengan existing platform
reassessment. Dan ini menurut saya sangat menarik karena mengurusi existing platform tidak sama
filosofinya dengan mengurus platform baru. Sebuah cabang ilmu baru yang kelak akan diperlukan oleh
banyak Oil & Gas Company karena bisa menghemat anggaran biaya pemeliharaan platform2 tua. Bahkan
API buat membuatkan seri khusus untuk ini, yaitu API RP 2SIM (love your job). Beberapa special
assignment yang saya dapatkan sewaktu bekerja di Petronas antara lain:
- Aging platform restoration – full comprehensive restoration
- Conceptual study (in-house) Baram EOR redevelopment
-

Hal lain yang lebih menarik saat bekerja sebagain Client, kita umumnya akan mereview pekerjaan2
Kontraktor. Walhasil, kita jadi dapat ilmu tentang design practices dari beberapa kontraktor seperti
gimana design procedurenya Technip, Aker Solution, Worley, RnZ dan lain2nya. Tentunya wawasan
design kita jadi lebih luas dan bisa melihat sisi plus minus-nya. Dan saat kita berinteraksi dengan
berbagai kontraktor tersebut tentunya akan menambah jaringan kerja kita di profesi yang kita jalani
(networking).

Terakhir, hal yang menarik lainnya bekerja menjadi Client di Petronas adalah berkesempatan ikut
training2 atau presentasi2 teknikal di bidang keahlian kita seperti geotechnics, structural integrity, finite
element analysis, software training dll sehingga menambah dan meng-update technical knowledge yang
kita miliki (continues learning). Sebuah nilai plus tersendiri !
Intinya…bekerja menjadi Client itu sangat menarik dan idaman banyak para pekerja di industri migas.
Namun di usia saya yang masih muda, saya berpendapat…untuk menjadi Client Representatif yang
tangguh dan mumpuni, ilmu design dan konstruksi perlu lebih matang lagi dan perlu di uji di medan
proyek2 yang lebih menantang (seperti design jacket di laut yang lebih dalam namun prone terhadap
gempa besar, design dan konstruksi komplek CPP deck yang beratnya menembus 30,000 tons dll).
Dan akhirnya tahun 2012 akhir saya memutuskan mengundurkan diri dari Petronas setelah bekerja
selamat 3.5 tahun dan mengepakkan sayap ke tempat lain dimana impian saya bisa terwujud.

Ini foto ketika saya farewell bersama kawan2 Indonesia di Petronas. Sebuah momen yang tak terlupakan

Impian saya … suatu saat nanti saya ingin kembali bekerja menjadi Client dan ingin lebih banyak waktu
dengan keluarga membesarkan anak2 di jalan yang di ridhoi-Nya.
BALADA MENJADI EXPAT (Part-4: Enhance Your Technical Skills)
Technip Bangkok

Bulan November 2012 saya resmi mengajukan pengunduran diri dari Petronas dengan alasan ingin
meningkatkan technical skill melalui sekolah lagi. Sebelumnya saya sudah mendapat tawaran dari
Technip Thailand dan Alhamdulillah diterima. Hal ini didapatkan melalui kawan senior yang sudah
terlebih dulu bekerja disana (mas Ivan dan pak Wahyu) dan juga ada pak Kuan dari Technip Malaysia
yang ikut merekomendasikan (inilah namnya networking). Dan aspirasi rencana sekolah S2 di bidang
offshore technology, Alhamdulillah juga di terima di Asian Institute of Technology (AIT) Bangkok, dengan
mengambil jurusan Offshore Technology and Management (continues learning). Tentu ada yang
bertanya, bagaimana bisa sekolah S2 sambil bekerja di Technip ? Apalagi saat itu Technip Thailand
sedang sibuk2nya mengerjakan proyek FEED yang schedule dan manhournya sangat ketat, misalnya
sering over time alias pulang malam (diatas jam 7 sore waktu setempat ). Singkatnya, kalau gak ada
tekad dan semangat…hampir impossible deh bisa ngejalanin keduanya dengan sukses. Untuk sekolah S2
saya hanya ikut kelas weekend (kalau gak hari sabtu ya hari minggu). Dan kalau ada tugas2 biasanya
baru dikerjakan jumat malam hehehe. Soalnya senin sampai jumat kan udah pulang sampai malam.
Ups…sampai lupa, belum lagi isteri baru melahirkan anak ketiga di Bangkok. Nah tuh..gimana challenging
nya ngatur2 waktu dan tenaga buat sekolah, ngemong anak2 dan kerja (love your job). At the end of my
school story, saya dapat menyelesaikan 4 mata kuliah; Project & Contract Management, Cost
Management for Oil and Gas, Asset Integrity Management dan Design of Fixed Offshore Structures.

Next….kesempatan join dengan Technip Thailand adalah peluang sangat bagus bagi saya untuk lebih
meningkatkan technical skill karena saat itu Technip Engineering Thailand (TET, begitu nama Consultant
ini lebih dikenal) sedang mengerjakan proyek FEED cukup besar yaitu Chevron Ubon dan PTTEP Zawtika
phase 1B.

Secara singkat, saya sempat bekerja di proyek Ubon (CPP floatover deck dengan jaket 8-kaki) selama 6
bulanan (Pre-FEED), kesempatan pertama menimba ilmu dalam disain CPP deck floatover beserta
jacketnya. Kemudian saya join dengan proyek PTTEP seperti AGP, ALP dan Zawtika phase 1B. Pada saat
ikut proyek Zawtika phase 1B, saya menimba pengalaman mendisain deep water jacket di daerah aktif
gempa (laut Andaman, Myanmar) dengan kedalaman laut sekitar 140-150an meter. Yang paling menarik
di proyek ini saya bisa belajar seismic time history analysis, yang mana requirement analisa semacam itu
agak langka di proyek2 offshore.
Saat semuanya baru berjalan selama satu tahun di Bangkok, disaat saya sedang senang2nya ikut proyek
Zawtika phase 1B dan sekolah S2 di AIT, tiba-tiba saya dipanggil HOD Technip Thailand menawarkan
untuk ditugaskan ke Technip Abu Dhabi. Waktu itu ketersediaan manhours di proyek yang sedang saya
jalani memang sudah mulai menurun dan dalam waktu dekat belum ada proyek baru di TET. Saya dan
keluarga sudah mulai kasak kusuk dapat pemberitahuan seperti itu, gimana dengan sekolah S2 saya
yang bakal putus ditengah jalan(?), keluarga saya dengan anak masih bayi apakah harus saya tinggalin di
Bangkok, dan pertimbangan2 lainnya. Akhir cerita, saya menghadap HOD untuk menjelaskan keputusan
saya bahwa saya mau tugas ke Abu Dhabi asalkan dengan family status. Lalu HOD meneruskan request
saya ke Technip Abu Dhabi. And guess what ??......HOD Technip Abu Dhabi (TPAD, bisa kita
menyebutnya) mau menerima syarat saya yaitu assignment dengan family status selama satu tahun
(dengan klausul adanya kemungkinan perpanjangan). Alhamdulillah term and condition dari surat
penugasan ini cukup bagus buat saya dan keluarga, sehingga makin mantaplah saya mengfokuskan diri
bertugas ke Abu Dhabi dengan satu risiko tersisa…tidak selesainya sekolah S2 di AIT.

Sebelum berangkat ke Abu Dhabi, saya sempat farewell sama kawan2 Indonesia yang waktu itu available
di Bangkok sekaliang hunting foto ke Asiatigue . Dari kiri ke kanan; saya, pak Ahmad (Process
Engineer), pak Harianto (Process Engineer) dan pak Wahyu (HOD Structural).
Technip AD

Melanjutkan cerita di episode yang lalu, Balada Jadi Expat bagian-4, penugasan saya ke Technip Abu
Dhabi memberi kesempatan untuk mengepakkan sayap lebih jauh lagi baik dari sisi geografis maupun
pengalaman teknikal di bidang design offshore structure.

Sebelum login ke PC dan memulai pekerjaan di kantor, saya membiasakan berdoa seperti ini:
“Ya Allah, karuniakanlah padaku kekuatan, kemudahan, pertolongan-Mu dan kesabaran serta ilmu
pengetahuan dari-Mu dalam menyelesaikan seluruh amanah pekerjaan yang diberikan kepadaku.
Dan lindungilah hasil pekerjaanku dari segala kemudharatan yang membahayakan nyawa manusia
maupun harta benda.”

Anda mungkin juga menyukai