Anda di halaman 1dari 6

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi merupakan sebuah unsur yang diperoleh dari sumber daya alam

yang berfungsi untuk memenuhi segala kebutuhan makhluk hidup terutama bagi

manusia dalam menjalani aktivitasnya. Tiap tahunnya kebutuhan akan energi

semakin hari semakin meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia

dalam menggunakan bahan bakar minyak yang berasal dari fosil dari hewan dan

tumbuhan. Hal ini menyebabkan jumlah cadangan bahan bakar fosil semakin

menipis dan langka yang berakibat pada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.

Oleh karena itu, diperlukan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan,

murah dan tepat guna untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu sumber

energi alternatif tersebut adalah energi biomassa.

Biomassa merupakan salah satu energi yang dapat diperbaharui

dikarenakan dapat diproduksi dengan cepat. Biomassa merupakan bahan bakar

yang bersifat ramah lingkungan yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan

bakar fosil dan mengurangi terjadinya pemanasan global serta memiliki biaya

produksi yang rendah (Qian, et al., 2011; Chou, et al, 2009). Pada umumnya,

biomassa yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang memiliki

nilai ekonomis rendah atau merupakan hasil ekstra produk primer (El Bassam dan

Maegaard, 2004). Indonesia memiliki potensi energi biomassa sebesar 50.000

MW yang bersumber dari berbagai biomassa limbah pertanian, seperti : produk

samping kelapa sawit, pengilingan padi, plywood, pabrik gula, kakao, dan limbah

pertanian lainnya (Prihandana dan Hendroko, 2007).

1
2

Biomassa merupakan bahan bakar yang diperoleh dari tanaman dan limbah

pertanian, limbah kayu, limbah hewan, limbah industry serta limbah pemukiman,

dan energinya dihasilkan dari senyaw karbon yang berasal dari proses fotosintesis

secara panas maupun kimia (Bergman & Zerbe, 2008; Bridgwater, 2012).

Kelebihan penggunaan biomassa sebagai sumber energi lainnya menurut Setiawan

(2007) yaitu dapat mengurangi karbon dioksida di atmosfer karena gas hasil

pembakaran lebih sedikit, sehingga dapat diserap kembali oleh tumbuhan (bersifat

karbon netral). Biomassa juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber

daya hutan dan peratanian (Jamilatun, 2011). Biomassa dapat diperoleh melalui

pengolahan, berbentuk padatan yang dapat dikembangkan sebagai pengganti

bahan bakar fosil, salah satunya adalah menjadi bio-coke (Thoha, 2010).

Bio-coke hampir sama dengan briket tetapi siklus pembuatannya lebih

pendek dari pada briket. Briket adalah suatu bahan yang berupa serbuk atau

potongan-potongan kayu kecil yang dipadatkan dengan menggunakan mesin press

dengan dicampur bahan perekat sehingga menjadi bentuk yang solid (Sudiana,

2017). Sedangkan bio-coke itu sendiri merupakan bahan bakar biomassa padat

baru yang memiliki kepadatan dan kekuatan yang tinggi dibandingkan dengan

bahan bakar biomassa padat kokas. Selain itu, bio-coke tidak menggunakan bahan

perekat untuk campuran bahannya. Struktur kerangka bio-coke terdiri dari

selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Mizuno, 2015).

Bio-coke adalah bahan bakar biomassa ramah lingkungan yang bisa dibuat

dari hampir semua pabrik fotosintesis, termasuk yang selama ini dianggap sebagai

bahan limbah, seperti daun teh, bubuk kopi bekas dan sebagainya. Bentuk
3

pengelolaan limbah yang efektif, bio-coke juga dipandang sebagai cara untuk

melawan ketergantungan berlebihan pada bahan bakar fosil dan resiko yang

terkait dengan fluktuasi harga impor bahan bakar fosil. Suatu hari nanti, bio-coke

bisa menggantikan batu bara yang saat ini digunakan industri sebagai bahan bakar

padat untuk peleburan besi, yang menyebabkan pengurangan emisi CO2 secara

signifikan. Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan bio-coke adalah

pirolisis (Mizuno, et al., 2012).

Salah satu bahan yang baik untuk dimanfaatkan dalam pembuatan bio-

coke adalah ampas sagu. Tanaman sagu (Metroxylon sagu) merupakan tanaman

asli Asia Tenggara dan tumbuh secara alami di daerah dataran atau rawa dengan

sumber air yang melimpah. Kiat (2006) melaporkan bahwa ampas sagu

mengandung komponen seperti pati dan selulosa. Ampas mengandung 65,7% pati

dan sisanya merupakan serat kasar, protein kasar, lemak, dan abu. Dari persentase

tersebut, ampas mengandung residu lignin sebesar 21%, sedangkan kandungan

selulosa di dalamnya sebesar 20% dan sisanya merupakan zat ekstraktif dan abu.

Seiring dengan semakin langka dan meningkatnya harga bahan bakar

minyak, maka batu bara sebagai sumber energi merupakan salah satu bahan

alternatif pengganti BBM yang relatif lebih murah dan mudah didapat dan telah

diupayakan untuk digunakan. Meskipun memiliki manfaat yang cukup bagus,

namun penggunaan batubara sebagai sumber energi sering terkadang terkendala

masalah kebersihan. Hasil pembakaran batubara menyumbang polusi CO2 yang

cukup melimpah dan bertanggung jawab atas efek rumah kaca yang semakin

memburuk. Namun demikian, batubara memiliki banyak keunggulan untuk


4

dijadikan energi alternatif kedepannya. Selain harga yang relatif murah dibanding

minyak dan gas, cadangan Indonesia akan batubara lebih banyak daripada minyak

bumi dan masih bisa bertahan selama 200 tahun kedepan. Batubara juga bisa

ditambang dan dibakar dengan dampak lingkungan yang kecil (Rizkita, 2015).

Salah satu upaya yang dilakukan oleh banyak peneliti adalah menjadikan

batu bara sebagai bahan bakar alternative baru. Penelitian batu bara menjadi

energi alternatif telah dilakukan oleh Arman, et al. (2017) dalam publikasi

penelitiannya dalam Journal Of Chemical Process Engineering. Dalam

penelitiannya, Arman mencampurkan limbah tongkol jagung dan batu bara

menjadi bahan bakar alternatif briket. Biomassa tongkol jagung

zero sulfur dapat digunakan untuk bahan campuran batubara higt sulfur untuk

menurunkan kadar sulfur pada briket. Metodologi yang dilakukan melalui empat

tahapan, yakni proses pirolisis bahan batubara dan biomassa. Selanjutnya

dilakukan pencetakan briket dan yang terakhir tahap pengujian (Uji Proximate,

Uji Ultimate, Kecepatan pembakaran). Hasil pengujian yang telah dilakukan

diperoleh briket terbaik berdasarkan uji proximate dengan nilai kalor tertinggi

pada briket tongkol jagung dengan nilai kalor 6771 kal/gr. Sedangkan

perbandingan massa batubara-biomassa yang memenuhi Standar SNI briket yaitu

perbandingan 25:75.

Penelitian ini menggunakan metode pirolisis pencampuran batu bara dan

ampas sagu dengan variasi suhu ((400°C, 500°C dan 600°C). Pirolisis merupakan

proses dekomposisi bahan organik dengan pemanasan tanpa oksigen. Proses ini

sebenarnya bagian dari proses karbonisasi yaitu proses untuk memperoleh karbon
5

atau arang, tetapi sebagian menyebut pada proses pirolisis merupakan High

Temperature Carbonization (HTC), lebih dari 500°C (Erikson, 2011).

Berdasarkan gagasan di atas, penulis melakukan penelitian yang berjudul

Fabrikasi dan Karakterisasi Proximate dan Nilai Kalor Coke Hybrid Paduan

Batubara dan Ampas Sagu (Metroxylon sp.)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variasi suhu pirolisis terhadap nilai proximate bio-coke

hybrid paduan batubara dan ampas sagu (Metroxylon sp.)?

2. Bagaimana pengaruh variasi suhu pirolisis terhadap nilai kalor bio-coke

hybrid paduan batubara dan ampas sagu (Metroxylon sp.)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh variasi suhu pirolisis terhadap nilai proximate bio-coke

hybrid paduan batubara dan ampas sagu (Metroxylon sp.).

2. Mengetahui pengaruh variasi suhu pirolisis terhadap nilai kalor bio-coke

hybrid paduan batubara dan ampas sagu (Metroxylon sp.).


6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat pada penelitian ini yaitu:

1. Menambah wawasan keilmuan peneliti dibidang material serta dapat

digunakan sebagai rujukan peneliti selanjutnya.

2. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang manfaat dari ampas sagu dan

batubara muda sebagai bahan baku energi alternatif yang ramah lingkungan.

3. Pedoman dalam pemanfaatan ampas sagu dan batubara sebagai bahan bakar

energi alternatif dan membantu mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil.

Anda mungkin juga menyukai