Anda di halaman 1dari 22

Rangkuman Materi B.

Indonesia
Selama PKL

Nama: Sulis Sepia Ayuanjani


Kelas: XI-TEI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 SUMEDANG


Jalan Mayor Abdurakhman No. 209 Tlp.202056 – 203646 Sumedang
Fax0261) 202056 E-Mail : smkn1smd@gmail.com
Website : www.smkn1smd.sch.id
Pertemuan ke-1 Selasa, 12 Januari 2021
Karya Ilmiah 1
A. Mengidentifikasi Informasi, Tujuan, dan Esensi Karya Ilmiah yang Dibaca
1. Mengidentifikasi struktur karya ilmiah yang dibaca
Secara umum, bentuk penyajian karya ilmiah terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu
 bentuk populer
 bentuk semiformal
 bentuk formal.
1) Bentuk Populer
Karya ilmiah ini sering disebut karya ilmiah populer. Karya Ilmiah populerini bisa
diungkapkan dalam bentuk karya ringkas. Bahasanya bersifat santai (populer). Karya ilmiah ini
umumnya dijumpai dalam media massa, seperti koran atau majalah. Istilah populer digunakan
untuk menyatakan topik yang akrab, menyenangkan bagi (rakyat) atau disukai oleh sebagian
besar orang karena gayanya yang menarik dan bahasanya mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya
sederhana, lancar, namun tidak berupa senda gurau dan tidak pula bersifat fantasi (rekaan).
2) Bentuk Semiformal
Secara garis besar, karya ilmiah bentuk ini terdiri atas:
a. halaman judul
b. kata pengantar,

c. daftar isi,
d. pendahuluan,
e. pembahasan,

f. simpulan, dan
g. daftar pustaka.
Bentuk karya ilmiah semacam itu,umumnya digunakan dalam berbagai jenis laporan biasa
dan makalah.
3) Bentuk Formal
Karya ilmiah bentuk formal disusun dengan memenuhi unsur-unsur kelengkapan
akademis secara lengkap, seperti dalam skripsi, tesis, atau disertasi.Unsur-unsur karya
ilmiah bentuk formal, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. judul e. daftar isi
b. tim pembimbing f. bab pendahuluan
c. kata pengantar g. bab telaah kepustakaan/kerangka
d. abstrak teoretis
h. bab metode penelitian k. daftar pustaka

i. bab pembahasan hasil penelitian l. lampiran-lampiran


j. bab simpulan dan rekomendsi m. Riwayat hidup

Struktur karya ilmiah


1. Judul
Judul dalam karya ilmiah dirumuskan dalam satu frasa yang jelas dan lengkap. Judul
mencerminkan hubungan antarvariabel. Istilah hubungan di sini tidak selalu mempunyai makna
korelasional, kausalitas, ataupun determinatif. Judul juga mencerminkan dan konsistensi dengan
ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, subjek penelitian, dan metode penelitian.

Contoh:
AKTIVITAS PERGAULAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
(Studi Deskriptif tentang Kecerdasan Emosi dan Intelektual)
Siswa SMA Labschool UPI Bandung
Dari judul di atas, dapat diketahui bahwa:
a. masalah yang diteliti : aktivitas pergaulan dan prestasi belajar siswa.
b. ruang lingkup penelitian : kecerdasan emosi dan intelektual siswa.
c. tujuan penelitian : mengetahui ada tidaknya hubunga antara aktivitas pergaulan
dengan prestasi belajar siswa.
d. subjek penelitian : siswa SMA Labschool UPI Bandung.
e. metode penelitian : deskriptif-komparatif.
P e n u l i s a n j u d u l d a p a t d i l a k u k a n d u a c a r a.
- Pertama, dengan menggunakan huruf kapital semua kecuali pada anak judulnya;
- Kedua, dengan menggunakan huruf kecil kecuali huruf-huruf pertamanya.
apabila cara yang kedua yang akan digunakan, maka kata-kata penggabung,seperti
dengan, dan, tentang, serta kata-kata depan seperti di, dari, dan ke huruf
pertamanya tidak boleh menggunakan huruf kapital. Di akhir judul tidak boleh
menggunakan tanda baca apapun, termasuk titik ataupun koma.

2. P e n d a h u l u a n :
a. Latar Belakang Masalah
Uraian pada latar belakang masalah dimaksudkan untuk menjelaskan alasan timbulnya
masalah dan pentingnya untuk dibahas.

b. Perumusan Masalah
Masalah adalah segala sesuatu yang dianggap perlu pemecahan oleh penulis, yang
pada umumnya ditanyakan dalam bentuk pertanyaan mengapa, bagaimana.
c. Tujuan (Penulisan Karya Ilmiah)
Tujuan merupakan pernyataan mengenai fokus pembahasan di dalam penulisan karya
ilmiah tersebut; berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.Dengan demikian,tujuan harus
sesuai dengan masalah pada karya ilmiah itu.
d. Manfaat
Perlu diyakinkan pula kepada pembaca tentang manfaat atau kegunaan dari penulisan
karya ilmiah. Misalnya untuk pengembangan suatu bidang ilmu ataupun untuk pihak atau
lembaga-lembaga tertentu.
3. K e r a n g k a T e o r e t i s
Kerangka teoretis disebut juga kajian pustaka atau teori landasan. Bagian ini adalah kerangka
pemikiran dan hipotesis. Kerangka teoretis dimulai dengan mengidentifikasi dan mengkaji
berbagai teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis.
4. M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n
Dalam karya tulis yang merupakan hasil penelitian, perlu dicantumkan bagian yang
disebut dengan metode penelitian. Metodologi penelitian diartikan sebagai prosedur atau
tahap-tahap penelitian, mulai dari persiapan penentuan sumber data, pengolahan, sampai
dengan pelaporannya.

M e t o d e – m e t o d e p e n e l i t i a n m i s a l n y a, s e b a g a i b e r i k u t.
a. Metode deskriptif, yakni metode penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan
fakta-fakta secara apa adanya, tanpa adanya perlakukan apa pun. Data yang dimaksud
dapat berupa fakta yang bersifat kuantitatif (statistika) ataupun fakta kualitatif.
b. Metode eksperimen, yakni metode penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran
atas suatu gejala setelah mendapatkan perlakuan.
c. Metode penelitian kelas, yakni metode penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki
persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu, misalnya tentang motivasi belajar
dan prestasi belajar siswa dalam kompetensi dasar tertentu.

5. Pembahasan
Bagian ini berisi paparan tentang isi pokok karya ilmiah, terkait dengan rumusan
masalah/tujuan penulisan yang dikemukakan pada bab pendahuluan. Data yang diperoleh
melalui hasil pengamatan, wawancara, dan sebagainya itu dibahas dengan berbagai sudut
pandang; diperkuat oleh teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Pembahasan dapat
dilengkapi dengan berbagai sarana pembantu seperti tabel dan grafik. Sarana-sarana pembantu
tersebut diperlukan untuk menjelaskan pernyataan ataupun data.Tabel dan grafik merupakan
cara efektif dalam menyajikan data dan informasi.
6. Simpulan dan Saran
Simpulan merupakan pemaknaan kembali atau sebagai sintesis dari keseluruhan unsur
penulisan karya ilmiah. Simpulan merupakan bagian dari simpul masalah (pendahuluan),
kerangka teoretis yang tercakup di dalamnya, hipotesis, metodologi penelitian, dan temuan
penelitian. Simpulan merupakan kajian terpadu dengan meletakkan berbagai unsur
penelitian secara menyeluruh. Oleh karena itu, perlu diuraikan kembali secara ringkas
pernyataan-pernyataan pokok dari unsur-unsur di atas dengan meletakkannya dalam kerangka
pikir yang mengarah kepada simpulan.
7. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat semua kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam karya
ilmiah yang terdapat dari sumber tertulis, baik itu yang berupa buku, artikel jurnal, dokumen
resmi, maupun sumber-sumber lain dari internet. Semua sumber tertulis atau tercetak yang
tercantum di dalam karya ilmiah harus dicantumkan di dalam daftar pustaka .Sebaliknya,
sumber-sumber yang pernah dibaca oleh penulis, tetapi tidak digunakan di dalam penulisan
karya ilmiah itu, tidak boleh dicantumkan di dalam daftar pustaka.
Cara menulis daftar pustaka berurutan secara alfabetis, tanpa menggunakan nomor urut.
Sumber tertulis/tercetak yang memerlukan banyak tempat lebih dari satu baris ditulis dengan
jarak satu spasi, sedangkan jarak antara sumber yang satu dengan yang lainnya adalah dua spasi.
Susunan penulisan daftar pustaka:
- Nama penulis buku, dibalik (diakhiri dengan tanda titik);
- Tahun terbit (diakhiri dengan tanda titik);
- Judul buku (dengan dicetak miring);
- Kota terbit (akhiri dengan tanda titik dua;
- Penerbit (akhiri dengan tanda titik.

2. Menemukan Informasi yang dapat Dikembangkan Menjadi Karya Ilmiah


Perhatikan cuplikan berikut!
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya sastra klasik merupakan karya sastra kultur dan etnik (daerah). Bangsa-bangsa
di kawasan Asia Tenggara sangatlah beruntung karena memiliki khazanah sastra klasik yang amat
beragam dan kaya. Wilayah-wilayah kultur dan etnik itu masing- masing memiliki sastra kasik,
yang semuanya memiliki sifat-sifat yang khas. ....

Fokus dan Kerangka Teori


Di atas telah dikemukakan bahwa sastra klasik merupakan salah satu sumber kultural yang
sangat penting. Di dalamnya terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Di samping itu,
memang diakui bahwa dalam karya-karya klasik dijumpai pula unsur-unsur kehidupan tradisional
yang dekadenmistisme, yang tidak relevan dengan suasana modern dan semangat demokratisasi.
Sastra klasik adalah fenomena multidimensional. Terliput di dalamnya persoalan-persoalan
struktur, sejarah, dan kultur. ....

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan struktur sastra Melayu Islam, yang meliputi alur, tokoh, latar dan tema.
2. Mendeskripsikan kategori-kategori moral yang tertuang dalam karya sastra Melayu Islam.
3. Merumuskan karakteristik umum dari setiap kategori moral yang terdapat dalam masyarakat
Melayu Islam. ....
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Sastra
Penjelasan tentang “Apa itu sastra?” dapat dikemukakan berdasarkan berbagai sudut
pandang. Dalam kajian ini, penjelasan akan dikemukakan seperlunya, sesuai dengan tujuan
untuk memahami kedudukan sastra dalam kaitannya dengan ajaran ke-Islaman. Dalam
memahami hakikat sastra, paling tidak ada dua pandangan yang selama ini berkembang. Pertama,
pandangan Platonis, yang beranggapan bahwa karena sifatnya tiruan, maka sastra itu kurang
bernilai dibandingkan dengan kenyataannya itu sendiri. Lebih dari itu, menurut Plato bahwa para
seniman hanyalah menonjolkan sifat-sifat rendahan manusia, yang emosional, tidak pada segi
rasionalitas, yang dianggapnya sebagai unsur kemanusiaan yang paling mulia dan luhur. ....
(Sumber: “Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam” Kosasih)

Teks seperti itulah yang lazim disebut dengan karya ilmah. Teks tersebut disusun dengan
metode ilmiah, yakni metode yang berdasarkan cara berpikir yang sistematis dan logis. Karya
ilmiah menyajikan masalah-masala objektif  dan  faktual.
1. Sistematis, susunan teks itu teratur dengan pola yang baku. Dimulai dengan pendahuluan,
diikuti dengan pembahasan, dan diakhiri dengan simpulan.
2. Logis, isinya dapat dipahami dan dibenarkan oleh akal sehat; antara lain, didasari oleh
hubungan sebab akibat.
3. Objektif (impersonal), pernyataan-pernyataannya didasarkan pandangan umum; tidak didasari
pandangan pribadi penulisnya semata.
4. Faktual, kebenaran di dalamnya didasarkan kenyataan yang sesungguhnya; tidak imajinatif.

Daftar Istilah
denotatif berkaitan dengan denotasi.
deskriptif bersifat deskripsi; bersifat dari penemuan, percobaan, menggambarkan apa adanya.
Determinatif bersifat menentukan
eksperimen percobaan.
empirik berdasarkan pengalaman.
faktual berdasarkan kenyataan;
fiksi cerita rekaan (roman, novel).
fleksibel luwes; mudah dan cepat menyesuaikan diri.
fonem satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna.
formal sesuai dng peraturan yang berlaku.
format bentuk dan ukuran (buku, surat kabar).
frasa gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif (misalnya gunung tinggi disebut
frasa karena merupakan konstruksi nonpredikatif).
impersonal tidak bersifat pribadi.
Induktif bersifat (secara) induksi.
kaidah rumusan azas yang menjadi hukum; aturan yang sudah pasti; patokan.
karya ilmiah hasil perbuatan; buatan; ciptaan (terutama hasil kaarangan).
konotasi tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berh adapan dengan
sebuah kata.
kualifikasi tingkatan.
menganalisis penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebgainya) untuk
mengetahui keadaan sebenarnya.
mengorganisasikan kesatuan (susunan dan sebagainya) yeng terdiri atas bagian-bagian (orang
dan sebagainya); perkimpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu.
metodologi ilmu tentang metode; uraian tentang metode.
nonfiksi tidak bersifat fiksi.
populer dikenal dan disukai orang banyak.
prosedur tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.
relevan kait-mengait; bersangkut-paut; berguna secara langsung.

Pertemuan ke-2 Selasa, 19 Januari 2021

Karya Ilmiah 2
MERANCANG INFORMASI, TUJUAN, DAN ESENSI
DALAM KARYA ILMIAH
Kegiatan 1
Menentukan Informasi Penting dalam Karya Ilmiah
- Tujuan penulisan karya ilmiah adalah untuk mepublikasikan suatu ilmu pengetahuan
kepada masyarakat.
- Melalui diskusi kita dapat memperoleh informasi-informasi penting dari suatu
karya ilmiah secara terbuka
- Setelah diskusi selesai sesi berikutnya adalah forum tanya jawab. Dalam sesi ini para
peserta menyampaikan sejumlah tanggapan kepada pembicara. Tanggapan itu bisa berupa
pertanyaan, sanggahan, kritik, atau saran.
Kegiatan 2
Menyajikan Hasil Karya Ilmiah dalam Diskusi
- Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Dalam diskusi
masalah dipaparkan oleh orang yang ditunjuk khusus oleh panitia berdasarkan
keahliannya.
- Orang yang memaparkan masalah disebut pemakalah atau narasumber.
- Narasumber bertugas untuk menjelelaskan masalah dan solusi serta memaparkan
kembali secara lisan karya ilmiah yang dibahas dengan bahasa yang mudah dipahami.
Dalam menjelaskannya narasumber bisa menggunakan power point. Paparan sebaiknya
disajikan secara lebih ringkas dan menarik dengan menggunakan kata-kata kuncinya.
Berikut langkah-langkah menyajikan makalah dalam forum diskusi resmi.
1. Tampillah sebagai pemakalah (naraumber) setelah mendapat izin dari moderator.
2. Kalau tidak diperkenalkan oleh moderator, perkenalkan diri dengan rendah hati.
3. Sampaikan masalah umum dari isi makalah yang akan dipaparkan.
4. Jelaskan pokok-pokok isi makalah dengan bahasa yang lugas.
5. Sertakan ilustrasi dan fakta-fakta penting yang menyertai penjelasan di atas.
6. Akhiri paparan dengan menyampaikan simpulan.
Contoh karya ilmiah dalam bentuk jurnal :

Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia: Sekolah, Keterampilan, dan Proses


Pembelajaran
Rizqon Halal Syah Aji

Penutupan sementara lembaga pendidikan sebagai upaya menahan penyebaran pendemi


covid-19 di seluruh dunia berdampak pada jutaan pelajar, tidak kecuali di Indonesia. Gangguan
dalam proses belajar langsung antara siswa dan guru dan pembatalan penilaian belajar
berdampak pada psikologis anak didik dan menurunnya kualitas keterampilan murid. Beban itu
merupakan tanggung jawab semua elemen pendidikan khususnya negara dalam memfasilitasi
kelangsungan sekolah bagi semua steakholders pendidikan guna melakukan pembelajaran jarak
jauh. Bagaimana mestinya Indonesia merencanakan, mempersiapkan, dan mengatasi pemulihan
covid 19, untuk menekan kerugian dunia pendidikan di masa mendatang.

Kata Kunci: covid-19, sekolah, steakhorders pendidikan, Indonesia

Dampak COVID-19 terhadap Implementasi Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar


Wahyu Aji Fatma Dewi

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi implementasi pembelajaran daring  dirumah pada
siswa Sekolah Dasar akibat dari adanya pandemik COVID-19. Penelitian menggunakan penelitian
kepustakaan dimana dalam mengumpulkan informasi data dengan teknik dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal yang relevan dari berbagai macam yang ada di perpustakaan
seperti dokumen, buku, majalah, berita. Kriteria artikel dan berita yang dipilih yaitu adanya
pembahasan tentang Dampak COVID-19 dan Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. Dari 10
Sumber yang didapatkan, kemudian dipilih yang paling relevan dan diperoleh 3 artikel dan 6 Berita
yang dipilih. Hasil dalam penelitian, menunjukkan bahwa dampak covid terhadap implementasi
pembelajaran daring di Sekolah Dasar dapat terlaksanakan dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat
dari hasil data 3 artikel dan 6 Berita yang menunjukan bahwa dampak COVID-19 terhadap
implementasi pembelajaran daring di SD dapat terlaksana dengan cukup baik apabila adanya
kerjasama antara guru, siswa dan orang tua dalam belajar dirumah

Kata Kunci :Dampak COVID-19, Pembelajaran Daring


Pertemuan ke-5 Selasa, 9 Februari 2021
Resensi 2

MENYUSUN SEBUAH RESENSI DENGAN


MEMPERHATIKAN HASIL PERBANDINGAN BEBERAPA
TEKS RESENSI
Kegiatan 1
Mengidentifikasi Identitas Buku yang Diresensi
Perhatikanlah teks berikut.
Petualangan Bocah di Zaman Jepang
Judul Novel : Saksi Mata
Pengarang : Suparto Brata
Penerbit : Penerbit Buku KOMPAS
Tebal : x + 434 halaman

Setelah membaca novel yang sangat tebal ini, saya jadi teringat dengan novel Mencoba Tidak
Menyerah-nya Yudhistira A.N. Massardhie dan juga novel Ca Bau Kan-nya Remy Sylado. Dalam
novel Ca Bau Kan yang telah diangkat ke layar lebar, digambarkan bagaimana keadaan Jakarta,
kota era zaman penjajahan Belanda dengan sangat detail. Lalu apa hubungannya dengan novel
Saksi Mata karya Suparto Brata ini?
Dalam Saksi Mata, yang menjadi “jagoan” alias tokoh utamanya adalah bocah berusia dua
belas tahun bernama Kuntara, seorang pelajar sekolah rakyat Mohan-gakko dan mengambil latar
Kota Surabaya pada zaman penjajahan Jepang dengan penggambaran yang sangat apik, detail
dan sangat memikat. Novel setebal 434 halaman ini sendiri sebenarnya merupakan cerita
bersambung yang dimuat di Harian Kompas pada rentang waktu 2 November 1997 hingga 2 April
1998.

Kisah berawal saat Kuntara secara tidak sengaja memergoki buliknya Raden Ajeng Rumsari
alias Bulik Rum tengah berduaan dengan Wiradad di sebuah bungker perlindungan-belakangan
baru diketahui oleh Kuntara kalau Wiradad adalah suami sah dari Bulik Rum. Hal itu membuat
perasaan hatinya berkecamuk. Kuntara pun heran dengan apa yang dilakukan oleh Bulik Rum yang
selama ini selalu dihormatinya. Namun ia bisa mengerti kalau ternyata Bulik Rum yang cantik ini
menyembunyikan sejuta kisah yang tak bakal disangka-sangka. Bulik Rum adalah “pegawai” tuan
Ichiro Nishizumi, meski pekerjaan sehari-harinya bekerja di pabrik karung Asko. Sebenarnya
Bulik Rum sudah menikah dengan Wiradad tetapi tuan Ichiro Nishizumi tidak peduli dengan semua
itu dan memboyongnya ke Surabaya. Baik Wiradad maupun ayah Bulik Rum sendiri tidak mampu
mencegah keinginan Ichiro Nishizawa yang sangat berkuasa ini. Akan tetapi, Wiradad tidak mau
menyerah begitu saja dan segera menyusul Bulik Rum ke Surabaya.

Saat Wiradad akan bertemu dengan Bulik Rum inilah terjadi sesuatu yang di luar dugaan.
Okada yang gelap mata ini segera mengambil samurai kecilnya hingga akhirnya Bulik Rum
menghembuskan nafas terakhir di bungker perlindungan. Okada yang selama ini sangat dihormati
oleh Kuntara tenyata memiliki tabiat tidak beda dengan Tuan Ichiro Nishizawa. Dari sinilah awal
kisah “petualangan” Kuntara dalam mengungkap kasus hilangnya Bulik Rum hingga upaya untuk
membalas dendamnya bersama dengan Wiradad kepada tuan Ichiro Nishizawa dan juga Okada.
Sejak kasus hilangnya Bulik Rum ini, keluarga Suryohartanan tempat Kuntara dan ibunya
menetap mulai terlibat dengan berbagai kejadian yang mengikutinya. Kuntara yang tidak
menginginkan keluarga ini terlibat dengan permasalahan yang terjadi dengan sengaja
menyembunyikannya. Dengan segala “kecerdikan” ala detektif cilik Lima Sekawan Kuntara
berupaya menyelesaikan kasus ini bersama dengan Wiradad.
***
Sangat jarang sekali novel-novel “serius” di Indonesia yang terbit dalam kurun waktu beberapa
tahun terakhir yang menggunakan tokoh utama seorang anak kecil, selain dari novel Mencoba
Tidak Menyerah-nya Yudhistira ANM, mungkin hanya novel Ketika Lampu Berwarna Merah karya
cerpenis Hamsad Rangkuti. Hal yang menarik apabila membaca cerita sebuah novel
“serius” dengan tokoh utama seorang anak kecil karena ia memiliki perspektif atau pandangan
berbeda mengenai dunia dan segala sesuatu yang terjadi, bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Kita bisa membayangkan bagaimana seorang Kuntara yang baru berusia dua belas tahun
menanggapi berbagai peristiwa yang terjadi dengan diri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya
pada masa penjajahan Jepang dan dengan “kepintarannya” ia mencoba untuk memecahkan
persoalan tersebut. Meski menarik tetap saja akan memunculkan pertanyaan bagaimana bisa
bocah dua belas tahun menjadi “sangat pintar”?
Keunggulan lain dari novel ini adalah penggambaran suasana yang detail mengenai Kota
Surabaya pada tahun 1944 (zaman pendudukan Jepang), malah ada lampiran petanya segala!
Suasana kota Surabaya di zaman itu juga “direkam” dengan indah oleh Suparto Brata. Kita bisa
membayangkan bagaimanan keadaan kampung SS Pacarkeling yang kala itu masih “berbau”
Hindia Belanda karena nama-nama jalannya masih menggunakan nama-nama Belanda. Juga
tentang bungker-bungker–perlindungan yang digunakan untuk bersembunyi kala ada serangan
udara–kebetulan saat itu tengah berkecamuk Perang Dunia II. Tidak ketinggalan juga
tentang stasiun kereta api Gubeng yang tersohor itu.
Sebagai arek Suroboyo yang tentunya mengenal seluk beluk kota Buaya ini, Suparto Brata jelas
tidak mengalami kesulitan untuk melukiskan keadaan ini. Apalagi ia adalah penulis yang hidup
dalam tiga zaman, kolonialisme Belanda, pendudukan Jepang dan era kemerdekaan.
Penggambaran suasana yang detail ini juga berkonsekuensi kepada cerita yang cukup panjang
meski tetap tanpa adanya maksud untuk bertele-tele. Novel ini juga diperkaya dengan adanya
kosakata dan lagu-lagu Jepang yang makin menghidupkan suasana zaman pendudukan balatentara
Jepang di Indonesia. Namun, uniknya, tidak ada satupun terjemahan untuk kosakata Jepang
tersebut. Jadi, bagi yang tidak mengerti bahasa Jepang, seperti saya juga, ya tebak-tebak saja
sendiri.
(Sumber: Dodiek Adyttya Dwiwa dalam Cybersastra.net dengan perubahan)

Teks seperti itulah yang disebut dengan resensi. Di dalamnya tersaji informasi tentang tanggapan
atau komentar mendalam tentang kelebihan dan kelemahan suatu karya. Dalam contoh di atas,
objek yang ditanggapi berupa novel. Selain itu, objeknya dapat berupa buku ilmu pengetahuan,
film, pementasan drama, album lagu, lukisan, teks. Sebagaimana yang tampak pada contoh di atas
bahwa di dalam teks yang berupa resensi mencakup informasi identitas karya, ringkasan, serta
ulasan kelebihan dan kelemahan isi karya itu. Di samping itu, dapat pula disajikan rekomendasi
penulis resensi itu untuk pembacanya.
Pertemuan ke-6 Selasa, 16 Februari 2021
Resensi 3
Mengungkapkan Isi Informasi Buku yang Diresensi

Berdasarkan objek karyanya, resensi terdiri atas bermacam-macam jenis. Seperti yang terdapat
di dalam contoh di modul resensi 2, ada resensi untuk novel; ada pula yang berupa kumpulan
cerpen. Berdasarkan objek tanggapannya, ada pula yang berupa film, drama, lagu, buku ilmu
pengetahuan, lukisan, dan karya-karya lainnya.
Dengan perbedaan-perbedaan objek karya itu, informasi yang kita dapat pun akan bermacam-
macam pula. Misalnya, dari resensi novel atau kumpulan cerpen, informasi yang kita dapatkan
adalah tentang alur, penokohan, latar, dan hal-hal lainnya yang terdapat di dalam buku-buku
cerita itu. Berbeda halnya apabila resensi itu tentang buku populer, informasi yang kita dapatkan
berupa sejumlah ilmu pengetahuan yang apat memperluas wawasan kita tentang topik yang
dibahas oleh buku itu.

Pertemuan ke-7 Selasa, 23 Februari 2021


Resensi 4
Menganalisis Kebahasaan Resensi dalam Dua Karya yang
Berbeda
Kegiatan 1
Menganalisis Kebahasaan dalam Teks Resensi
Kaidah Kebahasaan Teks Resensi:
1. Banyak menggunakan konjungsi penerang, seperti bahwa, yakni, yaitu.
2. Banyak menggunakan konjungsi temporal: sejak, semenjak, kemudian,akhirnya.
3. Banyak menggunakan konjungsi penyebababan: karena, sebab.
4. Menggunakan pernyataan-pernyataan yang berupa saran atau rekomendasi pada bagian akhir
teks. Hal ini ditandai oleh kata jangan, harus, hendaknya.

Perhatikan kata-kata bergaris bawah dalam cuplikan berikut!


Sampai saat ini, kisah Layla-Majnun merupakan cerita yang paling populer di Timur Tengah
maupun Asia Tengah, di antara bangsa-bangsa Arab, Turki, Persia, Afgan, Tajiks, Kurdi, India,
Pakistan, dan Azerbaijan. Kepopuleran kisah ini memberi inspirasi banyak seniman, baik pelukis,
pemusik, maupun pembuat film, menciptakan beragam karya seni yang menggambarkan
kisah-kasih Layla dan Majnun.

Kata-kata tersebut merupakan contoh kata serapan. Kata-kata itu berasal dari bahasa Inggris.
Memang dalam perkembangannya, memang bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai
bahasa, baik dari bahasa daerah maupun asing. Salah satu masalah yang dihadapi dalam
penulisan unsur serapan tersebut adalah penyesuaian ejaan dari bahasa lain itu ke dalam
bahasa Indonesia. Khususnya dengan bahasa asing, ejaan-ejaannya itu memiliki banyak
perbedaan dengan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

Pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan berkaitan dengan penulisan unsur serapan itu.
Secara umum peraturan-peraturan itu adalah sebagai berikut.
1. Satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf, terkecuali untuk bunyi ng, ny, sy, kh yang
diwakili oleh dua huruf. Contoh:
- Kromosom bukan khromosom
- Foto bukan photo
- Retorika bukan rhetorika
- Tema bukan thema.
2. Penulisan kata serapan harus sesuai dengan cara pengucapan yang berlaku dalam bahasa
Indonesia. Misalnya:
- Cek bukan check
- Tim bukan team
- Taksi bukan taxi
- Aki bukan accu.
3. Penulisan kata serapan diusahakan untuk tidak jauh berbeda dengan kata aslinya.
Contoh:
- aerob (Inggris: aerobe) bukan erob
- hidraulik (Inggris: hydraulic) bukan hidrolik
- sistem (Inggris: system) bukan sistim
- frekuensi (Inggris: frequency) bukan frekwensi.
Tugas
1. Manakah kata serapan di bawah ini yang penulisannya sudah benar? Bubuhkan tanda centang
() pada kata tersebut!
a. __ aerobe k. __ hidraulik
b. __ anemia l. __ praktik
c. __ akulturasi m. __ klasifikasi
d. __ silinder n. __ check
e. __ team o. __ sentral
f. __ atmosfer p. __ aksen
g. __ akomodasi q. __ zigote
h. __ realistis r. __ syntesis
i. __ kharisma s. __ sakharin
j. __ eselon t. __ phonem

2. Perbaikilah penulisan kata-kata serapan di bawah ini!


a. octaaf j. fossil
b. route k. geology
c. central l. hierarchy
d. accessory m. patient
e. system n. congress
f. machine o. calsium
g. idealist p. variety
h. factor q. phase
i. energy r. group

3. Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata berikut!


a. aksi f. Konsekuen
b. akuarium g. Kuantitas
c. eksis h. Skema
d. frekuensi i. Rasio
e. institut j. Unit
Jawab:

Kegiatan 2
Menyimpulkan Dua Teks Resensi Berdasarkan Kebahasaan

Tujuan utama resensi buku ialah memberikan tanggapan atas isi buku sebagai informasi kepada
pembaca buku itu. Tanggapan itu dapat memotivasi pembaca resensi atau menjadi tidak
berminat membaca buku yang diresensi itu. Di samping itu, resensi buku merupakan umpan balik
bagi penulis buku untuk menyempurnakan isi buku tersebut pada edisi terbitan berikutnya.
Tujuan meresensi buku hendaknya menjadi acuan bagi penulis resensi dalam mengembangkan
resensi yang disusunnya dan juga sebagai salah satu kriteria bagi media yang akan
mempublikasikannya. Dalam menyimpulkan sebuah resensi perlu penguasaan atau teknik
tertentu, misalnya menguasai isi buku, memiliki daya analisis, dan menguasai teori tentang buku
yang diresensi. Pada pembahasan ini, kamu harus menyimpulkan teks resensi berdasarkan unsur
kebahasaannya,misalnya dari penggunaan kalimat dan penggunaan jenis kata.

Pertemuan ke-7 Selasa, 2 Maret 2021


Resensi 5
Mengonstruksi Sebuah Resensi dari Buku Kumpulan
Cerita atau Novel yang Dibaca
Kegiatan 1
Mendiskusikan Hal-hal Menarik dalam Buku Kumpulan Cerita
Resensi adalah evaluasi terhadap kualitas karya sastra semacam novel. Resensi ditulis untuk
menarik minat baca khalayak untuk membaca novel yang diulas. Unsur persuasif sering ditonjolkan
dalam resensi. Dengan adanya resensi, pada khalayak timbul keinginan untuk membaca novel itu
dan turut mengapresiasinya. Dengan demikian, resensi juga berfungsi sebagai pengantar dan
pemandu bagi pembaca dalam menikmati novel tersebut.
Dalam contoh resensi “Petualangan Bocah di Zaman Jepang” dijumpai ringkasan isi buku (novel).
Ringkasan tersebut dipaparkan dalam paragraf ke-3 sampai paragraf ke-6. Selain itu, dijelaskan
pula perbandingan novel yang diresensi itu dengan novel-novel lainnya (paragraf ke-1 dan ke-7).
Yang dibandingkan dalam hal ini adalah unsur tema dan penokohan. (pada modul sebelumnya)
Dalam paragraf ke-7 sampai paragraf ke-10, penulis membahas keunggulan-keunggulan novel
tersebut berdasarkan unsur penokohan (paragraf ke-7), unsur latar (paragraf 8-9), dan unsur
gaya penyampaian (paragraf ke-10). Walaupun hanya sekilas, penulis juga mengulas beberapa
kelemahan novel tersebut, yakni berkenaan dengan kelogisan dan gaya penceritaan. Perhatikan
petikan berikut.
1. Meski menarik tetap saja akan memunculkan pertanyaan bagaimana bisa bocah dua belas
tahun menjadi “sangat pintar”?
2. Namun uniknya, tidak ada satu pun terjemahan untuk kosakata Jepang tersebut. Jadi, bagi
yang tidak mengerti bahasa Jepang, seperti saya juga, ya tebak-tebak saja sendiri.

Dengan melihat contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa untuk sampai pada tahap
pengevaluasian, terlebih dahulu kita harus mampu menganalisis novel itu dengan baik.Pemahaman
tentang unsur-unsur novel harus terkuasai dengan baik. Analisis tentang unsur-unsur novel yang
telah kita pahami sebelumnya harus menjadi dasar di dalam mengevaluasi novel itu sehingga
hasilnya benar-benar objektif dan dapat dipertanggungjawabkaan.

Adapun struktur penyajian resensi novel adalah sebagai beriku


t.
1. Identitas novel, yang meliputi judul, nama penulis, penerbit, tahun terbit, dan tebal novel.
2. Menyajikan ikhtisar atau hal-hal menarik dari novel.
3. Memberikan penilaian, yang meliputi kelebihan dan kelemahannya. Penilaian tersebut
sebaiknya meluputi unsur-unsur novel itu secara lengkap, yakni tema, alur, penokohan, latar,
gaya bahasa, amanat, dan kepengarangan.
4. Menyimpulkan resensi yang disajikan. Untuk sampai pada penyajian resensi novel seperti itu,
terdapat sejumlah pertanyaan yang dapat kita jadikan panduan.
Berikut pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud.
1. Tema
a. Apakah tema cerita itu?
b. Apakah tema itu sah dan benar sebagai kebenaran umum?
2. Alur
a. Pola apakah yang digunakan pengarang dalam membangun alur ceritanya itu?
b. Peristiwa-peristiwa apakah yang telah dipilih untuk melayani tema cerita itu?
c. Apakah terdapat hubungan wajar dan baik antara tema dengan peristiwa-peristiwa itu?
d. Mengapa suatu peristiwa lebih menonjol daripada yang lain-ainnya?
e. Apakah peristiwa-peristiwa itu disusun secara rapi dan baik sehingga dapat memberikan
suatu penekanan yang penting dan berguna?
f. Apakah peristiwa-peristiwa itu wajar dan hidup?
g. Bagaimana peristiwa-peristiwa itu mengantarkan perjalanan hidup tokoh utamanya?

3. Latar
a. Di mana dan kapankah peristiwa itu terjadi?
b. Bagaimana peranan latar tersebut dalam keseluruhan cerita: apakah latar tersebut
menguatkan atau justru melemahkan cerita?

4. Penokohan
a. Bagaimana cara pengarang dalam menampilkan karakter tokoh-tokohnya?
b. Apakah karakter tokoh-tokoh itu wajar atau terkesan dibuat-buat?
c. Bagaimana hubungan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya?
d. Bagaimana peranan karakter tokoh-tokoh tersebut dalam mendukung tema dan
menghidupkan alur cerita?

5. Sudut pandang
a. Dari sudut sudut pandang siapakah cerita itu diceritakan?
b. Apakah sudut pandang itu dijalankan dengan konsekuen dalam seluruh cerita?

6. Amanat
a. Apa amanat cerita itu?
b. Bagaimana cara pengarang menyampaikan amanatnya, bersifat menggurui atau tidak?

7. Bahasa
a. Apakah bahasa cerita itu tajam, lincah, dan sugestif?
b. Gaya bahasa apakah yang dipergunakan dalam cerita itu?
c. Apakah penggunaan gaya bahasa itu tepat, wajar, dan hidup?
Pertemuan ke-8 Selasa, 9 Maret 2021
Resensi 5
TUGAS!
Buatlah resensi cerpen yang berjudul Robohnya Surau Kami, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Tuliskan identitas buku (judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan jumlah halaman) cari
di google.
2. Buatlah sinopsis (ringkasan cerita) dengan menggunakan bahasa Anda sendiri tanpa
menjiplak kalimat langsung dari cerita (cerpen) di atas!
3. Kemukakan apa kelebihan-kelebihan yang ada dalam cerita tersebut!
4. Kemukakan apa kelemahan-kelemahan cerita tersebut!
5. Berikan kesimpulan layak tidaknya cerita tersebut dibaca oleh calon pembaca!

Catatan:
 Tugas ditulis tangan di buku tugas (buku tulis) masing-masing!
 Dikirim (diupload) digoogle class
 Tidak diperkenankan mengirim tugas via WA
 Jika mendapat kesulitan mengirim tugas via google class, silakan dibuat dan diserahkan
secara manual, ditulis di kerta A 4, diberi halaman depan dan dijilid rapi. Tugas diserahkan
langsung ke sekolah. Simpan di ruang guru di meja Bapak.
 Selamat belajar!
Pertemuan ke-9 Selasa, 16 Maret 2021
Bermain Drama 1
Drama adalah sebuah cerita atau kisah yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah
laku acting atau dialog yang dipentaskan.

A. Mengidentifikasi Alur Cerita, Babak Demi Babak, dan Konflik dalam Drama yang
Dibaca atau Ditonton
Kegiatan 1
Memahami Struktur Drama yang Dibaca atau Ditonton
Drama terdiri atas bagian-bagian yang tersusun unsur. Sebuah cerita drama harus bergerak
dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir. Ketiga bagian itu diapit
oleh dua bagian penting lainnya, yakni prolog dan epilog.

1. Prolog adalah kata-kata pembuka, pengantar, ataupun latar belakang cerita, yang biasanya
disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
2. Epilog adalah kata-kata penutup yang berisi simpulan ataupun amanat tentang isi
keseluruhan dialog. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.

Dalam drama juga terdapat dialog. Dialog dalam drama meliputi bagian orientasi, komplikasi, dan
resolusi (denouement). Satu babak biasanya mewakili satu peristiwa besar dalam dialog yang
ditandai oleh suatu perubahan atau perkembangan peristiwa yang dialami tokoh utamanya.
Struktur Drama :
1. Orientasi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para
tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam
bagian utama cerita tersebut, dan ada kalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam
cerita itu.
2. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku
utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka
kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini.
3. Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah
mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan ubahan
penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung
pada sesuai-tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.

Drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti ‘berbuat, berlaku, bertindak, beraksi,
dan sebagainya. Drama dapat pula diartikan sebagai sebuah lakon atau cerita berupa kisah
kehidupan dalam dialog dan lakuan tokoh yang berisi konflik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama memiliki beberapa pengertian.
- Pertama, drama diartikan sebagai syair atau prosa yang menggambarkan kehidupan dan
watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan.
- Kedua, cerita atau kisah yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk
pertunjukan teater.
- Drama adalah kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas berdasarkan naskah,
menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu (dekor, kostum, rias, lampu,
musik), serta disaksikan oleh penonton.
Terdapat beberapa bentuk drama, di antaranya, adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya
a. Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi
atau menggunakan unsur-unsur puisi.
b. Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.
2. Berdasarkan sajian isinya
a. Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang
terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut
mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti drama serius
yang melukiskan pertikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang
berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
b. Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan, di
dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
c. Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita
tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
3. Berdasarkan kuantitas cakapannya
a. Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
b. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
c. Dialog-monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.
4. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya
a. Opera, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.
b. Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama dan tari.
c. Tablo, yaitu drama tanpa gerak atau dialog.
5. Bentuk-bentuk lain
a. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur,
penokohan, dan tematik.
b. Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
c. Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan (muncul abad
ke-18).
d. Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.
e. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan atau keruntuhan tokoh
utama.
f. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian
gereja (di Abad Pertengahan).
g. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat pada satu tema dengan
sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
h. h. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat
yang ada (terutama di perdesaan).
Pertemuan ke-10 Selasa, 23 Maret 2021
Bermain Drama 2
Mengidentifikasi Unsur-unsur Drama
1. Latar
Latar adalah keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana di dalam naskah drama.
a. Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama, seperti di
rumah, medan perang, di meja makan
b. Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari
pada tanggal 17 Agustus 1945.
c. Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelakangi
terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama. Misalnya, dalam budaya Jawa, dalam
kehidupan masyarakat Betawi, Melayu, Sunda, Papua.
2. Penokohan
Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil) Tokoh ini yang mempunyai pendirian yang
bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran tokoh ini berfungsi untuk menegaskan tokoh
lain itu.
b. Tokoh idaman (the type character) Tokoh ini berperan sebagai pahlawan dengan
karakternya yang gagah, berkeadilan, atau terpuji.
c. Tokoh statis (the static character).
Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga
akhir cerita.
d. Tokoh yang berkembang. Misalnya, seorang tokoh berubah dari setia ke karakter
berkhianat, dari yang bernasib sengsara menjadi kaya raya, dari yang semula adalah
seorang koruptor menjadi orang yang saleh dan budiman.
3. Dialog
Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan.
a. Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk
mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar
panggung selama cerita itu berlangsung; harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran
serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.
b. Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari- hari.
Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus berbicara jelas dan tepat
sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.
4. Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi drama. Tema dalam drama menyangkut segala
persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan
sebagainya. Untuk mengetahui tema drama, kita perlu mengapresiasi menyeluruh terhadap
berbagai unsur karangan itu. Tema jarang dinyatakan secara tersirat. Untuk dapat merumuskan
tema, kita harus memahami drama itu secara keseluruhan.
5. Pesan atau amanat
Amanat merupakan ajaran moral didaktis yang disampaikan drama itu kepada
pembaca/penonton. Amanat tersimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam
keseluruhan isi drama.

Pertemuan ke-11 Selasa, 30 Maret 2021


Bermain Drama 3
Mempertunjukkan Salah Satu Tokoh dalam Drama yang Dibaca atau Ditonton secara Lisan
Kegiatan 1
Menelaah Bagian-Bagian Penting dalam Naskah Drama yang Dibaca atau Ditonton

Untuk menulis naskah drama, sekurang-kurangnya kita dapat menggunakan tiga sumber,yakni
dari karya sudah ada, semacam dongeng, cerpen, ataupun novel. Bisa juga berdasarkan imajinasi
dan pengalaman sendiri ataupun orang lain. Membuat naskah drama dari karya yang sudah ada
tidak begitu sulit. Hal ini karena ide cerita, alur, latar, dan unsur-unsur lainnya sudah ada. Dalam
hal ini, kita hanya mengubah formatnya saja ke dalam bentuk dialog. Seperti yang kita ketahui
bahwa ciri utama drama adalah bentuk penyajiannya yang semua berbentuk dialog. Oleh karena
itu, tugas kita dalam hal ini adalah mengubah seluruh rangkaian cerita yang ada dalam novel ke
dalam bentuk dialog.
Selain itu, kita bisa menggunakan pengalaman. Kita akan mudah menceritakannya ke dalam bentuk
drama karena kejadiannya teramati, terdengar, dan bahkan terasakan secara langsung. Karangan
itu akan lebih lengkap karena melibatkan banyak indra, tidak hanya penglihatan ataupun
pendengaran, tetapi juga indra-indra lainnya.
Oleh karena itu, daripada berpayah-payah, jadikanlah pengalamanmu sebagai bahan untuk
menulis drama. Caranya adalah sebagai berikut.
1. Daftarkanlah pengalaman-pengalamanmu yang paling menarik.
2. Pilihlah satu pengalaman yang memiliki konflik yang kuat dan melibatkan cukup banyak tokoh.
3. Catatlah nama-nama tokoh beserta karakternya. Jelaskan pula latarnya, baik waktu, tempat,
dan suasananya.
4. Catat pula topik-topik yang akan dikembangkan dalam drama tersebut.
5. Kembangkanlah topik-topik itu ke dalam bentuk dialog.

Naskah drama juga dapat bersumber dari peristiwa sehari-hari. Peristiwa itu ditata dan
diperkaya dengan inspirasi dan imajinasi kita sendiri. Dengan demikian, untuk menuliskannya,
kita pun bisa mengawalinya dari perilaku yang biasa kita alami atau kita saksikan sendiri. Perilaku
itu, misalnya, ketika beradu tawar dengan penjaga kantin, memohon izin sumbangan kepada para
korban bencana alam.

Anda mungkin juga menyukai