Anda di halaman 1dari 2

TUGAS PEKAN 12

ZALSA VIONATHA
D111201064
TEKNIK PERTAMBANGAN B

POLUSI AIR YANG TERJADI AKIBAT AKTIVITAS PENAMBANGAN

Pencemaran atau Polusi air mengacu pada penurunan atau degradasi kualitas air yang
diukur secara biologis, kimiawi, atau fisik. Degradasi ini dinilai berdasarkan tujuan
penggunaan air, kesehatan masyarakat, atau dampak ekologi. Dari sudut pandang kesehatan
masyarakat atau ekologi, polutan adalah zat yang berlebihan dan berbahaya bagi organisme
hidup. Pencemaran air yang dihadapi milyaran orang saat ini, terutama di negara berkembang.
Salah satu permasalahan air ini berupa kurangnya air minum bersih yang bebas dari organisme
atau zat penyebab penyakit. Pencemaran air muncul daralam skala global yang terjadi hampir
setiap tempat tinggal. Pertanian, industri, dan kegiatan perkotaan melepaskan polutan kimia
yang efek jangka panjangnya pada kesehatan manusia hal ini berhubungan dengan
pertambangan sebagai salah satu sektor industri terbesar.

Logam berat berada di lingkungan perairan melalui pembuangan limbah industri dan
pabrik pengolahan air limbah, limpasan air hujan, operasi penambangan, emisi cerobong asap,
dan sumber lain yang tersebar (seperti dari kendaraan). Logam berat yang paling sering muncul
adalah arsenik, kadmium, kromium, tembaga, nikel, timbal, dan merkuri. Logam berat
cenderung terakumulasi di tanah, sedimen, dan biota. Kegiatan penambangan memiliki
dampak yang sangat signifikan terhadap kualitas air. Air asam tambang (AAT) dibentuk oleh
serangkaian reaksi geokimia dan mikroba yang terjadi saat air kontak dengan pirit di batubara
atau lapisan penutup dari operasi tambang. Air yang dihasilkan memiliki pH rendah dan
konsentrasi tinggi logam terlarut seperti tembaga, timbal, dan merkuri. AAT dapat
mengakibatkan pencemaran air minum, kerusakan ekosistem danbiota, dan korosi infrastruktur
seperti jembatan. Kontak dengan air yang sangat tercemar dapat menyebabkan iritasi kulit.

Padatan Tersuspensi (SS) merupakan partikel organik dan anorganik yang dibawa oleh air
limbah ke badan air penerima. Ketika kecepatan air berkurang akibat aliran ke kolam atau
danau, banyak dari partikel ini mengendap di dasar sebagai sedimen. SS termasuk partikel
tanah yang terkikis yang terbawa oleh air bahkan jika mereka belum mengendap. Partikel
koloid yang tidak mudah mengendap menyebabkan kekeruhan yang ditemukan di banyak
permukaan perairan. Sumber padatan tersuspensi anorganik berupa limbah yang dibuang oleh
beberapa industri. Sumber SS lebih banyak disebabkan oleh erosi tanah yang sangat tinggi di
area penebangan, penambangan dan konstruksi. Akibat beban sedimen yang berlebihan
diendapkan di danau dan waduk, kekeruhan meningkat, penetrasi cahaya berkurang, populasi
bakteri meningkat, dan endapan padatan di dasar badan air meningkat dan menghancurkan
habitat bagi banyak organisme.

Penambangan secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah tersebut
dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air
sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai
akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi.
Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan (Mn),
asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb).

Menurut Connell dan Miller (1995) dalam Novianti, Reza dkk. (2012), akibat pelepasan
buangan tambang batu bara yang masih aktif, dan tingginya kadar logam seperti Fe, Mn, Zn,
Cu, Ni dan terjadi urutan reaksi-reaksi oksidasi sehingga terbentuk FeS2 yang potensial
menurunkan pH perairan.. Dengan adanya limbah FeS2 yang masuk ke sungai sehingga
kondisi air seperti ini tidak lagi layak untuk digunakan sebagai lahan pertanian, serta cadangan
air yang akan dikonsumsi baik untuk keperluan mandi, atau kebutuhan rumah tangga lainnya.
Jika permasalahan di daerah tambang tidak tuntas diatasi maka tingkat pencemaran limbah
akan semakin meningkat dan semakin luas, dengan demikian perlu dilakukannya pengamatan
kualitas air pada sungai-sungai alami yang menampung limbah asam tambang di daerah
tambang.

Sumber Referensi:
F. Z. Ijazah, D. Rohmat, Y. Malik. 2016. Dampak Aktivitas Penambangan Batubara Terhadap
Kualitas Air Sungai Enim Di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim.
Jurnal Antologi Pendidikan Geografi.

Palar, Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta Jakarta.

Peraturan Pemerintan No. 82 Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.

Rahmi, F. 1995. Sistem dan Alat Tambang. Akademi Teknik.

Anda mungkin juga menyukai