Anda di halaman 1dari 7

Fadil Nurman

D111201036
Teknik Pertambangan B
Pengetahuan Lingkungan Pertambangan
Tugas Pekan 6-B
Jelaskan tentang kejadian fenomena alam di daerah asal SMA anda tentang ketiga hal
tersebut; masing-masing 2 halaman.
Jawaban:
1. Banjir
Bulukumba - Hujan yang mengguyur Kabupaten Bulukumba selama tiga jam hari
ini, Senin 25 Mei membuat sejumlah titik di wilayah perkotaan banjir. Kondisi paling
parah terjadi di Jalan Jambu dan Kompleks Perumahan BTN 2. Air yang merendam Jalan
Jambu dan Kompleks Perumahan BTN 2 tersebut mencapai ketinggian sekitar 50
sentimeter atau setinggi paha orang dewasa. Kepala BPBD Bulukumba, Akrim Amir
yang ditemui di lokasi banjir mengatakan, selain karena intensitas hujan yang tinggi,
banjir di wilayah perkotaan Bulukumba juga diakibatkan kondisi air laut yang pasang.
"Curah hujan memang tinggi dan menurut BMKG memang hujan ekstrem menyerang
wilayah selatan Sulsel," ungkapnya. Saat ini pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak
terkait untuk menyebar melakukan pemantauan di sejumlah wilayah. "Air laut yang juga
pasang menahan air yang akan mengalir dari hulu ke hilir. Tim saat ini tersebar untuk
melihat seluruh situasi," terangnya.
Banjir bandang menerjang 2 kecamatan di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi
Selatan, Minggu (22/6), pukul 19:15 WITA. Lokasi kejadian di kedua kecamatan, yakni
Kecamatan Gantang dan Kecamatan Kajang di Kabupaten Bulukumba. Kronologis awalnya
akibat hujan deras, dilaporkan tidak ada korban jiwa, namun ada kerugian materi. Kecamatan
Gantang, 40 unit rumah dan Jalan terendam serta 1 unit motor terbawa arus. Sedangkan di
Kecamatan Kajang, 2 jembatan hanyut terbawa arus, 127 Unit Rumah terendam setinggi 100
cm, jalan sepanjang 20 meter tergerus banjir dan Longsor sepanjang 20 meter. BPBD
Bulukumba telah memberikan bantuan logistik dan telah mengevakuasi warga di Kecamatan
Kajang untuk mengungsi ke tempat tetangga yang lebih aman.(acu).
Dua kecamatan di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan terendam banjir usai
diguyur 2 hari hujan berturut-turut. Banjir terjadi di Kecamatan Kindang dan Gantaran
sejak puasa pertama tahun ini. Ratusan warga pun terpaksa diungsikan lantaran tinggi air
mencapai 1 meter "Sebagian warga terpaksa mengungsi di Kantor Bappeda Bulukumba.
Karena genangan air masuk ke rumah warga," tutur Kepala Badan Penanggulangan
Bencana Alam Daerah (BPBD) Andi Akrim, Senin 29 Mei 2017.
Sejumlah 154 korban banjir yang masih bertahan di tenda pengungsian. Sementara
50 an warga lainnya sudah pulang ke rumah masing-masing, terkhusus rumah yang
mengalami banjir ringan. Banjir diduga akibat luapan sungai dan drainase yang macet.
Pihak BPBD sendiri sudah menyiapkan dapur umum dan layanan kesehatan untuk
pengungsi. “Kami sementara ini melakukan pendataan terhadap korban banjir, dan
mengevakuasi korban lainnya," imbuh Akrim. Sementara ini, para pengungsi masih
dilarang kembali ke rumah masing-masing karena masih tingginya volume air dan potensi
hujan masih rawan.
Diguyur Hujan Seharian, Sejumlah Ruas Jalan di Bulukumba Terendam Banjir
Kamis, 14 Mei 2020 18:58. Halaman parkir Kejaksaan Negeri (Kejari) Bulukumba di
Jalan Rambutan, Kelurahan Loka, Kecamatan Ujung Bulu, Bulukumba, terendam banjir,
Kamis (14/5/2020). Halaman parkir Kejaksaan Negeri (Kejari) Bulukumba di Jalan
Rambutan, Kelurahan Loka, Kecamatan Ujung Bulu, Bulukumba, terendam banjir,
Kamis (14/5/2020). Hujan yang mengguyur Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
(Sulsel), Kamis (14/5/2020), membuat sejumlah ruas jalan terendam banjir. Hujan
berlangsung sejak dini hari tadi dan masih berlangsung hingga sore hari.
Beberapa ruas jalan dalam kota Bulukumba di Kecamatan Ujung Bulu, yang
terendam seperti Jl Kenari, Jl Rambutan, beberapa titik di Jl Ahmad Yani, dan juga jalan
poros Sinjai-Bulukumba, di Kampung Baru. Hal tersebut membuat jalur lalu lintas
tersendat, karena pengguna jalan mengurangi kecepatan saat melintas.Beberapa
perkantoran juga terendam, termasuk di antaranya Kejaksaan Negeri (Kejari) Bulukumba
di Jl Rambutan dan juga Lapas Kelas II A Bulukumba. Kepala Lapas II Bulukumba,
Saripuddin Nakku mengatakan air yang meluap ke lapas akibat tanggul pembatas di
belakang lapas, tidak mampu menampung debit air akibat curah hujan yang tinggi.“Air
meluap hingga masuk merembes ke kantor. Namun kondisinya saat ini masih aman,
karena untuk ke blok tahanan warga binaan lokasinya cukup tinggi,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bulukumba, Andi Akrim
Amir mengimbau warga untuk waspada. Pasalnya, Mei 2020 ini diprediksi menjadi puncak
musim penghujan di Bulukumba, sehingga intensitas hujan yang tinggi bisa saja terjadi.Dari
pantauannya, beberapa penyebab meluapnya air di badan jalan, akibat drainase yang
tersumbat."Ada beberapa titik. Hampir semua luapan air dari drainase yang tersumbat akibat
banyaknya sedimen sampah yang menyumbat aliran air," katanya.
2. Tanah Longsor
Longsor Kabupaten Bulukumba sebabkan 4 meninggal dunia. Senin, 20 April 2020
14:19 WIB. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bulukumba
mencatat 4 orang meninggal dunia dan 1 lainnya selamat saat longsor terjadi di Kabupaten
Bulukumba, Sulawesi Selatan pada Minggu (19/4). BPBD Kabupaten Bulukumba
menyampaikan longsor terjadi pada pukul 10.00 waktu setempat. Lokasi terjadinya longsor
berada di Desa Samaturu’e, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bulukumba. BPBD
mencatat tidak adanya kerugian materiil.
Longsor dipicu oleh struktur tanah yang labil di tebing bekas galian tambang.
Material longsor menimpa para petani yang sedang mencari bahan untuk pembuatan
pupuk. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD setempat telah melakukan upaya penanganan
darurat. Mereka melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan instansi terkait. Evakuasi
dilakukan secara bersama oleh tim gabungan. Korban sudah dievakuasi di rumah sakit
umum daerah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bulukumba
mencatat 4 orang meninggal dunia dan 1 lainnya selamat saat longsor terjadi di
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, pada Ahad, 19 April 2020. Kepala Pusat Data,
Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo mengatakan laporan BPBD
Kabupaten Bulukumba menyebut longsor terjadi pada pukul 10.00 waktu setempat.
"Lokasi terjadinya longsor berada di Desa Samaturu’e, Kecamatan Tellu Limpoe,
Kabupaten Bulukumba," kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Senin, 20 April 2020.
Agus mengatakan tidak ada kerugian materil dalam peristiwa tersebut. Longsor
dipicu oleh struktur tanah yang labil di tebing bekas galian tambang. Material longsor
menimpa para petani yang sedang mencari bahan untuk pembuatan pupuk. Tim Reaksi
Cepat (TRC) BPBD setempat, kata Agus, telah melakukan upaya penanganan darurat.
Mereka melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan instansi terkait. Evakuasi
dilakukan secara bersama oleh tim gabungan. "Korban sudah dievakuasi di rumah sakit
umum daerah," ujarnya.
Bencana longsor yang terjadi di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan pada
Minggu (19/4) kemarin, akibatkan empat orang meninggal dunia. (BNPB). Bencana
longsor yang terjadi di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan pada Minggu (19/4)
kemarin, akibatkan empat orang meninggal dunia. Sementara ini, tidak ada kerugian
materil dari peristiwa alam yang terjadi di Desa Samaturu’e, Kecamatan Tellu Limpoe,
Kabupaten Bulukumba.

“Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bulukumba


mencatat 4 orang meninggal dunia dan 1 lainnya selamat saat longsor terjadi di
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan pada Minggu (19/4),” kata Kepala Pusat Data,
Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB, Agus Wibowo dalam keterangannya, Senin
(20/4). Agus menyampaikan, longsor tersebut terjadi pada pukul 10.00 WITA. Tepatnya
di Desa Samaturu’e, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bulukumba.
Menurut laporan BPBD, lanjut Agus, longsor dipicu oleh struktur tanah yang labil
di tebing bekas galian tambang. Material longsor menimpa para petani yang sedang
mencari bahan untuk pembuatan pupuk. “BPBD mencatat tidak adanya kerugian materil,”
ujar Agus. Adapun tim reaksi cepat (TRC) BPBD setempat telah melakukan upaya
penanganan darurat. Mereka melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan instansi
terkait.“Evakuasi dilakukan secara bersama oleh tim gabungan. Korban sudah dievakuasi
di rumah sakit umum daerah,” pungkasnya.
Tim SAR gabungan melakukan evakuasi korban longsor di Desa Caramming,
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, kata Koordinator Pos Basarnas Bantaeng
Arman saat dikonfirmasi ANTARA di Makassar, Senin. Dari keterangan diperoleh, ada
lima warga Kabupaten Sinjai, Minggu (19/4), mengambil bahan baku untuk pembuatan
pupuk kapur di Desa Caramming, Kecamatan Bontotiro. Namun, nahas tanah di bukit
tersebut tiba-tiba longsor.
Setelah mendapat informasi, tim SAR gabungan langsung terjun ke lokasi.
Selanjutnya, dilaporkan ke Basarnas dan meminta bantuan untuk evakuasi terhadap tiga
orang yang belum ditemukan sebelumnya.Mereka sedang beraktivitas di bekas tambang
galian, tiba-tiba tanah longsor menimpanya. Seorang korban selamat, seorang ditemukan
meninggal, dan tiga lainnya yang tertimbun belakangan diketahui sudah meninggal dunia.
Warga Dusun Balampesoang, Desa Samaturue, Kecamatan Tellu Limpoe,
Kabupaten Sinjai yang selamat dari kejadian itu adalah Mahir Mappi (50). Selanjutnya,
Haji Jafar (60) ditemukan meninggal dunia pada pukul 12.30 WITA, Wahyu (7)
ditemukan meninggal pada pukul 16.30 WITA, Bambang (20) ditemukan meninggal
dunia pada pukul 16.35 WITA, dan Akbar (25) ditemukan paling terkahir pada pukul
16.40 WITA dalam keadaan meninggal dunia. "Korban dievakuasi ke RSUD Sultan
Daeng Raja Bulukumba sebelum diantar ke rumah duka," kata Arman.
3. Erosi
Masalah erosi pantai (mundurnya garis pantai ke arah darat) sangat erat
hubungannya dengan perubahan kondisi iklim sehingga mendapat perhatian utama sejak
masalah tersebut banyak merugikan masyarakat pesisir, seperti hilangnya
lahan pesisir ataupun pulau. Selain itu erosi pantai dapat mengakibatkan gangguan terhadap
pemukiman, pertambakan, pariwisata dan sarana perhubungan. Masalah erosi ini banyak
terjadi di sepanjang pantai barat Sulewesi Selatan bagian selatan, pantai utara Jawa, Bali
dan beberapa pulau di Kepulauan Riau dan Kepulauan Seribu.
Tanjung Bira adalah salah satu lokasi pariwisata yang cukup terkenal di
Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Selain memiliki keindahan panoramalah berupa
pantai pasir putih yang halus dan juga memiliki keindahan ekosistem terumbu
karang dan padang lamun. Tanjung Bira merupakan tipe pantai berpasir halus dengan
substrat dasar berbatu dan tepi pantainya relatif curam. Kondisi pantai kurang stabil
selain karena pasirnya yang berukuran kecil (halus) dan non kohesif juga karena
lapisan pasir tersebut berada di atas substrat berbatu sehingga mudah tererosi oleh
aksi gelombang. Selain itu, vegetasi pantai yang sistem perakarannya berfungsi mengikat
(menstabilkan) sedimen di dasar sudah mulai menipis/berkurang jumlahnya. Kajian
hidrodinamika dan dinamika sedimen di pantai berpasir di Tanjung Bira belum banyak
dilakukan.
Tinggi ombak (puncak dan lembah) diukur dengan menggunakan tiang berskala,
periode ombak (selang waktu lintas ombak) diiterasi sebanyak 17 kali dengan
menggunakan stopwatch. Arah datang ombak terhadap garis pantai diukur dengan
menggunakan kompas geologi. Selain pengukuran lapangan, data gelombang maksimum
juga diperoleh dari hasil prediksi yang dilakukan BMKG.2
Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang

karakteristik ombak dalam keadaan extreem. Sampel sedimen permukaan dimbil dengan

menggunakan tangan. Sampel sedimen yang terambil dimasukkan ke dalam

kantong sampel kemudian diberi label. Analisis distribusi ukuran butiran sedimen
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode pengayakan kering dan
penentuan jenis sedimen berdasarkan ukuran butir dilakukan menurut skala Wentworth.
Sedimen di lokasi kajian didominasi oleh jenis sediment biogenic bercampur
dengan sediment hasil erosi tebing. Sediment terrigeneous hasil erosi di darat yang masuk
melalui aliran sungai relatif sedikit mengingat lokasi kajian jauh dari muara sungai.
Distribusi ukuran butiran sedimen di lokasi kajian.
Sedimen dasar relatif seragam yaitu tersusun atas pasir halus dengan ukuran
butir dari 0,13 mm sampai dengan 0,14 mm. Sedimen sedikit lebih kasar pada
bagian utara pantai (Sta. 6 dan 7) dibandingkan sedimen dasar di Sta. 1,2,3, 4, dan 5
(bagian selatan). Pasir halus di lokasi penelitian bersifat non kohesif dengan kandungan
lumpur sangat kecil (< 2 %). Sedimen dasar yang tersusun atas pasir halus menunjukkan
bahwa kondisi relatiif tenang (arus dan gelombang relatif lemah) di semua stasiun pada
saat pengukuran. Gerakan arus dan ombak yang cukup lemah di semua stasiun
menyebabkan sedimen halus dapat mengendap di lokasi kajian.
pada kondisi normal/tenang di mana tinggi gelombang kurang dari 0,5 m pantai
mengalami akresi atau deposisi.Analisis erosi dan akresi juga dilakukan pada kondisi
gelombang maksimum yang biasanya terjadi pada kondisi ekstrim dan badai.
Tinggi gelombang maksimum hasil prediksi BMKG pad abulan Juni adalah 0,75 – 1,25
m. Tinggi gelombang maksimum sebesar 0,75m digunakan untuk analisis erosi dan akresi
menggunakan Formula Kraus et al. (1991) di atas dan hasilnya disajikan pad Tabel 3.
Hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada kondisi
gelombang sama dengan atau lebih besar dari 0,75m pantai pada semua stasiun mengalami
erosi/abrasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa pantai berpasir di Tanjung Bira
akan mengalami erosi/abrasi bila gelombang perairan sudah melebihi 0,75m.
Dari Tabel 3 dapat juga diidentifikasi lokasi-lokasi yang memiliki tingkat
kerentanan erosi yang cukup tinggi yaitu Stasiun 1, 2, 3 dan stasiun 4 karena nilai H /
(Ws x T) nya jauh melebihi 3,2.6
Tabel 3. Hasil penentuan erosi/akresi pada kondisi gelombang
maksimum.5. Sedimen di lokasi kajian didominasi oleh pasir halus dengan ukuran butir
dari0,13 mm sampai dengan 0,14 mm. Sedimen sedikit lebih kasar pada bagian utarapantai
(Sta. 6 dan 7) dibandingkan sedimen dasar di Sta. 1,2,3, 4, dan 5 (bagian selatan). Hasil
analisis erosi/akresi menunjukkan bahwa pada kondisi normal/tenang di mana
tinggi gelombang kurang dari 0,5 m pantai berpasir Tanjung Bira mengalami
akresi. Sedangkan pada kondisi gelombang sama dengan atau lebih besar dari 0,75m
pantai mengalami erosi.

Anda mungkin juga menyukai