Anda di halaman 1dari 5

Kreativitas Generasi Muda dalam Menanggapi Masalah Kesehatan Mental

Masyarakat di Era New Normal Covid-19


Oleh: Shannon Maidelaine Prijadi

Di Indonesia, masalah kesehatan mental masih kalah penting dengan


kesehatan fisik. Mengutip dari Detik.com, bahwa pada tahun 2019 sekitar 15,6 juta
penduduk Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental dan hanya 8% dari
jumlah tersebut yang mencari pengobatan kepada orang yang profesional. Akan tetapi
pada tahun 2020, muncul wabah virus covid-19 yang menyebabkan persentase
gangguan mental di setiap negara meningkat, khususnya di Indonesia.
Berdasarkan laporan dari lembaga Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa Indonesia (PDKSJI) pada 14 Mei 2020, tercatat sekitar 69% dari 2.364
responden dari rentan umur 20-39 tahun telah menderita masalah psikologis, seperti
cemas, depresi, stigma sosial, dan trauma psikologis. Salah satu penyebab dari
gangguan tersebut adalah perekonomian Indonesia yang turun. Menurut berita
Tempo.co, mulai dari bulan Maret hingga Juni 2020 ekonomi Indonesia terus
menurun hingga – (4,9%) yang mengakibatkan 26 juta masyarakat Indonesia terkena
PHK dan 107 juta orang mengalami penurunan pendapatan kerja. Dampak dari
kejadian di atas membuat banyak orang merasa tertekan dan bingung tentang
bagaimana cara untuk mencari pekerjaan lain yang dapat menghasilkan pendapatan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Selain penurunan ekonomi, pemerintah juga mengadakan program social
distancing yang membuat masyarakat kurang melihat perkembangan dunia luar dan
komunikasi dengan patner kerja. Hal tersebut dapat menurunkan mental orang dalam
era new normal ini. Pada tahun 2019, lembaga WHO mengatakan bahwa stres juga
dapat muncul saat era new normal dikarenakan pola tidur dan makan yang tidak
teratur, penggunaan obat-obatan yang tidak sesuai dengan anjuran dokter, sulit
berkonsentrasi, ketakutakan dan kecemasan pada kesehatan diri sendiri. Stres tak
hanya terjadi diusia produktif saja tetapi, anak-anak sekolah dan kuliah juga terkena
dampak dari wabah covid-19. Saat ini mereka ditetapkan oleh pemerintah untuk
belajar secara online menggunakan berbagai macam bentuk aplikasi yang ada, seperti
google meet, zoom, microsoft teams, dan lain-lain. Dalam proses kegiatan belajar
online ini, banyak orang tua tidak dapat berkomunikasi dengan anaknya secara lancar.
Hal ini disebabkan oleh kondisi mental yang kurang selaras antara anak dengan orang
tua. Emosi anak dapat meledak-ledak karena paksaan orang tua untuk belajar secara
terus menerus, pola tidur dan makan yang teratur, dan bosan beraktivitas di rumah.
Begitu pula dengan orang tua yang stres menghadapi pekerjaan dan urusan rumah
tangga.
Emosi tidak stabil yang dialami baik anak-anak hingga orang dewasa akan
berdampak cukup besar pada diri masing-masing, seperti perasaan sedih, marah yang
tidak terkontrol, rasa cemas, dan bersalah. Jika hal ini tidak ditangani dengan segera,
penderita dapat mengalami kekerasan rumah tangga, kriminalitas, gangguan jiwa, dan
bunuh diri. Oleh karena itu dalam era new normal ini, mahasiswa sebagai generasi
muda dapat memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan kreativitas mereka
dalam bidang ekonomi, hiburan, dan sosial yang dapat menjadi solusi untuk masalah
mental masyarakat.
Menurut data insight centre pada bulan Juli 2020, mahasiswa dan kaum muda
meningkatkan bisnis online hingga 98%. Hal ini dikarenakan mereka memanfaatkan
fitur-fitur instagram, tiktok, twitter, dan media sosial lainnya. Fitur tersebut, seperti
salju bergerak, nuansa hitam putih, penambahan background music sehingga produk
yang mereka jual terlihat lebih menarik untuk para pembeli. Bisnis yang berkembang
dapat tumbuh menjadi sebuah perusahaan yang besar sehingga dapat membuka
peluang kerja bagi mereka yang pengangguran. Semakin banyak peluang kerja yang
dibuat, semakin rendah tingkat kejenuhan dan stres masyarakat.
Selain fitur dalam media sosial yang dapat menunjang perekonomian negara,
media sosial juga dapat membantu banyak orang dalam mengatasi kebosanannya saat
di rumah dan memperbaiki emosi mereka yang kurang stabil. Konten yang sedang
diminati banyak orang saat ini adalah dance cover dan makan besar dari Korea
Selatan, cara make up dan skin care yang sederhana, cara tidur dengan cepat, cara
mengatasi stres dan kejenuhan, vlog harian, kuliner, tips dan motivasi saat pandemi
covid-19. Berdasarkan pada artikel Swara.com, diketahui bahwa sebanyak 21% orang
yang memakai media sosial memiliki tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan
orang yang tidak memiliki media sosial, karena orang yang bermain media sosial
cenderung mengikuti cara mudah yang dibagikan anak muda melalui konten tersebut
sehingga dapat menurunkan tingkat stres masyarakat. Kemudian, sudah terbukti juga
bahwa 56% penduduk Indonesia mengakses youtube dan terhibur dengan konten
tersebut.
Kemudian, bentuk lain dari kreativitas mahasiswa dalam era new normal ini
khusunya dibidang sosial adalah dengan menyumbangkan alat pelindung diri (APD)
kepada relawan garda terdepan virus covid-19. Hal tersebut dibuktikan bahwa pada
bulan April 2020 mahasiswa farmasi Universitas Gadjah Mada memberikan APD
kepada puskesmas di daerah Pundong, Pleret, Kasihan, Wonosari, dan Ponjong. Lalu
pada bulan Maret 2020, mahasiswa dari Universitas Islam Indonesia juga
memberikan bantuan APD kepada RSUD Wonosari, RSUD Kebumen, RS POLRI
Bhayangkara DIY, dan RSUD Ngawi. Mahasiswa mengharapkan dapat membantu
pihak medis dalam menghadapi pandemi covid-19 ini dengan sehat secara jasmani
maupun rohani dan dapat membuat masyarakat supaya tidak panik dengan situasi
corona covid-19 ini.
Sehubungan dengan essay ini, saya sebagai mahasiswa pun berharap kepada
pemerintah supaya dapat memandang kami sebagai masa depan bangsa dengan cara
menampung dan merealisasikan berbagai macam aspirasi yang kami berikan sesuai
dengan keadaan yang dihadapi, khususnya saat new normal pandemi covid-19.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah, seperti mengapresisasi dan
mengembangkan para mahasiswa supaya lebih semangat dalam membangun
Indonesia untuk lebih sejahtera. Saya juga berharap pula kepada masyarakat
Indonesia supaya dapat mendukung karya anak bangsa disituasi pandemi covid-19 ini
dalam bentuk apapun.
Daftar Pustaka

Azizah, Khadijah Nur. 2019. 15,6 Juta Orang Indonesia Alami Depresi, Cuma 8
Persen yang Berobat. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
4596181/156-juta-orang-indonesia-alami-depresi-cuma-8-persen-yang-
berobat. Diakses 10 September 2020.
Cahyani, Dewi Rina. 2020. Dampak Corona, 3,05 Juta Orang Terkena PHK
Hingga Juni. https://bisnis.tempo.co/read/1350955/dampak-corona-305-
juta-orang-terkena-phk-hingga-juni . Diakses 11 September 2020
Kementerian Kesehatan Republik Indonesi. 2020. Pedoman Dukungan Kesehatan
Jiwa dan Psikososial pada Pandemi COVID-19. Jakarta: Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI.
Pusparisa, Yosepha. 2020. Riset KIC: Nilai Transaksi Sektor Perjalanan Melalui E-
Commerence Naik 98%. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/08
/07/riset-kic-nilai-transaksi-sektor-perjalanan-melalui-e-commerce-naik-98.
Diakses 13 September 2020.
Universitas Gajah Mada. 2020. Mahasiswa Farmasi UGM Salurkan Bantuan APD ke
Puskesmas. https://farmasi.ugm.ac.id/id/mahasiswa-farmasi-ugm-salurkan-
bantuan-apd-ke-puskesmas. Diakses 11 September 2020.
Universitas Islam Indonesia. 2020. Perangi Covid-19, Mahasiswa UII Sediakan APD
Untuk Tenaga Medis. https://www.uii.ac.id/perangi-covid-19-mahasiswa-uii-
sediakan-apd-untuk-tenaga-medis/. Diakses 11 September 2020.
Valla, Melsa. 2020. Pengaruh Media Sosial Terhadap Psikologi dan Kesehatan
Mental Seseorang. https://swara.tunaiku.com/swara-kamu/swara-kamu-
pengaruh-media-sosial-terhadap-psikologi-dan-kesehatan-mental-seseorang.
Diakses 13 September 2020.
WHO. 2019. Corona Virus Diseases (Covid-19). https://www.cdc.gov/coronavirus/20
19-ncov/daily-life-coping/managing-stress-anxiety.html. Diakses 11
September 2020.

Anda mungkin juga menyukai