Anda di halaman 1dari 7

STUDI KASUS PENGUKURAN SISTEM INFORMASI

MENGGUNAKAN FUNCTION POINT (FP)

Dewi Khairani

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi


Dosen Teknik InformatikaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir H. Juanda No.95 Ciputat 15412
Telp. (62-21) 7493606, 7493547 Fax.: (62-21) 7493315
dewi.khairani@uinjkt.ac.id

ABSTRAK

Pengukuran perangkat lunak, merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan untuk menilai sebuah perangkat lunak
menggunakan sebuah pendekatan kuantitatif. Banyaknya metode pengukuran dan belum ada standar dalam
penilaian perangkat lunak menjadikan proses pengukuran ini sering menjadi proses yang diabaikan, meskipun
perannya sangat strategis dalam pengembangan perangkat lunak. Tulisan ini bermaksud menjabarkan sebuah
pembelajaran pengukuran perangkat lunak dengan menggunakan metode Function Point (FP) dengan studi kasus
sistem informasi penerimaan mahasiswa baru http://spmb.uinjkt.ac.id di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
menilai value sistem informasi tersebut. Function Point (FP) merupakan salah satu metode kuatitatif yang banyak
digunakan dalam pengukuran perangkat lunak karena memiliki set kapabilitas untuk memprediksi nilai perangkat
lunak dari berbagai segi objek pengukuran. Hasil pengukuran dengan menggunakan FP dengan mempertimbangkan
pembobotan kompleksitas berdasarkan 14 nilai karakteristik. Dalam penelitian ini, didapatkan nilai FP untuk Sistem
Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru adalah sebesar 108.12. Dalam Penggunaannya, FP dapat digunakan sebagai
basis untuk menilai biaya hingga jumlah sumber daya yang dibutuhkan dalam pembuatan perangkat lunak yang
dimaksud.

Kata Kunci: pengukuran, Function Point, rekayasa, metrik

I. PENDAHULUAN tidak membuat pengukuran perangkat lunak menjadi


suatu hal yang kalah penting dibandingkan proses
Pengukuran perangkat lunak menjadi salah pembuatan dan pengujian perangkat lunak tersebut,
satu kebutuhan saat ini disaat meningkatnya karena fungsinya sangat krusial dalam penentuan
pertumbuhan perangkat lunak yang beredar dan kualitas perangkat lunak.
kemajuan akses terhadap internet ini membuat Kualitas perangkat lunak sendiri merupakan
pembuat aplikasi mobile berlomba-lomba untuk sebuah kombinasi perhitungan yang kompleks yang
membuat perangkat lunak yang dapat digunakan baik melibatkan beberapa variasi faktor dan kebutuhan
secara gratis ataupun berbayar pada perangkat dari pengguna yang bermacam-macam. Gabungan
komunikasi. antara kebutuhan pengguna perangkat lunak dan
Pertumbuhan secara massif ini, membuat sebuah faktor – faktor lain akan menghasilkan kualitas
pengukuran perangkat lunak menjadi sangat perlu sebuah perangkat lunak [1].
dilakukan sebagai sarana untuk menilai kualitas Pengukuran perangkat lunak merupakan hal
sebuah perangkat lunak. Walaupun hingga kini belum yang sangat mendasar dalam pembuatan perangkat
ada regulasi yang terstruktur dan dispesi-fikasikan lunak dan daur/siklus hidup perangkat lunak tersebut.
untuk mengukur kualitas perangkat lunak yang Pengukuran perangkat lunak dan metrik telah banyak
beredar agar memenuhi standar kualitas tertentu, digunakan untuk memutuskan bentuk perangkat
lunak versi selanjutnya, dalam bentuk pengurangan
ataupun penambahan fitur produk. Selain itu
Pengukuran Perangkat lunak juga dapat digunakan
untuk mengukur faktor kebutuhan dan budget dalam
Penelitian ini dibiayai oleh Penelitian Dasar Pusat sebuah proyek perangkat lunak, seperti sumber daya
Penelitian dan Penulisan Tahun Anggaran 2015 UIN manusia dan biaya.
Syarif Hidayatullah Jakarta. Tulisan ini mengupas metode pengukuran
perangkat lunak dengan menggunakan Function

JURNAL TEKNIK INFORMATIKA VOL. 8 NO. 2 BULAN OKTOBER 2015


1
Points (FP) pada Sistem Informasi penerimaan Ada beberapa definisi yang digunakan untuk
mahasiswa baru di Universitas Islam Negeri Syarif menjawab pertanyaan tersebut. Namun hal terpenting
Hidayatullah Jakarta. yang harus diperhatikan adalah bagaimana
penggunaan metrik untuk mendefinisikan LOC ini
II. TINJAUAN PUSTAKA
dapat digunakan secara konsisten dan jika
2.1 Pengukuran Perangkat Lunak memungkinkan, dilakukan secara otomatis.
Menurut Institute of Electrical and Pada implementasinya, metode pengukuran
Electronics Engineers (IEEE), Pengukuran dengan menerapkan jumlah baris koding atau Line of
merupakan ukuran tingkat kuantitatif dari sebuah Codes (LOC) yang dihasilkan oleh seorang
sistem, komponen, atau proses yang memiliki atribut programmer sering digunakan sebagai pedoman
tertentu. Sedangkan mengukur adalah pengukuran besar/volume sebuah perangkat lunak
mengindikasikan kuantitatif dari luasan, jumlah, dan terkadang, produktivitas. Hal ini tentu saja
dimensi, dan kapasitas. Pada dasarnya pengukuran kadang menjadi tidak relevan, karena akan sangat
merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu bergantung kepada subjektivitas individu dalam
objek secara sistematik. Penentuan angka ini menuliskan kode.
merupakan usaha untuk menggambarkan LOC juga merupakan sebuah output yang
karakteristik suatu objek. dapat diukur setelah tahap implementasi dalam
Setiap pengukuran yang dilakukan sebuah daur hidup perangkat lunak, oleh karena itu,
membutuhkan tersedianya suatu ukuran kuantitatif penggunaan LOC sebagai basis pengukuran, terbatas
yang disebut metrik. Istilah ukuran, pengukuran, dan hanya pada ‘after project’ dan tidak dapat digunakan
metrik sering digunakan secara bergantian. Pressman sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan
[2] sendiri membagi metrik ke dalam dua kategori proyek perangkat lunak untuk menentukan sumber
seperti berikut: daya dan budget yang dibutuhkan.
1. Direct Metric, yaitu metrik yang berhubungan Namun, di samping ambiguitas dan kerugian
langsung dengan objek perangkat lunak seperti dalam penggunaannya, LOC berguna karena
misalnya: perhitungan jumlah Line Of Code merupakanbanyaknya tersedia alat pendukung yang
(LOC), kecepatan eksekusi, ukuran memori dan baik dan bahan referensi yang banyak dalam
kesalahan yang ditemui dalam suatu periode penggunaannya.
waktu.
2.3. Model COCOMO
2. Indirect Metric, yaitu metrik yang didapatkan
COCOMO adalah sebuah model yang
karena berhubungan dengan interaksi perangkat
didesain oleh Barry Boehm untuk memperoleh
lunak denga lingkungannya, seperti:
perkiraan dari jumlah orang-bulan yang diperlukan
fungsionalitas, kualitas, efisiensi, reliabilitas,
untuk mengembangkan suatu produk perangkat
kompleksitas, reliabilitas, dan lain sebagainya.
lunak. Satu hasil observasi yang paling penting dalam
Pengukuran secara langsung (Direct Metric)
model ini adalah bahwa motivasi dari tiap orang yang
biasanya lebih mudah dilakukan karena hasil dapat
terlibat ditempatkan sebagai titik berat. Hal ini
diperoleh secara langsung. Sedangkan, pengukuran
menunjukkan bahwa kepemimpinan dan kerja sama
secara tidak langsung (Indirect Metric) harus melalui
tim merupakan sesuatu yang penting, namun
proses yang lebih kompleks dalam perhitungan dan
demikian poin pada bagian ini sering diabaikan.
pengumpulan informasi yang dibutuhkan.
Model COCOMO dapat diaplikasikan dalam
2.2 Line of Code tiga tingkatan kelas:
Salah satu cara primitif yang digunakan 1. Proyek organik, adalah proyek dengan ukuran
dalam mengukur ukuran program adalah dengan relatif kecil, dengan anggota tim yang sudah
menghitung baris kode (LOC), yaitu dalam satuan berpengalaman, dan mampu bekerja pada
ribuan dari LOC (KLOC). Meskipun menghitung permintaan yang relatif fleksibel.
baris kode terdengar sederhana, setelah dipelajari 2. Proyek sedang (semi-dettached), adalah proyek
lebih lanjut, terungkap bahwa ada beberapa masalah yang memiliki ukuran dan tingkat kerumitan yang
yang harus dijawab sebelum memulai untuk sedang, dan tiap anggota tim memiliki tingkat
mengukur dengan menggunakan KLOC. Pertanyaan keahlian yang berbeda.
yang paling penting adalah yang berhubungan dengan 3. Proyek terintegrasi (Embedded), adalah proyek
definisi LOC yang sebenarnya. yang dibangun dengan spesifikasi dan operasi
yang ketat.

JURNAL TEKNIK INFORMATIKA VOL. 8 NO. 2 BULAN OKTOBER 2015


2
Model COCOMO a. Menggunakan perangkat lunak tambahan
b. Metode rekayasa perangkat lunak
c. Waktu yang diperlukan
Masing-masing subkategori diberi bobot antara 0
(sangat rendah) sampai 6 (sangat tinggi), dan
Dimana: kemudian dijumlahkan. Dari pengembangan ini
PM = person-month (man-month) diperoleh persamaan:
KDSI = delivered source instructions, dalam ribuan E=ai(KLOC)(b)i.EAF
TD = number of months estimated for software
development 2.4 Function Point
Pendekatan dengan menggunakan Function
Hirarki model Boehm berbentuk sebagai berikut: Pointini mencoba untuk menghilangkan beberapa
 Model 1: Model COCOMO Dasar menghitung kelemahan dari LOC dengan menurunkan ukuran
usaha pengembangan perangkat lunak (dan program tidak lagi dari banyaknya baris kode,
biaya) sebagai fungsi dari ukuran prgram yang melainkan ditentukan oleh fungsionalitas yang
diekspresikan dalam baris kode yang diestimasi. dirasakan oleh pengguna. Hal ini menyebabkan
 Model 2: Model COCOMO Intermediate metrik ini dapat dikategorikan sebagai metrik yang
menghitung usaha pengembangan perangkat independen dari bahasa pemrograman dan teknologi
lunak sebagai fungsi ukuran program dan yang digunakan. Dengan demikian, FP dapat
serangkaian “pengendali biaya” yang menyang- digunakan untuk menormalkan dan membandingkan
kut penilaian yang subyektif terhadap produk, hasil dari beberapa lingkungan perangkat lunak yang
perangkat keras personil, dan atribut proyek. berbeda.
 Model 3: Model COCOMO advanced Selain itu, karena fungsi ini diturunkan dari
menghubungkan semua karakteristik versi spesifikasi, kita dimungkinkan untuk mendapatkan
intermediate dengan penilaian terhadap pengaruh ukuran program sebelum proses development
pengendali biaya pada setiap langkah (analisis, berlangsung. Perlu diingat meskipun, bahwa konversi
perancangan, dan lain-lain) dari proses rekayasa antara FP dan LOC tidak bisa diharapkan menjadi
perangkat lunak. linear, karena ukuran pelaksanaannya tidak hanya
tergantung pada jumlah fungsi tetapi juga pada
Pengembangan model COCOMO adalah dengan kompleksitasnya.
menambahkan atribut yang dapat menentukan jumlah Function Point terdiri dari 5 buah [5] yaitu
biaya dan tenaga dalam pengembangan perangkat sebagai berikut:
lunak, yang dijabarkan dalam kategori dan ● Tipe Input, merupakan interface yang
subkategori sebagai berikut: melakukan pemasukan data ke aplikasi.
1. Atribut produk ● Tipe Output, merupakan output yang dihasilkan
a. Reliabilitas perangkat lunak yang diperlukan aplikasi untuk pengguna/user yang dapat berupa
b. Ukuran basis data aplikasi laporan di-print atau yang ditampilkan pada
c. Kompleksitas produk layar.
2. Atribut perangkat keras ● Tipe Query/Search/View, merupakan fungsi
a. Performa program ketika dijalankan yang berkaitan dengan menindahan terhadap data
b. Memori yang dipakai yang tersimpan.
c. Stabilitas mesin virtual ● Tipe File/Tabel/Database, merupakan fungsi
d.Waktu yang diperlukan untuk mengeksekusi yang berkaitan dengan logic penyimpan data
perintah yang dapat berupa file atau semacam database
3. Atribut Sumber Daya Manusia relational.
a. Kemampuan analisis ● Tipe Interface Eksternal, merupakan fungsi
b. Kemampuan ahli perangkat lunak yang berkaitan dengan komunikasi data pada
c. Pengalaman membuat aplikasi perangkat/mesin yang lain.
d. Pengalaman menggunakan mesin virtual
e. Pengalaman dalam menggunakan bahasa Dalam perhitungan komponen pada Function
pemrograman Point, setiap tipe komponen tersebut diberikan bobot
4. Atribut proyek berdasarkan kompleksitasnya. Contoh pembobotan

JURNAL TEKNIK INFORMATIKA VOL. 8 NO. 2 BULAN OKTOBER 2015


3
yang tertera disesuaikan dengan Function Point NO KARAKTERISTIK BOBOT
International User Group (FPIUG). 10.
Tingkat Kemungkinan Penggunaan Kembali/Reusable
Kode Program 4
Tabel 1. Tabel Pedoman Perhitungan Function Point 11. 11. Tingkat Kemudahaan Dalam Instalasi 4
Level Kompleksitas
Tingkat Kemudahaan operasional software (backup,
Tipe Sederha Menengah Kompleks TOTAL 12.
recovery, dsbny) 3
Komponen na CFP Tingkat Software dibuat untuk multi
13.
J B P J B P J B P organisasi/perusahaan/client 3
Tipe Input X 3 ? X 4 ? X 6 ? ? Tingkat kompleksitas dalam mengikuti
14.
Tipe Output X 4 ? X 5 ? X 7 ? ? perubahaan/fleksibel 3
Tipe Query/ X 3 ? X 4 ? X 6 ? ? TOTAL 41
Search/View
Tipe X 7 ? X 10 ? X 15 ? ?
File/Table/ 2.3. Menghitung Function Point (FP)
Database
Tipe X 6 ? X 7 ? X 10 ? ? Selanjutnya untuk menghitung FP, maka
Interface digunakan rumus, sebagai berikut[6]:
External
TOTAL ?
FP = CFP x (0.65 + 0.01 x RCAF) ….. (1)
2.1. Menghitung Crude Function Points(CFP)
Crude Function Points (CFP) adalah untuk Angka 0.65 dan 0.01 adalah ketetapan atau
menghitung bobot nilai dari komponen-komponen konstanta yang dibuat oleh Function Point
Function Point yang dikaitkan dengan software yang Internasional User Group (IFPUG).
akan dibuat.
Tabel 1 merupakan contoh formulir kosong yang III. Metodologi Pengukuran
dapat digunakan untuk menghitung bobot masing2
poin yang ada dalam sistem informasi.

2.2. Menghitung Relative Complexity Adjustment


Factor (RCAF)
RCAF digunakan untuk menghitung bobot
kompleksitas dari software berdasarkan 14
karakteristik.
Penilaian Komplesitas memiliki skala antara 0 dan 5
 0 = Tidak Pengaruh
 1 = Insidental
 2 = Moderat
 3 = Rata-rata
 4 = Signifikan
 5 = Essential
Berikut merupakan tabel yang dapat Gambar 1. Metode Pengukuran Menurut Roche
dijadikan pedoman dalam menghitung RCAF[6]:
Prinsip dasar pengukuran menurut Roche[2],
Tabel 2. Contoh Tabel Perhitungan Function Point menunjukkan bahwa kegiatan pengukuran dapat
NO KARAKTERISTIK BOBOT
dikategorikan berdasarkan lima kegiatan, di
1. Tingkat kompleksitas Komunikasi Data 4 antaranya:
2. Tingkat kompleksitas Pemrosesan Terdistribusi 2 1. Formulation : menentukan cara perhitungan yang
3. Tingkat kompleksitas Performance 3 akan digunakan dalam mengukur suatu perangkat
4. Tingkat kompleksitas Konfigurasi 3 lunak dan metrik yang sesuai untuk diterapkan.
5. Tingkat Frekuensi Penggunaan Software 1 2. Collection : mekanisme yang digunakan untuk
6. Tingkat Frekuensii Input Data 3 mengakumulasi data yang dibutuhkan untuk
7. Tingkat Kemudaaan Pengunaan Bagi User 3 memperoleh perumusan metrik.
8. Tingkat Frekuensi Update Data 2 3. Analysis : perhitungan metrik dan penerapan
9. Tingkat Kompleksitas Prosesing Data 3 rumus matematika.

JURNAL TEKNIK INFORMATIKA VOL. 8 NO. 2 BULAN OKTOBER 2015


4
4. Interpretation : evaluasi metrik yang
menghasilkan pemahaman mengenai representasi
kualitas.
5. Feedback : rekomendasi yang diperoleh dari
interpretasi metrik sebuah produk yang
ditransmisikan ke tim software.
Metode pengukuran ini akan penulis gunakan
sebagai pedoman pengukuran perangkat lunak pada
penelitian ini.

3.1 Prosedur dan Implementasi


3.1.1 Formulation Gambar 2. Ruang Lingkup fungsionalitas Sistem
Dalam penelitian kali ini penulis Informasi pada Studi Kasus
menggunakan FP dalam pengukuran, untuk kasus
yang berbeda, penulis telah melakukan penelitian Berdasarkan analisa fungsionalitas pada Sistem
dengan menggunakan metode GQM[4] sebagai Informasi Akademik diperoleh data berikut dan dapat
metode pengukuran perangkat lunak. diturunkan dalam bentuk formulir pembobotan
sebagai berikut:
3.1.2 Collection Tabel 3. Tabel Pengklasifikasian Fungsionalitas untuk SI
Dalam penelitian yang dilakukan kali ini, http://spmb.uinjkt.ac.id
penulis menilai sebuah sistem informasi penerimaan Level
mahasiswa baru di lingkungan UIN Syarif Fungsionalitas Tipe
Kompleksitas
Hidayatullah http://spmb.uinjkt.ac.id. Berikut
Melihat data peserta ujian Output Sederhana
merupakan ruang lingkup dalam sistem informasi Melihat data pendaftar ujian Output Sederhana
yang kami jadikan batasan dalam penelitian ini. Melihat File Peta UIN View Sederhana
Melihat Informasi Jadwal View Sederhana
Kegiatan
Melihat Informasi View Sederhana
Persyaratan Pendaftaran
Melihat Informasi Prosedur View Sederhana
Pendaftaran
Melihat Informasi Prosedur View Sederhana
Pembayaran
Gambar 2. Halaman Utama SPMB Online Melihat Informasi Biaya View Sederhana
UIN Jakarta Pendaftaran
Sistem ini digunakan sebagai objek penelitian Melihat Informasi Pilihan View Sederhana
Program Studi
mengingat fungsionalitasnya yang sangat terbatas dan
Melihat Informasi View Sederhana
ruang lingkup domain yang kecil, sehingga Persyaratan Upload Foto
memudahkan penggunaannya sebagai bahan studi Melihat Informasi Pilihan View Sederhana
kasus. Paket
Dari hasil analisa terhadap sistem web yang Melihat Informasi Biaya View Sederhana
Perkuliahan Mahasiswa Baru
diekspos kepada publik, kami memetakan ruang
Melihat Informasi Ketentuan View Sederhana
lingkup fungsionalitas ke dalam alur proses yang Pengubahan Data
dijabarkan dalam Gambar 3. Melihat Informasi Prosedur View Sederhana
dan Persyaratan Daftar
Ulang
Melihat Informasi Biaya View Sederhana
Perkuliahan Tahun 2015
Mencari Data Peserta Ujian Query Sederhana
Mencari Data Pendaftar Query Sederhana
SPMB
Mencetak Kartu Ujian Output Menengah
Mendapat No. Registrasi Output Menengah
(Generate 11 Digit Nomor)
Login Peserta SPMB Query Kompleksitas

JURNAL TEKNIK INFORMATIKA VOL. 8 NO. 2 BULAN OKTOBER 2015


5
Level
mengkonversikan FP ke dalam metrik yang
Fungsionalitas Tipe diinginkan.
Kompleksitas
Login Pendaftaran Ulang Query Menengah
Memasukkan Data Peserta Input Sederhana Pengkonversian Penggunaan Function Point
Ujian
Memasukkan Data Peserta Input Sederhana A. Biaya
SPMB Dimisalkan, setiap Function Point, dikenakan biaya
Melihat Pilihan Paket Prodi Output Sederhana Rp. 1.000.000/FP dan Function Point pada Sistem
A
Melihat Pilihan Paket Prodi Output Sederhana
Informasi SPMB Online UIN Syarif Hidayatullah
B Jakarta adalah 108.12. Maka kita dapat diestimasikan
Melihat Pilihan Paket Prodi Output Sederhana biaya yang diperlukan untuk pembuatan Sistem
C Informasi yang dimaksud adalah:
Melihat Alur Pendaftaran Output Sederhana Rp. 1.000.000 x 108.12 = Rp. 108.120.000
Pembayaran Online Interface Menengah
External
B. Mandays
3.1.3 Analysis Sedangkan untuk estimasi produksi, kita dapat
Selanjutnya, dari hasil pemetaan yang dilakukan, menggunakan perhitungan seperti berikut:
kita masukkan hasilnya ke dalam tabel perhitungan
FP yang sebelumnya telah kita buat. 2 Jam x 108.12 = 216 jam (pembulatan).
Dari penurunan Tabel 3, didapat perumusan = 216/8
berikut yang menghasilkan nilai Crude FP. = 27*
Tabel 4. Tabel Perhitungan Function Point untuk SI *Angka ini sama dengan 27 hari kerja (Asumsi
http://spmb.uinjkt.ac.id dalam 1 hari bekerja selama 8 jam) .
Level Kompleksitas
Tipe TOTAL

Sederhana Menengah Kompleks CFP


Komponen C. Manajemen Proyek
J B P J B P J B P
FP juga dapat digunakan dalam perhitungan
Tipe Input 2 3 6 0 4 0 0 6 0 6
6 24 2 10 0
komponen dalam Manajemen Proyek, yang
Tipe Output 4 5 7 0 34
Tipe 1
penjabaran dalam implementasinya ke anggaran
Query/Searc
5
3 45 1 4 4 1 6 6 55 SDM proyek, sebagaimana dijelaskan pada Tabel 5 di
h/View
Tipe bawah berikut:
File/Table/ 0 7 0 0 10 0 0 15 0 0
Database
Tipe 0
Tabel 5 Tabel Perhitungan Anggaran Proyek Sumber Daya
Interface 0 6 0 1 7 7 0 10 7 Manusia
External Jumla
TOTAL 102 N H Biaya/ha
Jabatan h Jumlah
o ari ri
Orang
Menghitung Function Point 1
Project
1 27
Rp400,00
Rp10,800,000
Selanjutnya, setelah mendapatkan CFP, kita dapat Manager 0
System Rp250,00
memasukkan nilai tersebut dalam menghitung 2
Analyst
1 27 0
Rp6,750,000

Function Point, kita menggunakan pedoman 3 Programmer 2 27


Rp200,00
Rp10,800,000
penilaian pada Tabel 3: 0
Database Rp250,00
FP = CFP ×(0.65 + 0.01 x RCAF) 4
Admin
1 27 0
Rp6,750,000

= 102× (0.65 + (0.01 x 41)) 5


Graphic
1 20
Rp250,00
Rp5,000,000
= 102 × (0.65 + 0.41) desainer 0
Rp200,00
= 102 × 1.06 6 Tester 1 20 0
Rp4,000,000

= 108.12 7 Trainer 1 5
Rp500,00
Rp2,500,000
0
Sehingga, nilai Functional Point yang didapat dari
TOTAL Rp46,600,000
hasil perhitungan pada website SPMB Online UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta adalah 108.12.
3.1.5 Feedback
3.1.4 Interpretation Dalam halnya penyampaian feedback, atau
Dalam hal penggunaan FP, kita dapat umpan balik untuk penelitian ini, diberikan kepada
menjadikannya sebagai salah satu pedoman untuk pihak Pustipanda UIN Syarif Hidayatullah sebagai
mendapatkan nilai metrik atas sesuatu dengan

JURNAL TEKNIK INFORMATIKA VOL. 8 NO. 2 BULAN OKTOBER 2015


6
pengelola sistem yang dijadikan sebagai objek DAFTAR PUSTAKA
penelitian.
[1] Grady, Robert B., Practical Software Metrics for Project
Management and Process Improvement, Prentice-Hall, Inc.,
1992, ISBN: 0137203845
IV. KESIMPULAN [2] Pressman, Roger S. 2010. “SOFTWARE ENGINEERING- A
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada Practitioner's Approach - Seventh Edition”, Penerbit McGraw-
tulisan ini, kami menyimpulkan bahwa Function Hill Companies, New York: 889 hlm.
Point dapat digunakan untuk menilai/mengukur [3] DACS. 2005. “Software Acquistion Gold Practice Goal-
Question-Metric (GQM) Approach”, DACS Gold Practice
sebuah perangkat lunak. Dalam implementasinya,
Document Series GP-31 V 1.0
sebagai salah satu cara mengukur sebuah perangkat [4] Akbar, M.; Sukmana, H.T.; Khairani, D., "Models and software
lunak, FP membutuhkan penilaian profesional karena measurement using Goal/Question/Metric method and CMS
melibatkan penilaian yang sangat subjektif. Untuk Matrix parameter (Case study discussion forum)," in Cyber and
mengurangi faktor subjektifitas dalam penelitian ini, IT Service Management (CITSM), 2014 International Conference
on , vol., no., pp.34-38, 3-6 Nov. 2014
kami menggunakan perhitungan FP dengan doi: 10.1109/CITSM.2014.7042171
menggunakan Pedoman dari Function Point [5] K.v.d. Berg, D. Ton, and O. Rogier, “Functional Size
International User Group (FPIUG). Dalam Measurement Applied to UML-base User Requirements”,
pengukuran Sistem Informasi SPMB Online UIN Retrievable from doc.utwente.nl, 2005
Syarif Hidayatullah Jakarta didapatkan nilai FP [6] Cah, “The Function Point Method”, Pearson Education Limited,
sebesar 108.12. Nilai ini kemudian dapat kita Retrievable from www.cs.nott.ac.uk, 2004
konversikan sehingga dapat diturunkan untuk
beberapa fungsi pengukuran, seperti biaya dan waktu
ACKNOWLEDGEMENT
yang dibutuhkan untuk membangun perangkat lunak
Diberikan untuk seluruh peserta matakuliah Software
tersebut. Metrics and Measurement Tahun 2014-2015.

JURNAL TEKNIK INFORMATIKA VOL. 8 NO. 2 BULAN OKTOBER 2015


7

Anda mungkin juga menyukai