Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“SAP IBU MENYUSUI”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS 3B

1. Fahri Dwi Putra


2. Firman Fadillah
3. Ilvana Trisnawati
4. Ival Sidqi
5. Riki Riansyah
6. Risa Octavianty

Fakultas Ilmu Keperawatan


STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
Tahun Ajaran 2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Ibu Menyusui dan Nifas


Sub Pokok Bahasan : Mengetahui masalah-masalah yang terjadi
pada saat menyusui
Sasaran : Ibu pasca melahirkan/ibu nifas
Tempat : Balai Pertemuan Desa Berkasih
Waktu : 35 menit
Tanggal : Rabu, 6 November 2019

A.    Latar belakang


Pada pemberian ASI sering terdapat masalah, baik pada teknik pemberian
ibu dan anatomi payudara ibu, serta kemampuan anak untuk menghisap dan
anatomi orofaringeal anak. Seringkali ketidakcukupan jumlah susu sering
dinilai sebagai suatu masalah, sehingga terjadi pemberhentian pemberian ASI.
Seringkali juga wanita mengeluh karena luka pada puting susu, dimana hal ini
terjadi karena posisi dan perlekatan anak yang salah ketika menyusui. Dalam
keadaan normal, wanita secara fisiologis mampu untuk memproduksi susu
yang cukup. Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI
dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada
susu botol (susu formula). Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan
hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini
karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang
luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun
bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara
ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui
dengan nyaman dan lancar. Namun demikian, terkadang ada hal-hal yang
mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Masalah-masalah yang sering
dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana mengatasinya
akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.
B. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah mengikuti tindakan penyuluhan pada ibu nifas tentang masalah
yang terjadi saat menyusui dan senam nifas peserta ( ibu pasca melahirkan/ibu
nifas )dapat memahami dan melakukan gerakan senam nifas.
C. Tujuan Intruksional Khusus ( TIK )
Setelah mengikuti tindakan penyuluhan selama 35 menit pada peserta ( ibu
pasca melahirkan /ibu nifas ) dapat memahami dan dapat mempraktekkan
gerakan-gerakan senam nifas.
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi ( Mempergerakan bersama )
E. Media
1. LCD
2. Laptop
F. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan penuyuluhan Kegiatan peserta


1. 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Memberi salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan
disampaikan
2. 15 mneit Pelaksanaan : 1. Menyimak
Menjelaskan materi penyuluhan 2. Mendengarkan atau
meliputi : memperhatikan
1. Apa pengertian menyusui ? 3. Mempraktekkan
2. Sebutkan apa sja
masalah menyusui
pada ibu ?
3. Sebutkan apa saja
masalah menyusui
pada bayi ?
3. 10 menit Evaluasi : 1. Merespon dan bertanya
1. Memberi kesempatan kepada 2. Merespon dengan
peserta untuk bertanya menjawab pertanyaan.
2. Memberi kesempatan kepada 3. Menjawab pertanyaan.
peserta untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
3. Menanyakan kembali tentang
materi yang disampaikan.
4. 5 menit Penutup : 1. Menyimak
1. Menyimpulkan materi yang 2. Menjawab salam
telah disampaikan.
2. Menyampaikan terima kasih
atas perhatian dan waktu
yang telah diberikan kepada
peserta.

F. Pengorganisasian
1. Moderator : Ilvana Trisnawati
2. Instruktur : Risa Octavianty, Firman Fadillah, Riki Riansyah
3. Fasilitator : Ival Sidqi
4. Observer : Fahri Dwi Putra
G. Setting tempat
Dilaksanakan di Balai Pertemuan Desa Berkasih
H. Evaluasi
Metode
1. Mengajukan pertanyan lisan
a. Apa pengertian ASI ?
b. Sebutkan apa saja maasalah menyusui pada ibu ?
c. Sebutkan apa saja masalah menyusui pada bayi ?
2. Jawaban
a. ASI adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik
susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan
lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.
b. Payudara Bengkak (Engorgement), kelainan putting susu,
Puting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet
(Cracked Nipple), Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct),
Radang Payudara (Mastitis), Abses payudara, Air susu kurang.
c. bayi sering menangis, bingung puting, bayi dengan kondisi
tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi
sakit, bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum), bayi yang
memerlukan perawatan.
I. Referensi
http://gfsgv.blogspot.com/2014/05/makalah-masalah-dalam
menyusui.html?m=1
http://repository.ump.ac.id/4302/3/RAHMAWATI%20BAB%20II.pdf
http://bidandankesehatan.blogspot.com/2015/05/makalah-asi-ekslusif.html
http://materikuliahkebidanankokom.blogspot.com/2016/04/gizi-seimbang-
bagi-ibu-menyusui.html
http://maalikghaisan.blogspot.com/2018/04/kesehatan-ibu-menyusui.html
DAFTAR PUSTAKA

Mangalla, Adolpina, dkk. 2014. “masalah dalam menyusui”

Wati ,Rahma. 2017. “ASI Eksklusif”

Srisusanti, Yani. 2015. “Makalah ASI Eksklusif”

Unkown. 2016. “Gizi Seimbaang Bagi Ibu Menyusui”

Ghaisan, maalik. 2018. “Kesehatan Ibu Menyusui”


Materi Penyuluhan
“Masalah Menyusui”

A. PENGERTIAN ASI
ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang
bersifat alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI  Eksklusif menurut WHO
adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air
putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru
lahir sampai berumur 6 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan
nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu,
pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI
kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali
sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan
pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih
(Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi
dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi
bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan
air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda.
Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf
(Yahya, 2007).
B. Tujuan pemberian ASI Eksklusif
Tujuan pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan berperan dalam
pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 (Roesli
2012). Tujuan dari MDGs tersebut adalah:
1. Membantu mengurangi kemiskinan
Jika seluruh bayi yang lahir di Indonesia disusui ASI secara
Eksklusif 6 bulan maka akan mengurangi pengeluaran biaya akibat
pembelian susu formula.
2. Membantu mengurangi kelaparan
Pemberian ASI Eksklusif membantu mengurangi angka kejadian
kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi sampai
usia 2 tahun.
3. Membantu mengurangi angka kematian anak balita
Berdasarkan penelitian WHO (2000) dienam Negara berkembang,
resiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi
tersebut tidak disusui.

C. Manfaat pemberian ASI


1. Manfaat untuk bayi
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis,dan psikologis yang mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi.
ASI mengandung protein yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi,
kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan (Anik, 2009).
ASI juga dapat meningkatkan perkembangan psikomotorik, kognitif,
penglihatan, emosi yang hangat, dan kepribadian yang percaya diri. ASI
dapat memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak (Sitti, 2009).
Menurut penelitian Riva tahun 1977, kepandaian anak yang minum
ASI pada usia 9 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak
yang minum susu formula (Danuatmaja, 2003).
2. Manfaat untuk Ibu
Pada saat memberikan ASI, otomatis resiko perdarahan pada pasca
bersalin berkurang. Naiknya kadar oksitosin selama menyusui akan
menyebabkan semua otot polos akan mengalami kontraksi. Kondisi inilah
yang menyebabkan uterus mengecil sekaligus menghentikan perdarahan
(Anik, 2009).
Pemberian ASI secara Ekskluisif dapat berfungsi sebagai alat
kontrasepsi sampai 6 bulan setelah kelahiran karena isapan bayi meransang
hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda
kesuburan. ASI juga dapat mencengah kanker payudara, kanker ovarium,
dan anemia defisiensi zat besi (Sitti, 2009).
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, sebagai imunitas
(mengurangi resiko diare, infeksi jalan nafas, alergi dan infeksi lainnya) dan
aspek psikologis ( mempererat hubungan ibu dan bayi, meningkatkan status
mental dan intelektual).

D. MASALAH MENYUSUI PADA IBU


1. Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara
sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut
engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di
vena dan pembuluh darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI
mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena
alasan nyeri lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada
bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak
atau penuh karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak
disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang
mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada
payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang
melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar
dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini,
kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri
sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang
dianjurkan antara lain sebagai berikut :
a. Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan
memungkinkan.
b. Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi).
c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi
melebihi kebutuhan bayi.
d. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara
teratur.
e. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara
lebih lembek, sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap
oleh bayi.
f. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada
payudara.
g. Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk
memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu.
h. Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari
puting ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan
peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan
pembuluh getah bening dalam payudara
2. Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun
demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang
menghambat kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting susu datar
atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan
anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh
suatu proses, misalnya tumor.
a. Puting Susu Datar
Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di
belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila
tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi
lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting
berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar
akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
b. Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau
masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada
sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya
tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut
seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya
sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari
telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan
pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa
tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan
cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk
mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa
kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.
3. Puting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple).
Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena
beberapa sebab sebagai berikut :
a. Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak
masuk kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi
hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan terus
menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa
nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
b. Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang
dapat mengiritasi puting susu.
c. Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek
sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan
isapan hanya pada putingnya saja.
d. Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah
memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting
dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak nampak
dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan bawah.
Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol,
lotion, cream, dan obat-obat yang dapat mengiritasi.
b. Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan
bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit hidungnya atau masukkan
jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
c. Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang
tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan
cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang sakit
dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting  tetap nyeri,
sebaiknya dicari sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu
lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).

4. Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct).


Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan
dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan
oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat.
Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang
berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak
segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada
wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak
pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct)
ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain :
a. Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah
melahirkan dengan teratur agar tidak terjadi stasis dalam
payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara
(mastitis).
b. Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan
menekan payudara.
c. Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara
masih terasa penuh.
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut
menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan
bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu
kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi
mengisap puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk
mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.

5. Radang Payudara (Mastitis)


Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi
sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 pekan
setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat.
Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala-gejala
yang bisa diamati pada radang payudara antara lain kulit nampak lebih
merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap
menyusui bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat
menyebabkan terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan
(Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri)
serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik
(demam). Bilamana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi
(senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga
persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini
akan membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah
payudara sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi
kemungkinan terjadinya abses payudara.

6. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses.
Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut
dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah
mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis),
tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini
perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis
yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk
drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk
menyusui sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat
disusukan kembali. Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara
yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).

7. Air Susu Kurang


Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup
banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu
formula atau makanan tambahan sangat besar. Dugaan makin kuat apabila
bayi sering menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya dan terasa
kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas
tapi terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi
yang baik, cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan
kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada
kelainan pada payudaranya maka akan terjadi kenaikan berat badan pada
4-6 bulan pertama usia bayi.  Hal ini dapat dilihat dari KMS (Kartu
Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila
tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya biasanya hal
ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga
diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.

E. MASALAH MENYUSU PADA BAYI


Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung
puting, bayi dengan kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi
kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum), bayi yang
memerlukan perawatan.
1. Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu
dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya.
Dan yang paling sering karena kurang ASI.
2. Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion).
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu
formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme
menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada
botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-
langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif,
tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan
gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
a. Tanda bayi bingung puting antara lain :
1) Bayi menolak menyusu.
2) Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.
3) Bayi mengisap puting seperti mengisap dot.
b. Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting
antara lain :
1) Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun
cangkir.
2) Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.
3. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur.
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi
kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah.
Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusui.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk,
disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
4. Bayi dengan Ikterus.
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan
ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh
kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi
maka :
a. Segeralah menyusui bayi setelah lahir.
b. Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan
mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan
mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah
bayi tidak kuning.
5. Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi
dengan bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum
durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu
tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap
menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang
dan lidah.
Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara :
a. Posisi bayi duduk.
b. Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
c. Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir
bayi.
d. Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis
(sumbing pada bibir dan langit-langit).
6. Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar
adalah dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat
menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah
bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit,
berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat
beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau
orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
7. Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan
mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah
memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada
bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang
tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi
duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat
bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk
mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
8. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat
penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak
elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan
lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola
dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna.
Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi
segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar.
Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-
ubah.
9. Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi
masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI.
Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan
menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perah pun juga perlu
diperhatikan, agar tidak mudah basi.

F. Komposisi ASI
ASI mengandung banyak nutrisi, antar lain albumin, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel
darah putih, dengan porsi yang tepat dan seimbang. Komposisi ASI bersifat
spesifik pada tiap ibu, berubah dan berbeda dari waktu ke waktu yang
disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu (Roesli, 2005).
Roesli (2005) mengemukakan perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari
(stadium laktasi) sebagai berikut :
1. Kolostrum (colostrum /susu jolong)
Kolostruma adalah cairanencer dan sering berwarna kuning atau
dapat pula jernihyang kaya zat antiinfeksi (10-17 kali lebih banyak dari
susu matang) dan protein, dan keluar pada hari pertama sampai hari ke-
4/ke-7. Kolostrum membersihkan zat sisa dari saluran pencernaan bayi
dan mempersiapkannya untuk makanan yang akan datang. Jika
dibandingkan dengan susu matang, kolostrum mengandung karbohidrat
dan lemak lebih rendah, dan total energi lebih rendah. Volume
kolostrum 150-300 ml /24 jam.
2. ASI transisi/ peralihan
ASI peralihan keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi
ASI yang matang. Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak makin tinggi dan volume ASI ini keluar sejak
hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-14.
3. ASI matang (mature)
Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan
seterusnya, komposisi relatif konstan.
4. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit
ASI yang pertama disebut foremilk dan mempunyai komposisi
berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk
dihasilkan sangat banyak sehingga cocok untuk menghilangkan rasa
haus bayi.Hindmilk keluar saat menyusui hampir selesai dan
mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk, diduga
hindmilk yang mengenyangkan bayi.
5. Lemak ASI makanan terbaik otak bayi
Lemak ASI mudah dicerna dan diserap bayi karena mengandung
enzim lipase yang mencerna lemak. Susu formula tidak mengandung
enzim, sehinggabayi kesulitanmenyerap lemak susu formula. Lemak
utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, dan
asam arakhidonat) suatu asam lemak esensial untuk myelinisasi saraf
yang penting untuk pertumbuhan otak. Lemak ini sedikit pada susu
sapi. Kolesterol ASI tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pertumbuhan otak. Kolesterol juga berfungsi dalam pembentukan
enzim metabolisme kolesterol yang mengendalikan kadar kolesterol di
kemudian hari sehingga dapat mencegah serangan jantung dan
arteriosclerosis pada usia muda.
6. Karbohidrat ASI
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) dan kandungannya
lebih banyak dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-30
% lebih banyak dari susu sapi. Salah satu produk dari laktosa adalah
galaktosayangmerupakan makanan vital bagi jaringan otak yang sedang
tumbuh. Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat
penting untuk pertumbuhan tulang. Laktosa juga meningkatkan
pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu, Lactobacillis bifidus.
Fermentasi laktosa menghasilkanasam laktatyang memberikan suasana
asam dalam usus bayisehingga menghambat pertumbuhan bakteri
patogen.
7. Protein ASI
Protein utama ASI adalah whey(mudah dicerna), sedangkan
protein utama susu sapi adalah kasein(sukar dicerna). Rasio whey dan
kasein dalam ASI adalah 60:40, sedangkan dalam susu sapi rasionya
20:80. ASI tentu lebih menguntungkan bayi, karena whey lebih mudah
dicerna dibanding kasein. ASI mengandung alfa-laktalbumin,
sedangkan susu sapi mengandung lactoglobulindan bovine serum
albumin yang sering menyebabkan alergi. Selain itu, pemberian ASI
eksklusif dapat menghindarkan bayi dari allergen karena setelah 6 bulan
usus bayi mulai matang dan bersifat lebih protektif. ASI juga
mengandung lactoferin sebagai pengangkut zat besi dan sebagai sistem
imun usus bayi dari bakteripatogen. Laktoferin membiarkanflora
normalusus untuk tumbuh dan membunuh bakteri patogen. Zat imun
lain dalam ASI adalah suatu kelompok antibiotik alami yaitu lysosyme.
Protein istimewa lainnya yang hanya terdapat di ASI adalah
taurineyang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, juga
penting untuk pertumbuhan retina. Susu sapi tidak mengandung
taurinesama sekali.
8. Faktor pelindung dalam ASI
ASI sebagai imunisasi aktif merangsang pembentukan daya tahan
tubuh bayi. Selain itu, ASI juga berperan sebagai imunisasi pasif yaitu
dengan adanya SIgA (secretory immunoglobulin A) yang melindungi
usus bayi pada minggu pertama kehidupan dari alergen.
9. Vitamin, mineral dan zat besi ASI
ASI mengandung vitamin, mineral dan zat besi yang lengkap dan
mudah diserap oleh bayi.
G. Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu,
yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI
berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik,
tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah
terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang
menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan bayinya.

H. Cara atau teknik menyusui yang benar


Teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994). Dalam
waktu 30 menit setelah melahirkan, sebaiknya Ibu mulai menyusui bayinya,
karena refleks hisap bayi paling kuat pada jam pertama dan hisapan bayi pada
puting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin untuk sekresi
dan hormon oksitosi untuk mengeluarkan ASI dan mempercepat kontraksi
uterus. Selain itu kontak dini akan memperkuat hubungan bayi dan ibu.
Cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar payudara disebut
kolustrum, dalam kolustrum konsentrasi imunoglobulin sangat tinggi.
Volumenya berkisar 150-300 ml/24jam, yang merupakan cairan viscous kental
dengan warna kekuning- kuningan lebih banyak mengandung antibody yang
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan, juga
merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari usus bayi
yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernakan makanan bayi.
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai
masalah karena tidak mengetahuinya cara menyusui yang benar. Oleh sebab itu
untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai
teknik menyusui.
1. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang
lepas tidak menumpuk.
b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau
dengan jalan operasi.
2. Macam-Macam Posisi Menyusui Bayi yang Benar
Dalam menyusui, terdapat macam posisi menyusui, cara menyusui yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
a. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar
b. Posisi menyusui sambil duduk yang benar
c. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar
d. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan
e. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah dengan tiduran

Anda mungkin juga menyukai