Perkerasan jalan merupakan suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang telah mendapatkan pemadatan, yang berfungsi untuk memikul beban lalu lintas kemudian menyebarkan beban, baik ke arah horizontal maupun vertikal dan akhirnya meneruskan beban ke tanah dasar (Subgrade) sehingga beban pada tanah dasar tidak melampaui daya dukung tanah yang diizinkan. Berdasarkan pada bahan ikatnya, perkerasan jalan dibagi menjadi dua yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) yang terdiri atas bahan batuan dari berbagai fraksi membentuk gradasi batuan yang sesuai dengan persyaratan dan diikat oleh bahan pengikat Aspal, dan perkerasan kaku (rigid pavement) yang adalah perkerasan yang terdiri dari komponen batuan (agregate) kerikil dan pasir yang dicampur dan diikat oleh bahan pengikat Semen Portland (PC). Umumnya struktur perkerasan lentur terdiri atas tanah dasar, lapis pondasi agregat kelas B (lapis pondasi bawah), lapis pondasi agregat kelas A (lapis pondasi atas), dan Aspal Beton. Aspal beton terdiri dari tiga lapisan yaitu, Laston Lapis Antara AC (Asphalt Concrete) – BC (Binder Course), Laston Lapis Aus AC (Asphalt Concrete) – WC (Wearing Course) dan Laston Lapis Pondasi AC-Base ( Asphalt Concrete-Base). Lapis pondasi jalan adalah lapisan struktur yang berada di atas tanah/subgrade yang berfungsi untuk memberikan daya dukung pada jalan sehingga permukaan jalan tetap dalam kondisi stabil. Pekerjaan lapis pondasi jalan tentunya tidak terlepas dari ketersediaan material seperti pasir, kerikil dan batu pecah. Namun, pada kenyataannya ketersediaan pasir sangat terbatas untuk beberapa daerah tertentu. Salah satunya ialah di Desa Buraen, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Masalah seperti keterbatasan pasir di daerah tersebut dan jauhnya pengangkutan pasir dari lokasi quarry sehingga memakan biaya yang mahal. Disamping itu Pulau Timor terbentuk atas endapan tanah kapur yang bersifat menyerap air menjadikannya sebagai daerah lahan kering meliputi sebagian besar wilayahnya oleh karena itu bukit-bukit kapur di daerah ini menyimpan sumber- sumber kekayaan alam yang potensial (Kota Kupang keadaan geologis tanah & source web & cd http balitbang.bmk dalam Agus 2013). Disisi lain Desa Buraen memiliki potensi tanah putih yang besar dan tersedia langsung pada lokasi daerah tersebut. Sehingga dengan potensi tanah putih yang ada, bisa dapat digunakan sebagai pengganti agregat halus (pasir). Bahan dasar kapur adalah batu kapur. Batu kapur mengandung kalsium karbonat (CaCO3). Susunan kimia dan sifat bahan yang mengandung kapur ini berbeda dari satu tempat ke tempat lain,bahkan dalam satu tempat belum tentu sama (Anonim, 2014). Oleh karena itu penggunaan tanah putih sebagai pengganti pasir perlu dilakukan penelitian agar mengetahui sifat-sifat dari tanah tersebut yang kemudian dipakai apabila memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji tentang penggunaan sirtu tanah putih sebagai pengganti fraksi pasir dalam campuran bahan lapis pondasi jalan agregat kelas B. Penggunaan sirtu tanah putih sebagai pengganti fraksi pasir tentu akan memberikan pengaruh pada mutu dan kualitas dari lapis pondasi jalan agregat kelas B. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat fisik agregat kasar dan halus, gradasi gabungan dan nilai CBR menurut Spesifikasi Umum Bina Marga 2018. Penggunaan Sirtu tanah putih sebagai pengganti fraksi pasir dibuat dalam 3 percobaan, yaitu dengan variasi 10%, 20% dan 30% dari berat agregat halus (pasir). Penelitian ini akan dilaksanakan pada Laboratorium Pengujian Bahan Politeknik Negeri Kupang. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengambil penelitian dengan judul Kajian Penggunaan Sirtu Tanah Putih Sebagai Pengganti Fraksi Pasir Dalam Campuran Lapis Pondasi Jalan Agregat Kelas B. Hasil akhir dari penelitian ialah untuk mengkaji kelayakan dari penggunaan sirtu tanah putih sebagai pengganti fraksi pasir, berpengaruh pada mutu dan kualitas lapis pondasi jalan agregat kelas B yang memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2018. 2.2 Rumusan Masalah Bagaimana Kajian Penggunaan Sirtu Tanah Putih Sebagai Pengganti Fraksi Pasir Dalam Campuran Bahan Lapis Pondasi Jalan Agregat Kelas B ?
2.3 Tujuan Penelitian
Untuk Mengkaji Penggunaan Sirtu Tanah Putih Sebagai Pengganti Fraksi Pasir Dalam Campuran Bahan Lapis Pondasi Agregat Kelas B.
2.4 Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui hasil kajian penggunaan sirtu tanah putih sebagai pengganti fraksi pasir berpengaruh baik terhadap kualitas lapis pondasi jalan agregat kelas B maka penggunaan sirtu tanah putih bisa dipakai dalam pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B untuk mengganti pasir akibat adanya permasalahan seperti ketersediaan pasir di quarry yang terbatas dan jarak lokasi pengangkutan pasir dari quarry yang jauh sehingga harga pasir menjadi mahal.
2.5 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada beberapa teori yang berkaitan dengan kajian penggunaan sirtu tanah putih sebagai pengganti fraksi pasir dalam campuran bahan lapis pondasi jalan agregat kelas B. Adapun kandungan isi laporan penelitian yang dibatasi, yaitu : a. Perkerasan jalan dalam hal ini Perkersan Jalan Lentur (Flexile Pavement) yaitu bagian lapisan pondasi bawah (Subbase Course) atau Lapis Pondasi Jalan Agregat Kelas B. b. Kajian Penggunaan Sirtu Tanah Putih Sebagai Pengganti Fraksi Pasir Dalam Campuran Bahan Lapis Pondasi Agregat Kelas B. c. Pengujian sifat-sifat fisik agregat, gradasi gabungan dan nilai CBR menurut Spesifikasi Umum Bina Marga 2018.