Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkerasan jalan merupakan suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar
yang telah mendapatkan pemadatan, yang berfungsi untuk memikul beban lalu lintas
kemudian menyebarkan beban, baik ke arah horizontal maupun vertikal dan akhirnya
meneruskan beban ke tanah dasar (Subgrade) sehingga beban pada tanah dasar tidak
melampaui daya dukung tanah yang diizinkan. Berdasarkan pada bahan ikatnya,
perkerasan jalan dibagi menjadi dua yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) yang
terdiri atas bahan batuan dari berbagai fraksi membentuk gradasi batuan yang sesuai
dengan persyaratan dan diikat oleh bahan pengikat Aspal, dan perkerasan kaku (rigid
pavement) yang adalah perkerasan yang terdiri dari komponen batuan (agregate)
kerikil dan pasir yang dicampur dan diikat oleh bahan pengikat Semen Portland (PC).
Umumnya struktur perkerasan lentur terdiri atas tanah dasar, lapis pondasi
agregat kelas B (lapis pondasi bawah), lapis pondasi agregat kelas A (lapis pondasi
atas), dan Aspal Beton. Aspal beton terdiri dari tiga lapisan yaitu, Laston Lapis
Antara AC (Asphalt Concrete) – BC (Binder Course), Laston Lapis Aus AC (Asphalt
Concrete) – WC (Wearing Course) dan Laston Lapis Pondasi AC-Base ( Asphalt
Concrete-Base).
Lapis pondasi jalan adalah lapisan struktur yang berada di atas
tanah/subgrade yang berfungsi untuk memberikan daya dukung pada jalan sehingga
permukaan jalan tetap dalam kondisi stabil. Pekerjaan lapis pondasi jalan tentunya
tidak terlepas dari ketersediaan material seperti pasir, kerikil dan batu pecah. Namun,
pada kenyataannya ketersediaan pasir sangat terbatas untuk beberapa daerah tertentu.
Salah satunya ialah di Desa Buraen, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Masalah seperti keterbatasan pasir di daerah tersebut dan jauhnya
pengangkutan pasir dari lokasi quarry sehingga memakan biaya yang mahal.
Disamping itu Pulau Timor terbentuk atas endapan tanah kapur yang bersifat
menyerap air menjadikannya sebagai daerah lahan kering meliputi sebagian besar
wilayahnya oleh karena itu bukit-bukit kapur di daerah ini menyimpan sumber-
sumber kekayaan alam yang potensial (Kota Kupang keadaan geologis tanah &
source web & cd http balitbang.bmk dalam Agus 2013). Disisi lain Desa Buraen
memiliki potensi tanah putih yang besar dan tersedia langsung pada lokasi daerah
tersebut. Sehingga dengan potensi tanah putih yang ada, bisa dapat digunakan sebagai
pengganti agregat halus (pasir).
Bahan dasar kapur adalah batu kapur. Batu kapur mengandung kalsium
karbonat (CaCO3). Susunan kimia dan sifat bahan yang mengandung kapur ini
berbeda dari satu tempat ke tempat lain,bahkan dalam satu tempat belum tentu sama
(Anonim, 2014). Oleh karena itu penggunaan tanah putih sebagai pengganti pasir
perlu dilakukan penelitian agar mengetahui sifat-sifat dari tanah tersebut yang
kemudian dipakai apabila memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji tentang penggunaan sirtu tanah
putih sebagai pengganti fraksi pasir dalam campuran bahan lapis pondasi jalan
agregat kelas B. Penggunaan sirtu tanah putih sebagai pengganti fraksi pasir tentu
akan memberikan pengaruh pada mutu dan kualitas dari lapis pondasi jalan agregat
kelas B.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat fisik agregat kasar dan
halus, gradasi gabungan dan nilai CBR menurut Spesifikasi Umum Bina Marga 2018.
Penggunaan Sirtu tanah putih sebagai pengganti fraksi pasir dibuat dalam 3
percobaan, yaitu dengan variasi 10%, 20% dan 30% dari berat agregat halus (pasir).
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Laboratorium Pengujian Bahan Politeknik
Negeri Kupang.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengambil penelitian dengan judul
Kajian Penggunaan Sirtu Tanah Putih Sebagai Pengganti Fraksi Pasir Dalam
Campuran Lapis Pondasi Jalan Agregat Kelas B. Hasil akhir dari penelitian ialah
untuk mengkaji kelayakan dari penggunaan sirtu tanah putih sebagai pengganti fraksi
pasir, berpengaruh pada mutu dan kualitas lapis pondasi jalan agregat kelas B yang
memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2018.
2.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Kajian Penggunaan Sirtu Tanah Putih Sebagai Pengganti Fraksi
Pasir Dalam Campuran Bahan Lapis Pondasi Jalan Agregat Kelas B ?

2.3 Tujuan Penelitian


Untuk Mengkaji Penggunaan Sirtu Tanah Putih Sebagai Pengganti Fraksi
Pasir Dalam Campuran Bahan Lapis Pondasi Agregat Kelas B.

2.4 Manfaat Penelitian


Dengan mengetahui hasil kajian penggunaan sirtu tanah putih sebagai
pengganti fraksi pasir berpengaruh baik terhadap kualitas lapis pondasi jalan agregat
kelas B maka penggunaan sirtu tanah putih bisa dipakai dalam pekerjaan lapis
pondasi agregat kelas B untuk mengganti pasir akibat adanya permasalahan seperti
ketersediaan pasir di quarry yang terbatas dan jarak lokasi pengangkutan pasir dari
quarry yang jauh sehingga harga pasir menjadi mahal.

2.5 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada beberapa teori yang
berkaitan dengan kajian penggunaan sirtu tanah putih sebagai pengganti fraksi pasir
dalam campuran bahan lapis pondasi jalan agregat kelas B. Adapun kandungan isi
laporan penelitian yang dibatasi, yaitu :
a. Perkerasan jalan dalam hal ini Perkersan Jalan Lentur (Flexile Pavement)
yaitu bagian lapisan pondasi bawah (Subbase Course) atau Lapis Pondasi
Jalan Agregat Kelas B.
b. Kajian Penggunaan Sirtu Tanah Putih Sebagai Pengganti Fraksi Pasir Dalam
Campuran Bahan Lapis Pondasi Agregat Kelas B.
c. Pengujian sifat-sifat fisik agregat, gradasi gabungan dan nilai CBR menurut
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018.

Anda mungkin juga menyukai