Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA

Tn .A DENGAN DIABETES MELLITUS PADA NY. S DI WILAYAH KALIMANTAN


TENGGAH

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun oleh:
Oleh :
NINDIA AYU PERMADANI
NIM. 40220022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA


LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA
Tn.A DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II PADA NY. S DI WILAYAH
KALIMANTAN TENGGAH

Nama Mahasiswa : Nindia Ayu Permadani


NIM : 40220022
Nama Institusi : Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kediri, tanggalbulantahun
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Kaprodi

ttd. ttd.

Paramita Ratna G.,S,Kep.,Ns,M.Kes Sri Wahyuni,S. Kep.,Ns,M.Kep


NIK. NIK.
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari
individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling
ketegantungan untuk mencapai tujuan bersama
. Keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu yang
bergabung dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain diwujudkan
dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan
bersama. Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang
yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu,
adik, kakak dan nenek (Sulistyo Andarmo, 2011).

2. Tipe keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dananak yang diperoleh dari keturunannya,
adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan
darah (kakek-nenek, paman bibi).
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yng bercerai atau kehilangan
pasangannya.
d. Orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone)
f. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital
heterosexsual cobabiting family)
g. Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family).
h. Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena
masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti dengan
adat istiadat yang sangat kuat.
3. Peranan dan struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan
sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan memotivasi
penderita untuk terus melakukan pengobatan dapat mempercepat proses
penyembuhan.
b. Struktur peran keluarga
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya dengan baik
akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam
keluarga dan masyarakat.
c. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang
lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan
suasana kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam keluarga.
d. Nilai atau norma keluarga
Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan merupakan
gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga. (Suprajitno, 2004: 7)

4. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang
sakit DM akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari
anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada
batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan
mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan
kondisinya .Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi
penderita.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi
secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks
pada anak sangat penting.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan
makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan.
5. Tugas keluarga di bidang kesehatan
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di
bidang kesehatan yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis.Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada
keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan . Kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan
pencegahan TBC.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan pertimbangkan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan
tindakan.keluarga.Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.Ketidaksanggupan
keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang
tepat,disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika
demikian ,anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatanperlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga
dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga
diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan
mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

6. Tahap perkembangan keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama:
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masing-masing :
1. Membina hubungan intim yang memuaskan
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran
anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan keluarga.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman
2. Membantu anak untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

d. Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai
6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan
keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari
jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampi keduanya
meninggal :
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
B. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi diabetes
Diabetes mellitus adalah penyakit kronik yang terajadi baik saat pangkreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkan. Insulin sendiri adalah hormon yang angat dibutuhkan oleh
tubuh yang diproduksi dari kelenjar pangkreas,yang mengatur trasnport gula darah
dari aliran darah ke sel tubuh dengan mengubah glukosa menjadi energi. Peningkatan
gula darah jika dibiarkan maka bisa menyebabkan kerusakan sistem tubuh,yang
mengarah pada komplikasi kesehatan yang mengancam jiwa seperti penyakit kardio,
neuropati, nefropati, dan penyakit mata (World Health Organization, 2016).
2. Klasifikasi
Menurut international diabetes federation (2017) DM diklasifikasikan menjadi 4

yaitu :

a. Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 ini disebabkan oleh reaksi autoimun dimana sistem kekebalan

tubuh menyerang sel beta penghasil insulin atau kekurangan insulin yang

dibutuhkan oleh tubuh. Akibatnya tubuh tidak menghasilkan insulin atau

kekurangan insulin yang dibutuhkan oleh tubuh. Penyakit ini bisa berkembang

pada semua usia tetapi biabetes tipe 1 ini paling sering terjadi pada anak-anak dan

remaja.

Orang dengan diabetes tipe 1 memerlukan suntikan insulin setiap hari agar

bisa mempertahankan glukosa dalam kisaran yang normal. Tanpa insulin pasien

tidak akan bisa bertahan hidup. Orang dengan pengobatan insulin sehari-hari.

Butuh pemantauan glukosa darah secara teratur dan pemeliharaan diet sehat dan

gaya hidup sehat bisa menunda atau menghindari terjadinya komplikasi diabetes.

b. Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah diabetetes yang paling umum ditemukan. Pada

diabetes tipe 2 hiperglikemia adalah hasil dari produksi insulin yang tidak adekuat

dan ketidakmampuan tubuh untuk merespon insulin,yang didefinisikan sebagai

resistensi insulin. Selama keadaan resisitensi insulin,insulin tidak efektif yang

awalnya meminta untuk miningkatkan produksi insulin untuk mengurangi

peningkatan glukosa darah tetapi semakin lama semakin relative tidak adekuat

pada perkembangan produksi insulin.

c. Gestational Diabetes Militus

Hiperglikemia (Peningkatan kadar glukosa darah) yang dialami saat

kehamilan. Diabetes gestational ini dapat didiagnosis pada trimestes pertama

kehamilan tetapi dalam kebanyakan kasus diabetes kemungkinan ada sebelum

kehamilan, tetapi tidak terdiagnosis.

3. Etiologi
Menurut world health organization (2016) berikut adalah faktor dan resiko dari

diabetes :

a. Riwayat keluarga diabetes atau genetika.

b. Usia lebih tua.

c. Obesitas atau kenaikan berat badan yang berlebih.

d. Pola makan atau nutrisi yang buruk.

e. Kurangnya aktifitas fisik.

f. Riwayat diabetes gestational.


g. Faktor-faktor lain termasuk asupan buah dan sayuran yang tidak memadai,serat

makanan dan asupan makanan yang tinggi lemak jenuh.

4. Manifestasi klinis
Menurut International diabetes federation (2017) tanda dan gejala DM:

a. Diabetes tipe 1

Selalu merasa haus dan mulut kering (Polidipsia), sering buang air kecil

(Poliguria), kekurangan tenaga, kelelahan, selalu merasa lapar

(Polifagia),penurunan berat badan, penurunan daya penglihatan.

b. Diabetes tipe 2

Gejala diabetes tipe 2 ini hampir sama dengan diabetes tipe 1 namun

seringkali kurang dapat diketahui atau bisa juga tidak ada gejala awal yang

muncul saat penyakit ini terdiagnosis beberapa tahun setelah komplikasi sudah

ada. Berikut adalah gejala diabertes tipe 2 selalu merasa haus dan mulut kering

(Polidipsia), sering buang air kecil (Poliguria), kekurangan tenaga, kelelahan,

sering kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki penglihatan kabur.

c. Gestational diabetes mellitus

Biasanya gejala awal hiperglikemia yang berlebihan selama kehamilan

jarang terjadi dan mungkin sulit untuk diketahui, untuk itu perlu dilakukan tes

toleransi glukosa oral (OGTT) antara minggu ke 24 dan 28 kehamilan, tetapi

untuk perempuan yang beresiko tinggi bisa dilakukan skrining lebih awal.
5. Patofisiologi
sel-sel beta pankreas telah dihancurkan dengan proses autoimun. Patofisiologi
diabetes mellitus (Brunner &Suddarth, 2013)
a. DM tipe I

Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan

insulin karena hancurnya Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah

dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsenterasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa

tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan

diekskresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan

elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai

akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, klien akan mengalami

peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga menganggu metabolisme protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan. Klien dapat mengalami peningkatan

selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya

mencakup kelemahan dan kelelahan.


Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenelisis (pemecahan

glukosa yang disimpan) dan glukosaneogenesis (pembentukan glukosa baru

dari asam-asam amino serta substansi lain), namun pada

penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan

lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Di samping itu akan terjadi

pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton

yang merupakan produksi samping pemecahan lemak

b. DM TIPE 2

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.

Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu

rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin

pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan

demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan

glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada

penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi

insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat

yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa

akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas

diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin yang mencegah pemecahan

lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis

diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II

6. Pemeriksaan Penunjang
1) Glukosa darah sewaktu
a.  Kadar glukosa darah puasa
b. Tes toleransi glukosa
2) Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.

7. Komplikasi
Berikut adalah komplikasi dm menurut international diabetes federation (2017).

a. Diabetic eye disease(DED)

Penyakit mata diabetes terjadi secara langsung akibat kadar glukosa darah

tinggi kronis yang menyebabkan kerusakan kapiler retina, yang mengarah ke

kebocoran dan penyumbatan kapiler. Akhirnya mnyebabkan kehilangan

penglihatan sampai kebutaan DED terdiri dari diabetic retinopaty, diabetic

marcular edema, hilangnya kemampuan fokus mata atau penglihatan ganda.

b. Cronic kidney disease(CKD)


Diabetes adalah salah satu penyebab utama gagal ginjal, namun frekuensinya

bervariasi antara populasi dan juga terkait dengan tingkat keparahan dan lamanya

penyakit. CKD pasien diabetes bisa disebabkan oleh nefropatik diabetik,

polineuropati disfungsi kandung kemih, peningkatan infeksi kandung kemih.

c. Neuropati diabetic

Neuropati diabetic mengkin merupakan komplikasi DM yang paling umum.

Faktor resiko utama dari kondisi ini adalah tingkat dan durasi peningkatan

glukosa darah. Neuropati dapat menyebabkan kehilangan fungsi otonom, motorik

dan sensorik pada tubuh. Neuropati diabetik dapat menyebabkan perasan

abnormal dan mati rasa pada kaki yang menyebabkan timbulnya ulkus karena

trauma ekternal atau tekanan internal tulang. Neuropati juga menyebabkan

disfungsi kaki ereksi. Kasus ini bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan

diabetik foot ulcer.

8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a Terapi nutrisi

Terapi nutrisi merupakan bagian penting dari penatalaksanaan diabetes

secara komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara

menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta

pasien dan keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi nutrisi sebaiknya

diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap penyandang Diabetes. Prinsip


pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan

untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan

kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang DM perlu

diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan

jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang

meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri. Pengaturan pola

makan rekomendasi bagi seseorang diabetes itu misalnya mengurangi

gula,lemak jenuh, asupan garan. Meskipun setiap orang memiliki kebutuhan

yang sama tetapi seseorang dengan diabetes ini memerlukan diet yang lebih

tertata untuk mencegah hiperglikemia.

Pedoman diet DM dengan 3J ( Jadwal, Jenis, Jumlah)

Prinsip pengaturan makanan bagi penderita diabetes adalah prinsip 3J,

yaitu jadwal, jenis, dan jumlah, dalam arti penderita diabetes harus mengatur

jadwal makanan, mengatur jenis sumber energi, dan mengatur jumlah kebutuhan

energi (PERKENI, 2015).

1) Jadwal

Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori dan komposisi

yang terhitung dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang

(30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15) diantaranya

(PERKENI, 2015).

Tabel 2.3 Jadwal makanan pasien diabetes


Jadwal makan Waktu Total kalori
Makan pagi 07.00 20%
Selingan 10.00 10%
Makan siang 13.00 30%
Selingan 16.00 10%
Makan 19.00 25%

sore/malam
Selingan 20.00 10%
Sumber : (Waspadji, 2007)

2) Jenis

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :

a) Karbohidrat kompleks tetapi dibatasi seperti nasi, roti, mie, kentang,

singkong, ubi, dan sagu. Makanan yang mengandung karbohidrat mudah

diserap seperti sirup,gula, dan sari buah harus dihindari.

b) Dalam jumlah terbatas bentuk makanan yang mudah dicerna, terutama

diolah dengan cara dipanggang dikukus, direbus, dan dibakar.

c) Sayuran dengan karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel,

kacang kapri, daun singkong, dan bayamharus dibatasi tidak boleh dalam

jumlah banyak. Sayur yang bebas dikonsumsi adalah sayuran dengan

kandungan kalori rendah seperti mentimun, labu siam, lobak, selada, jamur

kuping, dan tomat.

d) Buah-buahan berkalori tinggi seperti nanas, anggur, mangga, sirsak,

pisang, alpukat, dan sawo sebaiknya dibatasi (PERKENI, 2015).

3) Jumlah
Pengetahaun jumlah kalori diet diabetes militus Penentuan jumlah kalori

diet diabetes disesuaikan dengan setatus gizi penderita. Pentuan status gizi di

laksanakn dengan menghitung Percentage Of Relative Body Weight (RBW).

b. Latihan fisik

Latihan fisik dapat meningkatkan sirkulasi, tonuis otot, dan mengurangi

berat badan serta meningkatkan penyerapan glukosa dalam sel otot sehingga

membantu menurunkan kadar gula darah.

c. Medikasi

Dm dapat diobati dengan obat tunggal atau kombinasi obat oral dan insulin.

Setiap obat diberikan untuk salah satu ketidak normalan kadar gula darah dan

kombinasi dengan perawatan medis yang menormalkan gula darah. Jika terapi

oral tidak bekerja secara maksimal maka cara terapi insulin satu-satunya cara

untuk mengontrol kadar glukosa darah.

d. Memonitoring gula darah

Memonitoring gula darah mandiri untuk merekomendasikan bahwa

memonitior gula darah mandiri harus masuk sebagai bagian dari pendidikan

mananjemen diri diabetes berkelanjutan untuk membantu pasien untuk lebih

memahami kadar gula darah mereka,berpartisipasi dalam proses pengambilan

keputusan pengobatan dan memodifikasi perilaku perawatan dan obat-obatan

yang diperlukan.

e. Perawatan kaki
Kaki diabetes diangap sebagai komplikasi secara umum dari diabetes. Pasien

dengan resiko ulkus kaki, harus memahami dasar-dasar perawatan kaki.

Beberapa studi menunjukan bahwa intervensi pendidikan bagi pasien tentang

perawatan kaki sangat efektif dalam pencegahan ulkus kaki diabetik. Perawat

dapat mengajarkan pasien bagaiaman memalakukan perawatan fisik dan

merawat kaki setiap hari. Misalnya perawat dapat menganjurkan pasien untuk

rutin kontrol.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh danberbau, adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat
penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak
dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen,obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( +++
+ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin d.d kadar glukosa dalam
darah/urin tinggi
2. Defisit pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus d.d klien ingin meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus.
C. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Ketidakstabilan kadar Setelah diberikan asuhan Manajemen Hiperglikemi
glukosa darah b.d resistensi keperawatan selama Observasi
insulin d.d kadar glukosa 1x24 jam diharapkan 1. Identifikasi
dalam darah/urin tinggi kestabilan kadar glukosa kemungkinan penyebab
meningkat. hiperglikemi
Kriteria Hasil: 2. Monitor kadar glukosa
1. Kadar glukosa darah
dalam darah 3. Monitor tanda gejala
membaik (5) hiperglikemi
2. Mengantuk Terapeutik
menurun (5) 1. Berikan asupan cairan
3. Pusing menurun oral
(5) 2. Konsultasikan dengan
4. Lelah/lesu medis jika tanda dan
menurun (5) gejala hiperglikemia
5. Keluhan lapar tetap ada atau
menurun (5) memburuk
Edukasi
1. Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
2. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
3. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih
dari 250 mg/Dl
4. Ajarkan pengelolaan
diabetes
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin
2 Defisit pengetahuan tentang Setelah diberikan asuhan Edukasi Proses Penyakit
penyakit diabetes melitus keperawatan selama Observasi
d.d klien ingin 1x24 jam diharapkan 1. Identifikasi kesiapan
meningkatkan pengetahuan tingkat pengetahuan dan kemampuan
tentang penyakit diabetes klien meningkat. menerima informasi
melitus. Kriteria Hasil: Terapeutik
1. Perilaku sesuai 1. Sediakan materi dan
anjuran media pendidikan
meningkat (5). kesehatan
2. Pertanyaan 2. Jadwalkan pendidikan
tentang masalah kesehatan sesuai
yang dihadapi kesepakatan
menurun (5). 3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan
faktor resiko penyakit
2. Jelaskan proses
patofisiologi
munculnya penyakit
3. Jelaskan tanda dan
gejala yang
ditimbulkan oleh
penyakit
4. Jelaskan kemungkinan
terjadinya komplikasi
5. Ajarkan cara
meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan
6. Ajarkan cara
meminimalkan efek
samping dari intervensi
atau pengobatan
7. Informasikan kondisi
klien saat ini
8. Anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan
gejala memberat atau
tidak bisa.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga :
Nama : Tn. A
Pendidikan : SMA
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Ds. Pangkalan lada RT 07 RW 02 pangkalan dewa, Kalimantan Tengah
Suku : Jawa
No.Telp : 081335660440
b. Komposisi Keluarga
No Nama L/P Umur Hub.Klg Pekerjaan Pendidikan
.
1. Tn. A L 60 Suami Wiraswasta SMA
2. Ny. S P 56 Istri Ibu Rumah SMP
Tangga
3. An. M L 20 Aank ke 1 Mahasiswa SMA
4. An. B L 17 Anak ke 2 Siswa SMP
5. An, C P 8 Anak ke 3 siswa SD

c. Genogram
: Laki-laki
: Perempuan

: Meninggal
: Pasien
: Tinggal satu rumah

Keluarga ini tergolong nuclear family (keluarga inti) karena dalam satu rumah
terdapat ayah, ibu dan anak-anak. Keluarga ini bisa tergolong dalam keluarga dengan
lingkungan yang bersih dan memiliki hubungan yang baik antara anggota keluarga.
Keluarga ini menganut agama islam dan berbudaya suku jawa. Ny S menderita Diabetes
melitus karena faktor pola hidup, bukan karena faktor keturunan dari keluarganya. Tn. S
bekerja sebagai Wiraswasta sedangkan istrinya berkerja sebagai ibu rumah tangga dan
anak –anaknya masih sekolah.
d. Type Keluarga :
a) Jenis type keluarga :
Keluarga Tn. A adalah seorang wiraswasta, tipe keluarga nuclear family yang di
dalam rumah terdiri dari Tn. K (60 tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. S (56 tahun)
sebagai istri, An.M (20 tahun) yang berkerja sebagai mahasiswa dan An. B yang
masih SMA sebagai anak C yang masih SD.
b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut :
Ny S mengatakan tidak patuh terhadap pengobatan dan sering makan-makanan yang
dapat memicu penyakit Diabetes melitus yang diderita. Setiap pagi ia selalu
meminum teh manis.

e. Suku Bangsa :
a) Asal suku bangsa : Jawa
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan :
Tidak ada budaya yang berhubungan dengan kesehatan
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :
Agama Islam dan tidak ada kepercayaan yang membengaruhi kesehatan
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah :
Tn. S
b) Penghasilan :
Kurang lebih Rp : 2.500.000
c) Upaya lain :
Tidak ada
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) :
Rumah,tv, kulkas, motor, mesin cuci, kursi,lemari dan sepeda
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan :
Kebutuhan untuk membeli sembako, tagihan listrik, pembelian kuota internet,
pembayaran untuk SPP sekolah anak, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
Menonton Tv dan berbincang-bincang dengan tetangga dan diladang.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :
Keluarga Tn. A berada pada tahap perkembangan dengan anak usia remaja (13-20 tahun)
tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja,
memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :
Tugas keluarga yang belum terpenuhi tidak ada
c) Riwayat kesehatan keluarga inti :
a. Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Ny S mengatakan akhir-akhir ini gula darahnya saat di cek ke appotik saat tinggi ia
sering merasakan pusing, saat malam hari ia mudah haus dan buang air kecil. Ia
sering mrminum teh hangat saat pagi sudah menjadi rutinitas. Ny S jarang meminum
obat
b. Riwayat penyakit keturunan :
Tidak ada
c. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :
Tindaka
Keadaan Imunisasi n yang
Masalah
No Nama Umur BB Kesehata (BCG/Polio/DPT telah
kesehatan
n /HB/Campak) dilakuka
n
Keadaan Lemas,
71 Tidak
1. Tn. A 60 umum Tidak Lengkap letih dan
kg ada
cukup pusing
Keadaan
65 Tidak
2. Ny. S 56 umum Tidak Lengkap Tidak ada
kg ada
baik
Keadaan
An. 55 Tidak
3. 20 umum Lengkap Tidak ada
M kg ada
baik
Keadaan
40 Tidak
4. An. B 17 umum Lengkap Tidak ada
kg ada
baik
5. An.C 8 30 Keadaan Lengkap Tidak ada Tidak
umum
ada
baik

d. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Puskesmas


d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Diabetes melitus
III.PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
a. Luas rumah :
10x30m2. Di isi oleh 5 orang
b. Type rumah :
Rumah permanen
c. Kepemilikan :
Tanah dan bangunan milik peribadi
d. Jumlah dan ratio kamar/ruangan :
8 m2 per anggota keluarga
e. Ventilasi/jendela :
Terdapat 3 jendela di 4 kamar tidur, terdapat 1 jendela di ruang tamu, dan 1 pintu
utama.dan 1 pintu belakang
f. Pemanfaatan ruangan :
Terdapat 4 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 wc, dan 1 ruang tamu
g. Septic tank : Ada 1
h. Letak : Berada di belakang rumah
i. Sumber air minum : Air galon isi ulang terkadang aqua
j. Kamar mandi/WC : Ada
Sampah : Tidak ada sampah berantakan
Limbah RT : Dibuang ditempat sampah sementara lalu di bakar di tempat sampah
utama.
k. Kebersihan lingkungan : Kondisi lingkungan tempat tinggal bersih
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
a. Kebiasaan :
Tetangga disekitar rumah ramah, keluarga Ny S tinggal berdekatan dengan
tetangganya. Hubungan dengan tetangga baik. Kebanyakan tetangga bermata
pencaharian sebagai Petani dan buruh pabrik.
b. Aturan/kesepakatan :
Tidak ada aturan khusus
c. Budaya :
Tidak ada budaya khusus di lingkungan sekitar
3. Mobilitas Geografis Keluarga :
Rumah merupakan daerah perkampungan tidak jauh dari jalan raya, pasar tradisional,
mini market ,mudah di jangkau oleh sepeda motor maupun mobil.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Keluarga Tn. A biasa berkumpul setiap hari, Di lingkungan rumah ada kegiatan rutin
seperti pengajian, pertemuan RT, POS kampling dan kebersihan lingkungan. Keamanan
lingkungan terjaga, hubungan antar tetangga baik.
5. Sistem Pendukung Keluarga :
Tn. A membantu merawat Ny. S yang sakit, Tn.A dan anaknya kerap kali membantu
aktivitas Tn.S ketika sedang sakit dan membawa ke fasilitas kesehatan ketika dirasa
membutuhkan.
6. Pola/cara Komunikasi Keluarga :
Keluarga Ny.S dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa. Komunikasi antar
anggota keluarga merupakan komuniasi terbuka. Dalam keluarga mempunyai kebiasaan
berkomunikasi setiap malam ketika menonton tv, keluarga bertukar pendapat dan
menceritakan hal-hal yang terjadi dalam keluarga.
a. Struktur Kekuatan Keluarga :
Kekuatan Keluarga dipegang oleh anggota keluarga. Keputusan yang di ambil dalam
keluarga dipegang oleh Tn. A model kekuatan dan kekuasaan yang digunakan
keluarga dalam membuat keputusan menggunakan musyawarah.
b. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) :
1. Tn.A berperan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah untuk menghidupi
keluarganya.
2. Ny. S berpern sebgai istri dari Tn.K dan mengerjakani urusan Rumah tangga
3. An.T berperan sebagai anak pertama yang tinggal satu rumah dengan Tn.A dan Ny.
S yang masih kuliah
4. An. B berperan sebagai anak ke 2 yang tiggal satu rumah yang berstatus sebagai
siswi.
5. An. C berperan sebagai anak ke 3 yang tiggal satu rumah yang berstatus sebagai
siswi.
c. Nilai dan Norma Keluarga :
Dalam keluarga Tn.A dan Ny.S menekankan etika dan sopan santun dalam bergaul
dengan orang lain, saling menghormati dan menghargai, serta berani karena benar
dan sesuai dengan budaya jawa.
IV. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif :
Keluarga Ny.S termasuk keluarga harmonis, interaksi dalam keluarga terjalin baik. Antar
anggota keluarga saling memperhatikan, menghormati, dan menyayangi sehingga tidak
ada istilah pilih kasih.
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga :
Dalam keluarga Ny. S menanamkan hidup rukun dan damai

b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga :


Interaksi dalam keluarga terjalin baik. Antar anggota keluarga saling memperhatikan,
menghormati, dan menyayangi sehingga tidak ada istilah pilih kasih.
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan :
Tidak ada yang dominan semua keputusan diputuskan secara bermusyawarah.
d) Kegiatan keluarga waktu senggang :
Menonton televisi
e) Partisipasi dalam kegiatan sosial :
Ny.S berserta keluarga sangant aktif dalam megikuti kegiatan sosial dilingkungan
tempat tinggalnya serperti arisan RT, pengajian, bersihdesa dan roda diposkampling.
c. Fungsi perawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan keluarganya :
Keluarga kurang begitu mengerti tentang penyakit yang diderita Ny.S
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat :
Keluargan Ny.S terkadang bingung mengambil tindakan kesehatan yang tepat karerna
terkadang Ny.S selalu mengambil keputusan sendiri
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
Keluarga Ny.S bisa merawat anggota keluarga yang sakit dengan ilmu dan peralatan
yang terbatas.
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat :
Keluarga Ny.S mampu memelihara lingkingan rumahnya agar anggota keluarga yang
lain tetap sehat.
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :
Terkadang Tn.A dan keluarga membawa anggota keluarga yang sakit ke Faskes
apabila parah.
d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak : 3 (Tiga)
b) Akseptor : Ya
Yang digunakan : Sudah tidak KB dulu KB pil
Lamanya : Tidak ada

e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan :
Pemenuhan kebutuhan di manfaatkan sebaik mungkin
b) Pemanfaatan sumber di masyarakat :
Pemanfaatan sumber di masyarakat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
V. STRES DAN KOPING KELUARGA
a) Stressor jangka pendek :
Keluarga kawatir dengan kondisi sakit yang dialami Ny.S
b) Stressor jangka panjang :
Apa bila sakit yang diderita Ny.S tidak kunjung sembung dan malah bertambah parah
c) Respon keluarga terhadap stressor :
Keluarga akan membawa Ny.S ke faskes
d) Strategi koping :
Bersabar dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
e) Strategi adaptasi disfungsional :
Di keluarga Ny.S tidak ada yang bersifat kekerasan di dalam membina rumah tangganya.
Semua dilakukan secara bermusyawarah.
VI. KEADAAN GIZI KELUARGA
a) Pemenuhan gizi :
Makanan yang biasa dikonsumsi tahu, tempe, kangkung, bayam, ayam, daging jarang,
ikan laut dan buah.
b) Upaya lain :
Keluarga Ny.s selalu berusaha memnuhi Asupan gizi seimbang setiap hari.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
a) Identitas
No. Nama Umur L/P Pendidikan Pekerjaan
1. Ny.S 56 L SMA Ibu rumah
tangga

b)
Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini :
Ny.S sering merasakan pusing, saat malam hari ia mudah haus dan buang air kecil,
badan terasa letih dan lesu GDP 200mg/dl
c) Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Ny.S memiliki riwayat penyakit Diabetes melitus sejak 3th yang lalu
d) Pemeriksaan fisik :
TD 120/100 mmHg
BB 56 kg
TB 156 cm
Nadi 90 x/menit
RR 20 x/menit
GDP 200mg/dl
Kepala Bentuk mesochepal
Rambut Warna hitam ada ubannya, bersih, agak ikal
Mata Terkadang pandangan kabur, tidak ada ikterik
Hidung Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
Telinga Bersih, tidak ada serumen, tidak ada luka
Mulut dan Bibir cukup lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada
tenggorokan nyeri telan
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada Simetris, vesikuler, tidak terdengar bunyi gallop
Abdomen Datar, tidak ada luka
Ekstermitas Berfungsi dengan baik, tidak ada kelainan
Kulit Sawo matang, tidak ada alergi, bersih
Genital Pasien sering BAK, tidak ada bendungan kandung
kemih

VIII. HARAPAN KELUARGA


a. Terhadap masalah kesehatannya :
Semoga kondisi Ny.S semakin membaik dan kondisinya Kondisi kadar gula darahnya
stabil
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada :
Semoga Tenaga kesehatan khususnya bagian komunitas lebih memperhatikan lagi
kondisi kesehatan warga yang ada di lingkungan yankes, dengan sering melakukan
skrinning penyakit tidak menular.
Nganjuk , 12 Januari 2021

Maria Tul Qiptiyah

Anda mungkin juga menyukai