Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

Fixed Drug Eruption

Disusun oleh:

Jibril Ali Syariati Assajad


119810027

Pembimbing:
dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALED CIREBON
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
2021
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
LAPORAN KASUS
FIXED DRUG ERUPTION

Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Waled Cirebon

Disusun Oleh:
Jibril Ali Syariati Assajad
119810027

Cirebon, Juni 2021


Pembimbing,

dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikankan laporan kasus yang berjudul
“Fixed Drug Eruption”. Penulisan laporan kasus ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu tugas Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Cirebon. Kami
menyadari sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan sampai dengan
terselesaikannya laporan kasus ini. Bersama ini kami menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang telah
memberikan sarana dan prasarana kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar.
2. dr. Muhammad Risman Sp.KK selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing kami dalam
penyusunan laporan kasus ini.
3. Orang tua beserta keluarga kami yang senantiasa memberikan do’a,
dukungan moral maupun material.
4. Serta pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan
kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Cirebon, Juni 2021

Jibril Ali Syariati Assajad

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Pengesahan............................................................................ I
Kata Pengantar...................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................ iii

I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Identitas Pasien..................................……................................... 1
B. Anamnesis................................................................................... 1
C. Status Generalis........................................................................... 2
D. Status Dermatologi...................................................................... 3
E. Pemeriksaan Penunjang............................................................... 3
F. Resume............……..………………………………………...... 3
G. Diagnosis Kerja...…...………..……………………………....... 3
H. Diagnosis Banding...................................................................... 3
I. Pemeriksaan Anjuran..………..……………………………....... 4
J. Penatalaksanaan........................................................................... 4
K. Prognosis..................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 5

III. KESIMPUAN................................……………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 14

iii
I. STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 57 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Desa waled RT/RW 01/03
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 2 Juni 2021

B. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis pada tanggal 2 Juni 2021, pukul 11.00 WIB

Keluhan Utama :

Bercak kehitaman pada pipi dan leher kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Poli Klinik RSUD Waled dengan keluhan
terdapat bercak kehitaman pada pipi kanan dan leher kanan. Keluhan
dirasakan sejak 5 bulan yang lalu, keluhan awalnya hanya bercak cercak
kecil yang lama kelamaan makin meluas hingga ke leher kanan. Keluhan
disertai dengan rasa gatal pada daerah tersebut yang hilang timbul.
Menurut pasien, keluhan tersebut timbul Ketika beberapa hari
setelah minum obat crestor dari puskesmas setempat.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Tidak ada keluahan serupa sebelumnya
Kolesterol tinggi (+)

1
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak terdapat keluarga yang mengalami hal serupa
Tidak ada yang menderita Alergi

Riwayat Atopi :
Tidak ada Riwayat Alergi makanan, namun untuk alergi obat obatan tidak
diketahui.

Riwayat Pengobatan :
Berobat rutin di puskesmas dan diberikan obat crestor (Rosuvastatin).

C. STATUS GENERALIS
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : Obesitas, BB: 56 kg, TB: 150 cm
Vital Sign : Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : T1 – T1 tenang , tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
KGB : tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema (- / -), sianosis (- / -)

2
D. STATUS DERMATOLOGI
Lokasi : A/R Facialis et coli dextra
Effloresensi : Patch hiperpigmentasi disertai skuama halus dengan
batas sirkumkrip.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

F. RESUME
Pasien datang ke Poli Klinik RSUD Waled dengan keluhan
terdapat bercak kehitaman pada pipi kanan dan leher kanan. Keluhan
dirasakan sejak 5 bulan yang lalu, keluhan awalnya hanya bercak cercak
kecil yang lama kelamaan makin meluas hingga ke leher kanan. Keluhan
disertai dengan rasa gatal pada daerah tersebut yang hilang timbul.
Menurut pasien, keluhan tersebut timbul Ketika beberapa hari setelah
minum obat crestor dari puskesmas setempat.
Pada pemeriksaan generalis didapatkan hasil dalam batas normal.
Pemeriksaan dematologi ditemukan Patch hiperpigmentasi disertai skuama
halus dengan batas sirkumkrip pada regio facialis et coli dextra.

3
G. DIAGNOSA KERJA
Fixed Drug Eruption

H. DIAGNOSIS BANDING
- Fixed Drug Eruption

- Melanoma

- Melasma

I. PEMERIKSAAN ANJURAN
Histopatologi

J. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa

2. Medikamentosa

- Metilprednisolon tablet 8 mg 2x 1

- Cetirizin tablet 10 mg 1 x 1

- Hidrokortison krim 1% 2 x 1

K. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad kosmetikam : dubia ad bonam

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Fixed drug eruption (FDE) merupakan salah satu erupsi pada kulit yang
ditandai dengan makula hiperpigmentasi, terkadang ditemukan bula
yang dapat timbul pada lokasi yang sama jika terpapar dengan obat
yang diduga sebagai  penyebab FDE. Terdapat banyak obat yang
dilaporkan dapat menyebabkan FDE, salah satunya disebabkan oleh
NSAIDs.(1,2)

3. Etiologi
Beberapa obat-obatan yang dilaporkan dapat menginduksi FDE
biasanya adalah obat yang sering digunakan seperti NSAIDs, terutama
derivat pirazolon seperti parasetamol, naproxen, oxicams dan asam
mefenamat. Telah dilaporkan juga jenis obat lainnya seperti antibiotik,
ibuprofen, sulfonamide, dan tetrasiklin serta agen lain seperti zat
kontras pada Computed Tomography.(3,4) Dalam Sebuah penelitian
dikatakan bahwa yang paling banyak menyebabkan FDE adalah jenis
NSAIDs dilanjutkan dengan antibiotik.(3,4)

4. Epidemiologi
Data Divisi Alergi dan Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin FKUI- RSCM menunjukkan selama tahun 1999-2001
alergi obat yang terbanyak pada anak usia di bawah 14 tahun adalah
FDE 46%, eksantema 5%, dan urtikaria 21%.(1)

5. Patogenesis
 Fixed Drug Eruption merupakan bentuk klasik dari
hipersensitivitas tipe 4 (Delayed Tipe Hipersensitivity)  subtipe D yang
dimediasi oleh sel T CD8+. Adanya proses inflamasi dan kerusakan
jaringan lokal pada FDE dilatarbelakangi oleh adanya sel T CD8+

5
yang menetap pada lesi FDE. Selain itu, Sel-sel tersebut  juga
ditemukan pada lapisan epidermis yang normal namun dapat bermigrasi
ke area lesi jika terjadi pajanan obat kausatif.(5)
Populasi sel T CD8+ yang ditemukan pada lesi FDE yang tidak
reaktif (berada dalam refractory period ) memiliki peran sebagai sel
efektor dan sel memori. Menetapnya sel CD8+ pada lesi dan salah satu
fungsinya sebagai sel memori menjelaskan terjadinya rekurensi lesi
pada tempat yang sama. Sel ini menimbulkan kerusakan jaringan karena
mencetuskan respon imun, walaupun sebenarnya sel ini pada awalnya
memiliki fungsi melindungi epidermis dari adanya infeksi berulang.(5)
Kerusakan jaringan terjadi saat sel T CD8+ diaktifkan untuk
membunuh secara langsung keratinosit disekitarnya dan melepaskan
IFN-γ dalam jumlah besar ke lingkungan lokal. Sitokin tersebut
berfungsi sebagai faktor kemotaktik untuk sel-sel imun lainnya seperti
sel T CD4+, sel netrofil dan sel T CD8+ lainnya untuk datang ke lokasi
lesi dan menimbulkan respon imun serta kerusakan yang  jauh lebih
berat. Selain itu, sel T CD8+ juga memiliki fungsi efektor sitolisis
langsung dengan mengeluarkan perforin dan Fas L sehingga sel yang
terkena mengalami proses lisis. Pada lesi FDE biasanya juga
ditemukan adanya  peningkatan ekspresi ICAM-1 oleh keratinosit yang
menjelaskan adanya migrasi limfosit ke area lesi di epidermis sehingga
terjadi kerusakan yang lebih hebat.(5)
Di akhir respon imun yang terjadi, terdapat adanya keterlibatan sel T
regulator yang direkrut ke area lesi untuk menghambat dan
menghentikan respon imun yang dimediasi sel T CD8+ intraepidermal
dan sel T lainnya. Sebagian besar sel-sel tersebut kemudian mengalami
apoptosis. Beberapa sel ada yang menetap  pada lesi dan tidak
mengalami apoptosis disebabkan oleh sitokin IL-15 yang dikeluarkan
oleh keratinosit.(5)

6
Gambar 2. Fase-fase penyakit Fixed Drug Eruption (FDE)(5)

6. Gejala Klinis
Fix Drug Eruption ditandai dengan gejala klinis berupa makula
eritematous yang cerah atau kehitaman yang dapat berkembang
menjadi suatu plak edema, yang bisa disertai dengan bula dengan lesi
yang luas, biasanya ditemukan pada alat kelamin dan di daerah
perianal, namun demikian FDE dapat terjadi di mana saja pada
permukaan kulit. Dalam beberapa kasus ditemukan keluhan penyerta
lainnya seperti adanya rasa seperti terbakar atau menyengat, demam,
malaise, dan gejala abdomen.

7
7. Penegakan Diagnosis

a. Anamnesis

Pada anamnesis biasanya pasien mengeluhkan adanya


bercak kehitaman berukuran sebesar koin. Pada awalnya, lesi
tersebut timbul dengan warna merah cerah dalam waktu 30 menit
hingga 16 jam setelah meminum obat tertentu. Jarak waktu dari
saat pasien meminum obat hingga timbulnya lesi rata-rata
sekitar 2  jam. Pasien juga biasanya merasakan adanya sensasi
terbakar sebelum timbulnya lesi. Pada beberapa kasus pasien juga
mengeluhkan gejala sistemik berupa demam, malaise dan gejala
abdominal. Lesi dapat timbul di berbagai area pada tubuh namun
tempat predileksinya antara lain pada bibir, telapak tangan, telapak
kaki, gland penis dan lipat paha.(2,3,4) Riwayat penggunaan obat
perlu ditanyakan kepada pasien untuk mengidentifikasi obat
penyebab. Jika pasien lupa obatnya dapat ditanyakan keluhan yang
mendorong pasien untuk berobat, seperti keluhan sakit kepala
yang  berkaitan dengan obat-obatan analgesik, keluhan konstipasi
yang berhubungan dengan obat-obatan laksantia, keluhan infeksi
yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik dan sebagainya.(3,4)

b. Pemeriksaan fisik

Pada awal terjadinya sensitisasi oleh obat kausatif dapat


ditemukan adanya efloresensi berupa makula eritematous
yang pada perkembangannya dapat berubah menjadi makula
hiperpigmentasi (violaseus), plak hiperpigmentasi hingga bentuk
bulla (pada kasus FDE berat). Terkadang lesi tersebut juga dapat
melepuh dan terkelupas. Temuan klinis yang khas pada FDE adalah
timbulnya lesi ditempat yang sama dengan lesi sebelumnya. Hal

8
tersebut dapat terjadi jika adanya pajanan ulang obat penyebab.
Jika pajanan obat penyebab baru terjadi pertama kali pada
pasien, biasanya lesi diawali dengan jumlah yang soliter.
Seiring dengan terjadinya pajanan ulang, lesi dapat timbul
ditempat yang baru sehingga jumlahnya menjadi multipel.(3)

c. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, bila diperlukan
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis banding.
Berikut adalah beberapa pemeriksaan penunjang yang
dilakukan(3,5):

1. Uji Tempel

Suspek obat yang diduga menjadi penyebab lesi FDE dapat


diidentifikasi lewat uji tempel, yaitu menggunakan patch berisi
obat dengan konsentrasi tertentu yang ditempelkan pada lesi
sebelumnya. Tes ini sebaiknya dilakukan setelah 2 minggu
terjadinya resolusi lesi untuk menghindari adanya negatif palsu.
Respon inflamasi biasanya positif pada 30% kasus.
2. Uji provokasi
Merupakan baku emas untuk mengetahui obat penyebab. Uji ini
bertujuan untuk mencetuskan tanda dan gejala klinis yang lebih
ringan dengan menggunakan dosis tunggal. Dosis yang kecil,
yaitu 1/10 dari dosis terapetik obat penyebab sudah cukup untuk
memprovokasi.Tanda-tanda radang umumnya muncul dalam
beberapa jam

3. Histopatologi

Secara histologis, gambaran histopatologi FDE mirip dengan


eritema multiformis, yaitu dapat melibatkan epidermis dan
dermis.(5) Pada tahap awal pemeriksaan histopatologi akan

9
menunjukkan adanya pembentukan vesikel subepidermal,
nekrosis dari keratinosit dan adanya infiltrasi neurofil, eosinofil,
serta sel mononuklear baik dari superfisial maupun dari dalam.
Terdapat adanya inkontinensi pigmen yang berhubungan dengan
pigmentasi yang dihasilkan pada lesi FDE. Jika dilakukan biopsi
saat fase akut sebuah pajanan ulang, stratum korneum ditemukan
normal. Pada biopsi yang dilakukan terhadap lesi yang sudah
lama, pada umumnya ditemukan adanya fibrosis stratum papilaris
dermis dan timbulnya inkontinensi pigmen perivaskular yang
profunda.(6)

Gambar 3.Diskeratosis, vakuolisasi basal dan inflamasi perivaskular.Juga


tampak adanya inkontinensi pigmen dan infiltrasi eosinofil pada
permukaan
8. Penatalaksanaan
a. Non Medikamentosa
Identifikasi serta hentikan penggunaan obat yang diduga
sebagai penyebab sehingga pajanan ulang yang memungkinkan
timbulnya lesi FDE dapat dihindari.(3)
b. Medikamentosa
Lesi yang tidak terkelupas dapat diobati dengan
glukokortikoid topikal poten dalam bentuk ointment. Lesi yang
terkelupas dapat diobati dengan antibiotik topikal seperti

10
basitrasin atau ointment antimikroba lainnya dan jika perlu
didressing hinggalesi mengalami reepitelisasi.Jika lesi
melebar, berdistribusi generalisata dan adanya nyeri pada lesi
dapat diberikan prednison oral 1-2 mg/kgbb/hari dan diturunkan
dosisnya setelah penggunaan 2 minggu.(3)

7. Diagnosis Banding
DIAGNOSIS DEFINISI MANIFESTASI FOTO
KLINIS
Fixed drug Reaksi kutaneus Lesi berbentuk makula
eruption karena obat eritematous pada fase
yang memiliki akut dan makula
karakteristik hiperpigmentasi
khas timbul lesi (violaseus) saat
ditempat yang refractory period lesi
sama berbentuk bulat atau
oval, berjumlah soliter
hingga multipel dan
timbul setelah adanya
ingesti obat.
Exanthematou Merupakan Lesi berupa macula
s eruption reaksi cutaneus eritematous yang
karena obat, disertai papul yang
dimana dapat membentuk
karakteristik plaque, berbatas tegas,
lesi umumnya tepi ireguler, jumlah
bersifat simetris multipel, distribusi
simetris. Dapat disertai
dengan rasa gatal dan
demam.

Urtikaria Pembengkakan Leso berupa wheal atau


lesi yang terjadi bercak edema yang
dibawah kulit kemerahan dengan
kurang dari 24 bagian tengah tampak
jam pucat yang disertai rasa
gatal. Ukuran bervariasi

11
mulai dari milimeter
sampai sentimeter.
Dengan diameter
distribusi regional.
Eritema Peradangan Lesi khas berbentuk
Multiformis akut pada target lesi
lapisan (iriformis).Lesi tampak
kutaneus yang papular dan terkadang
ditandai dengan dalam bentuk
adanya target vesikobullosa yang
lesi yang khas. secara khas meliputi
Disebut eritema ekstremitas (terutama
multiformis telapak tangan dan
mayor jika kaki). Lesi bisa gatal
terdapat atau nyeri. Pada bentuk
keterlibatan yang parah terdapat
mukosa adanya gejala sistemik.

8. Prognosis
Prognosis umumnya baik jika obat kausatif telah dapat
dipastikan. Penggunaan obat-obatan tersebut untuk kedepannya agar
dihindari dan digantikan dengan obat lain. Pasien sebaiknya diberikan
catatan berupa kartu kecil ( allergic card)  yang memuat jenis obat
beserta golongannya sehingga mempermudah  pasien dan petugas saat
pasien datang untuk berobat kembali, hal tersebut dapat mencegah adanya
pajanan ulang yang memungkinkan terjadinya FDE.

12
III. KESIMPULAN
1. Fixed drug eruption (FDE) merupakan salah satu erupsi pada kulit
yang ditandai dengan makula hiperpigmentasi, terkadang ditemukan
bula yang dapat timbul pada lokasi yang sama.
2. Beberapa obat-obatan yang dilaporkan dapat menginduksi FDE
biasanya adalah obat yang sering digunakan seperti NSAIDs,
terutama derivat pirazolon seperti parasetamol, naproxen, oxicams
dan asam mefenamat.
3. selama tahun 1999-2001 alergi obat yang terbanyak pada anak usia di
bawah 14 tahun adalah FDE 46%, eksantema 5%, dan urtikaria 21%.
4. Gejala klinis FDE berupa makula eritematous yang cerah atau
kehitaman yang dapat berkembang menjadi suatu plak edema, yang
bisa disertai dengan bula dengan lesi yang luas, biasanya ditemukan
pada alat kelamin dan di daerah perianal, namun demikian FDE dapat
terjadi di mana saja pada permukaan kulit.
5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan Uji Tempel,
Uji Provokasi dan histopatologi.
6. Lesi yang tidak terkelupas dapat diobati dengan glukokortikoid
topikal poten dalam bentuk ointment. Lesi yang terkelupas dapat
diobati dengan antibiotik topikal seperti basitrasin atau ointment
antimikroba lainnya dan jika perlu didressing hinggalesi
mengalami reepitelisasi.

13
DAFTAR PUSTAKA
1. Susilawati A, Akib A, Satari H. Gambaran Klinis Fixed Drug Eruption
pada anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Sari Pediatri. 2014;
15(5): p. 270.

2. Lee CH, Chen YC, Cho YT, Chang CY, Chu CY. Fixed-drug
eruption: A retrospective study in a single referral center in northern
Taiwan. Dermatologi Sinica. 2012; 30: p. 11.

3. FitzpatrickTB. Dermatology in general Medicine Wolff K, Goldsmith


LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, detitors. New York;
The McGraw Hill Companies; 2012. P.454-455.

4. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews' Diseases Of The Skin
United States of America: Elsevier; 2011.p.116-117.

5. Shiohara T. Fixed drug eruption: pathogenesis and diagnostic tests.

6. Current Opinion in Allergy and Clinical. 2009; 9: p. 316-321

7. Siregar R. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Jakarta: EGC; 2013

8. Hamzah M. Dermatoterapi. In Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan


Kelamin. Jakarta: FK UI; 2010. p. 342-352

9. Katzung BG. Farmakologi Dasar & Klinik Jakarta: EGC; 2012.

10. Van Bever, Hugo. Allergic diseases in children. World Scientific. 2009.
P 193.

11. Baratawidjaja, Karnen Garna. Imunologi Dasar edisi ke 9. Jakarta: FK


UI; 2010. P. 371-382

12. Jawetz, Ernest. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

13. Damayanti, Shinta, dkk. 2007. Laporan Kasus: Moluskum Kontagiosum


Generalisata pada Anak Imunokompromais. Departemen Ilmu Kesehatan
Anak FK-UI.Jakarta.

14. Wolff, Klaus. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General MedicinSeventh


edition. New York : Mc Graw Hill Medical.

15. Siregar RS, Wijaya. 1996. Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : EGC

16. Gawkrodger, David J. 2001. An illustrated Dermatology. China : RDC Gorup

14
Limited.

17. Kartowigno, S. 2011. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi Pertama.


Unsri Press. Palembang.

15

Anda mungkin juga menyukai