Anda di halaman 1dari 12

a 8.

21

o
w
Contoh 8. ll.
4
a.
5 2 5 2 5 .3 15
3 —2 3 3 3.3 9
b.
4 3 4 —2 4. —2 —8
10 16 10 5 10 . 5 50
C.
3 5 3 16 3 . 16 48

F. SIFAT-SIFAT OPERASI BILANGAN RASIONAL

Himpunan bilangan rasional dengan operasi penjumlahan dan perkalian


membentuk suatu sistem atau sti’uktur dengan sifat-sifat tertentu. Beberapa
sitat mendasar operasi penjumlahan dan perkalian pada himpunan bilangan
rational adalah berikut ini.
1. Sifat Ketertutupan Closure Pr Rerty
lika dan ' dan adalah sebarang unsur Q

—’ + - C Q dan —’ ' C Q
q s q s

2. Sifat Komutatif (Commutative Property


lika dan r adalah sebarang unsur Q maka

p r r dan r r p

3. Sifat Asosiatif {Associative ProRe rt y)


lika — , dan adalah sebarang unsur Q maka
q s u
p r t p r Q r t
— —x — — — dan r x'
q s u q s u q s u q s u
8.22

4. Sifat Identitas (Identity Property


Untuk sebarang C Q ada suatu 0 o Q dan l o Q yang masing-
q
masing adalah tunggal sehingga:
—+0=0+—=—’

0 disebut elemen atau unsur identitas penjuirlahan.


I disebut elemen atau unsur identitas perkalian.

5. Sifat Inverse Inverse Property)


Untuk sebarang — Q ada x Q dan y Q yang masing-masing
q
adalah tunggal sehingga:
—’ x = x —’ = 0

x disebut inverse penjumlahan (lawan) dari — , ditulis dengan x

l q
y disebut inverse perkalian (kebalikan) dari — , ditulis dengan

6. Sifat Distributif {Distributive Property) Perkalian terhadap


Penjumlahan
Jika —, dan — adalah sebarang unsur Q maka
q s u
p r t p r p t
q s u q s q
u
• a 8.23

o
w
Contoh 8. 12.
a. Tanpa harus menghitung lebih dahulu, dengan menggunakan sifat
komutatif dapat ditentukan:
2
ika 2 + = — + x
3 7 7 3
jika 4 + 3 —3 3

7
'
5 7
4 y'»
5
jika , maka z
9 7 9 7
jika t —2 —2 3 3
3 35 5
b. Tanpa harus menghitung lebih dahulu, dengan menggunakan sifat
asosiatif dapat ditentukan:

ika 2 5 5 1 1
z — x——
2 2
—i X
6 3 6
jika I 4
—3 4 —3 + — + ,
+ *y maka
2 5 2 4 5
jika 1 2 2
2 3 2
3
—i 5 —51 , t= 6
jika t — +
2 3 2 3
c. 2 adalah lawan —2 sebab 2 + (—2 ) = 0
adalah lawan sebab 3 + —3 = 0
5 5 5 5
Lawan dari — 2—' 7 adalah7 2 sebab 7+ 7
3 3 3 3 3 3
Lawan dari 42 22 adalah — 22 42 sebab 22 — 22 0
5 5 5 5 5 5
d. Kebalikan 2 adalah sebab 2
2 2
Kebalikan 2 adalah
3 2 3 2
9
Kebalikan 34
5 5
adalah sebab 19 5
19 5 19
8.24

2 8 —3
Kebalikan adalah sebab —8 —3
— 2— — I
3 3 8 3 8

Himpunan bilangan rational terhadap operasi penjumlahan (biasa)


memenuhi sifat-sifat ketertutupan, asosiatif, identitas, dan invers sehingga
himpunan Q dan operasi + membentuk sistem (struktur) matematika (Q, +)
yang diSCbut group.

Definisi 8.8
Suaiu grup adalah suatu himpunan dengan satu Operasi tertentu yang
memenuhi sifat ketertutupan, asosiatif, identitas dan invers.

Sistem (struktur) matematika yang terdiri dari himpunan G dan operasi *


ditulis dengan (G, *).
Struktur (G, *) adalah grup jika * memenuhi sifat-sifat ketertutupan,
asosiatif, identitas, dan invers. Jika (G. *) adalah grup dan * bersifat
komutatif maka (G, *) disebut grup komutatif (Abel).

Contoh R.13.
a. I = ( . . . , —2 , —1, 0, 1, 2,.....}
(I, +) adalah grup karena operasi + memenuhi sifat-sifat ketertutupan,
asosiatif, identitas, dan invers. (I, +) juga grup Abel.
b. A = {—1, 0, l ]
(A, +) adalah bukan grup karena operasi + tidak memenuhi sifat
ketertutupan, sebagai contoh (—I) + (—1) ‹f A, dan I + 1 = 2 c A.
2 2
C. B= ——,0,—
3 3
(B, +) adalah bukan grup. Mengapa?
d. C = (— I, I )
(C, x) adalah grup. Mengapa / Apa invers —1? Apa invers 1?
Apakah3 (C,4 x) grup komutatif?
e D=
— — 1
4
(D, x) adalah bukan grup. Mengapa? Sifat grup yang mana yang tidak
dipenuhi?
8.25

o
w
G. BILANGAN RASIONAL DESIMAL

Ada banyak laınbang yang dapat digunakan untuk memberi nama


bilangan, tetapi setiap lambang hanya mewakili sebuah bilangan. Lambang
bilangan yang banyak digunakan sampai sekarang adalah lambang Romawi
dan lambang Hindu-Arab. Lambang Romawi tidak menganut nilai tempat,
sedangkan lambang Hindu-Arab menganut nilai tempat artinya nila bilangan
yang lambangnya sama adalah berbeda karena perbedaan tempat (posisi) di
dalaıu lambaog bilangannya.
Bilangan 22222 mempunyai lima lambang dua yang nilainya berbeda
satu dengan yang lain.
Tempat ke-1, 2 bernilai 20000 = 2 x l0
Tenıpat ke-2, 2 bernilai 2000 = 2 x 10’
Tempat ke-3, 2 bernilai 200 = 2 10’
Tempat ke-4, 2 bernilai 20 = 2 x 10'
Tempat ke-5, 2 bernilai 2 2 x l0"

Lambang bilangan Hindu-Arab yang menggunakan nilai tempat int


menggunakan perpangkatan bulat dan sepuluh untuk setiap posisi atau
tempat sehingga disebut tlesimal.
Dalair kaitannya dengan bilangan rasional pecahan, Simon Stevin
(Belanda), pada abad 16, memperkenalkan cara menuliskan pecahan dalam
bentuk desimal sebagai berikut.
l. Tanda koma diletakkan setelah angka satuan.
2. Satu angka bilangan setelah koma menyatakan ger scpufiihfin.
3. Setiap satu angka bilangan berikutBya, secara berturut-turut inenyatakan
ger seratusan, per seribuan, dan seterusnya.
4. Bilangan-bilangan rasional dengan penyebut 1 G mempunyai satu tempat
desimal, penyebut 100 mempunyai dua tempat desimal, penyebut 1000
mempunyai tiga tempat desimal, dan seterusnya.

Cara Simon Stevin untuk menuliskan bilangan rasional pecahan


dinamakan noto.si desimol pang diperlua.i.
8.26

Contoh S. 14.
a. Bilangan-bilangan Nasional per sepuluhan mempunyai satu angka
decimal setelah koma.
0,5; — 0 7;
0
28 2' 2,8‘ 127 = 12 12, 7
10 IU 10 l0

b. Bilangan-bilangan rational per seratusan mempunyai dua angka decimal


setelah koira.
35 123 23
= 0 35 1, 23
i00 100 100
27 = 0, 27 234 =2 34
= 2,
34
100 100 100
69 = 0, 69 5678 56 78 = 56, 78
100 1()() 10()
c. Bilangan-bilangan decimal dapat ditulis menjadi bilangan rational
pecahan dengan penyebut yang sesuai dengan banyaknya angka decimal
setelah koma.
0, 2 = 2 53
10 100
40
0,40
100

Untuk bilangan-bilangan rasional yang mempunyai penyebut bukan


perpangkatan dari 10 (I 0‘, k bilangan bulat), ditempuh dengan cara-cara
sebagai berikut.
a. Jika penyebut dapat diubah menjadi 10, 100, 1000, ... maka pecahan
rasional diubah menjadi per sepuluhan, per seratusan, per seribuan,
atau dilakukan pembagian biasa.
b. Jika penyebut tidak dapat diubah menjadi 10, 100, 1000, ... maka
pembilang dibagi penyebut dengan cara biasa.

Contoh d.15.
2 2.2 4
0, 4
5 5.2 10
8.27

13 l 3.4 52
0,52
25 25.4 100
3 3.125 375
0,375
8 8.125 1000
16 4.4 4 = 0,4
40 10.4 l‹›
123 41.3 41 — 0 41
100.3 100
b. 6 dicai’i sebagai berikut
25
0, 24
25
5, 6 = 0, 24
0 25
l()()
100
5 0
dicari sebagai berikut.

0, 625
8 5 000
48
5 = 0, 621
20 8
16
40
40
0
c, dicari sebagai berikut.
0, 4545
Jika pembagian diteruskan maka akan diperoleh:
I1 5 0
44
= 0 45454545 .
60 l1
8.28 15
60
55
d. 7 5
9 dicari sebagai berikut
0, 777 11 7 000
Jika pembagian diteruskan akan diperoleh:
63 7
= 0, 777777....
70 9
63
70
63
7
Dari contoh-contoh di atas, contoh b menghasilkan sisa not sehingga
6 = 0,24 dan = 0,625. Proses pembagiannya berakhir maka decimal-
25 0
decimal 0,24 dan 0,625 ditulis mempunyai akhir sehingga disebut rlesiinul
berakhir (her nina/i/zy decimal).
Contoh c menghasilkan sisa tidak nol sehingga proses pembagian dapat
dilakukan terns-menerus, tiada henti, tanpa akhir, dan berulang sehingga
diperoleh decimal berulang yang tidak berakhir, disebut besiina/ herulun g
[repeating decimal).
Ternyata setiap bilangan rational pecahan mempunyai bentuk decimal
berakhir atau berulang. Jika bilangan rational pecah dapat mempunyai
bentuk decimal berakhir atau decimal berulang maka bagaimana dengan
konversinya? Pertanyaan ini mengundang jawaban untuk menunjukkan
bahwa decimal berakhir dan decimal berulang dapat dinyatakan dengan
bentuk perbandingan a , dengan a dan b bilangan-bilangan bulat dan b 0.
b
a. Untuk decimal berakhir, pengubahan menjadi bentuk bilangan rational
dilakukan dengan menggunakan notasi decimal yang diperluas
l
10 "—
0k
1
io l - io 2 ' i i dan seterusnya
io’ io' ioo l0 1000
io '
b. Untuk decimal berulang, pengubahan menjadi bentuk bilangan rational
dilakukan dengan melihat banyaknya angka yang berulang.
Jika pecahan decimal n dengan k angka berulang (teratur) maka
n dikalikan 10 sehingga dipeioleh n.IO .
• a 8.29

o
w
Kemudian, n. l0 k dikurangi n dan persamaan yang diperoleh diselesaikan
untuk memperoleh n.

Contoh 8. / 6.
2
. 0, 234 2x l0 ' + 3x 10 + 4x 10

2x 3 4x
x 100 1000
10
2.100 3.10 4
10.100“ 100.10 1000
200 30 4
1000“ 1000 1000
234
1000

Perhatikan bentuk bilangan rasional yang diperoleh, yaitu mempunyai


pembilang 234 (memuat tiga angka) dan mempunyai penyebut 10
(banyaknya angka 234 = 3). Dengan bentuk dan cara yang serupa maka
dengan cepat diketahui:
0, 2 = 2 2 2147 = 22147
io’ 10000
0, 23 = 35,92375 = 3592375
23
U 357 = 357
1000

b. Mengubah n 0,6666 .. menjadi bentuk bilangan rasional


l0n = 6,6666 (banyaknya angka berulang adalah satu
n = 0,6666 ... sehingga pengalinya adalah 10)
9n = 6
6
n=
9
2
n =—
8.30 n = 0,727272
99n = 72

c. Mengubah n = 0,727272
l00n = 72,727272 ...
menjadi bentuk bilangan rational
(banyaknya angka berulang adalah dua
sehingga pengalinya adalah 100)
n = 72 5.9 = 8
99 11.9 11

d. Mengubah n = 7,624624 ... menjadi bentuk bilangan rational


1000n = 7624,624624 (banyaknya angka berulang adalah
n = 7,624624 . tiga sehingga pengalinya adalah
. 1000)
999n = 7617
7617 2539
n = 999 333

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

5
I ) Tulislah nama yang lain dari

2) Carilah jumlahnya:
3 5
,)
4“ 9 d)
—6 9 —5
b) +— e) i 2+ h) 22 + 42
7 5 6 3 7
— l6 6
3 1 2 i)
15 7 f.) 4 2 3 7 3

3) Carilah nilai-nilai x yang memenuhi:


2 x
») c) + 6—
X

3 1.5 5 9
b) 9 —2 d) —7
7 x X

Anda mungkin juga menyukai