Anda di halaman 1dari 33

3 METODE PENYELENGGARAAN KLHS

3.1. Proses Pelaksanaan KLHS


Dalam proses penyusunan KLHS RDTR Perkotaan Srono Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2017-2037, sejumlah tahapan yang dilakukan antara lain:
3.1.1 Tahap Persiapan
Tahap Rekomendasi Persiapan pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) diawali dengan membentuk Kelompok Kerja Pokja KLHS RDTR
Perkotaan Srono Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017-2037.
3.1.2 Tahap Identifikasi dan Analisis Data Isu Strategis
Pokja KLHS bersama team tenaga ahli kemudian melakukan diskusi untuk
menginventarisai dan menilai Kondisi Lingkungan Hidup RDTR Perkotaan Srono
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017-2037, terkait dengan :
1. Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup;
2. Perkiraan mengenai Dampak dan Resiko Lingkungan Hidup;
3. Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem;
4. Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam
5. Tingkar Kerentanan dan Kapasitas adaptasi terhadap Perubahan Iklim;
6. dan/atau
7. Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati,
3.1.3 Tahap Pengkajian Pengaruh
Pengkajian pengaruh dilakukan melalui beberapa tahapan : (1)
mengidentifikasi dan menentukan indikasi program prioritas yang akan dikaji
(penapisan); (2) mendeskripsikan dan merangkum hasil kajian pengaruh; (3)
memverifikasi dan mengklarifikasi hasil dengan para pemangku kepentingan dan
para pakar; dan (4) menyempurnakan hasil pengkajian berdasarkan masukan dari
para pakar dan pemangku kepentingan.
3.1.4 Tahap Perumusan Mitigasi/Adaptasi dan/atau Alternatif
Tahap ini Pokja melakukan perumusan mitigasi berupa usulan-usulan
tambahan untuk meminimalkan atau mengurangi potensi pengaruh negatif yang

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-1
diprediksi akan timbul dari hasil kajian dan/atau alternatif baru untuk perumusan
Rencana Detail Tata Ruang. Perumusan mitigasi dan/atau alternatif dilakukan
berdasarkan kepada hasil tahap pengkajian dengan melibatkan para pemangku
kepentingan.
3.1.5 Tahap Rekomendasi
Pada tahap ini rekomendasi disusun berdasarkan hasil perumusan mitigasi
dan/atau alternatif dan juga hasil keseluruhan proses KLHS. Rekomendasi
disampaikan kepada tim penyusun RDTR untuk diintegrasikan ke dalam
Rancangan Perkotaan Srono Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017-2037.

RTRW RDTR RZWP3K RPJP/M KRP KRP Masy.

1
EX POST
Identikasi Isu PB
Identifikasi Materi Muatan KRP
4
2 Isu PB Yang
Paling Strategis

Materi Muatan KRP yang berdampak


3 Isu PB Prioritas
Konsultasi Publik

Kajian 6 Muatan
5Analisis Pengaruh

6 DDDT Resiko JE SDAA A PI KEHATI

7
Penjaminan KualitasPendokumentasian
Rekomendasi Perbaikan KRP VALIDASI
Rumusan Alternatif

8 9 10 11

Gambar 3.1. Tahapan Penyusunan KLHS

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-2
3.2. ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PERKOTAAN SRONO
Proses penentuan isu pembangunan berkelanjutan yang ada di perkotaan
Srono diperoleh dari kajian review terhadap Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
yang sudah dilakukan pada bab laporan pendahuluan. Terdapat 17 tema isu
pembangunan berkelanjutan dan 46 deskripsi isu permasalahan terkait
sebagaimana pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Isu Pembangunan Berkelanjutan Kecamatan Srono

No Tema Isu Isu Permasalahan/ Terkait


1. Tata ruang 1. Optimasi kebijakan tata ruang
2. Pendidikan 2. Fasilitas layanan pendidikan
3. Sosial Ekonomi masyarakat 3. Fasilitas layanan kesehatan sosial
4. Potensi ekonomi local perlu ditingkatkan
4. Bencana 5. Bencana banjir
6. Bencana alam gempa
5. Degradasi lingkungan 7. Pencemaran udara
8. Pencemaran tanah
9. Pencemaran air
10. Kerusakan ekosistem lingkungan
6. Air minum 11. Penyediaan air
12. Jaringan drainase dan air minum
7. Sampah dan limbah 13. Belum adanya fasilitas pengolahan sampah
14. Belum adanya fasilitas pengolahan limbah, baik
air limbah maupun limbah cair
8. Perhubungan dan 15. Peningkatan lalu lintas
transportasi
16. Sistem pemadam kebakaran dan penanganan
bencana
17. Jalur evakuasi bencana
9. Infrastruktur 18. Jaringan drainase
19. Jaringan jalan
20. Jaringan air bersih
21. Jaringan listrik
22. Jaringan telekomunikasi
23. Jaringan persampahan
24. Ruang Terbuka Hijau (berupa taman, jalur
hijau dan median jalan, makam)
25. Sarana pelayanan umum pendidikan
26. Sarana kesehatan
27. Sarana olahraga
28. Sarana sosial budaya
29. Sarana peribadatan
10. Kawasan perlindungan 30. Penyediaan kawasan lindung di sempadan
setempat sungai dan irigasi
31. Perlindungan sempadan sungai dan irigasi

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-3
No Tema Isu Isu Permasalahan/ Terkait
11. Kawasan Ruang Terbuka 32. Penyediaan kawasan sebagai zona RTH kota
Hijau
33. Pengembangan fasilitas kelengkapan RTH
perkotaan
34. Pengembangan daerah pedestrian
12. Kawasan pertanian 35. Penetapan alokasi ruang/kawasan pertanian
13. Kawasan perumahan 36. Penataan ruang perumahan
14. Kawasan perdagangan dan 37. Penataan ruang perdagangan dan jasa
jasa
38. Pengembangan kawasan perdagangan dan
pasar tradisional
15. Kawasan perkantoran 39. Penataan ruang perkantoran baik pemerintah
maupun swasta
40. Peningkatan sarana dan prasarana
16. Sarana dan prasarana 41. Kelengkapan sarana prasarana
pendukung
17. Penggunaan lahan 42. Alih fungsi lahan
43. Bantaran sungai dijadikan lahan terbangun
44. Lahan pertanian
45. Lahan permukiman
46. Lahan peternakan

17 tema isu dengan 46 deskripsi isu permasalahan terkait yang tertera pada
Tabel 3.1, kemudian diproses lagi dengan cara pemusatan isu yaitu
memasukkan isu-isu yang sama (factor penyebab, jenis aktivitas, dampak yang
timbul) menjadi satu kategori isu. Proses pemusatan yang dilakukan dengan
kegiatan penjaringan informasi melalui focus group discussion (FGD) pada
tanggal 4 September 2019 di Kantor Kecamatan Srono, selanjutnya isu
pembangunan berkelanjutan yang sudah ditentukan kemudian dipilah kembali
secara rinci menjadi isu pembangunan berkelanjutan strategis, dan secara rinci
diuraikan pada sub bab Pra Pelingkupan dan Isu Lingkungan hidup strategis.
3.3. PRA PELINGKUPAN DAN ISU LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
Pada tahap ini, data sekunder dan primer yang diperoleh digunakan untuk
mengidentifikasi dan menentukan isu lingkungan berdasarkan karakteristik
wilayah perkotaan Kecamatan Srono. Data-data tersebut dikomparasikan
dengan Kebijakan, Rencana dan Program yang tertuang dalam RDTR
Kecamatan Srono dan hasil FGD yang telah dilakukan. Isu lingkungan hidup
strategis atau isu pembangunan berkelanjutan strategis ini merupakan hasil dari
daftar panjang isu pembangunan berkelanjutan yang sudah ditelaah bersama
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-4
seluruh peserta FGD, dan secara rinci dideskripsikan secara kualitatif sebagai
berikut;
3.3.1. Persampahan
Secara eksisting sistem persampahan di perkotaan Srono menggunakan
metode konvensional dengan sistem pewadahan. Dengan metoda konvensional
ini sampah dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (TPS) yaitu terletak
di Pasar Srono, yang kemudian sampah tersebut diangkut oleh petugas dengan
menggunakan gerobak sampah. Pewadahan merupakan cara menampung
sampah sementara dari sumbernya baik individual maupun komunal. Kondisi
timbulan sampah perkotaan Srono tahun 2019 sebesar 151.261,51 m3/hari atau
75.630,76 m3/tahun.
3.3.2. Pengolahan Air Limbah
Secara umum industri kecil dalam menjalankan aktivitasnya juga belum
menyediakan teknologi pengolahan limbah. Menyediakan IPAL pada zona
industri adalah menjadi kebutuhan yang harus diprioritaskan. Begitu juga pada
setiap perumahan terutama skala besar yang akan dibangun oleh pengembang
diharusnya memiliki unit pengolahan limbah secara komunal. Pelayanan minimal
sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran manusia/tinja
dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau system terpusat agar
tidak mencemari daerah tangkapan air/resapan air baku. Proyeksi cakupan
layanan air limbah domestik di Kecamatan Srono tahun 2019 untuk tangki septik
individual adalah 24.458,46 KK; cubluk adalah 1.441,47 KK; dan BABs (buang
air besar sembarangan) adalah 7.562,74 KK. Kedepan sanitasi untuk rumah
tangga di Perkotaan Srono dapat dikembangkan Instalasi Pengolah Air Limbah
(IPAL) untuk pengelolaan air buangan rumah tangga. Sistem pembuangan air
limbah setempat diperuntukkan bagi orang perseorangan/rumah tangga.
Sedangkan Sistem pembuangan air limbah terpusat diperuntukkan bagi
kawasan padat penduduk dengan memperhatikan kondisi daya dukung lahan
dan SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) serta mempertimbangkan kondisi
sosial ekonomi masyarakat. Saat ini jika kita lihat bahwa proyeksi cakupan
layanan air minum tahun 2019 sebesar 66%.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-5
Selain itu pencemaran tanah, air dan udara juga timbul karena padatnya
aktivitas masyarakat di perkotaan Srono, seperti aktivitas di pasar. Hal ini terjadi
karena barang-barang yang berpotensi menghasilkan sampah seperti sayuran,
sisa-sisa ikan, kelapa dan lainnya yang belum dikelola dengan baik tentu akan
menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat mencemari air maupun sungai di
sekitarnya. Hal ini juga berdampak pada kondisi saluran drainase yang
tersumbat lumpur akibat banyak sampah yang dibuang di saluran drainase.

Gambar 3.2 Kondisi TPS pojok pasar Srono dan Sungai samping pasar Srono

Gambar 3.1 Kondisi TPS pojok pasar Srono dan Sungai samping pasar Srono

Gambar 3.3 Kondisi drainase yang belum diplengseng dan tersumbat akibat lumpur
dan sampah

3.3.3 Jaringan Transportasi dan Angkutan Umum


Jaringan transportasi dan angkutan umum terkait dengan prasarana
pergerakan, diantaranya jaringan jalan, pedestrian maupun pelayanan angkutan
umum. Jaringan transportasi dan angkutan umum ini sebagai penunjang

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-6
kebutuhan masyarakat seperti kegiatan ekonomi, kegiatan pergudangan maupun
industri. Di perkotaan Srono tepatnya di depan pasar Srono dekat lampu merah
tempat pemberhentian bus tidak adanya penanda tersedianya halte bagi
penumpang sehingga masyarakat memanfaatkan pedestrian sebagai halte. Di
sepanjang jalan depan pasar Srono parkir kendaraan yang ada juga masih
menggunakan badan jalan. Selain itu perkembangan kegiatan pergudangan
sangat tinggi terutama pada ruas jalan kolektor primer menuju Banyuwangi
bagian selatan, kondisi ini tentu akan menimbulkan meningkatnya polusi udara
dan kebisingan yang disebabkan oleh tingginya arus lalu lintas yang melewati.
Permasalahan ini harus segera dicarikan solusi agar kegiatan transportasi sebagai
pendukung kegiatan ekonomi berjalan dengan lancar.

Gambar 3.4 Kondisi jaringan transportasi dan angkutan umum Perkotaan Srono

3.3.4 Drainase
Secara fisik kondisi geografis perkotaan Srono memiliki 2 perubahan musim
setiap tahunnya yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Selain itu
karakteristik wilayah ditinjau berdasarkan kondisi fisik dasar yang meliputi
ketinggian dan kelerengan, kondisi hidrologi, kondisi geologi, kondisi jenis tanah,
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-7
dan curah hujan. Perkotaan Srono termasuk kategori wilayah datar sehingga
rentan dengan resiko kebencanaan seperti banjir, tanah longsor,
kekeringan, kebakaran dan sebagainya. Daerah rawan kebakaran biasa terjadi
pada fasilitas perdagangan jasa (pasar) dan permukiman padat. Daerah rawan
genangan akibat sistem drainase yang tidak berjalan dengan baik dan ini
menyebabkan banjir. Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan
anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir
buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan, sehingga
meluap.
Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak
selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai akibat
fenomena alam maupun akibat aktivitas manusia yang berlebih, tersumbat
sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air
hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena
debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga
melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan
curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan
penampungan air lainnya. Oleh karenanya harus difasilitasi saluran drainase yang
memadahi dan tersebar secara merata di sepanjang jalan perkotaan Srono.
3.3.5. Sumber Daya Air
Kecamatan Srono dilintasi oleh sungai Bomo, sungai Mengarang, sungai
Komis, sungai Klampok, sungai Dadapan, sungai Penawar, sungai Suko, sungai
Srono, sungai Awat, sungai Kepisah. Selain potensi hidrologi berupa sungai,
juga diidentifikasi lokasi-lokasi daerah tangkapan air yang biasanya terletak
dekat dengan daerah aliran sungai. Baik sungai maupun catchment area
merupakan daerah tangkapan air terutama pada saat hujan, atau dengan kata
lain merupakan daerah aliran air. Sehingga terkait dengan pengembangan
kawasan perkotaan, maka potensi hidrologi tersebut, merupakan kawasan yang
harus dikonservasi agar fungsi ekologisnya tetap terjaga. Sungai ini seperti pada
umumnya di kota-kota di Indonesia berfungsi sebagai saluran pembuangan

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-8
yang mengalir di tengah Kota dan keberadaannya dilindungi sebagai sumber
mata air.
Perlindungan Mata Air (PMA) dalam hal ini adalah perlindungan terhadap
sumber daya air yang merupakan salah satu upaya dalam sistem penyediaan air
minum untuk menjaga sumber air baku untuk air minum agar tidak mengalami
perubahan baik terhadap kuantitas maupun terhadap kualitas air dari mata air.
Selain itu perlindungan ini dapat ditinjau dari aspek teknis, agar air yang keluar
dari mata air tetap terjaga pada lokasi yang tetap dan terukur pengambilannya.
Selain itu diperlukan aspek non teknis dalam operasi dan perawatan terhadap
mata air agar tidak mengalami kerusakan sesuai dengan kearifan lokal.
Pemenuhan kebutuhan air bersih di perkotaan Srono secara individual adalah
dengan mamanfaatkan sumur gali, dan selanjutnya itu pengembangannya
dapat berupa:
a. Pengembangan jaringan perpipaan (HIPAM/PDAM) di seluruh wilayah
perkotaan
b. Penambahan sumber air baku melalui perbaikan kualitas dan kuantitas
sumur bor di Desa Wonosobo SBWP III Blok III-D melalui penambahan
teknologi filterisasi sehingga air yang dihasilkan lebih aman untuk
dikonsumsi
c. Pengembangan jaringan drainase melalui kegiatan normalisasi,
pengembangan system jaringan drainase di sepanjang kolektor dan local
d. Pengembangan sistem biopori dan sumur resapan pada setiap perumahan
e. Pelestarian jaringan irigasi
f. Pemanfataan lahan-lahan kosong untuk ruang terbuka hijau yang berfungsi
sebagai penyimpanan cadangan aiar dalam tanah.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-9
Gambar 3.5 Kondisi Jaringan Sumber Daya Air

3.3.6. Alih Fungsi Lahan

Salah satu kegiatan perubahan fungsi lahan dari lahan tidak terbangun
menjadi lahan terbagun adalah beberapa bangunan yang terdapat di area
bantaran Sungai. Sungai merupakan salah satu sumber mata air permukaan, dan
keberadaannya harus dijaga kelestariannya, sehingga jika di bantaran Sungai
terdapat bangunan maka yang terjadi dapat mempengaruhi kondisi Sungai baik
secara fisik maupun non fisik dan juga system ekosistem sungai lainnya.
3.3.7. Ruang Terbuka Hijau
Pengembangan ruang terbuka hijau diatur dalam undang-undang No 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah
kota 30 % dari luas wilayah kota, yang terbagi dalam dua bagian, yaitu 20%
ruang terbuka hijau public dan 10% ruang terbuka hijau privat. Kriteria umum
untuk menciptakan ruang terbuka hijau harus sesuai dengan jenis dan
peruntukannya dan disesuaikan dengan fungsi vegetasinya. Untuk kawasan hijau
rekreasi kota dan kawasan hijau kegiatan olahraga 40-60% dari luas areal harus

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-10
dihijaukan.Visualisasi kondisi eksisting isu lingkungan hidup strategis yang sudah
dideskripsikan secara kualitatif tersebut diatas, secara spasial ditunjukkan pada
Gambar 3.5 Peta Pra Pelingkupan Isu Lingkungan Hidup Strategis Perkotaan
Srono.

Gambar 3.6 Peta Pra Pelingkupan Isu Lingkungan Hidup Strategis Perkotaan
Srono.

Setelah mendeskripsikan secara kualitatif Isu Lingkungan Hidup Stratgeis,


pada tahap Pra Pelingkupan maka tahap selanjutnya adalah melakukan
penilaian berdasarkan PP No 46 Tahun 2016 Pasal 8 dan 9 Ayat (1). Penilaian
tersebut dengan mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya:
a. Karakteristik wilayah
b. Tingkat pentingnya potensi dampak

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-11
c. Keterkaitan antar isu strategis Pembangunan Berkelanjutan
d. Keterkaitan dengan materi muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
e. Muatan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup; dan/atau
f. Hasil KLHS dari Kebijakan, Rencana, dan/atau Program pada hirarki
diatasnya yang harus diacu, serupa dan berada pada wilayah yang
berdekatan, dan/atau memiliki keterkaitan dan/atau relevansi langsung.

Tabel penilaian Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis Berdasarkan PP


46/2016 Pasal 8 dan 9 Ayat 1 dapat dilihat pada Tabel 3.2.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-12
Tabel 3.2 Penilaian Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis Berdasarkan PP 46/2016 Pasal 8 dan 9 Ayat 1

PENILAIAN ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN STRATEGIS BERDASARKAN PP 46/2016 PASAL 8 & 9


AYAT 1
Isu Pembangunan Keterkaitan dengan
N Deskripsi Tingkat Pentingnya Dampak Keterkaitan antar isu Keterkaitan dengan KLHS di
Berkelanjutan Muatan Rencana
O Karakteristik strategis Pembangunan materi muatan atasnya
Strategis Perlindungan dan
Wilayah Berkelanjutan Kebijakan,
Pengelolaan
Rencana dan
Lingkungan Hidup
Program (KRP)
(RPPLH)

1 Persampahan Secara eksisting sistem persampahan di Penyediaan fasilitas Permukiman tempat  Prasarana Belum ada RPPLH Belum ada
perkotaan Srono menggunakan metode persampahan yang tidak tinggal membutuhkan persampahan penanganan
konvensional dengan sistem pewadahan. memadahi memiliki dampak kelengkapan penyediaan  Pengembangan dari KLHS
Dengan metoda konvensional ini sampah terhadap lingkungan terutama fasilitas persampahan yang sarana drainase pada hirarki
dikumpulkan di tempat pembuangan kualitas hidup masyarakat memadahi, berkualitas dan  Sanitasi KLHS
sementara (TPS) yaitu terletak di Pasar diantaranya; kualitas nyaman dari segala  Limbah diatasnya
Srono, yang kemudian sampah tersebut lingkungan, pencemaran air, hambatan. Jika kondisi  Jalan lingkungan
diangkut oleh petugas dengan tanah, udara, merambahnya eksisting penyediaan
menggunakan gerobak sampah. penyakit kulit, batuk maupun fasilitas persampahan di
Pewadahan merupakan cara menampung wabah penyakit lainnya. perkotaan Srono masih
sampah sementara dari sumbernya baik belum memadahi dapat
individual maupun komunal. Kondisi menyebabkan penurunan
timbulan sampah perkotaan Srono tahun kualitas lingkungan hidup
2019 sebesar 151.261,51 m3/hari atau bagi masyarakat.
75.630,76 m3/tahun
.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-13
2 Pengolahan Air Pelayanan minimal sistem pembuangan Penyediaan fasilitas Permukiman tempat  Prasarana Belum ada RPPLH Belum ada
Limbah air limbah berupa unit pengolahan kotoran pengolahan air limbah yang tinggal maupun industri persampahan penanganan
manusia/tinja dilakukan dengan tidak memadahi memiliki membutuhkan  Pengembangan dari KLHS
menggunakan sistem setempat atau dampak terhadap lingkungan kelengkapan penyediaan sarana drainase pada hirarki
system terpusat agar tidak mencemari terutama kualitas hidup fasilitas pengolahan air  Sanitasi KLHS
daerah tangkapan air/resapan air baku. masyarakat diantaranya; limbah yang memadahi,  Limbah diatasnya
Proyeksi cakupan layanan air limbah kualitas lingkungan, berkualitas dan nyaman  Jalan lingkungan
domestik di Kecamatan Srono tahun 2019 pencemaran air, tanah, udara, dari segala hambatan. Jika
untuk tangki septik individual adalah merambahnya penyakit kulit, kondisi eksisting
24.458,46 KK; cubluk adalah 1.441,47 batuk maupun wabah penyakit penyediaan fasilitas
KK; dan BABs (buang air besar lainnya. pengolahan air limbah di
sembarangan) adalah 7.562,74 KK. perkotaan Srono masih
Kedepan sanitasi untuk rumah tangga di belum memadahi dapat
Perkotaan Srono dapat dikembangkan menyebabkan penurunan
Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) kualitas lingkungan hidup
untuk pengelolaan air buangan rumah bagi masyarakat.
tangga maupun Industri.

3 Jaringan Jaringan transportasi dan angkutan umum Penyediaan faslitas Jaringan Jaringan transportasi dan  Prasarana Belum ada RPPLH Belum ada
Transportasi dan terkait dengan prasarana pergerakan, transportasi dan angkutan angkutan umum sebagai transportasi penanganan
Angkutan Umum diantaranya jaringan jalan, pedestrian umum yang tidak memadahi penunjang kebutuhan  Prasarana angkutan dari KLHS
maupun pelayanan angkutan umum. akan berdampak terhadap masyarakat seperti umum pada hirarki
Jaringan transportasi dan angkutan umum lingkungan baik polusi udara kegiatan ekonomi,  RTH KLHS
ini sebagai penunjang kebutuhan yang ditimbulkan, kebisingan kegiatan pergudangan  Prasarana diatasnya
masyarakat seperti kegiatan ekonomi, maupun kemacetan maupun industry. Jika persampahan
kegiatan pergudangan maupun industri. kondisi eksisting
Di perkotaan Srono tepatnya di depan penyediaan fasilitas
pasar Srono dekat lampu merah tempat Jaringan transportasi dan
pemberhentian bus tidak adanya penanda angkutan umum di
tersedianya halte bagi penumpang perkotaan Srono masih
sehingga masyarakat memanfaatkan belum memadahi dapat
pedestrian sebagai halte. Di sepanjang menyebabkan penurunan
jalan depan pasar Srono parkir kendaraan kualitas lingkungan hidup
yang ada juga masih menggunakan badan bagi masyarakat.
jalan

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-14
4 Drainase Daerah rawan kebakaran biasa terjadi Penyediaan faslitas drainase Penyediaan faslitas  Jaringan drainase Belum ada RPPLH Belum ada
pada fasilitas perdagangan jasa (pasar) yang tidak memadahi akan drainase yang tidak  Prasarana penanganan
dan permukiman padat. Daerah rawan berdampak terhadap memadahi menyebabkan persampahan dari KLHS
genangan akibat sistem drainase yang lingkungan diantaranya penurunan kualitas pada hirarki
tidak berjalan dengan baik dan ini saluran air tidak lancar, lingkungan hidup bagi KLHS
menyebabkan banjir. Pada umumnya endapan lumpur, bau, banyak masyarakat. diatasnya
banjir disebabkan oleh curah hujan yang sampah dan banjir
tinggi di atas normal, sehingga sistem
pengaliran air yang terdiri dari sungai dan
anak sungai alamiah serta sistem saluran
drainase dan kanal penampung banjir
buatan yang ada tidak mampu
menampung akumulasi air hujan,
sehingga meluap. Oleh karenanya harus
difasilitasi saluran drainase yang
memadahi dan tersebar secara merata di
sepanjang jalan perkotaan Srono

5 Sumber Daya Air Sumber daya air yang merupakan salah Tidak tersedianya sumber daya Sumber daya air yang  Jaringan drainase Belum ada RPPLH Belum ada
satu upaya dalam sistem penyediaan air air yang cukup di perkotaan tidak memadahi  Prasarana penanganan
minum untuk menjaga sumber air baku Srono berdampak terhadap menyebabkan penurunan persampahan dari KLHS
untuk air minum agar tidak mengalami lingkungan diantaranya terjadi kualitas lingkungan hidup  Perlindungan mata pada hirarki
perubahan baik terhadap kuantitas kekeringan, masyarakat bagi masyarakat. air KLHS
maupun terhadap kualitas air dari mata kekurangan air bersih dan diatasnya
air. Selain itu perlindungan ini dapat lingkungan kurang bersih serta
ditinjau dari aspek teknis, agar air yang bau akibat air tidak ada
keluar dari mata air tetap terjaga pada
lokasi yang tetap dan terukur
pengambilannya. Selain itu diperlukan
aspek non teknis dalam operasi dan
perawatan terhadap mata air agar tidak
mengalami kerusakan sesuai dengan
kearifan lokal. Pemenuhan kebutuhan air
bersih di perkotaan Srono secara
individual adalah dengan mamanfaatkan
sumur gali

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-15
6 Alih Fungsi Lahan Salah satu kegiatan perubahan fungsi Tidak tersedianya sumber daya Sumber daya air yang  Jaringan drainase Belum ada RPPLH Belum ada
lahan dari lahan tidak terbangun menjadi air yang cukup di perkotaan tidak memadahi  Prasarana penanganan
lahan terbagun adalah beberapa bangunan Srono berdampak terhadap menyebabkan penurunan persampahan dari KLHS
yang terdapat di area bantaran Sungai. lingkungan diantaranya terjadi kualitas lingkungan hidup  Perlindungan mata pada hirarki
Sungai merupakan salah satu sumber mata kekeringan, masyarakat bagi masyarakat. air KLHS
air permukaan, dan keberadaannya harus kekurangan air bersih dan diatasnya
dijaga kelestariannya, sehingga jika di lingkungan kurang bersih serta
bantaran Sungai terdapat bangunan maka bau akibat air tidak ada
yang terjadi dapat mempengaruhi kondisi
Sungai baik secara fisik maupun non fisik
dan juga system ekosistem sungai lainnya.

Ruang Terbuka Pengembangan ruang terbuka hijau diatur Tidak tersedianya luasan ruang Kurangnya luasan ruang  Jaringan drainase Belum ada RPPLH Belum ada
Hijau dalam undang-undang No 26 Tahun 2007 terbuka hijau yang cukup di terbuka hijau bagi  Perlindungan mata penanganan
tentang Penataan Ruang. Proporsi ruang perkotaan Srono berdampak perkotaan menyebabkan air dari KLHS
terbuka hijau pada wilayah kota 30 % dari terhadap lingkungan penurunan kualitas  RTH pada hirarki
luas wilayah kota, yang terbagi dalam dua diantaranya terjadi kekeringan, lingkungan hidup bagi KLHS
bagian, yaitu 20% ruang terbuka hijau banjir, polusi udara dan bising masyarakat. diatasnya
public dan 10% ruang terbuka hijau
privat. Kriteria umum untuk menciptakan
ruang terbuka hijau harus sesuai dengan
jenis dan peruntukannya dan disesuaikan
dengan fungsi vegetasinya. Untuk
kawasan hijau rekreasi kota dan kawasan
hijau kegiatan olahraga 40-60% dari luas
areal harus dihijaukan

Sumber: Hasil analisis, 2019

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-16
Isu Pembangunan berkelanjutan strategis yang sudah dianalisis pada Tabel
3.2 kemudian dianalisa kembali berdasarkan PP 46/2016 Pasal 9 ayat 2
untuk menghasilkan isu pembangunan berkelanjutan prioritas, dengan
mempertimbangkan :
a. Kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup
untuk pembangunan
b. Perkiraan dampak dan resiko Lingkungan hidup
c. Kinerja layanan atau jasa ekosistem
d. Intensitas dan cakupan wilayah bencana alam
e. Status mutu dan ketersediaan sumber daya alam
f. Ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati
g. Kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
h. Tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan
sekelompok masyarakat serta
i. Terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat
j. Risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat dan/atau
k. Ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara
tradisional yang dilakukan oleh Masyarakat dan masyarakat hukum
adat.

Penilaian terhadap isu pembangunan berkelanjutan prioritas ditunjukkan pada


Tabel 3.3.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-17
Tabel 3.3. Penilaian Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas Berdasarkan PP 46/2016 Pasal 9 Ayat 2

PENILAIAN ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN STRATEGIS BERDASARKAN PP NO 46 TAHUN 2016 PASAL 9 AYAT 3 Jumlah PRIORITAS

Status Status Ancaman Terhadap


Cakupa Dampak Resiko
No Isu PB Strategis Dampak Mutu Potensi dan Kawasan tertentu
Kinerja Jasa n Terhadap Terhadap
DDDT dan dan Keanekaraga Jumlah secara Tradisional
Ekosistem Wilayah Perubahan Kesehatan
Resiko LH Kualitas man Hayati Penduduk dan Masyarakat
Bencana Iklim Masyarakat
SDA Miskin Adat

1 Persampahan 5 5 5 5 5 5 5 2 2 5 44 Prioritas 1
2 RTH 4 5 4 5 5 5 1 5 5 4 43 Prioritas 2
3 Drainase 5 5 5 5 4 3 5 3 4 3 42 Prioritas 3
4 Sumber Daya Air 5 5 5 5 5 5 2 4 4 2 42 Prioritas 4
5 Pengolahan Air
5 5 3 4 5 3 3 5 4 4 41 Prioritas 5
Limbah
6 Alih Fungsi Lahan 5 5 5 5 4 4 5 3 3 2 41 Prioritas 6
7 Jaringan Transportasi
dan Angkutan Umum 5 5 5 2 5 2 3 5 5 4 41 Prioritas 7

Sumber: Hasil analisa, 2019

Keterangan:
1; sangat tidak berpengaruh, 2; pengaruh kecil, 3; pengaruh sedang, 4; pengaruh besar, 5; pengaruh sangat besar

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-18
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa terdapat 7 (tujuh)
isu pembangunan berkelanjutan prioritas yang
dinilai berdasarkan PP 46/2016 Pasal 9 Ayat 2.
Prioritas 1 dengan nilai 44 adalah persampahan,
prioritas 2 adalah RTH, prioritas 3 adalah drainase,
prioritas 4 sumber daya air, prioritas 5 pengolahan
air limbah, prioritas 6 alih fungsi lahan dan priorita 7
jaringan transportasi dan angkutan umum.

3.4 PELINGKUPAN KEBIJAKAN, RENCANA DAN PROGRAM (KRP)

Tujuh isu pembangunan berkelanjutan prioritas yang sudah dinilai pada


Tabel 3.3, selanjutnya akan dikaji KRP pada sub-bab pelingkungan KRP.
Pesatnya perkembangan perkotaan Srono tidak lepas dari tingginya laju
pertambahan penduduk yang diiringi dengan kaum urban. Pertumbuhan
ekonomi erat dengan tingginya kebutuhan akan guna lahan. Pembangunan
sarana pendidikan, kesehatan, permukiman, industri dan arus barang
transportasi, kemajuan teknologi, fasilitas umum dan lainnya tentu
membutuhkan suatu kebijakan, rencana maupun program yang matang dan
memperhatikan aspek keberlanjutan baik ekonomi, sosial dan lingkungan.
Beberapa kebijakan Sub bagian wilayah pengembangan perkotaan Srono (Sub
BWP) di bagi kedalam tiga bagian yaitu: Sub BWP I, Sub BWP II dan Sub BWP
III dengan penjelasan sebagaimana pada Tabel 3.4.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-19
Tabel 3.4. Pembagian Sub BWP Perkotaan Srono

Sumber: RDTR Kecamatan Srono, 2017

Pembagian sub BWP perkotaan Srono dengan segala fungsi nya tentu
membutuhkan kajian lebih dalam baik dari aspek tata ruang, ekonomi-sosial –
budaya maupun tata lingkungan secara berkesinambungan. Oleh karena itu
pelingkupan kebijakan, rencana dan program (KRP) berdasarkan substansi BPW
perkotaan Srono perlu dilakukan dalam kegiatan KLHS ini. Pelingkupan KRP
ditunjukkan pada Tabel 3.5.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-20
Tabel 3.5. Pelingkupan Kebijakan, Rencana (KRP)
dan Program Perkotaan Srono

SUBSTANSI RDTR BWP


NO PELINGKUPAN
SRONO
1 Rencana Zona Perlindungan Zona perlindungan/sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri
Setempat sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang
mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai.
Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi
sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak
kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai.
2 Rencana Zona Ruang Terbuka Pengembangan ruang terbuka hijau dan klasifikasi zona ini berdasarkan
Hijau pada undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Proporsi
ruang terbuka hijau pada wilayah kota 30 % dari luas wilayah kota dan 20%
diantaranya berupa ruang terbuka hijau publik. Kriteria umum untuk
menciptakan ruang terbuka hijau harus mengkaitkan peruntukan fungsi
dengan kriteria vegetasi. Untuk kawasan hijau rekreasi kota dan kawasan
hijau kegiatan olahraga 40-60% dari luas areal harus dihijaukan.

3 Rencana Zona Perumahan Kecenderungan perkembangan permukiman pada saat ini yaitu mengikuti
pola jaringan jalan sehingga dengan adanya pengembangan jaringan jalan
maka, pengembangan permukiman juga diarahkan bergerak linier
disepanjang jaringan jalan baru.
Berdasarkan perhitungan luas kebutuhan permukiman yang mengacu pada
pertumbuhan penduduk dimasa yang akan datang, sampai dengan tahun
2037 membutuhkan luas 1.619,63 Ha.

4 Rencana Zona Perdagangan dan Perdagangan dan jasa yang terdapat di Perkotaan Srono terbagi menjadi
Jasa perdagangan dan jasa tunggal dan perdagangan dan jasa deret dengan
total luas pemanfaatan lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa yang
terdapat di Perkotaan Srono pada tahun 2017 seluas 19,5 Ha, sedangkan
berdasarkan proyeksi pada tahun 2037 di perkotaan Srono memerlukan
tambahan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa seluas 78,841 ha.
Adapun Pengembangan Meliputi :
 Penataan dan Revitalisasi Pasar Srono
 Pengembangan perdangan dan jasa khusus
 Penertiban PKL
 Penyediaan lahan untuk menampung relokasi PKL
 Penyediaan jasa untuk bongkar muat
 Sarana Perdagangan dan jasa

5 Rencna Zona Perkantoran Sarana perkantoran yang ada saat ini berupa Kantor Kecamatan, Kantor
Desa, Koramil, dan sebagainya. Kedepannya dikembangkan perkantoran
pemerintah (KT – 1) yang menjadi satu dengan kawasan perdagangan dan
jasa disepanjang Jalan Kolektor Primer Banyuwangi – Srono –
Jember/Muncar. Adapun luas rencana zona perkantoran di BWP Srono
yaitu 1,60 Ha.

6 Rencana Zona Industri Zona industri yang dikembangkan di BWP Srono berupa Aneka Industri
yang mengolahhasil perikanan dan pertanian di SBWP I Kebaman Blok I-B
seluas 1,91 Ha. Sub zona aneka industri (I – 4) merupakan industri yang
menghasilkan beragam kebutuhan konsumen dibedakan ke dalam 4
golongan.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-21
SUBSTANSI RDTR BWP
NO PELINGKUPAN
SRONO
7 Zona Sarana Pelayanan Sarana Pengembangan sarana pendidikan meliputi:
pendidikan  Fasilitas Penddikan yang saat ini tetap dipertahankan dan ditingkatkan.
 Lokasi pengembanagan baru disesuaikan jumlah kebutuhan masing-
masing kelurahan, seperti sekolah dasar dan taman kanak-kanak
berada ditengah kelompok masyarakat dan tidak menyerangi jalan
raya.
8 Zona Sarana Pelayanan Sarana Penambahan fasilitas kesehatan pada tahun 2017, 2022, 2027, 2032 dan
Kesehatan tahun 2037 berdasarkan standar kebutuhan meliputi posyandu, rumah
bersalin, puskesmas pembantu, dan puskesmas.

9 Zona Sarana Pelayanan Sarana Sarana olahraga adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
Olahraga kawasan budidaya yang dikembangkan untuk menampung sarana olahraga
baik dalam bentuk terbuka maupun tertutup sesuai dengan lingkup
pelayanannya dengan hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan
dengan jumlah penduduk.

10 Zona Sarana Pelayanan Sarana Sarana Sosial budaya di Perkotaan Srono adalah balai pertemuan warga di
Sosial Budaya setiap kantor desa yang ada di Perkotaan Srono. Arahan pengembangan
untuk sarana sosial budaya adalah mempertahankan keberadaan sarana
sosial yang telah ada. Selain itu, diperlukan pengembangan sub zona sosial
budaya berupa penambahan gedung pertemuan/ balai warga pada tiap
desa.

11 Zona Sarana Pelayanan Sarana Proyeksi kebutuhan fasilitas peribadatan diperoleh berdasarkan proyeksi
Peribadatan penganut agama dari jenis fasilitas peribadatan. Untuk agama Islam
asumsi yang dianut adalah ratio jumlah fasilitas terhadap pemeluk
agamanya, sedangkan untuk agama kristen berdasarkan jumlah penduduk
pendukung fasilitas tersebut.

12 Zona Peruntukan Lainnya Sektor perekonomian di Kecamatan Srono lebih mengarah pada sektor
pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan dan peternakandengan komoditi unggulan tanaman sayuran.
Dalam rangka mewujudkan keseimbangan ekologis dan lingkungan di BWP
Srono, keberadaan lahan pertanian dan perkebunan dipertahankan dan
dibatasi alih fungsi lahan:
 Pengembangan jaringan irigasi teknis untuk meningkatkan hasil prouksi
pertanian
 Pembatasan kegiatan terbangun
 Intensifikasi lahan pertanian dengan tanaman yang lebih beragam
 Pengembangan pola pertanian minapadi
 Pengembangan pembibitan ternak
 Pengembangan jalan produksi dan distribusi pertanian
 Mengembangkan konsep pertanian urban

13 Zorna Peruntukan Khusus Pengembangan zona peruntukan khusus di BWP Srono adalah
pengembangan TPA di Desa Wonosobo, Blok III-A seluas 5,52 ha. Konsep
pengolahan sampah pada TPA DI Wonosobo adalah dengan menggunakan
proses konversi thermal melalui cara insinerasi.
14 Rencana sistem jaringan jalan Rencana pengembangan jaringan jalan di BWP Srono didasarkan atas pola
pergerakan, pengembangan wilayah, bangkitan dan tarikan pergerakan,
serta keterkaitan dengan wilayah sekitarnya
15 Rencana Sistem Pelayanan Angkutan Pokok pengembangan jaringan pelayanan angkutan umum di BWP Srono
Umum dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu sistem angkutan barang dan sistem
angkutan penumpang.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-22
SUBSTANSI RDTR BWP
NO PELINGKUPAN
SRONO
16 Rencana Pengembangan Jaringan Pengembangan jaringan listrik di BWP Srono diarahkan mengikuti pola tata
Energi/Kelistrikan ruang dan jaringan jalan yang ada.
Mengantisipasi kebutuhan daya listrik yaitu: mengoptimalkan jaringan
distribusi, peningkatan pelayanan listrik dan peningkatan daya energy listrik

17 Rencana Pengembangan Jaringan Kebutuhan telekomunikasi Perkotaan Srono dilayani oleh PT Telkom yang
Telekomunikasi dipasok melalui gardu distribusi kemudian dilanjutkan oleh STO (Sentra
Telepon Otomatis) yang kemudian disalurkan kepada pelanggan.

18 Rencana Pengembangan Air Bersih Pemenuhan kebutuhan air bersih di BWP Srono dilakukan dengan cara
individual yaitu mamanfaatkan sumur gali.
Upaya memenuhi kebutuhan air bersih dapat dilakukan melalui:
 Pengembangan sumber air baku berupa pengembangan sumur bor di
Desa Wonosobo
 Pengembangan jaringan perpipaan (HIPAM/PDAM) di seluruh wilayah.

19 Rencana Pengembangan Jaringan Sistem pembuangan (drainase) di BWP Srono yaitu antara air hujan dan
Drainase saluran pembungan rumah tangga seperti air bekas cucian dari rumah-
rumah penduduk menjadi satu di saluran drainse tersier yang terdapat di
depan rumah dan nantinya menuju sungai. Pengembangan diarahkan pada
: normalisasi jaringan eksisting, pengembangan sistem jaringan drainase,
dan pengembangan sistem biopori dan sumur resapan.

20 Rencana Pengembangan Air Limbah Pengelolaan limbah secara komunal merupakan alternatif terbaik di
Perkotaan Srono. Pengembangan jaringan air limbah di BWP ialah :
 Pengembangan MCK umum pada wilayah yang belum terlayani
 Pengembangan IPAL komunal disetiap lingkungan permukiman
 Pengembangan IPAL pasa zona industry yang dikembangan di Desa
Kebaman
21 Rencana Sistem Persampahan Sistem persampahan di wilayah perencanaan menggunakan sistem
pewadahan dan menggunakan metoda konvensional. Arahan sistem
persampahan di Perkotaan Srono ialah :
 Peningkatan & perbaikan prasarana persampahan
 Peningkatan manajemen sistem pengakutan sampah
 Pengembangan sistim pengolahan sampah dengan konsep resude,
recycle, dan reuse (kompisting).
 Pengelolaan sampah organik untuk kompos dan biogas.
 Pengadaan bank sampah di kawasan permukiman
 Pengembangan TPST di setiap SBWP
 Pengembangan TPA Regional untuk menampung dan mengelola
sampah secara regional

22 Rencana Jalur Evakuasi Bencana Jalur evakuasi bencana merupakan jalur yang dilewati untuk
menyelamatkan diri dari bencana. Jalur evakuasi diadakan dengan tujuan
memudahkan masyarakat dalam proses evakuasi saat ada bencana, dan
membantu mempermudah masyarakat menuju ke tempat
pengungsian/tempat yang aman dari bahaya. Pada umumnya jalur
evakuasi akan di berikan tanda berupa anak panah atau tulisan yang
membantu memberikan petunjuk pada masyarakat saat ada bencana dan
menuju tempat yang aman.

23 Rencana Jaringan Irigasi Dalam mendukung usaha pertanian yang menjadi sektor unggulan BWP
Srono, keberadaan jaringan irigasi yang ada saat ini harus dipertahankan
keberadaannya dan dilarang untuk dialihfungsikan.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-23
Uraian yang sudah dijelaskan pada Tabel 3.5 kemudian secara spasial ditunjukkan
pada Gambar 3.5 Peta Pelingkupan Isu Lingkungan Hidup Prioritas Perkotaan
Srono.

Gambar 3.7 Peta Pelingkupan Isu Lingkungan Hidup Prioritas Perkotaan Srono

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-24
Pelingkupan KRP pada Tabel 3.5 kemudian diidentifikasi terhadap dampak atau
resiko lingkungan hidup berdasarkan PP 46 tahun 2016 Pasal 3 Ayat 2 dalam
bentuk matriks penilaian. Matriks penilaian dengan menggunakan kriteria:
1. Positif, jika pelaksanaan KRP diperkirakan dan dianggap memberikan
pengaruh positif atau perbaikan dalam menghadapi isu pembangunan yang
diangkat.
2. Negatif, jika pelaksanaan KRP diperkirakan memberikan dampak buruk atau
bahkan menimbulkan permasalahan baru terkait isu strategis yang ada
3. Nol (0), jika pelaksanaan KRP diperkirakan tidak berdampak signifikan pada
lingkungan
Maksud tahapan pengkajian ini adalah menganalisis dampak positif, negatif
maupun tidak memberikan dampak dari indikasi program prioritas RDTR
perkotaan Srono dan program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
resiko lingkungan hidup yang termuat dalam terhadap daftar pendek 7 isu-isu
pembangunan berkelanjutan prioritas. Analisis dilakukan dengan memperhatikan
kecenderungan perkembangan di masa yang akan datang. Tidak keseluruhan
program prioritas memiliki keterkaitan dengan daftar pendek isu-isu pembangunan
berkelanjutan. Oleh karena itu, pada tahap ini dilakukan identifikasi untuk memilih
program-program mana saja yang signifikan atau dapat dikaji lebih lanjut.
Identifikasi dilakukan dengan menggunakan tabel dan dinilai berdasarkan ada
tidaknya keterkaitan antara isu muatan KRP dengan dampak dan /resiko
lingkungan hidup. Identifikasi KRP yang berdampak, ditapis dengan cara
sebagaimana pada penjelasan PP 46 tahun 2016 Pasal 3 Ayat 2 yang ditunjukkan
pada matrik Tabel 3.6, dengan ketentuan jika nilai negatif/dampak negatif lebih
dari 1 atau minimal 2 dan belum diperlukan kajian jika nilai positif/dampak positif
lebih dari 2.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-25
Tabel 3.6. Matrik Penapisan Identifikasi KRP Terhadap Dampak dan atau Resiko Lingkungan Hidup Berdasarkan
PP 46 tahun 2016 Pasal 3 Ayat 2

Dampak dan atau Resiko Lingkungan


Materi Muatan Kebijakan, Rencana Keterangan
No Substansi RDTR BWP Srono Hidup
dan/atau Program
1 2 3 4 5 6 7
{1
    (3) (4)
}
Zona perlindungan/sempadan sungai adalah kawasan
sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai Perlu dikaji
manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai. (nilai - = 5
1 Rencana zona perlindungan setempat Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan - - - - - + +
untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dan nilai + =
dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, 2
kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai.

Pengembangan ruang terbuka hijau dan klasifikasi


zona ini berdasarkan pada undang-undang no 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Proporsi ruang
terbuka hijau pada wilayah kota 30 % dari luas
Perlu dikaji
wilayah kota dan 20% diantaranya berupa ruang (nilai - = 6
2 Rencana Zona Ruang Terbuka Hijau
terbuka hijau publik. Kriteria umum untuk menciptakan
- - - - - + -
dan nilai + =
ruang terbuka hijau harus mengkaitkan peruntukan
fungsi dengan kriteria vegetasi. Untuk kawasan hijau 1
rekreasi kota dan kawasan hijau kegiatan olahraga 40-
60% dari luas areal harus dihijaukan.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-26
Kecenderungan perkembangan permukiman pada saat
ini yaitu mengikuti pola jaringan jalan sehingga
dengan adanya pengembangan jaringan jalan maka, Perlu dikaji
pengembangan permukiman juga diarahkan bergerak (nilai - = 6
3 Rencana Zona Perumahan linier disepanjang jaringan jalan baru. Berdasarkan - - - - - - +
perhitungan luas kebutuhan permukiman yang dan nilai + =
mengacu pada pertumbuhan penduduk dimasa yang 1
akan datang, sampai dengan tahun 2037
membutuhkan luas 1.619,63 Ha.

Perdagangan dan jasa yang terdapat di Perkotaan


Srono terbagi menjadi perdagangan dan jasa tunggal
dan perdagangan dan jasa deret dengan total luas
pemanfaatan lahan untuk kawasan perdagangan dan
jasa yang terdapat di Perkotaan Srono pada tahun
2017 seluas 19,5 Ha, sedangkan berdasarkan proyeksi Perlu dikaji
pada tahun 2037 di perkotaan Srono memerlukan (nilai - =
4 Rencana Zona Perdagangan dan Jasa tambahan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa - + + + - - -
seluas 78,841 ha. Adapun Pengembangan Meliputi : 4dan nilai +
• Penataan dan Revitalisasi Pasar Srono =3
• Pengembangan perdangan dan jasa khusus
• Penertiban PKL
• Penyediaan lahan untuk menampung relokasi PKL
• Penyediaan jasa untuk bongkar muat
• Sarana Perdagangan dan jasa

Sarana perkantoran yang ada saat ini berupa Kantor


Kecamatan, Kantor Desa, Koramil, dan sebagainya.
Kedepannya dikembangkan perkantoran pemerintah
Perlu dikaji
(KT – 1) yang menjadi satu dengan kawasan (nilai - = 6
5 Rencana Zona Perkantoran
perdagangan dan jasa disepanjang Jalan Kolektor
- - - - - - +
dan nilai + =
Primer Banyuwangi – Srono – Jember/Muncar. Adapun
luas rencana zona perkantoran di BWP Srono yaitu 1
1,60 Ha.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-27
Zona industri yang dikembangkan di BWP Srono
berupa Aneka Industri yang mengolahhasil perikanan
Perlu dikaji
dan pertanian di SBWP I Kebaman Blok I-Bseluas 1,91 (nilai - =
6 Rencana Zona Industri
Ha. Sub zona aneka industri (I – 4) merupakan industri
- + + + - - -
4dan nilai +
yang menghasilkan beragam kebutuhan konsumen
dibedakan ke dalam 4 golongan. =3

Pengembangan sarana pendidikan meliputi:


• Fasilitas Penddikan yang saat ini tetap dipertahankan
dan ditingkatkan.
Perlu dikaji
Zona Sarana Pelayanan Sarana • Lokasi pengembanagan baru disesuaikan jumlah (nilai - = 6
7 pendidikan kebutuhan masing-masing kelurahan, seperti sekolah
- - - - - - +
dan nilai + =
dasar dan taman kanak-kanak berada ditengah
kelompok masyarakat dan tidak menyerangi jalan 1
raya.

Penambahan fasilitas kesehatan pada tahun 2017,


Perlu dikaji
Zona Sarana Pelayanan Sarana 2022, 2027, 2032 dan tahun 2037 berdasarkan (nilai - = 6
8 Kesehatan standar kebutuhan meliputi posyandu, rumah bersalin,
- - - - - - +
dan nilai + =
puskesmas pembantu, dan puskesmas.
1
Sarana olahraga adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya yang Perlu dikaji
dikembangkan untuk menampung sarana olahraga (nilai - = 6
9 Zona Sarana Pelayanan Sarana Olahraga baik dalam bentuk terbuka maupun tertutup sesuai - - - - - - +
dengan lingkup pelayanannya dengan hierarki dan dan nilai + =
skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah 1
penduduk.

Sarana Sosial budaya di Perkotaan Srono adalah balai


pertemuan warga di setiap kantor desa yang ada di
Perkotaan Srono. Arahan pengembangan untuk sarana
Perlu dikaji
Zona Sarana Pelayanan Sarana sosial budaya adalah mempertahankan keberadaan (nilai - = 6
10 Sosial Budaya sarana sosial yang telah ada. Selain itu, diperlukan
- - - - - - +
dan nilai + =
pengembangan sub zona sosial budaya berupa
penambahan gedung pertemuan/ balai warga pada 1
tiap desa.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-28
Proyeksi kebutuhan fasilitas peribadatan diperoleh
berdasarkan proyeksi penganut agama dari jenis Perlu dikaji
fasilitas peribadatan. Untuk agama Islam asumsi yang (nilai - = 6
Zona Sarana Pelayanan Sarana
11 Peribadatan
dianut adalah ratio jumlah fasilitas terhadap pemeluk - - - - - - +
agamanya, sedangkan untuk agama kristen dan nilai + =
berdasarkan jumlah penduduk pendukung fasilitas 1
tersebut.

Sektor perekonomian di Kecamatan Srono lebih


mengarah pada sektor pertanian yang meliputi
pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebunan
dan peternakandengan komoditi unggulan tanaman
sayuran.
Dalam rangka mewujudkan keseimbangan ekologis
dan lingkungan di BWP Srono, keberadaan lahan
pertanian dan perkebunan dipertahankan dan dibatasi
alih fungsi lahan: Perlu dikaji
12 Zona Peruntukan Lainnya • Pengembangan jaringan irigasi teknis untuk - - - - - - -
meningkatkan hasil prouksi pertanian (nilai - = 7
• Pembatasan kegiatan terbangun
• Intensifikasi lahan pertanian dengan tanaman yang
lebih beragam
• Pengembangan pola pertanian minapadi
• Pengembangan pembibitan ternak
• Pengembangan jalan produksi dan distribusi
pertanian
• Mengembangkan konsep pertanian urban

Pengembangan zona peruntukan khusus di BWP Srono Perlu dikaji


adalah pengembangan TPA di Desa Wonosobo, Blok (nilai - = 6
13 Zorna Peruntukan Khusus III-A seluas 5,52 ha. Konsep pengolahan sampah pada - - - - - - +
TPA DI Wonosobo adalah dengan menggunakan dan nilai + =
proses konversi thermal melalui cara insinerasi. 1

Rencana pengembangan jaringan jalan di BWP Srono


Perlu dikaji
didasarkan atas pola pergerakan, pengembangan (nilai - = 6
14 Rencana sistem jaringan jalan
wilayah, bangkitan dan tarikan pergerakan, serta
- - - - - - +
dan nilai + =
keterkaitan dengan wilayah sekitarnya
1

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-29
Pokok pengembangan jaringan pelayanan angkutan
Perlu dikaji
Rencana Sistem Pelayanan Angkutan umum di BWP Srono dibagi menjadi 2 (dua) bagian (nilai - = 6
15 Umum yaitu sistem angkutan barang dan sistem angkutan
- - - - - - +
dan nilai + =
penumpang.
1
Pengembangan jaringan listrik di BWP Srono diarahkan Perlu dikaji
mengikuti pola tata ruang dan jaringan jalan yang (nilai - = 6
Rencana Pengembangan Jaringan
16 Energi/Kelistrikan
ada.Mengantisipasi kebutuhan daya listrik yaitu: - - - - - - +
mengoptimalkan jaringan distribusi, peningkatan dan nilai + =
pelayanan listrik dan peningkatan daya energy listrik 1
Kebutuhan telekomunikasi Perkotaan Srono dilayani Perlu dikaji
oleh PT Telkom yang dipasok melalui gardu distribusi (nilai - = 6
Rencana Pengembangan Jaringan
17 Telekomunikasi
kemudian dilanjutkan oleh STO (Sentra Telepon - - - - - - +
Otomatis) yang kemudian disalurkan kepada dan nilai + =
pelanggan. 1
Pemenuhan kebutuhan air bersih di BWP Srono
dilakukan dengan dengan cara individual yaitu
mamanfaatkan sumur gali. Pemenuhan kebutuhan air
bersih di BWP Srono dilakukan dengan dengan cara Perlu dikaji
individual yaitu mamanfaatkan sumur gali. (nilai - = 6
18 Rencana Pengembangan Air Bersih Upaya memenuhi kebutuhan air bersih dapat dilakukan - - - - - - +
melalui: dan nilai + =
• Pengembangan sumber air baku berupa 1
pengembangan sumur bor di Desa Wonosobo
• Pengembangan jaringan perpipaan (HIPAM/PDAM) di
seluruh wilayah.

Sistem pembuangan (drainase) di BWP Srono yaitu


antara air hujan dan saluran pembungan rumah
tangga seperti air bekas cucian dari rumah-rumah
Perlu dikaji
Rencana Pengembangan Jaringan penduduk menjadi satu di saluran drainse tersier yang (nilai - = 6
19 Drainase terdapat di depan rumah dan nantinya menuju sungai.
- - - - - - +
dan nilai + =
Pengembangan diarahkan pada : normalisasi jaringan
eksisting, pengembangan sistem jaringan drainase, 1
dan pengembangan sistem biopori dan sumur resapan.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-30
Pengelolaan limbah secara komunal merupakan
alternatif terbaik di Perkotaan Srono. Pengembangan
jaringan air limbah di BWP ialah : Perlu dikaji
• Pengembangan MCK umum pada wilayah yang (nilai - = 6
20 Rencana Pengembangan Air Limbah belum terlayani - - - - - - +
• Pengembangan IPAL komunal disetiap lingkungan dan nilai + =
permukiman 1
• Pengembangan IPAL pasa zona industry yang
dikembangan di Desa Kebaman

Sistem persampahan di wilayah perencanaan


menggunakan sistem pewadahan dan menggunakan
metoda konvensional. Arahan sistem persampahan di
Perkotaan Srono ialah : • Peningkatan &
perbaikan prasarana persampahan
• Peningkatan manajemen sistem pengakutan sampah
Perlu dikaji
• Pengembangan sistim pengolahan sampah dengan (nilai - = 6
21 Rencana Sistem Persampahan
konsep resude, recycle, dan reuse (kompisting).
- - - - - - +
dan nilai + =
• Pengelolaan sampah organik untuk kompos dan
biogas. 1
• Pengadaan bank sampah di kawasan permukiman
• Pengembangan TPST di setiap SBWP
• Pengembangan TPA Regional untuk menampung dan
mengelola sampah secara regional

Jalur evakuasi bencana merupakan jalur yang dilewati


untuk menyelamatkan diri dari bencana. Jalur evakuasi
diadakan dengan tujuan memudahkan masyarakat
dalam proses evakuasi saat ada bencana, dan
Perlu dikaji
membantu mempermudah masyarakat menuju ke (nilai - = 6
22 Rencana Jalur Evakuasi Bencana
tempat pengungsian/tempat yang aman dari bahaya.
- - - - - - +
dan nilai + =
Pada umumnya jalur evakuasi akan di berikan tanda
berupa anak panah atau tulisan yang membantu 1
memberikan petunjuk pada masyarakat saat ada
bencana dan menuju tempat yang aman.

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-31
Dalam mendukung usaha pertanian yang menjadi
Perlu dikaji
sektor unggulan BWP Srono, keberadaan jaringan (nilai - = 6
23 Rencana Jaringan Irigasi
irigasi yang ada saat ini harus dipertahankan
- - - - - - +
dan nilai + =
keberadaannya dan dilarang untuk dialihfungsikan.
1

Paling sedikit 2 jumlah negatif maka KRP dikaji dalam KLHS

*}
1= Perubahan Iklim

2= Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan biodiversity

Peningkatan instensitas & cakupan wilayah banjir, longsor,


3=
kekeringan, dan/atau kebakaran
4= Penurunan mutu dan kelimpahan SDA

5= Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan / atau lahan

Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya


6=
keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan


7=
manusia

Tabel 3.6 menjelaskan bahwa dari 23 (dua puluh tiga) substansi RDTR BWP Srono dan materi muatan KRP terhadap dampak
dan atau Resiko lingkungan hidup didapatkan minimal nilai total dengan kategori negatif (-) adalah berjumlah 3 (tiga) artinya
jika paling sedikit nilai 2 jumlah negatif maka KRP dikaji dalam KLHS, sehingga hasil dari analisis disimpulkan KRP dikaji dalam
KLHS (Hasil analisis, 2019).

LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-32
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi III-33

Anda mungkin juga menyukai