Bab 5 - Lapkir-Daya Dukung Lingkungan
Bab 5 - Lapkir-Daya Dukung Lingkungan
LINGKUNGAN
5.1. Analisa Daya Dukung Lingkungan Hidup
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 daya dukung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia,
makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. Penentuan daya dukung
lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam
dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang
menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Daya dukung lingkungan
dipengaruhi oleh padatnya jumlah penduduk, hal ini terkait dengan kebutuhan
akan sumber daya air dan produktivitas lahan yang tersedia. Clark (1992)
menjelaskan bahwa pertambahan jumlah penduduk membutuhkan perluasan
lahan sebagai wadah aktivitas yang nantinya tumbuh dan berkembang. Apabila
perkembangan tersebut tidak dikendalikan dengan baik maka dapat terjadi
konversi lahan untuk aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi dan daya
dukungnya yang akan berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan.
Penentuan daya dukung lingkungan hidup didasarkan pada:
a) Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.
b) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.
c) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan
lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL).
Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.
Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui
Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi daya dukung lingkungan, maka
konsep daya dukung lingkungan hidup dibagi dalam dua bagian yaitu daya
dukung lingkungan hidup berbasis keterbatasan SDA dan berbasis potensi
bencana. Penjelasan tersebut ditunjukkan pada Gambar 5.1.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-1
Gambar 5.1 Konsep Daya Dukung Lingkungan Hidup
Berdasarkan konsep daya dukung lingkungan hidup pada Gambar 5.1, maka
analisis yang dihitung dan dikaji dalam KLHS perkotaan Srono ini dijelaskan pada
masing-masing sub bab berikut:
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-2
keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam
pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah.
Analisis daya dukung sumber daya air ini dihitung dan dianalisis
berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan akan air.
a. Analisis Ketersediaan air
Pehitungan daya dukung air di perkotaan Sroni berdasarkan Peraturan
Pemerintah Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang
Wilayah. Persamaan untuk perhitungan ketersediaan air mengacu pada
Permen LH No. 17 Tahun 2009 sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-3
Tabel 5.1 Standart Nilai Koefisien Limpasan Tertimbang
Selain data nilai C yang dibutuhkan, nilai R (rata-rata curah hujan) juga harus
dihitungkan berdasarkan standart. Rata – rata aljabar curah hujan tahunan
diperoleh berdasarkan perbandingan curah hujan tahunan terhadap jumlah
stasiun pengamatan curah hujan.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-4
Menggunakan rumus di atas, maka hasil perhitungan ketersediaan air di
perkotaan Srono adalah:
∑ ( 0,8 X 2.393 )
C= =0,8
∑ ( 2.393 )
2128
R= =2128
1
SA=10 X 0,8 X 2128 X 3165
¿ 53.880 .960 m3/ tahun
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-5
5.1.2. Analisis Daya Dukung Sumber Daya Lahan
Analisa daya dukung sumber daya lahan merupakan analisis yang
digunakan untuk mencari seberapa luas yang dibutuhkan untuk pengaturan
ruang kedepan sebagai analisa untuk menghitung daya tampung penduduk.
Perhitungan ketersediaan lahan dilakukan dengan memperhitungkan ketersediaan
lahan dan kebutuhan lahan
a. Analisis ketersediaan lahan menggunakan persamaan yang mengacu pada
Permen LH No. 17 Tahun 2009, yaitu:
(5)
Perhitungan ketersediaan lahan dilakukan berdasarkan Permen LH No. 17
Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam
Penataan Ruang Wilayah. Berdasarkan hal tersebut, data yang diperlukan dalam
perhitungan ketersediaan lahan yaitu produksi aktual tiap jenis komoditi (Pi) dan
harga beras di tingkat produsen (Hb), harga satuan tiap komoditi ditingkat
produsen (Hi), dan produktivitas beras di perkotaan Srono (Pt). Hasil perhitungan
sebagai berikut:
Tabel 5.2 menjelaskan bahwa daya dukung lahan pertanian yang ada di perkotaan
srono dengan nilai 1,8459 artinya nilai tersebut > 1 dimana wilayah tersebut
mampu swasembada pangan dan mampu memberikan kehidupan yang layak bagi
penduduknya. Secara spasial hitungan di atas ditunjukkan pada Gambar 5.2.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-6
Gambar 5.2 Peta Daya Dukung Lahan Pertanian (Peta ini ukuran A3)
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-7
5.1.3. Analisis Daya Dukung Fungsi Lindung
Tingkat daya dukung fungsi lindung dituliskan dengan nilai simbol DDL,
dimana:
∑(Lgl 1. α 1+ Lgl 2. α 2+ Lgl 3. α 3+ Lglx . α x )
DDL=
LW
DDL = Daya dukung fungsi lindung
LW = Luas Wilayah (Ha)
Luas Wilayah
RTH Koefisien LP2B Koefisien
No Desa Perkotaan Hasil
(Ha) RTH (Ha) LP2B
Srono (Ha)
1 Kebaman 9,29 0,66 254,53
2 Sukonatar 5,79 5,72 318,16
3 Wonosobo 10,24 2,92 0,98 190,90 0
0,36
4 Sukomaju 6,33 1,94 381,79
Jumlah 31,65 11,24 1145,38
11,0152 0
Sumber: Hasil analisis, 2019
Tabel 5.3 menjelaskan bahwa daya dukung fungsi lindung yang ada di perkotaan
srono dengan nilai 0,36 artinya nilai tersebut berada pada kategori 0,26-0,5
dimana 0,36 berada pada posisi cukup baik, sebagaimana menurut kriteria nilai
DDl sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-8
Gambar 5.3 Peta Daya Dukung Fungsi Lindung ( peta ini A3)
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-9
5.1.4 Analisis Daya Dukung Lahan Permukiman
Daya dukung wilayah untuk permukiman dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu wilayah dalam menyediakan lahan permukiman guna
menampung jumlah penduduk tertentu untuk bertempat tinggal secara layak.
Data proyeksi kebutuhan daya tampung permukiman di dasarkan pada jumlah
rumah kavling besar, kavling sedang dan kavling kecil dengan asumsi 1 rumah 4
penduduk. Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.5 menjelaskan bahwa nilai total dari masing-masing jenis permukiman
baik kavling besar, kavling sedang dan kavling kecil nilainya melebihi angka 1
yang artinya daya dukung lahan untuk permukiman di perkotaan srono masih
mampu menampung penduduk untuk bermukim (membangun rumah) di wilayah
tersebut. Secara spasial daya dukung lahan permukiman perkotaan Srono
ditunjukkan pada Gambar 5.4.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-10
Gambar 5.4 Peta Daya Dukung Lahan Permukiman (peta ini A3)
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-11
5.2. Kajian Kinerja Jasa Layanan Ekosistem
Manusia mendapat manfaat dari berbagai sumber daya dan proses yang
disediakan oleh ekosistem alam, secara menyeluruh, manfaat ini dikenal dengan
istilah jasa ekosistem. Jasa ekosistem adalah barang atau jasa yang disediakan
oleh ekosistem untuk manusia dan menjadi dasar untuk penilaian ( valuation)
suatu ekosistem. Ketersediaan jasa ekosistem sering bervariasi dengan
berjalannya waktu. Menurut sistem klasifikasi jasa ekosistem dari Millenium
Ecosystem Assessment, jasa ekosistem dikelompokan menjadi empat fungsi
layanan, yaitu jasa penyediaan ( provisioning), jasa pengaturan (regulating), jasa
pendukung (supporting) dan jasa kultural (cultural), dengan rincian sebagai
berikut:
1. Pangan Hasil laut, pangan dari hutan (tanamna dan hewan), hasil
pertanian dan erkebunan untuk pangan, hasil peternakan
2. Air bersih Penyediaan air dari tanah (termasuk kapasitas
penyimpanannya), penyediaan air dari sumber permukaan
3. Serat (fiber) Hasil hutan, hasil laut, hasil pertanian dan perkebunan
untuk material
4. Bahan bakar (fuel) Penyediaan kayu bakar dan bahan bakar dari fosil
B. Fungsi pengaturan (regulating)
1. Tempat tinggal dan ruang Runag untuk tinggal dan hidup sejahtera, jangkar “kampur
hidup (sense of place) halaman” yang punya nilai sentimental
2. Rekreasi dan ecotourism Fitur lansekap, keunikan alam, atau niali tertentu yang
menjadi daya tarik wisata
3. Estetika Keindahan alam yang memiliki nilai jual
Jasa ekosistem (JE) adalah keuntungan yang diperoleh manusia dari ekosistem
(MA, 2005). Jasa ekosistem dikategorikan menjadi empat, yaitu meliputi jasa
penyediaan (provisioning), jasa pengaturan (regulating), jasa budaya (cultural),
dan jasa pendukung (supporting) (MA, 2005).
Jasa penyediaan : bahan makanan, air bersih, serat, bahan bakar dan
bahan dasar lainnya, materi genetik, bahan obat dan biokimia, spesies hias.
Jasa Pengaturan : Pengaturan kualitas udara, Pengaturan iklim,
Pencegahan gangguan, Pengaturan air, Pengolahan limbah, Perlindungan
tanah, Penyerbukan, Pengaturan biologis, Pembentukan tanah.
Jasa Budaya : Estetika, Rekreasi, Warisan dan indentitas budaya, Spiritual
dan keagamaan, Pendidikan.
Jasa Pendukung : Habitat berkembang biak, Perlindungan plasma nutfah.
Analisis ini untuk mengukur sejauh mana “perubahan” JE antara eksisting dan
setelah penerapan Rencana Pola Ruang dan atau KRP RDTR serta mempredikasi
dampak lingkungan yang bisa terjadi.
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-13
Tabel 5.7 Jasa Ekosistem Pangan Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-14
Gambar 5.5 Jasa Ekosistem Penyedia Pangan (peta a3)
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-15
5.2.2 Jasa Ekosistem Penyediaan Air
7 Q = f. C. A. I
Dimana:
F = faktor pengali yang besarnya 0,278 jika A menggunakan satuan
Km2
C = koefisien run off (rasio antara air yang melimpas dengan air hujan
yang jatih ke permukaan bumi), tanpa satuan
A = luas daerrah tangkapan (Hektar atau Km2)
I = intensitas hujan (mm/jam)
Q = debit run off (m3/dt)
Tabel 5.8 adalah nilai koefisien runoff dari berbagai penggunaan lahan
yang diambil dari berbagai sumber sebagai inputan dalam perhitungan debit
runoff secara
LAPORAN AKHIRspasial. Jumlah
- Penyusunan KLHShujan dikurangi
Rencana Detail Tatadengan nilai Wilayah
Ruang Bagian debit runoff yang
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-16
dihitung menggunakan rumus rasional tersebut menghasilkan sejumlah air yang
tersimpan/storage di bawah permukaan (komponen air hujan yang meresap ke
dalam tanah dan mengisi air tanah). Kedua bagian tersebut, baik debit limpasan
maupun storage dapat digunakan sebagai prediksi awal potensi sumber air baku
sebagai jasa ekosistem penyediaan air di wilayah kajian. Sementara untuk
ketersediaan air laut yang berlimpah tidak memenuhi syarat kualitas apabila
digunakan secara langsung (memerlukan proses pengolahan). Air laut digunakan
sebagai sumber air baku air tawar (fresh water) dalam kondisi force major yaitu
suatu kondisi apabila dan jika air tawar dari ekosistem darat tidak tersedia. Ini
dikarenakan proses teknologi pengolahan air laut menjadi air tawar masih relatif
mahal.
Tabel 5.8 Nilai Koefisien Runoff untuk Berbagai Penggunaan Lahan
(Diambil dari berbagai sumber)
Koefisien Koefisien
Penggunaan Kemiringa
Penggunaan Lahan Runoff Runoff
Lahan n Lereng
(C) (C)
Air Laut 1 <3% 0.1
Dermaga Laut 0.7 3-5% 0.1
Empang 0.8 5-8% 0.25
Hutan Rimba
Hutan Bakau/Mangrove 0.85 8 - 15 % 0.25
Jalan Arteri 0.9 15 - 25 % 0.3
Jalan Lingkungan 0.85 25 - 40 % 0.3
Jalan Lokal 0.8 > 40 % 0.4
Kolam 0.8 <3% 0.1
Median Jalan 0.85 3-5% 0.1
Pasir/Bukit Pasir Darat 0.9 5-8% 0.15
Pasir/Bukit Pasir Laut 0.9 Semak Belukar 8 - 15 % 0.15
Pekarangan 0.45 15 - 25 % 0.2
Pelabuhan Laut 0.7 25 - 40 % 0.2
Perkebunan/Kebun 0.4 > 40 % 0.25
Permukaan/Lapangan
Diperkeras 0.95 <3% 0.3
Rawa 0.85 3-5% 0.3
Sungai 0.85 Tegalan/ 5-8% 0.4
Taman 0.15 Ladang 8 - 15 % 0.4
Tanah Kosong/Gundul 0.9 15 - 25 % 0.5
Tanaman Campuran 0.35 25 - 40 % 0.5
> 40 % 0.6
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-17
Berdasarkan ketentuan pada Tabel 5.8, maka hasil perhitungan jasa ekosistem
penyedia air di perkotaan Srono ditunjukkan pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Jasa Ekosistem Penyedia Air
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-18
Gambar 5.6 Jasa Ekosistem Penyedia Air (peta a3)
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-19
5.2.3 Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air dan Banjir
Kategori jasa ekosistem pengaturan tata air dan banjir adalah manfaat
yang diperoleh dari proses ekosistem dalam melakukan penataan air dan banjir.
Proses penataan air dan banjir ini terkait dengan fungsi daerah resapan dan
sistem drainase, baik makro maupun mikro. Terkait dengan resapan, maka
ekosistem yang berfungsi mengatur air dan mengurangi banjir adalah ekosistem
yang bervegetasi. Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air dan Banjir Perkotaan Srono
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-20
Gambar 5.7. Jasa Ekosistem Pengatur Tata Air dan Banjir (peta a3)
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-21
5.2.4 Jasa Ekosistem Pengolah dan penguraian limbah
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-22
Gambar 5.8 Jasa Ekosistem Pengolah dan Pengurai Air Limbah
(peta a3)
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-23
Tabel 5.12 Perhitungan Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan
Perlindungan Bencana
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-24
Gambar 5.9 Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan
Bencana (peta a3)
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-25
5.2.6 Jasa Ekosistem pengaturan dan pemeliharaan kualitas udara
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-26
Gambar 5.10. Jasa Ekosistem pengaturan dan pemeliharaan kualitas udara
(peta a3)
LAPORAN AKHIR - Penyusunan KLHS Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Kecamatan Srono Di Kabupaten Banyuwangi V-27