Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

AL ISLAM & KEMUHAMMADIYAHAN 2


“ Mengapa Allah Mewajibkan Shalat”

disusun oleh :

Nama : Alvian Ramadhan Nugraha Putra

Nim : 20181221163

Jurusan : Manajemen

Kelas : Karyawan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan kesehatan, rahmat dan karunianya sehingga makalah yang berjudul
“Mengapa Allah Mewajibkan Shalat” ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah
ini disusun dalam hal tugas mata kuliah Al Islam & Kemuhammadiyahan 2.

Atas tersusunya makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan


makalah ini masih terlalu banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya harap kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi makalah ini agar bisa lebih
baik lagi. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Surabaya, 17 Oktober 2019

Alvian Ramadhan Nugraha Putra


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya
dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam,
seperti Shalat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin  yang sudah
baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan
bagaimanapun. Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat.
Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga
barang siapa yang mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan
barang siapa yang meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).

Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam  sebanyak lima
kali, berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim
baligh tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam
keadaan susah maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain shalat wajib ada
juga shalat sunaah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Shalat ?
2. Apa Saja Dalil-dalil Yang Mewajibkan Shalat ?
3. Apa Saja Macam-macam Shalat
4. Mengapa Allah Mewajibkan Shalat?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Shalat.
2. Untuk Mengetahui Dalil-dalil Yang Mewajibkan Shalat.
3. Untuk Mengetahui Macam-macam Shalat.
4. Untuk Mengetahui Mengapa Allah Mewajibkan Shalat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat
Shalat berasal  dari kata shalla secara harfiah berarti seruan atau doa, yakni
seruan seorang hamba kepada Tuhan, pencipta seluruh alam. Jadi shalat
adalah bentuk doa paling murni atau paling tinggi. Sebagaimana termaksud di
firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah 103 yang artinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Sedangkan shalat dalam arti rahmat bisa ditemukan dalam QS. Al-Ahzab: 43.

‫ور ۚ َو َكانَ بِ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َر ِحي ًما‬ ُّ َ‫م ِمن‬Sْ ‫صلِّي َعلَ ْي ُك ْم َو َماَل ئِ َكتُهُ لِي ُْخ ِر َج ُك‬
ِ ‫الظلُ َما‬
Sِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ َ ُ‫ه َُو الَّ ِذي ي‬

“ Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan


ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada
cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang
yang beriman.” (QS. Al-Ahzab: 43)

Menurut pengertian syara atau secara istilah, shalat ialah ibadah dalam bentuk
perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan
khusyu, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut
syarat-syarat dan rukun –rukun yang telah ditentukan syara’.  Dari pengertian
ini bisa diambil pemahaman bahwa seorang yang melakukan shalat dituntut
agar seluruh sikap dan perhatiannya ditunjukkan semata-mata hanya kepada
Allah SWT.

B. Dalil-dalil yang Mewajibkan Shalat


Shalat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki kedua setelah
syahadat dalam rukun islam. Sehingga di dalam Al-Qur’an dan hadits banyak
sekali dijelaskan mengenai kewajiban untuk mengerjakan solat. Diantara dalil
Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai kewajiban shalat adalah:

Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.”

Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:

Artinya:“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah


di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.”

Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain


adalah:

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu
terdiri atas lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah,
dan sesungguhnya Muhammat itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadlan. [HR. Ahmad,
Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]

‫ فى نيل‬،‫ الجماعة اال البخارى و النسائى‬.‫صالَ ِة‬ ُ ْ‫ بَ ْينَ ال َّر ُج ِل َو بَ ْينَ ْال ُك ْف ِر تَر‬:‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللاِ ص‬:‫ع َْن َجابِ ٍر قَا َل‬
َّ ‫ك ال‬
‫االوطار‬

Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara


seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali
Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340]

َّ ‫ اَ ْل َع ْه ُد الَّ ِذى بَ ْينَنَا َو بَ ْينَهُ ُم ال‬:ُ‫ْت َرسُوْ َل هللاِ ص يَقُوْ ل‬


‫ فى‬،‫ الخمسة‬.‫ فَ َم ْن تَ َر َكهَا فَقَ ْد َكفَ َر‬.ُ‫صالَة‬ Sُ ‫ َس ِمع‬:‫ال‬
َ َ‫ع َْن ب َُر ْي َدةَ رض ق‬
1 ‫نيل االوطار‬

Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada
malam Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali,
kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah)
ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh
kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam
Nailul Authar juz 1, hal. 334]

Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata : Sungguh telah difardlukan


shalat itu dua rekaat dua rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW
tiba di Madinah (Allah) menambah pada masing-masing dua rekaat itu dengan
dua rekaat (lagi), kecuali shalat Maghrib, karena sesungguhnya shalat Maghrib itu
witirnya siang, dan pada shalat Fajar (Shubuh), karena panjangnya bacaannya”.
Asy-Sya’bi berkata, “Dan adalah Rasulullah SAW apabila bepergian (safar),
beliau shalat sebagaimana pada awalnya (dua rekaat)”. [HR. Ahmad 6 : 241]
C. Macam-macam Shalat
1. Macam-macam Shalat Wajib
 Shalat Subuh yaitu shalat yang dikerjakan 2 (dua) raka'at dengan
satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah
fajar (+ pukul 04:10) yang hanya diiringi dengan shalat sunnah
qobliyah saja, sedang ba'diyah dilarang.
 Shalat Dhuhur yaitu shalat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at
dengan dua kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu
pelaksaannya dilakukan saat matahari tepat di atas kepala (tegak
lurus) + pukul 12:00 siang, yang diiringi dengan shalat sunnah
qobliyah dan shalat sunnah ba'diyah (dua raka'at-dua raka'at atau
empat raka'at-empat raka'at dengan satu kali salam).
 Shalat Ashar yaitu shalat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan
dua kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu
pelaksanaannya dilakukan setelah matahari tergelincir (+ pukul
15:15 sore atau sebatas pandangan mata) yang hanya diiringi oleh
shalat sunnah qobliyah dengan dua raka'at atau empat raka'at (satu
kali salam).
 Shalat Maghrib yaitu shalat yang dikerjakan 3 (tiga) raka'at dengan
dua kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu
pelaksanaanya dilakukan setelah matahari terbenam (+ pukul
18:00) yang diiringi sunnah ba'diyah dua raka'at atau empat raka'at
dengan satu kalisalam, sedang shalat sunnah qobliyah hanya
dianjurkan saja bila mungkin : lakukan, tapi bila tidak : jangan
(karena akan kehabisanwaktu).
 Shalat Isya' yaitu shalat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan
dua kali tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya
dilakukan menjelang malam (+ pukul 19:00 s/d menjelang
fajar) yang diiringi dengan shalat sunnah qobliyah (sebelum) dan
ba'diyah (sesudah) shalatisya

2. Macam-macam Shalat Sunah


 Shalat Sunah Tahajud
Shalat Sunah Tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu
tengan malam diantara shalat isya’ dan shalat subuh setelah bangun
tidur. Jumlah rokaat shalat tahajud minimal dua rokaat hingga
tidak terbatas. Saat hendak kembali tidur sebaiknya membaca ayat
kursi, surat al-ikhlas,surat al-falaq dan surat an-nas.

 Shalat Sunah Dhuha


Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari
antara pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah
roka'at shalat dhuha minimal dua rokaat dan maksimal dua belas
roka'at dengan satu salam setiap dua roka'at. Manfaat dari shalat
dhuha adalah supaya dilapangkan dada dalam segala hal, terutama
rejeki. Saat melakukan sholat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat
surat al-waqi'ah, adh-dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan
al-ikhlas.

 Shalat Sunah Istikharah


Shalat Istikharah adalah shalat yang tujuannya adalah untuk
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan
hidup baik yang terdiri dari dua hal/perkara maupun lebih dari dua.
Hasil dari petunjuk Allah SWT akan menghilangkan kebimbangan
dan kekecewaan dikemudian hari. Setiap kegagalan akan
memberikan pelajaran dan pengalaman yang kelak akan berguna di
masa yang akan datang. Contoh kasus penentuan pilihan :
- Memilih Jodoh Suami/Istri
- Memilih Pekerjaan
- Memutuskan Suatu Perkara
- Memilih Tempat Tinggal, Dan Lain Sebagainya
Dalam melakukan shalat istikharah sebaiknya juga
melakukan, puasa sunah, shodaqoh, zikir, dan amalan baik lainnya.

 Shalat Sunah Tasbih


Shalat tasbih adalah shalat yang bertujuan untuk memperbanyak
memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas.
Setiap rokaat dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih. Jika shalat
dilakukan siang hari, jumlah rokaatnya adalah empat rokaat salam
salam, edangkan jika malam hari dengan dua salam.

 Shalat Sunah Taubat


Shalat taubat adalah shalat dua roka'at yang dikerjakan bagi orang
yang ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang
telah dilakukannya dengan bersumpah tidak akan melakukan serta
mengulangi perbuatan dosanya tersebut. Sebaiknya shalatsunah
taubat dibarengi dengan puasa, shodaqoh dan sholat.

 Shalat Sunah Hajat


Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan
oleh Allah SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar
atau usaha untuk mencapai hajat atau cita-cita. Shalat sunah hajat
dilakukan minimal dua rokaat dan maksimal dua belas bisa kapan
saja dengan satu salam setiap dua roka'at, namun lebih baik
dilakukan pada sepertiga terakhir waktu malam.

 Shalat Sunah Safar


Shalat Safar adalah sholat yang dilakukan oleh orang yang sebelum
bepergian atau melakukan perjalanan selama tidak bertujuan untuk
maksiat seperti pergi haji, mencari ilmu, mencari kerja, berdagang,
dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah supaya mendapat
keridhoan, keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT.

 Shalat Sunah Rawatib


Shalat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat
fardhu.Yang sebelum shalat fardhu disebut shalat qobliyah dan
yang setelah shalat fardhu di sebut ba'diyah. Keutamaannya adalah
sebagai pelengkap dan penambal shalat fardhu yang mungkin
kurang khusu atau tidak tumaninah

 Shalat Sunah Istisqho’


Shalat sunah ini di lakukan untuk memohon turunnya hujan.
Dilakukan secara berjamaah saat musim kemarau.

 Shalat Sunah Witir


Shalat sunah witir dilakukan setelah sampai sebelum fajar. bagi
yang yakin akan bangun malam diutamakan dilakukan saat
sepertiga malam setelah shalat tahajud. Shalat witir disebut
juga shalat penutup. Biasa dilakukan sebanyak tiga rakaat dalam
dua kali salam, dua rakaat pertama salam dan dilanjutkan satu
rakaat lagi.

 Shalat Sunah Tahiyatul Masjid


Shalat tahiyatul masjid ialah shalat untuk menghormati masjid.
Disunnahkan shalat tahiyatul masjid bagi orang yang masuk ke
masjid, sebelum ia duduk. Shalat tahiyatul masjid itu dua raka’at.

 Shalat Sunah Tarawih


Shalat Tarawih yaitu shalat malam pada bulan ramadhan hukumnya
sunnah muakad atau penting bagi laki-laki atau perempuan, boleh
dikerjakan sendiri-sendiri dan boleh pula berjama’ah
 Shalat Hari Raya (Idul Adha dan Idul Fitri)
Sebagaimana telah diterangkan bahwa waktu shalat hari raya idul
fitri adalah tanggal 1 syawal mulai dari terbit matahari sampai
tergelincirnya. Akan tetapi, jika diketahui sesudah tergelincirnya
matahari bahwa hari itu tanggal 1 syawal jadi waktu shalat telah
habis, maka hendaklah shalat di hari kedua atau tanggal 2 saja.
Sedangkan untuk shalat hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

 Shalat Dua Gerhana


Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana bulan.
Shalat kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan
sabda Nabi saw. Yang artinya :
“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana
karena kematian seseorang maupun kehidupannya. Maka apabila
kalianmenyaksikan itu, hendaklah kalian shalat dan berdoa kepada
Allah Ta’ala.” (H.R. Syaikhain).

D. Mengapa Allah Mewajibkan Shalat

Shalat adalah bentuk ibadah yang paling penting dan paling hakiki dalam
Islam. Banyak ulama yang mengatakan bahwa tanpa shalat, segala bentuk ibadah
lain yang kita kerjakan, boleh dikatakan tidak ada artinya. Oleh sebab itu, mereka
mengatakan bahwa shalat merupakan tiang agama. Kalau tiangnya saja sudah
rapuh, bagaimana bisa membangun pondasi iman yang kokoh.

Allah SWT memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara yang


mu’min dan yang kafir, selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih
dekat dengan Allah, dalam sebuah hadits qudsy dikatakan “kedekatan seorang
hamba kepada-ku, seperti sesuatu yang aku fardukan (wajibkan ) padanya dan
tidak henti-hentinya seorang hamba mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-
amalan sunah, sehingga aku mencintainya, maka aku menjadi telinga yang ia
pergunakan untuk mendengar, menjadi mata yang ia pergunakan untuk melihat.
Jika ia meminta padaku sungguh aku akan memberinya dan bila ia berdoa
kepadaku niscaya aku akan mengabulkan.

Allah SWT menghendaki kemudahan buat umatnya, bukan kesukaran.


Terlepas dari semua itu, shalat dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan
mungkar, karena kita selalu ingat kepada Allah SWT yang memerintahkan kita
agar kita bertaqwa. Allah SWT berfirman dalam QS. Thaahaa: 14.

َّ ‫إِنَّنِي أَنَا هَّللا ُ اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل أَنَا فَا ْعبُ ْدنِي َوأَقِ ِم ال‬
‫صاَل ةَ لِ ِذ ْك ِري‬
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.
(QS. Thaahaa : 14).

Selain itu, ternyata gerakan shalat yang benar dapat memberi efek kesehatan
bagi tubuh. Shalat dianggap sebagai amalan ibadah yang paling proporsional bagi
anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur
(gerakan khas tubuh) manusia. Sudut pandang ilmiah menjadikan shalat sebagai
‘obat’ bagi berbagai jenis penyakit, serta yang terpenting adalah sebagai
pencegahan dari serangan suatu penyakit.

Perintah yang pertama kali datang dari Allah SWT untuk umat islam adalah
perintah mengerjakan shalat, kenapa tidak zakat, puasa dan haji. Ciri seorang
Muslim adalah Shalat, apabila seorang muslim mengerjakan shalat dengan sebaik-
baiknya, maka dampaknya selain mendapatkan pahala dari Allah SWT, juga akan
berdampak pada kesehatan tubuhnya dan perilakunya.  Dia akan melaksanakan
puasa dengan ikhlas bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja,
menunaikan ibadah haji semata-mata untuk menjalankan perintah Allah bukan
untuk menaikkan status sosialnya dimasyarakat. Dengan demikian seseorang yang
shalatnya baik, makan akan baiklah ibadah-ibadah yang lainnya.

Dasar tentang wajibnya shalat banyak tertera didalam Al-Qur’an, diantaranya


adalah dalam QS. An-Nisa: 103.

ْ ‫صاَل ةَ َكان‬
‫َت‬ َّ ‫اط َمأْنَ ْنتُ ْم فَأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫صاَل ةَ ۚ إِ َّن ال‬ ْ ‫صاَل ةَ فَ ْاذ ُكرُوا هَّللا َ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ُك ْم ۚ فَإ ِ َذا‬َّ ‫ض ْيتُ ُم ال‬ َ َ‫فَإ ِ َذا ق‬
‫ين ِكتَابًا َموْ قُوتًا‬Sَ ِ‫َعلَى ْال ُم ْؤ ِمن‬

“ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu


berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman”. (QS. An-Nisa: 103)

Perintah shalat oleh Rasulullah SAW, mulai ditanamkan kedalam hati dan jiwa
anak-anak sejak kecil, sebagaimana dijelaskan di dalam hadits : Bersabda
Rasulullah SAW : Suruhlah anak anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah
berusia tujuh tahun, dan pukullah jika meninggalkannya bila mereka telah
berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah diantara mereka pada tempat tidurnya.
(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim yang mengatakan hadist ini shahih atas
syarat Muslim).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Shalat berasal  dari kata shalla secara harfiah berarti seruan atau doa.
Menurut pengertian syara atau secara istilah, shalat ialah ibadah dalam bentuk
perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan
khusyu, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut
syarat-syarat dan rukun –rukun yang telah ditentukan syara’. Allah SWT
memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara yang mu’min dan yang kafir,
selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan Allah. Shalat
mempunyai tujuan dan fungsi, diantaranya sebagai dzikrullah (Mengingat Allah),
pencegah tindakan keji dan mungkar, dan sebagai penghapus dosa. Hikmah yang
didapat dari shalat diantaranya, meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dan
meningkatkan disiplin dan kebersihan diri yang mendorong diri kita menjadi lebih
baik lagi. Dan barang siapa yang melalaikan sholat, Allah SWT akan
menyiksanya dengan siksaan yang amat pedih, baik selama didunia maupun
diakhirat kelak.

Sholat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang
agama, dengannya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Shalat
banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga sholat fardhu yang telah di
tentukan waktunya. Khilafiyyah kaum muslimin tentang shalat adalah hal yang
biasa karena rujukan dan pengkajiannya semuanya bersumber dari Al Qur’an dan
hadis, hendaknya perbedaan tersebut menjadi hikmah

B. Saran

Sebagai seorang muslim sebaiknya kita melaksanakan shalat fardhu secara tepat
waktu dan tidak menunda-nunda untuk melaksanakannya. Shalat dilaksanakan
dengan penuh kekhusyuan dan dengan hati yang suci dan ikhlas
DAFTAR PUSTAKA

Murthadha, Mutohhari & M. Baqir. 1993. Pengantar Ushul Fiqih & Ushul Fiqhi.
Pustaka Hidayah Ciputat.

Sayid, Sabiq. 1982. Fiqih Sunnah. Bandung : PT Al Maarif Bandung.

Nurdiana Isma. 2017. Makalah Sholat. http://nurdianaisma.blogspot.com (17


Oktober 2019)

2016. Makalah Sholat. http://pokoknyaasikok.blogspot.com/ (17 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai