Anda di halaman 1dari 3

Nama: Heri Mulyanti

NIM : 30000118520011

Topik Penelitian: Perubahan Pola Hujan dan Suhu di Pulau Jawa serta
Kaitannya dengan Dinamika Kepesisiran

Latar Belakang
Pemanasan global telah diteliti menyebabkan perubahan pola iklim di dunia.
Salah satu dampak langsung adalah peningkatan suhu muka laut. Hal ini terjadi
karena curah hujan terkonsentrasi di badan perairan dan kepesisiran.
Pulau Jawa dikelilingi oleh badan peairan, dengan pembagian morfologi
berdasarkan van Bemmelen adalah bagian utara dataran rendah dan perbukitan
lipatan, bagian tengah berupa jajaran gunungapi, dan bagian selatan berupa
perbukitan patahan. Secara horisontal, semakin ke barat maka jumlah gunungapi
semakin banyak. Efek orografis ini menyebabkan pola umum hujan yaitu: wilayah
barat mendapatkan hujan lebih banyak dan wilayah timur mendapatkan hujan lebih
sedikit.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi perubahan hujan dan suhu di Pulau Jawa dengan
memperhatikan pembagian wilayah kepesisiran dan dataran tinggi;
b. Menjelaskan efek perubahan hujan dan suhu terhadap dinamikan kepesisiran
di Pulau Jawa meliputi: perubahan muka air laut, bencana kepesisiran, dan
kondisi sosial ekonomi kepesisiran.

Tinjauan Pustaka
Secara global, curah hujan dan temperatur mengalami perubahan, terutama
pada akhir abad 21. Temperatur maksimum (Tmax) maupun temperatur minimum
(Tmin) mengalami tren kenaikan, terutama pada wilayah yang cenderung memiliki
suhu tinggi (Geberchorkos et al., 2019; McGree et al., 2019). Temperatur maksimum
(Tmax) ekstrem juga diprediksi akan lebih panjang (Vaghevy et al., 2019). Wilayah
dengan temperatur tinggi mengalami tren peningkatan temperatur, akan tetapi curah
hujan mengalami penurunan. Kondisi ini menyebabkan wilayah dengan suhu tinggi
akan semakin panas dan kering, adapun wilayah dengan curah hujan tinggi akan
semakin basah karena peningkatan hujan (Irannezhad et al., 2016). Kondisi ini
beakibat pada potensi kekeringan ekstrem maupun banjir ekstrem pada suatu lokasi.
Beberapa wilayah yang rentan pada hujan ekstrem adalah kepesisiran (Curtis,
2019) dan wilayah dataran tinggi (Lestari et al., 2019). Laporan Curtis (2019)
menyebutkan bahwa semakin jauh dari laut, curah hujan akan semakin rendah.
Pada sisi lain, hujan ekstrem di kepesisiran dapat mengakibatkan banjir pesisir (rob).
Penurunan curah hujan signifikan di Pulau Jawa secara bertahap pernah
terjadi pada 1920 dan 1960 yang mana curah hujan justru meningkat pada musim
panas dan turun pada musim dingin/ penghujan (Winstanley, 1973) akibat pengaruh
sirkulasi global. Sirkulasi global yang memengaruhi curah hujan di sekitar Hindia
Pasifik adalah El Nino/Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
(Lestari et al., 2019; King et al., 2014). Suhu permukaan laut dengan gradien tinggi
dapat menyebabkan penurunan curah hujan. Pada skema perubahan iklim 1-2 oC,
diperkirakan terjadi penurunan 6% hujan (Widlansky et al., 2012).
Kepulauan Indonesia terpengaruh oleh perubahan iklim global, yang mana
perubahan curah hujan ekstrem terjadi saat kejadian ENSO dan IOD. Pulau Jawa
yang berdekatan dengan Samudera Hindia dan Samudera Fasifik dan termasuk
dalam zona monsunal diprediksi mengalami perubahan pola hujan maupun
temperatur. Daerah dataran tinggi dan pegunungan akan mengalami peningkatan
curah hujan (Lestari et al., 2019). Pulau Jawa bagian timur yang cenderung kering
akan semakin kering saat terjadi ENSO adapun bagian barat tidak terlalu
terpengaruh oleh anomali iklim karena efek orografis (Asy-Syakur, 2014).

Metode Penelitian

Data Penelitian
Data curah hujan dan suhu diambil dari GPCC V18 (Global Precipitation
Climatology Center) dengan grid 0,125 o x 0,125o. Data diekstrak menggunakan
teknik Downscaling. Akan tetapi, data global perlu diasimilasi dengan data lapangan.
Sehingga dalam hal ini data curah hujan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika tahun 1974-2007 atau Pusair digunakan untuk mendapatkan nilai regresi.
Berdasarkan nilai regresi, selanjutnya data grid dapat diasimilasi. Kelebihan data
grid mencakup panjang data dan cakupan area yang dapat dijangkau. Gambar 1
memperlihatkan persebaran stasiun klimatologi di Pulau Jawa.
Gambar 1. Ploting stasiun klimatologi di Pulau Jawa. Sumber: Data BMKG 2007.

Dinamika kepesisiran yang akan diteliti meliputi kondisi fisik dan sosial
ekonomi masyarakat, antara lain: perubahan muka air laut, bencana kepesisiran,
dan perubahan sosial ekonomi masyarakat. Data perubahan muka laut diperoleh
dari Badan Informasi Geospasial (BIG) Indonesia mulai tahun 1980 hingga 2015.
Informasi terkait bencana di wilayah kepesiran diperoleh dari Kementerian Kelautan
dan Perikanan serta Badan Pusat Statistik (BPS). Statistik sosial ekonomi pesisir
berdasarkan data dari Badan Pusat Statitsik Kabupaten dalam angka.

Metode penelitian:
Metode Perolehan Data Curah Hujan dan Temperatur
Data curah hujan dan suhu yang diperoleh dari GPCC v18 diasimilasi
menggunakan data dasar di stasiun klimatologi. Jarak yang digunakan untuk
asimilasi adalah stasiun hujan 5 km di sekitar area. Apabila tidak ditemukan stasiun
dengan jarak 5 km, maka dilakukan interpolasi dengan titik terdekat dengan syarat
memiliki topografi yang hampir sama. Metode interpolasi yang digunakan adalah
adalah Inverse Distance Weightened (IDW). IDW mengasumsikan bahwa semakin
dekat dengan titik pengamatan, maka hubungan semakin besar dan berlaku
sebaliknya. Teknik regresi digunakan untuk menguji data hasil donwscaling dengan
curah hujan dan suhu di lapangan.

Hasil yang diharapkan:


a. Pola Hujan Rerata 1974-2017.
Digambarkan dalam bentuk peta cloropleth dari pesisir ke pegunungan.
b. Perubahan Curah Hujan 1974-2017
Perubahan curah hujan relatif terhadap tahun dasar 1974-1990. Perubahan curah
hujan dibagi dalam 3: (a) hujan tahunan rerata; hujan musiman dibagi dalam 2: (b)
musim penghujan (Desember-Januari) dan (c) musim kemarau (Agustus-
September) untuk rerata.
c. Perubahan suhu 1974-2017
Perubahan suhu menggunakan basis data antara 1974-1990, sehingga perubahan
adalah perubahan relatif terhadap stasiun tersebut.
d. Hubungan pola curah hujan dan temperatur
Pola hujan dan suhu Pola dianalisis menggunakan teknik klaster. Hubungan antara
satu pola dengan pola lain dianalisis menggunakan korelasi Spearman rank.
e. Perubahan pola hujan dan temperatur serta untuk banjir pesisir, pertanian
garam, dan tangkapan ikan.

Anda mungkin juga menyukai